Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
BADAN USAHA DI LUAR PERSEROAN TERBATAS
DAN KOPERASI
12/12/2012 9:35:16 AM
ii
romawi buku 8.indd 2
12/12/2012 9:35:16 AM
PENELITIAN HUKUM
TENTANG
BADAN USAHA DI LUAR PERSEROAN TERBATAS
DAN KOPERASI
iii
romawi buku 8.indd 3
12/12/2012 9:35:16 AM
12/12/2012 9:35:16 AM
KATA PENGANTAR
badan usaha sangat penting dan strategis. Oleh karena itu badan-badan
usaha harus dibina dan dikembangkan dengan baik, diberi landasan
hukum yang kuat agar mampu bersaing dengan badan usaha lain dalam
dunia global.
khazanah informasi hukum mengenai badan usaha. Selain itu agar dapat
disebarluaskan kepada Anggota JDHN di seluruh nusantara. Dengan
demikian masyarakat dapat mengetahui, menggunakan, menanggapi
dan mengembangkan lebih lanjut, khususnya oleh kalangan hukum.
v
romawi buku 8.indd 5
12/12/2012 9:35:16 AM
Mangun Sosiawan, M.H., dan para pihak yang berperan aktif sehingga
buku ini dapat diterbitkan, kami ucapkan terima kasih
vi
romawi buku 8.indd 6
12/12/2012 9:35:17 AM
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................... 7
E. Kerangka Teori dan Konsep ................................................. 7
F. Metode Penelitian ................................................................. 13
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 16
12/12/2012 9:35:17 AM
viii
romawi buku 8.indd 8
12/12/2012 9:35:17 AM
ix
romawi buku 8.indd 9
12/12/2012 9:35:17 AM
x
romawi buku 8.indd 10
12/12/2012 9:35:17 AM
xi
romawi buku 8.indd 11
12/12/2012 9:35:17 AM
xii
romawi buku 8.indd 12
12/12/2012 9:35:17 AM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan persekutuan usaha sebagai pengumpul
kapital sangat pesat dan menjadikan peran persekutuan usaha
menjadi sangat penting terutama dalam rangka pembangunan
perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan
lingkungan,
kemandirian serta menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional yang bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.1
Peningkatan pembangunan perekonomian nasional perlu
didukung oleh suatu landasan yang kokoh bagi dunia usaha
dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan
teknologi dalam era globalisasi2 pada masa mendatang. Untuk
itu diperlukan undang-undang yang mengatur tentang
persekutuan usaha yang dapat menjamin iklim dunia usaha yang
kondusif. Hal ini mengingat bentuk usaha persekutuan usaha
merupakan bentuk organisasi bisnis yang sangat penting saat ini
dalam perekonomian di Indonesia.
1
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 1
12/12/2012 9:34:52 AM
2
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 2
12/12/2012 9:34:53 AM
3
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 3
12/12/2012 9:34:53 AM
4
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 4
12/12/2012 9:34:53 AM
5
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 5
12/12/2012 9:34:53 AM
12/12/2012 9:34:53 AM
Doktrin Piercing the corporate veil yang secara harfiah berarti membuka
cadar perseroan yang dalam Law black Dictionary dikatakan merupakan suatu
proses peradilan di mana pengadilan akan mengabaikan kekebalan yang biasa dari
pengurus perseroan (officers) atau badan (entities) dari tanggung jawab atas
kesalahan atau pelanggaran dalam melakukan kegiatan perseroan dan tanggung
7
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 7
12/12/2012 9:34:53 AM
8
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 8
12/12/2012 9:34:53 AM
4.
16
9
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 9
12/12/2012 9:34:53 AM
5.
18
Robb Atkinson, Connecting Business Ethics And Legal Ethicss For The
Common Good: Come, Let Us Reason Together, Journal of Corporation Law 29
(Spring 2004); 476.
19
An Interfaith Declaration menyampaikan beberapa prinsip agama yang
dikaitkan dengan etika bisnis yaitu: (1) justice; (2) Mutual Respect; (3) Stewardship;
(4) Honesty. Simon Webley, Values Ingerent An Interfaith Declaration. A Code of
Ethics on International Business for Christians, Muslims and Jews. (Amman,
Jordan, 1993), Lihat John Hick, Towards A Universal Declaration Of A Global
Ethic A Christian Comment, diunduh dari http://astro.temple.edu/dialogue/center/hick.htm. Lihat Khalid Duran, Leonard Swidlers Drafts Of A
Global Ethic A Muslim Perspective diunduh dari http://astro. Temple.edu/dialogue/Center/duran.htm.
20
Definisi ini dikutip Lundbland dari OECD in 2001: Corporate
Responsibilities: Private Imitiatives and Public Goals, Claes lundblad, Some Legal
Dimension of Corproate Code of Conduct (Deventer: Kluwer Law international,
2005), hlm. 387.
10
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 10
12/12/2012 9:34:53 AM
Kerangka Konsepsional
Selanjutnya untuk menghindari salah pengertian,
paragraf-paragraf berikut ini akan menguraikan konsep
penelitian dengan memberikan definisi operasional dari
istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan ini sebagai
berikut:
a. Badan Usaha adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan
terus menerus dan didirikan, bekerja, serta
berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia untuk
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.22 Dari
uraian di atas bahwa pengertian perusahaan ada dua hal
pokok, yaitu: (a) bentuk usaha berupa organisasi atau
badan usaha; (b) jenis usaha berupa kegiatan dalam
bidang perekonomian yang dilakukan secara terus
21
Ibid.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan, pada Pasal 1, huruf (b).
22
11
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 11
12/12/2012 9:34:53 AM
b.
c.
23
12
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 12
12/12/2012 9:34:54 AM
d.
e.
f.
bersatu secara sukarela, untuk memenuhi kebutuhankebutuhan dan asosiasi-asosiasi ekonomi, sosial dan
hidup mereka melalui perusahaan yang dimiliki dan
dikendalikan bersama secara demokratis.
Persekutuan Firma (Fa) adalah suatu usaha bersama
antara dua orang atau lebih untuk menjalankan suatu
usaha di bawah suatu nama bersama. Perusahaan dalam
bentuk Firma ini di awal penyebutan namanya sering
disingkat dengan Fa, misalnya Fa. Hasan & Co.25
Adapun persekutuan Firma adalah salah satu bentuk
persekutuan khusus yang diatur secara khusus dalam
KUHD, sebagaimana termaktub dalam pasal 16, Yang
dinamakan persekutuan firma adalah tiap-tiap
persekutuan
(perdata)
yang
didirikan
untuk
menjalankan sesuai perusahaan di bawah satu nama
bersama.
Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennoot
schap) biasanya disebut komanditer, adalah suatu
perusahaan yang didirikan oleh satu atau beberapa
orang secara tanggung menanggung, bertanggungjawab
untuk seluruhnya atau bertanggung jawab secara
solider, dengan satu orang atau lebih sebagai pelepas
uang (geldschieter).26
Persekutuan perdata adalah sekumpulan dari orangorang yang biasanya memiliki profesi yang sama dan
berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan
nama bersama atau disebut maatschap.
F. Metode Penelitian
Dengan mengacu pada pertanyaan penelitian pada butir
Perumusan Masalah, penelitian ini menggunakan pendekatan
25
13
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 13
12/12/2012 9:34:54 AM
14
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 14
12/12/2012 9:34:54 AM
a.
