You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TROMBOPLEBITIS

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Tromboflebitis is phlebitis (vein inflammation) related to a thrombus.When it occurs
repeatedly in different locations, it is known as "Tromboflebitis migrans" or "migrating
tromboflebitis".
Flebitis Superfisialis (Tromboflebitis) adalah peradangan dan pembekuan darah di dalam
suatu vena superfisial (vena permukaan).
Tromflebitis superficialis (jempol kaki)
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan
darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau
hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis.
(Smeltzer, 2001).
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di dalam vena.
cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan
oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode
tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas
bagian bawah.
Trombosis Vena
Flebitis dapat terjadi di setiap vena tubuh, tetapi paling sering ditemukan di vena tungkai.
Biasanya flebitis terjadi pada penderita varises (vena varikosa), tetapi tidak semua penderita
varises mengalami flebitis. Flebitis superfisialis menyebabkan reaksi peradangan akut yang
menyebabkan trombus melekat dengan kuat ke dinding vena dan jarang pecah dan terlepas.
Vena permukaan tidak memiliki otot di sekitarnya yang bisa menekan dan membebaskan
suatu trombus. Karena itu flebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli.
Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan darah yang
terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi
yang disertai dengan pembentukan thrombus. Atau tromboflebitis dapat pula diartikan
kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi atau trauma dinding
vena atau karena obstruksi vena sebagian. Pembentukan bekuan sehubungan dengan stasis
aliran darah, abnormalitas dinding pembuluh darah, gangguan mekanisme pembekuan.
B. Klasifikasi
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena
ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena
ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak dibagian atas
uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena

renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior.
Peritonium selaput yang menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat
menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendistits. Perluasan infeksi dari vena uterina
ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
b. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis, vena
poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.
Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius. Komplikasi yang
paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges, bepergian melalui hati dan occluding
lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli paru-paru dan sangat mengancam nyawa.
Gangguan ini berjalan secara cepat, dapat berlanjut menjadi emboli paru-paru yang
berkemampuan menjadi komplikasi fatal.
Keadaan-Keadaan Khusus Tromboflebitis
1. Flebitis Migrans
Suatu keadaan yang menyangkut reaksi menyeluruh dari system vena karena berbagai
etiologi yang menimbulkan gangguan dari vena.
Penyakit-penyakit yang umumnya berkaitan dengan gejala ini :
- Fase awal dari Beurger Disease
- Reaksi alergi (keadaan yang lebih dari gatal-gatal)
- Adanya malignitas (gejala adanya penyebaran hematogen)
- Penyakit Lupus
Tanda-tanda flebitis migrans :
- timbul gejala-gejala flebitis di satu segmen vena yang menghilang sendiri dengan
meninggalkan bercak hitam/ kecoklatan.
- beberapa hari timbul lagi pada daerah vena yang lain, biasanya pada ekstremitas yang sama
lagi.
- dapat disertai febris atau menggigil
- LED meningkat
2. Tromboflebitis Septik
Yaitu gejala-gejala tromboflebitis yang disertai pembentukan abces atau nanah pada tempat
radang dan penyebaran secara hematogen. Timbul gejala-gejala sepsis : febris, menggigil dan
memerlukan perawatan di Rumah Sakit.
Dalam menghadapu kasus seperti ini, diperlukan perawatan khusus dari berbagai segi :
pemberian infus/cairan, antibiotika dosis tinggi, kortikosteroid dan cara-cara pengobatan
sepsis lainnya.
3. Tromboflebitis vena dalam (Deep Vein Thrombophlebitis)
Yaitu kedaan flebitis dari vena-vena daerah vena femoralis, vena iliaka eksterna dan vena
iliaka communis.
C. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena

Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi
darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya
thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal,
daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena
adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua
factor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting
dari terjadinya tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun infeksi sistemik
dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu
yang lama
f. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan keadaan
ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2
hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena.
g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor
intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah,
hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan
jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena.
D. Patofisiologi
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang
imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai
untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu
lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita
hamil.
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah
terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis
flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Obat
suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida,
vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat
khemoterapi.
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan
untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung

tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut


d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur.
Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau
polietilen.
(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula
yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula
harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d. Teknik aseptik tidak baik
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
f. Kanula dipasang terlalu lama
g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual
c. Gangguan aliran darah
E. Manifestasi Klinis
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas
vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan
agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot
tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut,
pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai
tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini
dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita
ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
a. Pelvio tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada
hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
- Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir
tidak panas.
- Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu
dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
- Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
3. Abses pada pelvis
4. Gambaran darah
- Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera
terjadi leukopenia).
- Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil,
kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.

6. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia), pada
ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.
b. Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
- Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
- Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian
atas.
- Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
- Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih,
nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
- Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki
kemudian melus dari bawah ke atas.
- Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan
tendo akhiles (tanda homan positif).
F. Managemen / Penatalaksanaan
a. Pelvio tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan
teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya
emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan
untuk menjalani pembedahan.
b. Tromboflebitis femoralis
1. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah
untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
3. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk
tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk
memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada
betis.
4. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena
untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
5. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
6. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
7. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
8. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.

9. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan
bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah
tidak terhambat.
10. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
11. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran
tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan
ukuran.
12. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji
pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
13. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak
ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
14. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui
karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
15. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
16. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi
sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan
trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.
Pola Pengobatan
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat
penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus
dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan terlepas.
Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna mengikat
vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum,
pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau
pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk
melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti
ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).
ASKEP PADA PASIEN TROMBOPLEBITIS
A. Pengkajian dasar data Pasien
1. Riwayat Penyakit
Riwayat varises, hiperkoagulasi, penyakit neoplasma, penyakit kardiovaskuler, pembedahan
mayor, resiko tinggi cedera, obesitas. Riwayat duduk lama, baik karena berhubungan dengan
pekerjaan atau akibat dari pembatasan aktivitas. Imobilitas berkenaan dengan tirah baring dan
anestesia.
2. Sirkulasi
a. Varises vena.
b. Sedikit peningkatan frekuansi nadi.
c. Riwayat trombosis vena sebelumnya, masalah jantung, hemoragi, hipertensi karena
kehamilan, hiperkoagulasi pada puerperium dini.
d. Nadi perifer berkurang, tanda homan positif atau mungkin tidak terlihat.
e. Ekstremitas bawah mungkin hangat dan warna kemerahan atau tungkai sakit/ nyeri
tungkai, dingin, pucat, oedem.
Inspeksi tungkai mulai dari selangkangan kaki, perhatikan perbedaan antara keduanya.
Palpasi, untuk menentukan daerah nyeri tekan dan thrombosis menggunakan 3 atau 4 jari.

f. Sering cek dari denyut nadi, tekanan darah, suhu (juga kenaikan suhu pada tungkai), kulit
kondisi, dan sirkulasi mungkin diperlukan.
3. Makanan/cairan
Penambahan berat badan berlebihan/kegemukan.
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan dan pada area yang sakit misalnya betis atau paha. Trombosis dapat teraba,
menojol/berkeluk.
5. Keamanan
Adanya endometritis pascapartum atau selulitis pelvis. Suhu agak meninggi, kemajuan pada
peninggian yang dapat dilihat dan menggigil.
6. Seksualitas
- Multipara.
- Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada vena vena pelvis,
penggunaan penjejak kaki atau posisi yang salah dari ekstremitas selama fase intrapartum
atau kelahiran melalui operasi, termasuk kelahiran sesaria.
- Wanita pemakai kontrasepsi oral.
B. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Rencana Asuhan Keperawatan mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Kerusakan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah/ stasis
vena (obstruksi vena sebagian/ penuh).
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Ketidaknyamanan berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan
dengan produksi/ akumulasi asam laktat pada jaringan.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan
kesalahan interpretasi informasi.
Intervensi
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Kerusakan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah/ stasis
vena (obstruksi vena sebagian/ penuh).
- Menunjukkan perbaikan perfusi yang ditandai oleh : nadi perifer sama dengan nadi jantung.
Suhu (36,5-37,50C), tak ada edema
- Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas. Mandiri
a. Lihat ekstremitas untuk warna kulit dan perubahan suhu, juga edema, catat simestrisitas
betis, laporkan proses inflamasi dan penyebaran nyeri.
b. Kaji ekstremitas untuk penonjolan vena yang jelas. Palpasi untuk tegangan jaringan lokal,
regangan kulit, tonjolan vena.
c. Kaji pengisian kapiler dan periksa tanda Homan.
d. Tingkatkan tirah baring selama fase akut.
e. Tinggikan kaki bila di tempat tidur atau duduk, sesuai indikasi. Secara periodic tinggikan
kaki dan telapak kaki di atas tinggi jantung.
f. Lakukan latihan aktif atau pasif sementara di tempat tidur.
g. Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (kaki
menggantung atau menyilang).
h. Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan/urut pada ekstremitas yang sakit.
Kolaborasi

