You are on page 1of 41

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN FIELD STUDY PUSLITBANG GIZI

Disusun Oleh:
Marhaeni Adelaide P.
Sylvia Wahyu R.
Rahasti
Putri Minang M.
Fakhri Hamdi

0910.211.119
0910.211.120
0910.211.121
0910.211.122
0910.211.123

Dipertahankan di
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

PadaTanggal
29 Mei 2012

Telah disetujui oleh Pembimbing

dr. Miftahudin

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat
kami selesaikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami
dr. Miftahudin yang telah membimbing dalam proses pembuatan makalah
field study, serta teman teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.
Makalah ini disusun dari hasil kunjungan yang telah kami lakukan ke
Puslitbang Gizi Bogor. Dengan demikian mahasiswa dituntut untuk mampu
berpikir secara kritis dan mampu untuk menganalisis suatu data, sehingga
mahasiswa/i dapat memahami konsep serta mampu memecahkan masalah
dalam kasus-kasus yang terjadi dengan melakukan observasi dan
pengukuran data-data yang berhubungan dengan status gizi masyarakat,
dalam hal ini balita dan anak-anak.
Kami sadar, makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2012

Penyusun

DAFTAR ISI
Lembar
Pengesahan............................................................................1
Kata
Pengantar..................................................................................
2
Daftar
Isi.............................................................................................
3
1.

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang...................................................................... 4
1.2
Tujuan...................................................................................
.
4
1.3
Sasaran.................................................................................
..
5
1.4 Cara Pengambilan
Data.......................................................
5

2. BAB II TINJAUAN
PUSTAKA..6-10
3. BAB III PEMBAHASAN
3.1
CHOP.....................................................................................
..11-16
2.3
CRP.......................................................................................
...16-26
2.4
CSP.......................................................................................
...26
2.5
BHP.......................................................................................
..27-28

4.

BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan............................................................................
.29
4.2
Saran....................................................................................
..29

DAFTAR PUSTAKA.................................................30
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih banyak
ditemukan anak-anak dengan malnutrisi. Malnutrisi ini dapat disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara host, agent dan environment. Ekonomi,
pendidikan orang tua, ketersediaan pangan, perilaku asuhan orang tua,
asupan gizi serta infeksi penyakit dapat mempengaruhi timbulnya
masalah gizi.
Malnutrisi merupakan kebutuhan akan makronutrien maupun
mikronutrien tidak terpenuhi. Malnutrisi dapat berupa undernutrition
(marasmus, kwasiorkhor, marasmus-kwasiorkhor) maupun overnutrition
(obesitas).
Untuk menanggulangi masalah gizi tersebut, dibutuhkan kerjasama
berbagai pihak, dari lingkup terkecil hingga dicapai tujuan yang sama,
yaitu mencapai Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut
diantaranya dengan penelitian dan pengembangan kesehatan yang
dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi
Klinik di Bogor.
Di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik ini
terdapat klinik gizi. Layanan klinik gizi tersebut ditujukan kepada balita gizi
buruk untuk memberikan penanganan yang baik. Klinik gizi dibuka setiap
hari Selasa dan seringkali menerima kunjungan mahasiswa/i Fakultas
Kedokteran.
Oleh karena itu, mahasiswa/I FK UPN Veteran Jakarta tingkat III
melakukan studi ke Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi
Klinik untuk mempelajari masalah gizi yang terdapat di wilayah Bogor.
I.2. Tujuan
Umum :
a. Mengetahui prevalensi malnutrisi pada anak-anak di wilayah Bogor
b. Mengetahui sistem penanganan dan penatalaksanaan pasien
malnutrisi di Puslitbang Gizi Bogor
c. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua terhadap gizi seimbang
dan malnutrisi