2.
Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan terhadap kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dan pencermatan perkembangan
dan perilaku bisnis atas permasalahan yang terkait
dengan upaya tanggung jawab hukum persekutuan
komanditer, persekutuan Firma dan persekutuan
perdata.
b. Bencmarking (membandingkan dengan negara lain)
Studi literatur digunakan dalam membandingkan
beberapa hal tentang perilaku bisnis yang ditandai
dengan adanya good corporate governance terhadap
persekutuan komanditer, persekutuan firma dan
persekutuan perdata di negara-negara lain. Beberapa
hal tersebut misalnya tindakan atau langkah-langkah
yang dilakukan dalam rangka mengembangkan ketiga
bentuk badan usaha tersebut, serta kerangka peraturan
yang terkait dengan perilaku bisnisnya.
c. Analisis
Analisis dilakukan terhadap kekurangan, hal-hal yang
masih perlu disempurnakan, dan hal-hal yang perlu
dipertahankan terhadap langkah-langkah tanggung
jawab hukum perusahaan terhadap badan usaha yang
berbentuk Persekutuan perdata, Firma dan CV.
Penelitian lapangan, terdiri dari sebagai berikut:
a. In-Depth Interview
Wawancara secara mendalam dilakukan untuk
menjaring informasi selengkap mungkin berupa
pandangan, pemikiran, dan harapan mengenai perilaku
bisnis dari pelaku kebijakan, pelaksana kebijakan, para
pengamat/ahli di bidang hukum bisnis. Informasi ini
tergolong sebagai pendapat ahli sehingga diperlukan
key-informant, yakni tokoh-tokoh yang terkait dengan
hukum bisnis, misalnya penyusun peraturan
perundang-undangan, pelaku/praktisi dunia usaha, dan
pengamat/analisis business law.
15
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 15
12/12/2012 9:34:54 AM
b.
c.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini
disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
31
16
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 16
12/12/2012 9:34:54 AM
BAB I
PENDAHULUAN
akan menguraikan latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kerangka teori dan konsepsional, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
PERSEKUTUAN
USAHA
DAN
PRINSIP
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN
DI INDONESIA
akan menguraikan (a) Persekutuan Perdata
(Burgerlijke Maatschap): Pengertian, Jenis-jenis
Maatschap,
Sifat
Pendirian,
Maatschap,
Keanggotaan Maatschap, Hubungan Intern Para
Sekutu,
Pengurus
Maatschap,
Pembagian
keuntungan dan Kerugian, Tanggung jawab Intern
antara Sekutu, Tanggung jawab sekutu Maatschap
dengan Pihak Ketiga, Maatschap bukan Badan
Hukum, dan Bubarnya Maatschap. (b) Persektuan
Dengan Firma: Pengertian, Sifat-sifat Kepribadian,
Pendirian Firma, Hubungan Antara Sekutu,
Pengurus Firma, Tanggung jawab Sekutu baru,
Kewenangan Mewakili dan Bertindak Keluar, Firma
Bukan badan Hukum, dan Bubarnya Persekutuan
Firma. (c) Persekutuan Komanditer: Pengertian,
Komanditer Bukan meminjamkan Uang, Jenis-jenis
CV, Hubungan Intern antara Para Sekutu CV,
Hubungan Hukum Ekstern Dengan Pihak ketiga,
Kedudukan hukum CV, Bubarnya CV. (d) Prinsip
tanggung jawab hukum perusahaan di Indonesia
BAB III
PENYAJIAN
DATA
PENELITIAN
PERSEKUTUAN USAHA DI INDONESIA
akan menguraikan (a) Dasar Hukum Pembentukan
Persekutuan Usaha (b) Persekutuan Perdata (c)
Firma (d) Persekutuan Komanditer (e) Hubungan
17
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 17
12/12/2012 9:34:54 AM
BAB V
PENUTUP
akan menyimpulkan dan menyarakan hasil-hasil
penelitian yang telah dituangkan dalam bab-bab
sebelumnya dan mengajukan saran sebagai implikasi
teoretis maupun praktis penelitian ini.
18
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 18
12/12/2012 9:34:54 AM
BAB II
PERSEKUTUAN USAHA DAN PRINSIP
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN DI
INDONESIA
A. Persekutuan Perdata (Burgerlijke Maatschap)
1. Pengertian
Menurut pandangan klasik, Burgerlijke Maatschap atau
lebih populer disebut Maatschap merupakan bentuk genus
(umum) dari Persekutuan Firma (VoF) dan Persekutuan
Komanditer (CV). Bahkan menurut pandangan klasik,
Maatschap tersebut mulanya merupakan bentuk genus pula
dari Perseroan Terbatas (PT). Hanya saja, karena saat ini
tentang PT sudah jauh berkembang, maka ada pendapat
yang mengatakan PT bukan lagi termasuk bentuk spesies
(khusus) dari Maatschap.32
Bila Firma dan CV sebagai bentuk Maatschap, maka ia
akan mengandung pula karakteristik-karakteristik dari
Maatschap, sepanjang tidak diatur secara khusus dan
menyimpang dalam KUHD. Jelasnya, apa yang diatur
dalam KUHPerdata mengenai Maatschap berlaku pula
terhadap Firma dan CV. Keadaan ini terbaca dalam Pasal 15
KUHD, yang menyatakan bahwa:
Persekutuan-persekutuan yang disebut dalm Buku I,
Bab III, bagian I KUHD diatur oleh perjanjianperjanjian antara para pihak dan oleh KUHPerdata.
Sebenarnya, apa yang diatur dalam Pasal 15 KUHD
sejalan dengan apa yang diatur dalam Pasal 1 KUHD.
Sebab KUHD itu sendiri merupakan spesies dari
KUHPerdata yang merupakan genusnya.
Dalam kepustakaan dan ilmu hukum, istilah
persekutuan bukanlah istilah tunggal, karena ada istilah
32
19
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 19
12/12/2012 9:34:54 AM
20
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 20
12/12/2012 9:34:54 AM
Menurut
Purwosutjipto,
persekutuan
perdata
(burgerlijke maatschap) sebagaimana diatur dalam Buku
III, bab VIII KUHPerdata adalah persekutuan yang
termasuk dalam bidang hukum perdata umum, sebab apa
yang disebut burgerlijke maatschap itu pada umumnya
tidak menjalankan perusahaan. Tetapi dalam praktik,
persekutuan perdata juga sering menjalankan persusahaan.
Namun persekutuan yang dimaksud adalah persekutuan
perdata khusus. Hal ini dapat diketahui dari Pasal 1623
KUHPerdata jo. Pasal 16 KUHD Pasal 1623 KUHPerdata
berbunyi:
Persekutuan perdata khusus ialah persekutuan
perdata yang hanya mengenai barang-barang tertentu
saja, pemakaian atau hasil yang didapat dari barangbarang itu atau mengenai suatu usaha tertentu,
melakukan
perusahaan
ataupun
melakukan
pekerjaan.
Sedangkan Pasal 16 KUHD berbunyi:
Yang dinamakan persekutuan Firma ialah
perskutuan
perdata
yang
didirikan
untuk
menjalankan perusahaan dengan nama bersama
(firma).