a. Lakukan kompres hangat, basah atau panas pada ekstremitas yang sakit bila diindikasikan.
b. Berikan antikoagulan, contoh heparin, agen trombolitik, streptokinase dan urokinase.
c. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Protrombin, masa tromboplastin parsial,
darah lengkap.
d. Lakukan stoking penekanan bertahap, bila diindikasikan.
e. Berikan dukungan kaus kaki elastik setelah fase akut. Hati-hati untuk menghindari efek
tourniquet.
f. Siapkan intervensi bedah bila diindikasikan.
g. Kemerahan, panas, nyeri dan edema lokal adalah karakteristikinflamasi superficial.
h. Distensi vena superficial dapat terjadi karena aliran balik melalui vena percabangan. Vena
dapat teraba.
i. Penurunan pengisian kapiler. Tanda human positif (nyeri betis dalam pada kaki yang sakit
pada posisi kaki dorsofleksi).
j. Sampai pengobatan diselesaikan, pembatas-an aktifitas menurunkan kebutuhan oksigen dan
nutrisipada ekstremitas yang sakit dan meminimalkan kemungkinan penyebaran thrombus.
k. Menurunkan pembengkakan jaringan dan pengosongan cepat vena superficial dan tibial,
mencegah distensi berlebihan sehingga meningkatkan aliran balik vena.
l. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan aliran balik vena dari ekstremitas yang lebih
rendah dan menurunkan statis vena, juga memperbaiki tonus otot.
m. Mengganggu aliran darah dan meningkatkan statis vena, jadi meningkatkan
pembengkakan dan ketidaknyamanan.
n. Aktivitas ini potensial memecahkan/ menyebarkan thrombus, menyebabkan embolisasi dan
meningkatkan resiko komplikasi.
2. Nyeri berhubu-ngan dengan proses inflamasi.
- Pasien mengatakan keluhan nyeri berkurang atau hilang.
- Pasien rileks, mampu istirahat dengan tenang. Mandiri
a. Kaji derajat nyeri. Catat perilaku melindungi ekstremitas. Palpasi kaki dengan hati-hati.
b. Tinggikan ekstremitas yang sakit.
c. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi.
d. Pantau tanda vital dan catat peninggian suhu.
e. Selidiki laporan nyeri dada tiba-tiba/ tajam, disertai dengan dyspnea, takikardi dan
ketakutan.
Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai indikasi :
- Analgesik (narkotik/ non narkotik).
- Antipiretik, contoh asetaminofen.
- Lakukan kompres panas pada ekstremitas, sesuai indikasi.
b. Derajat nyeri secara langsung b.d. luasnya kekurangan sirkulasi, proses inflamasi dan
edema luas sehubungan dengan terbentuknya thrombus
c. Mendorong aliran balik vena untuk memudahkan sirkulasi, menurunkan pembentukan
stasis/edema.
d. Menurunkan/mencegah kelemahan otot, membantu meminimalkan spasme otot.
e. Peninggian frekuensi jantung dapat menunjukkan peningkatan nyeri/ terjadi respon
terhadap demam dan proses inflamasi
f. Tanda/ gejala ini menunjukkan adanya emboli paru sebagai akibat TVD
- Mengurangi nyeri dan menurunkan ketegangan otot.
- Menurunkan demam dan inflamasi. Resiko perdarahan mungkin meningkat oleh adanya
penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi trombosit.

- Penyebab vasodilatasi, yang meningkatkan sirkulasi, merilekskan otot.


3. Ketidaknyamanan berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan
dengan produksi/ akumulasi asam laktat pada jaringan.
Pasien mampu meningkatkan aktivitas yang diinginkan Mandiri
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
b. Berikan ayunan kaki.
c. Pantau tanda vital dan catat peninggian suhu.
4. Kurang penge-tahuan tentang kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan
kesalahan interpretasi informasi.
Pasien menyatakan pemahaman terhadap proses penyakit, program pengobatan dan
pembatasan. Dapat mengidentifikasikan tanda/ gejala yang memerlukan evaluasi medis.
Mandiri
a. Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda/gejala kemungkinan komplikasi, contoh emboli
paru, kegagalan vena, luka statis vena.
b. Jelaskan tujuan pembatasan aktifitas dan kebutuhan istirahat.
c. Adakan program latihan yang tepat.
d. Selesaikan masalaah/ factor pencetus yang mungkin ada. Contoh tindakan yang
memerlukan berdiri/duduk lama, menggunakan baju ketat, kontrasepsi oral, kegemukan,
imobilisasi lama, dehidrasi.
e. Diskusikan tujuan, dosis antikoagulan. Tekankan pentingnya menggunakan obat sesuai
resep.
f. Identifikasi pencegahan keamanan, contoh : penggunaan sikat gigi, menghindari objek
tajam, jalan dengan sandal, meningkatkan latihan.
g. Kaji ulang kemungkinan interaksi obat dan tekankan perlunya membaca label kandungan
obat yang dijual bebas.
h. Identifikasi efek antikoagulan selama memerlukan perhatian medis.
i. Tekankan pentingnya evaluasi medis/ tes laboratorium.
Kolaborasi
a. Memberi dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan yang rusak dan menurunkan
resiko pemecahan thrombus
c. Membantu dalam mengembangkan sirkulasi kolateral, meningkatkan aliran balik vena dan
mencegah kambuh.
d. Melibatkan pasien secara aktif dalam identifikasi dan melakukan perubahan pola hidup
untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya komplikasi.
e. Meningkatkan keamanan pasien dengan menurunkan resiko tidak adekuatnya respon
terapeutik.
f. Menurunkan resiko cedera traumatic, yang potensial perdarahan/ pembentukan bekuan.
g. Salisilat dan kelebihan alcohol menurunkan aktifitas protrombin, juga vitamin K
meningkatkan aktifitas protrombin.
h. Deteksi dini kerusakan efek terapi, memunkinkan intervensi berkaladan dapat mencegah
komplikasi serius.
i. Pemahaman bahwa pengawasan terhadap terapi antikoagulan perlu meningkatkan
partisipasi pasien.

You might also like