Khusus :
a. Aspek CHOP
5

Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian


malnutrisi di kota Bogor
b. Aspek CRP :
- mengetahui prevalensi morbiditas dan mortalitas akibat malnutrisi
- mengetahui penatalaksanaan KEP di Puslitbang Gizi Bogor (medical
record, R. pemeriksaan antropometri, PF klinis, R. penyuluhan, R.
obat dan makanan)
c. Aspek CSP :
- Menerapkan aspek GATHER dalam pengambilan data dan
berkomunikasi di Puslitbang Gizi Bogor
d. Aspek BHP:
- Menerapkan cara anamnesis dengan baik untuk menganalisis data
pasien di Puslitbang Gizi Bogor
I.3. Sasaran
Masyarakat Bogor yang mengalami malnutrisi (rujukan atau bukan) ke
Puslitbang Gizi
I.4 Cara Pengambilan Data
a. Wawancara dengan pasien yang berkunjung ke Puslitbang Gizi, Bogor
b. Data sekunder dari Puslitbang Gizi, Bogor

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Gizi buruk
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi
menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut
marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui
dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun
(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan
umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik.
Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis.
Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk.
II.2 Klasifikasi Gizi Buruk
II.2.1 Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Berikut
adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
II.2.2 Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan
7

protein, walaupun di bagian tubuh lainnya terutama di pantatnya terlihat


adanya atrofi.
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut
kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba
dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang
tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
II.2.3 Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan
rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula
(Depkes RI, 2000).
II.3 Faktor Penyebab Gizi Buruk
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1. Penyebab Langsung : Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita
penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi
sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung : ketersediaan pangan rumah tangga,
perilaku, pelayanan kesehatan, kemiskinan, pendidikan rendah, dan
kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk
dibutuhkan kerjasama lintas sektor Ketahanan pangan adalah
kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun gizinya
(Dinkes SU, 2006).

II.4 Patofisiologi gizi buruk


Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau
anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik
seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut
mudah rontok disebabkan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan
vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting
bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi
karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel
kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan
gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu
protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan
terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah
yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun
senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air
(dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin
pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn
protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan,
hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan
protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini
membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka
lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada
akhirnya penumpukan lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema.
Pitting edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti
semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga
tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi
ekstravasasi plasma ke interstisial. Plasma masuk ke interstisial, tidak ke
intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari
ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi
protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada
intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran
sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi
sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena
pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus
adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak
cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua
dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi
9

kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara


kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada
beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan
kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang
dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral
misalnya
infantil
gastroenteritis,
bronkhopneumonia,
pielonephiritis dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis
pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut
pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan
bila penyebab maramus yang lain disingkirkan
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan
tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan
kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian
susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu
membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama
gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus
II.5 Penilaian status gizi secara Antropometri
Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan
penilaian secara tidak langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi
menjadi empat penilaian adalah antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga
adalah survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
II.5.1. Penilaian secara langsung
10

1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
a) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Merupakan pengukuran antropometri yang sering digunakan
sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi
terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh
(otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan
keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi, kurang nafsu
makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. BB/U
lebih menggambarkan status gizi sekarang. Berat badan yang
bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status
gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status).
b) Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa
lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi (Beaton
dan Bengoa (1973).
c) Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu (Supariasa,dkk 2002).

II.5.2 Penilaian Secara Tidak Langsung


1) survei konsumsi makanan,
2) statistik vital dan
3) faktor ekologi

11

12

BAB III
PEMBAHASAN
III.1 CHOP
1 Masalah gizi dalam kaitannya dengan host, agent dan environtment
dari data primer status gizi pasien
ditinjau dari segi segitiga
epidemiologi penyakit defisiensi nutrisi
H
O
S
T

A
G
E
N
T

E
N
V
R
O
N
T
M
E
N
T

Segitiga Epidemiologi

Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang


memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan
dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya

Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu),


Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan)

a Berdasarkan dari faktor Host

Jumlah anak :

Nama anak :

Jihan

BMI anak yang diperiksa :


o TB :69,7 cm
o BB :5,95kg

Sosial budaya
Nama orang tua :