Batasan yuridis Maatschap dimuat di dalam Pasal 1618
KUHPerdata yang dirumuskan sebagai berikut:
Persekutuan perdata (Maatschap) adalah suatu
persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
(inbreng) dalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan yang terjadi karenanya.
Menurut Soenawar Soekowati, Maatschap adalah suatu
organisasi kerja sama dalam bentuk taraf permulaan dalam
suatu usaha. Yang dimaksudkan dalam taraf permulaan di
sini adalah bahwa Maatschap merupakan sutau badan yang
21
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 21
12/12/2012 9:34:55 AM
34
22
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 22
12/12/2012 9:34:55 AM
2.
Jenis-jenis Maatschap
Sesuai dengn Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) sebagai sumber hukumnya, maatschap itu
terbagi dua, yaitu sebagai berikut:
1) Maatschap Umum (Pasal 1622 KUHPerdata)
Maatschap umum meliputi apa saja yang akan
diperoleh para sekutu sebagai hasil usaha mereka
selama maatschap berdiri. Maatschap jenis ini
usahanya bisa bermacam-macam (tidak terbatas), yang
penting inbrengnya ditentukan secara jelas/terperinci.
2) Maatschap Khusus (Pasal 1623 KUHPerdata)
Maatschap khusus (bijzondere maatschap) adalah
maatschap yang gerak usahanya ditentukan secara
khusus, bisa hanya mengenai barang-barang tertetu
saja, atau pemakaiannya, atau hasil yang akan didapat
dari barang-barang itu, atau mengenai suatu usaha
tertentu atau penyelenggaraan suatu perusahaan atau
pekerjaan tetap. Jadi, penentuannya ditekankan pada
jenis usaha yang dikelola oleh maatschap (umum atau
khusus), bukan pada inbrengnya. Mengenai
pemasukan, baik pada maatschap umum mauapun
maatschap khsuus harus ditentukan secara jelas atau
terperinci. Kedua, maatschap ini dibolehkan, yang
tidak dibolehkan adalah maatschap yang sangat umum
yang inbrengnya tidak diatur secara terperinci, seperti
yang disinggung oleh Pasal 1621KUHPerdata.
Maatschap termasuk salah satu jenis kemitraan
(partnership) yang dikenal dalam Hukum Perusahaan di
Indonesia, di samping bentuk lainnya, seperti Vennootschap
Onder Firma (Fa) dan Commanditer Vennotschap (CV).
Maatschap merupakan bentuk usaha yang biasa
dipergunakan oleh para Konsultan, Ahli hukum, Notaris,
Dokter, Arsitek, dan profesi-profesi sejenis lainnya.
23
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 23
12/12/2012 9:34:55 AM
35
24
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 24
12/12/2012 9:34:55 AM
Keanggotaan Maatschap
Keanggotaan suatu maatschap penekananya diletakkan
pada sifat kapasitas kepribadian (persoonljke capacieil) dari
orang (sekutu) yang bersangkutan. Pada asasnya,
maatschap terikat pada kapasitas kepribadian dari masingmasing anggota, dan cara masuk keluarnya ke dalam
maatschap ditentukan secara statutair (tidak bebas). Adapun
sifat kapasitas kepribadian dimaksud diutamakan, seperti:
sama-sama seprofesi, ada hubungan keluarga, atau teman
karib.
KUHPerdata (Bab VIII) sendiri juga tidak melarang
adanya maatschap antara suami-istri. Meskipun tidak
dilarang, maatschap yang didirikan antara sumai-istri, di
mana ada kebersamaan harta kekayaan (huwelijk
gemeenschap van goederen), maka maatschap demikian
tidak berarti apa-apa, sebab kalau ada kebersamaan harta
kekayaan (harta perkawinan), maka pada saat ada
keuntungan untuk suami-istri itu tidak ada bedanya, kecuali
pada saat perkawinan diadakan perjanjian pemisahan
kekayaan.
5.
25
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 25
12/12/2012 9:34:55 AM
Pengurusan Maatschap
Pengangkatan pengurus Maatschap dapat dilakukan
dengan dua cara (Pasal 1636), yaitu:
1) Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian
maatschap. Sekutu maatschap ini disebut sekutu
statuter (gerant statutaire);
2) Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta
khusus. Sekutu pengurus ini dinamakan sekutu
mandater (gerant mandataire).
Perbedaan kedudukan hukum antara sekutu statuter dan
sekutu mandater:
a) Menurut Pasal 1636 ayat (2) KUHPerdata, selama
berjalannya maatshcap, sekutu statuter tidak boleh
diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan menurut
hukum, misalnya tidak cakap, kurang seksama,
ceroboh, menderita sakit dalam waktu lama, atau
keadan-keadaan atau peristiwa-peristiwa yang tidak
memungkinkan seorang sekutu pengurus itu
melaksanakan tugasnya secara baik.
b) Yang memberhentikan sekutu statuter ialah maatschap
itu sendiri.
26
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 26
12/12/2012 9:34:55 AM
12/12/2012 9:34:55 AM
9.
28
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 28
12/12/2012 9:34:55 AM
29
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 29
12/12/2012 9:34:55 AM
12/12/2012 9:34:56 AM
12/12/2012 9:34:56 AM
36
32
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 32
12/12/2012 9:34:56 AM
Gero Pfeiffer and Sven Timmerbeil, Loc.Cit. As a general rule, the partners
share equally in profits and losses. However, the partners often agree upon other
distribution procedures based on the amount of contribution made by the respective
partner.
40
M. Natzir Said, Hukum Perusahaan di Indonesia I, (Perorangan),
(Bandung: alumni1987, hlm. 117.
41
Ibid.
42
Ibid, hlm. 119.
33
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 33
12/12/2012 9:34:56 AM
43
Bandingkan dengan ulasan yang dikemukakan oleh Zaeni Asyhadie,
hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), hlm. 37-38.
34
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 34
12/12/2012 9:34:56 AM
Sifat Kepribadian
Sebagaimna yang berlaku dan menjadi ciri sebuah
Maatschap, maka kapasitas atau sifat kepribadian yang
tebal juga menjadi ciri sebuah Firma, hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 16 KUHD yang menyebutkan Firma
44
Pasal 18 KUHD berbunyi: dalam pesekutuan Firma adalah tiap-tiap sekutu
secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala
perikatan dari persekutuan.
35
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 35
12/12/2012 9:34:56 AM
Pendirian Firma
Menurut Pasal 16 KUHD jo. Pasal 1618 KUHPerdata,
pendirian Firma tidak disyaratkan adanya akta, tetapi pasal
22 KUHD45 mengharuskan pendirian Firma itu dengan akta
otentik. Namun demikian, ketentuan Pasal 22 KUHD tidak
diikuti dengan sanksi bila pendirian Firma itu dibuat tanpa
akta otentik. Bahkan menurut pasal ini, dibolehkan juga
Firma didirikan tanpa akta otentik. Ketiadaan akta otentik
tidak dapat dijadikan argumen untuk merugikan pihak
ketiga. Ini menunjukan bahwa akta otentik tidak menjadi
syarat mutlak bagi pendirian Firma, sehingga menurut
hukum Firma tanpa akta juga dapat berdiri. Akta hanya
diperlukan apabila terjadi suatu proses. Disini kedudukan
akta itu lain daripada akta dalam pendirian suatu PT. Pada
PT, akta otentik merupakan salah satu syarat pengesahan
45
Pasal 22 KUHD; Tiap-tiap Persekutuan Firma harus didirikan dengan akta
otentik, akan tetapi ketiadaan akta demikian tidak dapat dikemukakan untuk
merugikan pihak ketiga.