13

o Ayah : Asep
o Ibu : Nina
Pekerjaan orangtua
o Ayah : penjual ikan di pasar
o Ibu : ibu rumah tangga
Penghasilan
o Ayah : Rp 60.000,-/hari
o Ibu : Pendidikan :
o Ayah : SMA
o Ibu : SD
Kesimpulan :
Penghasilan orang tua yang tidak menetap dan pendidikan
orang tua yang hanya sampai dibangku SD merupakan beberapa
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kurang gizi pada
anak . Karena kurangnya pengetahuan akan kepentingan gizi
pada anak, pada kasus ini anak jihan sudah diberikan intervensi
makanan berupa makanan kemasan seperti snack ber-MSG
(Mono Sodium Glutamat)
Kebiasaan anak (habit) :
Suka mengkonsumsi snack ber-MSG
b Agent
Gizi kurang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Bisa karena
kekurangan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, atau mineral. Pada
pasien ini kekurangan nutrisi terjadi akibat dari adanya intervensi
pemberian makanan ringan, padahal usia anak ini masih dalam usia 2
bulan, seperti yang kita ketahui bahwa pada usia 6 bulan baru
diberikan makanan tambahan serta jenis makanan yang kurang
bervariasi sehingga asupan makanan yang berkurang.
Makanan ringan (snack) adalah makanan yang dikonsumsi di
sela-sela waktu makan dan bukan merupakan makanan pokok yang
14

harus kita makan setiap hari secara teratur. Hal inilah yang seringkali
terjadi, sehingga asupan gizi yang seharusnya mereka dapatkan dari
makanan pokok tergantikan oleh snack tersebut. Padahal kita tahu
bahwa snack tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya untuk
perkembangan fisik dan mentalnya di masa pertumbuhan. Tidak ada
salahnya bila sekali-sekali mencicipi snack tersebut tetapi bila terus
menerus, ini akan berakibat negative terhadap kesehatan.
Monosodium glutamat (MSG) atau biasa disebut vetsin
ditambahkan
untuk rasa gurih yang sangat disukai oleh anak-anak. Dalam
hal penambahan MSG
di dalam makanan ringan harus
sesuai aturan. Public search and
enter
(PIRAC)
mempersoalkan kandungan MSG pada makanan
dikonsumsi anak karena banyak makanan ringan yang beredar
tidak mencantumkan nilai pemberian MSG dan hal tersebut
dapat saja mengancam kesehatan anak.
Hasil penelitian PIRAC sejak Juni sampai Juli 2003 menemukan
bahwa
dari 13 produk snack yang diteliti, 7 diantaranya
tidak menyebutkan MSG
dalam kemasan, padahal sesuai UU
Perlindungan Konsumen Tahun 1999 dan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 722 Tahun 1988 tentang bahan tambahan
makanan, jumlah kandungan MSG harus disebutkan. Lebih
lanjut, terdapat 6 produk snack mencantumkan kandungan MSG
namun tidak menyebut kadar kandungan MSG secara tegas.
c Environment
Dari status data primer pasien kami, bahwa anak ini berada
dalam lingkungan yang sangat padat serta agak kumuh, sehingga
dalam kebersihan lingkungan. Tentu saja menjadi suatu permasalahan
disebabkan oleh karena lingkungan yang kumuh (faktor kebersihan
yang kurang dan padatnya jumlah penduduk). Dimana pada usia anak
ini mudah terserang gejala penyakit.
2 Konsep dasar timbulnya masalah penyakit gizi dari hasil data primer
status gizi pasien
a Masalah dasar: Keadaan ekonomi keluarga yang sulit
Tentunya bila keadaan ekonomi dari pasien ini baik, tidak akan
terjadi masalah dalam status gizi anaknya. Pada kasus kurangnya
15