36
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 36
12/12/2012 9:34:56 AM
37
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 37
12/12/2012 9:34:56 AM
38
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 38
12/12/2012 9:34:56 AM
Pengurus Firma
Pengurus Persekutuan Firma harus ditentukan dalam
perjanjian pendirian Firma (garant statutaire). Bila hal itu
tidak diatur, maka harus diatur secara tersendiri dalam suatu
akta (garant mandataire), yang juga harus didaftarkan pada
kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat dan diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
Pendaftaran dan pengumuman penting agar pihak ketiga
dapat mengetahui siapa-siapa yang menjadi pengurus Firma
dan siapa pihak ketiga itu akan mengadakan hubungan
hukum.
Keberadaan pengurus dalam Firma semata-mata untuk
memudahkan pihak ketiga berhubungan dengan Firma.
Penetapan pengurus tidak membawa konsekuensi pada
tanggung jawab seperti yang berlaku dalam CV Tanggung
Jawab di antara sekutu Firma adalah sama, baik secara
internal maupun eksternal dengan pihak ketiga.
Dalam Firma, kemungkinan ada pemisahan antar pihak
pengurus dan pihak yang mewakili Firma untuk bertindak
keluar (pemegang kuasa). Seorang sekutu Firma (Pasal 17
39
12/12/2012 9:34:56 AM
50
Pasal 17 KUHD: Tiap-tiap sekutu yang tidak dikecualikan dari satu sama
lain, berhak untuk bertindak untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama
persekutuan, pula untuk mengikat persekutuan itu dengan pihak ketiga dan pihak
ketiga dengannya.
40
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 40
12/12/2012 9:34:57 AM
41
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 41
12/12/2012 9:34:57 AM
54
H.M.N, Pirwo sutjipto, Pengertian hukum dagang indonesia (bentukbentuk Perusahaan), Op. cit, hlm. 61.
42
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 42
12/12/2012 9:34:57 AM
55
43
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 43
12/12/2012 9:34:57 AM
44
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 44
12/12/2012 9:34:57 AM
persekutuan tetapi harus mendapat pengakuan undangundang atau pengesahan dari pemerintah sebagai unsur
formil.
Walaupun Firma mempunyai modal yang terpisah
dengan harta para sekutunya, namun karena Firma bukan
merupakan badan hukum (karena tidak memenuhi syarat
materiil dan syarat formil sekaligus), maka Firma tidak
dapat mengambil bagian dalam lalu lintas hukum. Demikian
juga Firma, tidak dapat mengadakan tindakan hukum dan
tidak memiliki hak dan kewajiban seperti badan hukum
pada umumnya. Karena bukan badan hukum, maka Firma
tidak mempunyai alat-alat seperti pengurus yang dapat
melakukan tindakan hukum.57
9.
57
45
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 45
12/12/2012 9:34:57 AM
46
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 46
12/12/2012 9:34:57 AM
59
Ibid.
47
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 47
12/12/2012 9:34:57 AM
48
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 48
12/12/2012 9:34:57 AM
60
61
49
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 49
12/12/2012 9:34:57 AM
Ibid.
50
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 50
12/12/2012 9:34:58 AM
b.
2.
63
51
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 51
12/12/2012 9:34:58 AM
64
65
52
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 52
12/12/2012 9:34:58 AM
c.
53
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 53
12/12/2012 9:34:59 AM
b.
c.
4.
67
54
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 54
12/12/2012 9:34:59 AM
12/12/2012 9:34:59 AM
56
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 56
12/12/2012 9:34:59 AM
12/12/2012 9:34:59 AM
Kedudukan Hukum CV
Persekutuan Komanditer (CV) tidak diatur secara
khusus oleh undang-undang baik di dalam KUHPerdata
maupun KUHD, akan tetapi pengaturannya mengacu pada
ketentuan-ketentuan Maatschap dalam KUHPerdata dan
Persekutuan Firma, antara lain Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21,
Pasal 30 ayat (2) dan Pasal 32 KUHD. Ketentuan-ketentuan
Maatschap diberlakukan tentu saja sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan khusus dalam KUHD
seperti disebutkan di atas.
Kedudukan hukum CV dikenal dalam keadaan statis
tunduk sepenuhnya pada hukum Perdata (KUHPerdata dan
KUHD). Demikian juga dalam keadaan bergerak tunduk
sepenuhnya pada hukum Perdata (KUHPerdata dan
KUHD).
Kedudukan hukum CV dalam keadaan statis
dimaksudkan semua perbuatan dan perhubungan hukum
intern CV, seperti perbuatan hukum pendirian yang
dilakukan di hadapan Notaris (Pasal 22 ayat (1) KUHD).
Demikian juga dengan perhubungan hukum intern CV
dengan para sekutu pengurus maupun sekutu komanditer,
dan sebagainya. Kedudukan hukum CV dalam keadaan
bergeraknya
dimaksudkan
setiap
perbuatan
dan
perhubungan hukum keluar (ekstern) dengan pihak ketiga.
Khusus terhadap CV atas saham, maka ketentuan
tentang pengaturan kedudukan saham-saham dan pemegang
saham mirip dengan ketentuan yang mengatur saham pada
Perseroan Terbatas (PT), sedangkan perbedaannya terletak
antar lain dalam hal-hal sebagi berikut:68
68
58
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 58
12/12/2012 9:34:59 AM
a.
b.
59
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 59
12/12/2012 9:34:59 AM
ini diperlakukan
kepentingannya.
7.
69
70
agar
pihak
ketiga
lebih
terjamin
Bubarnya CV
Persekutuan Komanditer pada hakikatnya adalah Firma,
sehingga cara pembubaran Firma berlaku juga pada CV,
yaitu dengan cara sebagai berikut: (Pasal 31 KUHD)
a. Berakhirnya jangka waktu CV yang ditetapkan dalam
anggaran dasar;
b. Akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu;
c. Akibat perubahan anggaran dasar.
Pembubaran CV sama dengan Firma, yaitu harus
dilakukan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris,
didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri, dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Kelalaian
pendaftaran dan pengumuman ini mengakibatkan tidak
berlakunya pembubaran pengunduran diri, pemberhentian,
dan perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga.69
Setiap pembubaran CV memerlukan pemberesan, baik
mengenai keuntungan maupun kerugian. Pemberesan
keuntungan dan kerugian dilakukan menurut ketentuan
dalam anggaran dasar. Apabila dalam anggaran dasar tidak
ditentukan, berlakulah ketentuan Pasal 1633 sampai dengan
1635 KUHPerdata. Apabila pemberesan selesai dilakukan
masih ada sisa sejumlah uang, sisa uang tersebut dibagikan
kepada semua sekutu menurut perbandingan pemasukan
(inbreng) masing-masing. Jika setelah pemberesan terdapat
kekurangan (kerugian), maka penyelesaian atas kerugian
tersebut juga dilakukan menurut perbandingan pemasukan
masing-masing.70
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh badan usaha
berbentuk Persekutuan Komanditer (CV) ini bila dijalankan.
Sebagai berikut:
Abdul kadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 98.
Ibid.
60
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 60
12/12/2012 9:34:59 AM
1.
Kelebihan
a. Spesifikasi dalam aktivitas/kegiatan semakin
kelihatan;
b. proses pendiriannya relatif mudah;
c. kemampuan manajemen lebih besar;
d. Terdapat sekutu komanditer yang memiliki peran
dalam pengembangan modal dan perusahaan;
e. Modal yang dikumpulkan dapat lebih besar, karena
ada peluang masuknya sekutu komanditer lain
untuk bergabung;
f. Mudah memperoleh kredit dan melakukan
ekspansi usaha.
2. Kekurangan
a. Sebagian
sekutu
yang
menjadi
sekutu
komplementer memiliki tanggung jawab tidak
terbatas;
b. Sulit menarik kembali modal yang sudah
ditanamkan;
c. Sekutu komanditer tidak memiliki akses untuk
mengelola perusahaan;
d. Kemungkinan perusahaan salah urus bisa lebih
besar, karena hak mutlak pengurusan berada di
tangan sekutu komplementer;
e. Kelangsungan hidup perusahan tidak menentu.
Secara umum, CV adalah bagian dari Firma, karena CV
lahir dari dan merupakan pengembangan yang lebih
sempurna dari Firma. Namun demikian, sedikitnya terdapat
lima perbedaan yang dapat diidentifikasi antara CV dan
Firma, sebagai berikut:
1. Perbedaan Firma
a. Tidak ada pembedaan kedudukan di antara para
sekutu;
b. Semua sekutu memiliki hak dan tanggung jawab
yang sama;
c. Jumlah inbreng di antar sekutu sama;
61
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 61
12/12/2012 9:34:59 AM
d.
2.
12/12/2012 9:35:00 AM
63
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 63
12/12/2012 9:35:00 AM
74
64
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 64
12/12/2012 9:35:00 AM
12/12/2012 9:35:00 AM
75
Ultra Vires
Selanjutnya mengenai doktrin Ultra vires atau
pelampauan kewenangan berasal dari bahasa latin di luar
atau melebih kekuasaan (autside the power), yaitu di luar
kekuasaan yang diizinkan oleh hukum terhadap suatu badan
hukum. Prinsip ini khususnya dipakai terhadap tindakan
persekutuan yang melebihi kekuasaannya sebagaimana
diberikan oleh Anggaran Dasarnya atau peraturan yang
melandasinya pembentukan persekutuan tersebut.75
Doktrin ultra vires merupakan upaya hukum
perusahaan yang modern yang pada prinsipnya ditujukan
kepada setiap tindakan (yang mengatasnamakan
perusahaan), tetapi sebenarnya di luar dari ruang lingkup
kekuasaan dari perusahaan tersebut sebagaimana yang
tertera dalam anggaran dasarnya. Dalam penerapannya
prinsip ini ditafsirkan secara lebih luas dari sekedar
perbuatan di luar lingkup usahanya sesuai anggaran
dasarnya, tetapi juga meliputi perbuatan-perbuatan sebagai
berikut:
Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 110.
66
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 66
12/12/2012 9:35:00 AM
1.
2.
3.
12/12/2012 9:35:00 AM
68
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 68
12/12/2012 9:35:00 AM
69
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 69
12/12/2012 9:35:00 AM
70
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 70
12/12/2012 9:35:01 AM
Ibid., hlm. 5.
71
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 71
12/12/2012 9:35:01 AM
Ibid, hlm. 9.
72
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 72
12/12/2012 9:35:01 AM
73
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 73
12/12/2012 9:35:01 AM
74
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 74
12/12/2012 9:35:01 AM
12/12/2012 9:35:01 AM
76
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 76
12/12/2012 9:35:01 AM
77
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 77
12/12/2012 9:35:01 AM
78
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 78
12/12/2012 9:35:02 AM
79
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 79
12/12/2012 9:35:02 AM
80
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 80
12/12/2012 9:35:02 AM
Code of Conduct
OECD memberikan definisi Code of Conduct yang
dirumuskan dari kajian secara komprehensif yaitu:
commitments voluntary made by companies, association or
other entities, which put forward standards and principles
for the conduct of busimess activities in the market
place.94
93
81
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 81
12/12/2012 9:35:02 AM
82
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 82
12/12/2012 9:35:02 AM
98
Caux Round Table: Principles for Business, Human Right Library,
University
of
Minessota,
di
unduh
dari
http://www1.umn.edu
/humanrts/instree/cauxm-dtbl.htm.
83
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 83
12/12/2012 9:35:02 AM
d.
e.
f.
g.
84
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 84
12/12/2012 9:35:02 AM
BAB III
PENYAJIAN DATA PENELITIAN
PERSEKUTUAN USAHA DI INDONESIA
A. Dasar Hukum Pembentukan Persekutuan Usaha
Pembentukan organisasi bisnis yang dalam hukum perdata
disebut persekutuan diatur di dalam Pasal 1618 dan Pasal
1619 KUHPerdata, sebagai berikut:
Pasal 1618:
Persekutuan adalah suatu perjanjian (kontrak) dengan mana
dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang terjadi karenanya.
Pasal 1619:
Segala persekutuan harus mengenai sesuatu yang halal dan
harus dibuat untuk manfaat bersama para pihak. Masingmasing sekutu diwajibkan memasukkan uang, barang-barang
lain ataupun kerajinannya ke dalam perseroan itu.
Dari kedua pasal KUHPerdata di atas dapat diketahui
bahwa suatu persekutuan yang didirikan harus memenuhi
minimal 5 (lima) unsur sebagai berikut:
(a) Unsur perjanjian, yaitu suatu persekutuan harus dibuat
dalam bentuk perjanjian (kontrak) yang membawa
konsekuensi hukum yang berisi hak dan kewajiban para
pihak yang harus tunduk terhadap isi perjanjian
sebagaimana diatur di dalam Pasal 1233 dan Pasal 1320
KUHPerdata.
(b) Unsur memasukkan kebendaan, yaitu masing-masing pihak
wajib memasukkan harta (kebendaan) ke dalam persekutuan
yang selanjutnya menjadi milik bersama yang dapat
digunakan, dimanfaatkan dan dikelola oleh para pihak
dalam persekutuan untuk memperoleh keberuntungan.
85
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 85
12/12/2012 9:35:02 AM
86
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 86
12/12/2012 9:35:02 AM
12/12/2012 9:35:03 AM
2.
3.
4.
88
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 88
12/12/2012 9:35:03 AM
12/12/2012 9:35:03 AM
90
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 90
12/12/2012 9:35:03 AM
2.
3.
Pembubaran Firma
Pengaturan pembubaran firma cukup diatur dalam
KUHPerdata, yaitu di BUKU III Bab VIII bagian IV.
Berdasarkan Pasal 1646 KUHPerdata persekutuan dapat
berakhir karena hal-hal sebagai berikut:
(a) Jangka waktunya sudah habis;
(b) Diputuskan oleh para anggotanya untuk dibubarkan;
(c) Firma dan anggotanya jatuh pailit;
(d) Salah seorang anggota meninggal dunia, keluar atau
berada di bawah pengampuan;
(e) Tujuan dari Firma telah tercapai.