asupan makanan yang bervariasi disebabkan oleh permasalahan


ekonomi.
b Masalah utama: Pengetahuan keluarga dalam pendidikan kesehatan
yang kurang
Pengetahuan akan melakukan tindakan pencegahan berupa
pengecekan secara berkala di Posyandu dan Puskesmas sehingga
tidak menjadi permasalahan yang kronis, pada anak Jihan anak
sudah langsung berada dalam fase penanganan diakibatkan oleh
karena berat badannya yang tidak naik selama 2 bulan dan belum
dilakukan tindakan apapun
c Penyebab tidak langsung: Perilaku ibu terhadap pemberian ASI
Seharusnya pemberian ASI juga harus diimbangi dengan makanan
pendamping ASI, dimana bila bayi sudah berusia diatas 6 bulan.
Karena dalam fase itu terjadi perkembangan yang sangat pesat
sehingga asupan gizinya juga harus meningkat guna untuk
memenuhi asupan untuk pertumbuhan dari sang bayi.
d Penyebab langsung: Asupan gizi pasien yang diberikan terlalu dini
yaitu pada usia 3 bulan
Pemberian makanan yang terlalu dini juga tidak baik karena
sebelum usia 6 bulan bayi belum siap dalam mencerna makanan
yang terlalu keras bentuknya disertai dengan pemberian makanan
ciki yang banyak mengandung MSG (Monosodium Glutamat),
sehingga kurang baik untuk perkembangan si bayi. Karena
seharusnya makanan yang diberikan harus dalam bentuk bubur
yang berbentuk sayur dan buah yang dilumatkan bukan dalam
bentuk makanan ringan yang mengandung MSG.
3 Riwayat alamiah penyakit gizi dari hasil data primer status gizi pasien
Sebelum anak menderita gizi kurang :
terjadi hubungan timbal balik antara host, agent dan environment
Prepatogenesis

16

A
g
e
n
t

H
o
s
t

E
n
v

o
n
m

e
n
t

Proses terjadinya penyakit


Patogenesis :
Faktor risiko dari segitiga epidemiologi adalah pemberian ASI
yang tidak adekuat dan sudah diintervensi oleh makanan lain,
sehingga membuat intake gizi berkurang , sehingga tubuh memecah
sumber energi selain karbohidrat seperti lemak dan protein , akibatnya
terjadi deplesi jaringan dan masa otot berkurang, sehingga
menimbulkan gambaran gizi kurang .
4 Tingkat pencegahan penyakit gizi dari hasil data primer status gizi
pasien
a Primary prevension
Health promotion
Pendidikan kesehatan terutama ditujukan oleh ibu karena
dengan meningkatan kesadaran pendidikan kesehatan terhadap
pemenuhan
gizi
maka
diharapkan
kedepannya
terjadi
peningkatan status gizi pada anak.

17

Pemberian ASI diteruskan hingga bayi mencapai umur 6 bulan.

Spesifikasi Protection
Penggunaan imunisasi yang sudah dilakukan namun dalam
pemberian imunisasi campak belum dilakukan.

Perhatian terhadap higienitas individu yang penting sehingga dapat


mencegah
terjadinya
penyakit
yang
ditimbulkan
oleh
mikroorganisme.

Pemberian ASI yang adekuat sehingga proteksi langsung dari tubuh


terbentuk.

b Secondary prevention
Early diagnosis and promt treatment
Melakukan survey screening.

Melakukan pemeriksaan selektif

Objective
Mencegah dan mengobati proses penyakit

Mencegah komplikasi dan efek lanjut dari keadaan gizi kurang


pada anak.

Pada pasien Jihan tidak dilakukan screening secara teratur,


sehingga terjadi masalah yang kronis yang menyebabkan garis berat
badannya yang tidak mengalami penaikan walaupun sudah diberikan
vitamin oleh dokter.
Kalau hal tersebut sudah diantisipasi tentunya tidak akan terjadi
masalah kronis bila sebelumnya berat badan dari bayinya selalu
dipantau secara berkala sehingga tidak akan terjadi masalah stagnansi
dalam berat badannya anaknya .
c Tertiary Prevension
Sejauh ini untuk pencegahan tersier seperti disability limitation
dan rehabilitation belum di perlukan karena anak hanya mengalami
gizi kurang dan belum sampai mengalami suatu penyakit ataupun
kecacatan.
Sehingga dalam pemeriksaan, langkah lainnya yang diajukan
adalah pemberian obat-obatan saja serta diberikan supplement berupa
susu, sehingga dapat menambah asupan makanan sebanyak 25%