Berakhirnya persekutuan firma yang disebabkan
meninggalnya salah seorang sekutu, dapat dikesampingkan
jika sebelumnya di antara sekutu-sekutu tersebut telah
diperjanjikan bahwa meninggalnya salah seorang sekutu
tidak berpengaruh terhadap kelangsungan firma.
Persekutuan (dalam hal ini firma) tersebut dapat
berlangsung terus dengan ahli warisnya, atau akan
berlangsung terus di antara sekutu-sekutu yang masih ada
(pasal 1651 KUHPerdata).
91
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 91
12/12/2012 9:35:03 AM
4.
D. Persekutuan Komanditer
Persekutuan komanditer (CV) adalah persektuan firma
yang memiliki satu atau beberapa orang sekutu komanditer.
Sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan
uang, barang, atau tenaga sebagai pemasukan kepada
persekutuan, dan dia tidak ikut campur dalam pengurusan atau
penguasaan dalam persekutuan.
Status sekutu komanditer dapat disamakan dengan seorang
yang menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya
menantikan hasil keuntungan dan inbreng yang dimasukkan itu,
dan tidak ikut campur dalam kepengurusan, pengusahaan dan
92
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 92
12/12/2012 9:35:03 AM
2.
93
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 93
12/12/2012 9:35:03 AM
1.
12/12/2012 9:35:03 AM
1.
95
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 95
12/12/2012 9:35:03 AM
12/12/2012 9:35:04 AM
12/12/2012 9:35:04 AM
2.
98
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 98
12/12/2012 9:35:04 AM
12/12/2012 9:35:04 AM
100
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 100
12/12/2012 9:35:04 AM
BAB IV
ANALISIS HUKUM
PERSEKUTUAN USAHA DI INDONESIA
A. Prinsip Hukum Yang Mendasari Persekutuan Perdata,
Persekutuan Dengan Firma dan Persekutuan Komanditer
1. KUHPerdata dan KUHD
Bentuk usaha persekutuan di Indonesia diatur dalam
dua kodifikasi yaitu persekutuan perdata (maatschap)
diatur dalam KUHPerdata dan Persekutuan dengan Firma
dan Persekutuan Komanditer, diatur dalam Kitab UndangUndang Hukum Dagang (KUHD).
Di samping itu
mengingat bahwa hubungan intern dari ketiga jenis
persekutuan usaha tersebut mempunyai landasan hukum
yang sama yakni (Pasal 19 KUHD jo. Pasal 16 KUHD jo.
Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652 KUHPerdata kecuali
Pasal 1642 sampai dengan Pasal 1645 KUHPerdata) dan
mengingat bahwa KUHD adalah ketentuan khusus
KUHPerdata yang adalah ketentuan umumnya (Pasal 1
KUHD), maka ketentuan hukum intern ini harus dilihat
dalam KUHPerdata khususnya dalam Buku II Bab 8.
a. Persekutuan Usaha Pada umumnya
Dari apa yang telah dikemukakan di atas dapat
dideskripsikan bahwa subjek hukum atau pengemban
hak dan kewajiban dari suatu persekutuan usaha adalah
orang-orang atau individu-individu. Atau dengan kata
lain persekutuan usaha bukanlah suatu badan hukum.
Ini berarti bahwa dalam persekutuan usaha perikatan
dengan pihak ketiga menjadi tanggung jawab sekutu
atau para sekutu untuk sepenuhnya yaitu tidak hanya
terbatas pada pemasukannya saja dalam persekutuan
akan tetapi sampai harta pribadinya (Pasal 1642 sampai
dengan 1645 KUHPerdata dan Pasal 18 jo. Pasal 19
KUHDagang).
101
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 101
12/12/2012 9:35:04 AM
12/12/2012 9:35:04 AM
12/12/2012 9:35:04 AM
12/12/2012 9:35:04 AM
c.
12/12/2012 9:35:05 AM
1.
2.
3.
Cara Mendirikan
Mendirikan suatu persekutuan usaha tidak
harus dengan suatu akta. Persekutuan usaha sudah
ada sejak adanya kesepakatan (Pasal 1624
KUHPerdata). Artinya bahwa akta pendirian tidak
menjadi syarat untuk adanya suatu persekutuan
usaha. Pasal 11 KUHDagang tidak dapat dijadikan
landasan hukum mengenai cara mendirikan
Persekutuan dengan Firma atau persekutuan
Komanditer. Justru dari pasal ini kita ketahui
bahwa akta pendirian firma tidak menjadi syarat
untuk adanya persekutuan tetapi hanya merupakan
alat bukti akan adanya persekutuan dengan Firma
(Pasal 22 sampai dengan Pasal 29 KUHDagang).
Dalam mengadakan persetujuan untuk
mengadakan Persekutuan usaha dengan sendirinya
ketentuan-ketentuan mengenai syarat sahnya
persetujuan sebagaimana ditur dalam KUHPerdata
(undang-undang tentang hukum perikatan) tidak
dapat diabaikan.
Modal
Modal (inbreng atau pemasukan) persekutuan
usaha didapat dari para sekutu baik berupa uang,
hak, barang, kerajinan ataupun hak untuk
menikmati suatu barang (Pasal 1619 jo. Pasal 1631
KUHPerdata). Sekutu yang lalai menyerahkan
pemasukannya dianggap berutang terhitung sejak
tanggal pemasukkan tersebut seyogianya sudag
harus diserahkan (Pasal 1625 sampai dengan Pasal
1627 KUHPerdata).
Tujuan
Tujuan bersekutuan dalam suatu Persekutuan
Usaha adalah untuk memperoleh keuntungan
bersama. Karenanya para sekutu berkewajiban
untuk mendahulukan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi sebagai anggota
106
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 106
12/12/2012 9:35:05 AM
4.
5.
6.
12/12/2012 9:35:05 AM
(b) Dengan
musnahnya
barang
atau
diselesaikannya perbuatan yang menjadi
pokok persekutuan;
(c) Atas kehendak semata-mata seorang atau
beberapa anggota sekutu;
(d) Jika salah seorang sekutu meninggal atau
ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan
pailit (Pasal 1646 sampai dengan Pasal 1652
KUHPerdata).
Untuk Persekutuan Usaha terbuka yaitu
Persekutuan dengan Firma dan Persekutuan
Komanditer berakhirnya persekutuan harus dinayatakan
dengan akta otentik yang didaftarkan dan diumumlkan
(Pasal 30 jo. Pasal 31 KUHD).
d. Hubungan Ekstern Para Sekutu Persekutuan Usaha
Di atas telah dikemukakan bahwa berbagai jenis
Persekutuan Usaha ini mempunyai kesamaan dalam hal
intern. Oleh karenanya hubungan intern dari masingmasing jenis Persekutuan Usaha itu dapat dibahas
sekaligus bersamaan dengan landasan hukum yang
sama. Adalah lain halnya dengan hubungan ekstern.
Perbedaan antara masing-masing jenis persekutuan
usaha terletak pada hubungan Ekstern. Oleh karenanya
hubungan ekstern akan dibahas satu persatu.
1. Yang berhak melakukan hubungan hukum dengan
pihak ketiga (ekstern) atas nama persekutuan,
sebagai berikut:
(a) Persekutuan Perdata (maatschap)
Masing-masing sekutu dapat melakukan
hubungan dengan pihak ke tiga atas nama
persektuan (Pasal 1642 KUHPerdata).
(b) Persekutuan dengan Firma
Hanya sekutu yang tidak dikecualikan yang
dapat mengadakan hukum dengan pihak ketiga
atas
nama
persekutuan.
Jadi
dalam
108
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 108
12/12/2012 9:35:05 AM
2.
12/12/2012 9:35:05 AM
110
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 110
12/12/2012 9:35:05 AM
Ultra Vires
Prinsip ini khususnya dipakai terhadap tindakan
persekutuan yang melebihi kekuasaannya sebagaimana
yang diberikan oleh Anggaran Dasarnya atau peraturan
yang melandasinya pembentukan persekutuan tersebut.
Dalam penerapannya prinsip ini ditafsirkan secara lebih
luas dari sekedar perbuatan di luar lingkup usahanya sesuai
anggaran dasarnya, tetapi juga meliputi perbuatan-perbuatan
sebagai berikut:
a. walaupun tidak dilarang, tetapi melebihi dari kekuasaan
yang diberikan;
b. perusahaan tidak punya untuk itu, atau kalaupun punya
kekuasaan, tetapi kekuasaan tersebut dilaksanakan
secara tidak teratur;
c. perbuatan-perbuatan yang dilakukan atas nama
perusahaan, bukan hanya melebihi kekuasaannya yang
tersurat maupun tersirat dalam anggaran dasarnya,
bahkan juga termasuk perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan ketertiban umum, dan/atau
perbuatan yang dilarang oleh perundang-undangan.
111
12/12/2012 9:35:05 AM
Sungguhpun
kadang-kadang
perbuatan
yang
bertentangan dengan ketertiban umum, dan/atau
perbuatan yang dilarang oleh perundang-undangan
tersebut tidak lagi termasuk dalam katagori ultra vires,
tetapi digolongkan ke dalam apa yang disebut
perbuatan illegal.
4.
112
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 112
12/12/2012 9:35:05 AM
b.
c.
(4) Tidak berjalannya sanksi hukum saat terjadi misperformance seperti tidak mencapai target yang
telah disepakati pada kurun waktu tertentu.
Selama bertahun-tahun sistem pertanggungjawaban
jalannya perusahaan tidak jelas dan terbuka. Dalam
upaya meningkatkan pelaksanaan GCG maka perlu
disusun dan dikeluarkan peraturan code of Corporate
Governance yang berada di bawah pembinaannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Di Indonesia corporate governance belum
dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan baik oleh
suatu perusahaan, disebabkan oleh faktor-faktor
berikut:
(1) Tidak adanya kesamaan persepsi akan fungsi dari
ketiga organ perusahaan tersebut (perangkat Rapat
Umum Pemilik Saham, Dewan Direksi dan Dewan
Komisaris).
(2) Seringkali jabatan dianggap hanya merupakan
penghormatan atau kedudukan balas jasa dan
bukan sebagai tugas dan tanggung jawab.
(3) Tidak adanya pemberdayaan hukum dan kepastian
hukum.
(4) Adanya mis-konsepsi mengenai tugas dan
tanggung jawab, hak dan kewajiban karena
terminologi yang disusun sangat bersifat umum
tidak rinci, sehingga sering terjadi mis-interpretasi
dengan penafsiran yang beraneka ragam.
Pentingnya pelaksanaan GCG
Pelaksanaan GCG yang tidak konsisten dan
sungguh-sunguh
merupakan
penyebab
utama
perusahaan tidak dapat bertahan dalam menghadapi
krisis yang melanda
perusahaan-perusahan di
Indonesia.
1. Kebijakan Etika, Apa artinya ?
113
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 113
12/12/2012 9:35:05 AM
2.
114
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 114
12/12/2012 9:35:06 AM
12/12/2012 9:35:06 AM
b.
c.
116
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 116
12/12/2012 9:35:06 AM
d.
117
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 117
12/12/2012 9:35:06 AM
118
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 118
12/12/2012 9:35:06 AM
Selama bertahun-tahun sistem pertanggungjawaban jalannya perusahaan tidak jelas dan terbuka.
Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan GCG maka
perlu disusun dan dikeluarkan peraturan Code of
Corporate Governance yang berada di bawah
pembinaannya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Di Indonesia corporate governance belum
dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan baik oleh
suatu perusahaan, disebabkan oleh faktor-faktor
berikut:
(1) Tidak adanya kesamaan persepsi akan fungsi dari
ketiga organ perusahaan tersebut (perangkat Rapat
Umum Pemilik Saham, dewan Direksi dan Dewan
Komisaris).
(2) Seringkali jabatan dianggap hanya merupakan
penghormatan atau kedudukan balas jasa dan
bukan sebagai tugas dan tanggung jawab.
(3) Tidak adanya pemberdayaan hukum dan kepastian
hukum.
(4) Adanya mis-konsepsi mengenai tugas dan
tanggung jawab, hak dan kewajiban karena
terminologi yang disusun sangat bersifat umum
tidak rinci, sehingga sering terjadi mis-interpretasi
dengan penafsiran yang beraneka ragam.
c. Pentingnya pelaksanaan GCG
Pelaksanaan GCG yang tidak konsisten dan
sungguh-sungguh
merupakan
penyebab
utama
perusahaan tidak dapat bertahan dalam menghadapi
krisis yang melanda perusahaan di Indonesia.
1. Kebijakan GCG, Apa artinya?
Kebijakan GCG merupakan bagian dari suatu
kerangka perilaku yang mencakup, antara lain
Corporate Governance (cara menjalankan Bisnis
secara baik dan Manajemen Risiko (Risk
management), yaitu:
119
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 119
12/12/2012 9:35:06 AM
2.
120
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 120
12/12/2012 9:35:06 AM
12/12/2012 9:35:06 AM
12/12/2012 9:35:07 AM
12/12/2012 9:35:07 AM
12/12/2012 9:35:07 AM
125
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 125
12/12/2012 9:35:07 AM
c.
C.
Jaringan Usaha
Jaringan usaha dapat dideskripsikan sebagai suatu
bentuk organisasi di bidang ekonomi yang
dimanfaatkan untuk mengatur koordinasi serta
mewujudkan kerja sama antar unsur dalam organisasi.
126
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 126
12/12/2012 9:35:07 AM
b.
c.
12/12/2012 9:35:07 AM
Kendala
Ancaman globalisasi tersebut akan semakin
mempersulit perkembangan kegiatan persektuan usaha yang
pada gilirannya akan mempersulit juga pertumbuhan
ekonomi Indonesia, mengingat selama ini ditingkat
perdagangan dalam negeri dan luar negeri, daya saing
Indonesia sangatlah rendah.
a.
Daya saing
Ada empat unsur penting sebagai penentu suatu
negara/perusahaan/persekutuan dapat memenangkan
persaingan untuk meraih daya saing tinggi yaitu:
(a) kondisi faktor produksi
(b) Kondisi permintaan dan tuntutan mutu dalam
negeri
(c) Eksistensi industri pendukung
(d) Kondisi persaingan strategis dan struktur
organisasi.