18

sehingga nantinya diharapkan akan terjadi penambahan berat badan


pada bayinya.
Pada pasien ini sudah masuk dalam ketegori secondary
prevention, yang bila dalam pengawasan yang baik maka angka
pemulihannya untuk recovery mencapai 85% dan terjadi pengurangan
mortalitas. Sedangkan primary prevention terjadi di PUSKESMAS DAN
POSYANDU. Yang meninjau angka berat badan bayi yang bila dalam
dua kali pengecekan bila tidak terjadi peningkatan, maka baru
diberikan ke PUSLITBANG untuk ditangani dan diobati serta diberikan
penyuluhan dan pengobatan berupa vitamin dan obat-obatan dan
diberikan supplement berupa susu, untuk penambahan berat badan
pasien.
III.2 CRP
1. Data Primer
Analisis univariat
Data penghasilan total keluarga

19

Data pengetahuan ibu

Data sikap ibu

Data perilaku ibu

20

Status gizi

Analisis bivariat (uji korelasi)


Pengetahuan ibu terhadap status gizi

21

Descriptive Statistics
Mean
Status Gizi

Std. Deviation

-2.9957

1.25385

21

2.52

.602

21

pengetahuan ibu

Correlations
Status Gizi
Status Gizi

Pearson Correlation

pengetahuan ibu
1

-.225

Sig. (2-tailed)

.328

N
pengetahuan ibu

Pearson Correlation

21

21

-.225

Sig. (2-tailed)

.328

21

21

Sikap ibu terhadap status gizi


Descriptive Statistics
Mean
Status Gizi
sikap ibu

Std. Deviation

-2.9957

1.25385

21

2.76

.436

21

Status Gizi

sikap ibu

Correlations

Status Gizi

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)
N
sikap ibu

.764
21

21

Pearson Correlation

.070

Sig. (2-tailed)

.764

Perilaku ibu terhadap status gizi

22

.070

21

21

Descriptive Statistics
Mean
Status Gizi
perilaku

Std. Deviation

-2.9957

1.25385

21

2.86

.359

21

Status Gizi

perilaku

Correlations

Status Gizi

Pearson Correlation

-.505*

Sig. (2-tailed)

.020

N
perilaku

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)

21

21

-.505*

.020

21

21

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Penghasilan total keluarga terhadap status gizi


Descriptive Statistics
Mean
Status Gizi

Std. Deviation

-2.9957

1.25385

21

1.89

.994

19

penghasilan total keluarga

Correlations
penghasilan total
Status Gizi
Status Gizi

Pearson Correlation

keluarga
1

Sig. (2-tailed)
N
penghasilan total keluarga

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

23

-.256
.290

21

19

-.256

.290
19

19

2. Data sekunder
Data Kunjungan 10 April 2012
Nama
Awalus
Syahrur
Zahra Qurota
AYun
Zafira Nurse
Silmi Sephia
Sahrul
Nada Faiha
M.Mustofa
Asyraf Nur
Kholif
Meisya
Setiawan
Karisa
Oktaviana
Nesti
N
11

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Total

Usia

Case Summaries
Jenis_Kelam Berat_Bada
Percentil Status_gi
zscore
in
n
e
zi

15.54

7.10

-3.42

8.97

5.90

-2.78

30.00

54.70
18.86
43.30
21.78
29.95

P
P
L
P
L

13.60
5.15
12.60
9.50
8.10

-1.73
-5.46
-1.71
-1.22
-3.72

42.00
.
44.00
11.00
.

gizi
kurang
gizi baik
gizi buruk
gizi baik
gizi baik
gizi buruk

14.49

6.20

-4.30

gizi buruk

15.01

5.00

-5.13

gizi buruk

41.53

9.50

-3.55

gizi buruk

18.60
11

P
11

7.20
11

-3.09
11

.
4

gizi buruk
11

Data Kunjungan 3 April 2012

24

gizi buruk

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Total

Usia

Emilia

22.90

8.20

-2.68

24.71

9.60

-2.16

15.31

7.15

-3.33

gizi buruk

48.66

11.20

-3.07

Afina Apriani 23.95

8.10

-2.95

20.00

27.24

6.80

-4.67

gizi buruk
gizi
kurang
gizi buruk

18.63

5.20

-5.38

gizi buruk

14.26

6.30

-3.41

gizi buruk

18.37
45.80
53.26
13.04
25.26
13

P
P
P
P
L
13

7.15
10.50
11.00
6.30
8.60
13

-3.11
-3.12
-3.26
-3.18
-3.18
13

.
.
.
.
.
3

gizi
gizi
gizi
gizi
gizi

Sania Putri
Silmi Septia
A
Asyraf Nur
Kholif
Nesti
Siti Nuraeni
Kayla Surya
Syafina Adilla
M. Lucky
N
13