128
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 128
12/12/2012 9:35:07 AM
Kondisi Ekonomi
Bahwa kondisi ekonomi dan non-ekonomi
Indonesia masih mengalami kelemahan. Kelemahan ini
dapat dilihat pada banyak hal seperti: tingginya beban
utang luar negeri, rendahnya mutu sumber daya
manusia, terbatasnya jumlah untrepreneur dalam
negeri. Lebih memprihatinkan lagi bahwa dukungan
pemerintah selama ini justru menimbulkan bukan saja
distorsi yang menghambat pertumubuhan persektuuan
usaha yang bekerja
secara efisien tetapi juga
pemborosan dana dan tenaga dan korupsi.
c.
Adanya Kelemahan
Beban kepincangan tersebut semakin tampak dan
terasa, kalau diperhatikan kegiatan persekutuan usaha
sebagai berikut: (1) nilai kapital relatif kecil, lambat
melakukan ekspansi dan modal sering terpakai untuk
kebutuhan rumah tangga; (2) usahanya lebih banyak
dilakukan secara mandiri, lemah latar belakang bisnis,
maupun akademis, lemah kaderisasi dan kurang
wawasan perkembangan, (3) rentan terhadap pesaing,
pasif dan tanpa integritas dalam fungsi-fungsi
manajemen; (4) teknologi sarana produksinya sering
out up to date; (5) mengalami banyak kendala dalam
menembus pasar; (6) produktivitas rendah; (7) kuatnya
kepercayaan bahwa bisnis adalah tanggung jawab
individu, tidak menyadari pentingnya organisasi serta
sulitnya mengorganisir mereka mengingat lokasi
tersebar dalam wilayah yang luas.
129
12/12/2012 9:35:07 AM
Kebijakan
Ancaman/tantangan yang dihadapi terlalu banyak
variasinya baik di bidang ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Ancaman yang paling serius adalah perilaku
pengusaha Indonesia dalam persaingan usaha seperti,
pembajakan buku, lagu, film, pemalsuan merek,
pemalsuan barang dan sebagainya. Ancaman lain di
bidang ekonomi datang dari pemerintah seperti
kebijakan di bidang ekonomi yang sering bersifat
kontradiktif satu terhadap yang lain, seperti kasus
subsidi bahan bakar, yang dalam pelaksanaannya justru
dinikmati orang kaya. Begitu juga program
pembenahan di sektor perbankan yang justru uang
rakyat untuk membantu orang kaya.
130
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 130
12/12/2012 9:35:07 AM
e.
Hukum
Ancaman di bidang hukum terasa serius dalam hal
lemahnya perlindungan hukum, lemahnya lembaga
peradilan, dan lembaga kejaksaan. Pelanggaran hak
intelektual yang semakin marak, dan
tantangan
persaingan dari luar ngeri. Untuk mengurangi berbagai
ancaman tersebut, perlu dituntut hal yang sama dengan
melakukan pembenahan di berbagai bidang.
131
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 131
12/12/2012 9:35:08 AM
132
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 132
12/12/2012 9:35:08 AM
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
untuk menjawab tiga permasalahan pokok, sebagai berikut:
1. Pada prinsipnya pengaturan hukum mengenai Firma, CV,
Persekutuan Perdata masih memadai untuk kebutuhan
pelaku usaha, yaitu:
(a) Dasar pengaturan Firma diatur dalam Pasal 16 - 35
KUHD, sementara Pasal 19, 20, dan 21 adalah aturan
untuk persekutuan komanditer. Pasal 19 (a) KUHD
mengatur bahwa persekutuan komanditer, didirikan atas
satu atau beberapa orang yang bertanggung jawab
secara pribadi untuk keseluruhan dengan satu atau
beberapa orang pelepas uang. Selanjutnya Pasal 23
KUHD mewajibkan pendiri Firma mendaftarkan akta
pendiriannya kepada panitera pengadilan negeri yang
berwenang. (Pasal 24 KUHD)
(b) Tidak ada pengaturan khusus bagi CV, sehingga
pendirian CV sama dengan pendirian Firma. CV bisa
didirikan secara lisan (diatur dalam Pasal 22 KUHD).
Pada praktiknya di Indonesia telah menunjukkan suatu
kebiasaan bahwa orang mendirikan CV berdasarkan
akta notaris (otentik) yang didaftarkan di kepaniteraan
pengadilan negari yang berwenang dan diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara RI (Pasal 28 KUHD).
(c) Persekutuan Perdata adalah perjanjian antara dua orang
atau lebih yang mengikat diri untuk memasukkan
sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan yang diperoleh
karenanya. Adapun dasar hukum persekutuan perdata
diatur dalam Pasal 1618 sampai dengan 1652
KUHPerdata.
2. Ketiga bentuk persekutuan usaha belum sepenuhnya
menerapkan prinsip good corporate governance dan
133
12/12/2012 9:35:08 AM
3.
B.
Saran
1. Pemerintah perlu segera mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur Persekutuan Perdata,
Firma, dan Comanditaire Vennoottschap (CV), sebagai
bagian integral dari kegiatan ekonomi rakyat yang
mempunyai kedudukan, peran, dan potensi yang strategis
untuk mengatur tanggung jawab hukumnya agar dapat
dijadikan acuan bagi pihak yang berkepentingan secara
efektif, tepat, terukur, guna mewujudkan struktur
perekonomian nasional yang berdasarkan demokrasi
ekonomi.
2. Perlu adanya sanksi yang tegas terhadap persekutuan usaha
yang tidak menerapkan good corporate governance dan
Corporate Social Responsibility terhadap pelaku bisnis
yang mencermati lingkungan hidup masyarakat di sekitar
daerah operasinya.
3. Pemerintah perlu memberikan kebijakan, perlingdungan
dan kemudahan yang lebih kondusif dalam pembuatan
perizinan bagi pelaku bisnis dengan biaya murah dan cepat
dalam menghadapi globalisasi.
134
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 134
12/12/2012 9:35:08 AM
DAFTAR KEPUSTAKAAN
A.
Buku
Dhaniswara K. Harjono, Pembaharuan Hukum Perseroan
Terbatas Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, (Jakarta: PPHBI, 2008).
Dian Ediana Rae, Transaksi Derivatif dan Masalah
Regulasi Ekonomi Indonesia (Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia, 2002).
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung:
Penerbit PT Citra Aditya Bhakti, 2003.
I.G. Ray Widjaya, Hukum Perusahaan, Jakarta: Penerbit
Kesaint Blanc, 2000.
Mukti Fajar ND, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di
Indonesia, Penerbit: Pustaka Pelajar, 2010.
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan
Usaha di Indonsia, Penerbit: Ghalia Indonesia, 2010.
H. Syahrin Naihasy, Hukum Bisnis (Business Law),
Penerbit: Mida Pustaka, 2005.
Mahmud Thoha, Globalisasi Krisis Ekonomi dan
Kebangkitan ekonomi Kerakyatan, Penerbit: PT Pustaka
Quantum, 2002.
Soerjono, Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Edisi 1. Cet. V (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2001).
135
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 135
12/12/2012 9:35:08 AM
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Wajib Daftar
Perusahaan
136
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 136
12/12/2012 9:35:08 AM
137
BUKU 8 LANGSUNG_REVIS_PROOF 3.indd 137
12/12/2012 9:35:08 AM