Data Kunjungan 17 April 2012

25

Z-Score

Percentil status_gi
e
zi
gizi
40.00
kurang
gizi
150.00
kurang

Nama

M. Arfan
Khadafi
Awalus
Syahrur
M. Raehan

Case Summariesa
Jenis
Berat
Kelamin
Badan

buruk
buruk
buruk
buruk
buruk
13

Nama

Usia

M.Rayhan

43.07

2
3
4
5

21.98
24.08
19.38
19.09

8
9
10

Regina Putri
Afnia Apriani
Septa
Silmi Septia
Awalus
Syahrur
Syafina
Adillia
Asyraf Nur K
Unasih Tasya
Safana

11
12
13
Total N

6
7

Case Summariesa
Jenis_Kelam Berat_Bada
Persentil Status_gi
zscore
in
n
e
zi
gizi
L
11.30
-2.59
50.00
kurang
P
7.10
-3.72
.
gizi buruk
P
7.90
-3.18
.
gizi buruk
L
4.35
-6.85
.
gizi buruk
P
5.30
-5.32
.
gizi buruk

15.77

7.10

-3.46

gizi buruk

13.50

6.45

-3.08

gizi buruk

14.72
32.82
24.34

L
P
P

6.30
8.10
4.90

-4.22
-4.01
-6.29

.
.
.

Salsa Putri

45.17

11.20

-2.54

50.00

Nesti
M.Albani
13

18.83
18.23
13

P
L
13

7.10
9.90
13

-3.24
-.93
13

.
17.50
3

gizi buruk
gizi buruk
gizi buruk
gizi
kurang
gizi buruk
gizi baik
13

Data Kunjungan 24 April 2012

26

Nama

Siti Nur
Hawaliyah
Awalus
Syahrur
Regina Putri
Zahra Qurota
Ayun
Meisya
Setiawan
Radya
Fathiyoturah
an
Silmi Septia

Emilia

1
2
3
4
5
6

Ahlan Fakmi
Rika
10
Octaviani
11
Nesti
Total N
11

Usia

Case Summariesa
Jenis_Kelam Berat_Bada
Persenti Status_gi
zscore
in
n
l
zi

13.11

5.90

-3.70

gizi buruk

16.00

7.20

-3.38

gizi buruk

22.21

7.60

-3.22

gizi buruk

9.43

6.80

-1.70

45.00

gizi baik

15.47

5.00

-5.19

gizi buruk

22.54

7.70

-3.73

gizi buruk

19.32

5.20

-5.46

23.59

8.35

-2.63

33.38

8.40

-4.10

29.83

9.10

-2.77

19.06
11

P
11

7.15
11

-3.22
11

Data Kunjungan 1 Mei 2012

27

gizi buruk
gizi
40.00
kurang
.
gizi buruk
gizi
30.00
kurang
.
gizi buruk
3
11

Case Summariesa
Jenis
Berat
Kelamin
Badan
P
7.80

Nama

Usia

Regina Putri

22.44

M.Rayhan

49.58

11.60

-2.85

Kasifa
59.27
Silmi Sephia 25.59

P
P

10.60
5.40

-3.83
-5.90

3
4

gizi
-3.04

M.Lucky

26.51

9.05

-2.90

6
7
8
9

Rachka
Nesti
Tasya
Alfina A

56.21
19.29
52.63
24.87

P
P
P
P

13.60
7.20
11.30
7.80

-1.83
-3.21
-3.03
-3.40

10

Emilia

23.82

8.40

-2.61

11
Total N

Siti N.H
11

13.34
11

P
11

6.25
11

-3.30
11

Data Kunjungan 8 Mei 2012

28

Percentil status_gi
e
zi
.
gizi buruk
gizi
20.00
kurang
.
gizi buruk
.
gizi buruk
gizi
20.00
kurang
33.00
gizi baik
.
gizi buruk
.
gizi buruk
.
gizi buruk
gizi
50.00
kurang
.
gizi buruk
4
11

Nama
1

Nesti
Zahra Qurota
Ayun
M.Mustofa
Regina Putri
Meisya
Setiawan
Awalus
Syahrur

Case Summariesa
Jenis_Kelam Berat_Bada
Persenti Status_gi
Usia
zscore
in
n
l
zi
19.52
P
7.30
-3.13
.
gizi buruk
9.89

6.80

-1.81

35.00

gizi baik

26.87
22.67

L
P

8.40
7.60

-3.54
-3.29

.
.

gizi buruk
gizi buruk

27.93

5.00

-6.47

gizi buruk

16.46

7.10

-3.57

gizi buruk

Salsa Putri M 45.86

11.40

-2.46

70.00

Sania Putri 28.39


Cantika
9
38.11
Innaka
10
Siti Nurhandy 13.57
Total N
10
10

6.90

-4.69

9.90

-2.96

P
10

6.30
10

-3.28
10

3
4
5
6
7
8

Bulan April
Status_gizi
Frequenc
y
Percent

Valid gizi baik


gizi buruk
gizi
kurang
Total

29

Valid
Percent

Cumulative
Percent

10.4

10.4

10.4

35

72.9

72.9

83.3

16.7

16.7

100.0

48

100.0

100.0

gizi
kurang
.
gizi buruk
gizi
20.00
kurang
.
gizi buruk
3
10

Bulan Mei
Status_gizi
Frequenc
y
Percent

Valid gizi baik


gizi buruk
gizi
kurang
Total

30

Valid
Percent

Cumulative
Percent

9.5

9.5

9.5

15

71.4

71.4

81.0

19.0

19.0

100.0

21

100.0

100.0

III.3 CSP
Dalam field study kali ini, untuk mendapatkan informasi yang kami
butuhkan, kami melakukan teknik wawancara dengan prinsip GATHER
dalam setiap perbuatan sehingga tercapai seluruh informasi yang diinginkan:
Greet
: memberikan salam dan informed concent sebelum
melakukan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien maupun
petugas Puslitbang Gizi Bogor

31

Ask : bertanya dengan sopan mengenai masalah gizi yang


terdapat di Puslitbang Gizi Bogor

Tell
: memberitahu maksud dan tujuan pada setiap tindakan
yang akan dilakukan

Help : Selain dengan pasien dan petugas Puslitbang Gizi Bogor,


kami sesama anggota kelompok saling membantu satu sama lain
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Emphaty : Kami mengetahui dan mengerti kondisi para pasien


mengenai masalah gizi yang dihadapi

Respect
: Kami menghormati para pasien baik ibu dan
anaknya yang sedang memeriksa keadaannya serta kami juga

menghormati para petugas yang bekerja pada saat itu. Kami


melakukan teknik wawancara dengan melihat kondisi yang
sesuai untuk melakukan wawancara sehingga kegiatan di
Puslitbang Gizi Bogor tidak terganggu. Kami juga menghormati
pembimbing dan saling menghargai dengan sesama anggota
kelompok.
III.4 BHP
Dalam pelaksanaan field study kami berusaha memenuhi aspek-aspek BHP
seperti:
Menunjukan empati pada pasien dan keluarganya.
Dalam melakukan wawancara kami berusaha mengetahui dan
mengerti kondisi para pasien mengenai masalah gizi yang dihadapi
serta latar belakang yang terkait sebagai penyebab masalah gizi
masyarakat seperti faktor pendidikan dan ekonomi.

Menunjukan kemampuan untuk mengidentifikasi,


memahami keadaan pasien dan keluarganya.

menelaah

dan

Dalam wawancara kami bertanya tentang keluhan dan masalah gizi


yang dihadapi serta latar belakang yang terkait sebagai penyebab
masalah gizi seperti faktor pendidikan, jadwal pemberian makanan
dan sebagainya.

Menunjukkan kemampuan untuk mendengarkan


keluhan (keluh kesah) pasien dan keluarganya.

dan

menanggapi

Dalam wawancara kami mendengarkan dan mencatat keluhan


pasien untuk informasi yang dibutuhkan

Menunjukkan kemampuan untuk memberikan saran dan alternatif


penyelesaian masalah (keluhan) pasien dan keluarganya, sesuai dengan
standar pelayanan medis (keilmuan yang dimiliki) untuk pasien dengan
gangguan gizi.
Setelah bertanya jawab tidak lupa kami memberi saran dan
mengingatkan kembali apa yang telah disarankan dokter untuk
memperbaiki keadaan pasien.

Menunjukkan kemampuan untuk menghormati dan menghargai pilihan


terapi pasien dan keluarganya
32

Kami menghormati dan menghargai terapi farmakologi


diberikan oleh dokter karena sesuai dengan keluhan pasien

yang

Menunjukkan partisipasi aktif dan kemampuan kerjasama kelompok yang


baik
Dalam field study ini, kami saling tolong menolong dalam
mengerjakan tugas yang telah dibagi sehingga informasi yang
diinginkan tercapai

ANAMNESA
Identitas Pasien
Nama anak: Jihan Khairani
Nina
Umur: 11 bulan
Jenis Kelamin: wanita
tangga
BB: 6,5 kg
Bogor

Nama Orang Tua: Ibu


Usia: 33 tahun
Pekerjaan: ibu rumah
Alamat: Jalan Bubulak,
Penghasilan suami 60 rb/hr

KU: Berat badan tidak naik-naik, malah menurun


RPS: 2 bulan ini BB menurun
RPD: KT: RPK: Riwayat persalinan
- Lahir normal, berat lahir 2,8 kg, panjang badan 49 cm, anak ke-2 dari
dua bersaudara
Riwayat Kehamilan
- Aterm
Riwayat Pemberian ASI
- Diberikan ASI eksklusif selama 3 bulan
-

Diberikan ASI setiap anak menangis

Riwayat pola makan


- Setelah 3 bulan, diberikan makanan pendamping ASI seperti buahbuahan, bubur
33

Menu: nasi lembek dan sayur

Beberapa kali makan chiki karena melihat kakaknya makan

Riwayat Imunisasi
- Campak belum
Riwayat Habit: Mandi 2x sehari
Lingkungan rumah padat penduduk, jauh dari pasar
PEMERIKSAAN FISIK
- Seluruh baju pasien dibuka, perhatikan adakah tanda-tanda fisik
gangguan gizi buruk(atrofi otot lengan,edema,bokong buggy pants,
iga terlihat jelas, rambut tipis
Hasil pemeriksaan Fisik:
- Pasien rewel, rambut tipis dan jarang, mulai terlihat adanya atrofi otot,
iga mulai terlihat jelas, pada bagian bokong mulai terdapat lipatan
yang membentuk buggy pants
BB: 5,95 Kg
TB: 69,7
BB/TB = -3,59
BB/U= -3,2

Lingkar kepala: 42,5 cm


Lingkar lengan atas: 41,5

ANALISA KASUS
- Gizi Buruk

34

Lingkar dada: 38 cm

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pada anak ini (Jihan) mengalami penurunan status gizi, yaitu gizi
buruk (undernutrition). Hal ini kemungkinan diakibatkan berbagai macam
faktor, diantaranya pengetahuan ibu, asupan makanan, lingkungan dan
penghasilan keluarga yang kurang menyebabkan penurunan status gizi.
Pada anak ini, malnutrisi yang terjadi akibat MSG yang diberikan
sehingga nafsu makan berkurang ditambah dengan penghasilan
orangtua yang kurang memadai untuk pemberian asupan gizi seimbang.
IV.2 Saran
1 Mengurangi jajanan ber-MSG
2 Mengikuti penyuluhan mengenai gizi seimbang sehingga bisa
mempengaruhi status gizi Jihan agar lebih baik lagi
3 Intervensi lingkungan rumah agar tercipta lingkungan yang bersih
sehingga dapat mengurangi potensi timbulnya penularan penyakit
pada anak dan keluarga

35

DAFTAR PUSTAKA
1. Handout panduan Field Study Puslitbang Gizi Bogor
2. www.pusat2.litbang.depkes.go.id
3. Repository.usu.ac.id

36

LAMPIRAN

37

38

39

40

41

You might also like