You are on page 1of 41

REFERAT

POLINEUROPATI
Pembimbing :
dr. Zam Zanariah, Sp.S, M.Kes
Oleh :
Amanda Samurti Pertiwi
1018011038

Pendahuluan
Neuropati : gangguan saraf perifer yang meliputi
kelemahan motorik, gangguan sensorik, otonom
dan melemahnya refleks tendon, dapat akut atau
kronik.
Polineuropati : istilah yang digunakan untuk
menjelaskan sindroma yang terjadi dari lesi yang
mengenai saraf-saraf, dimana dimanifestasikan
sebagai kelemahan, kehilangan kemampuan
sensor, dan disfungsi autonom.

Anatomi sel saraf

Sel-sel saraf Jaringan saraf sistem saraf


Hubungan sel saraf sel saraf sinapsis
Hubungan sel saraf serabut otot
neuromuscular junction

Neuron berdasarkan strukturnya :

Neuron berdasarkan fungsinya :


Saraf sensorik (aferen)
Impuls dari indra ke saraf pusat (otak) dan sumsum
tulang belakang
Saraf motorik (eferen)
Impuls dari saraf pusat (otak) atau sumsum tulang
belakang ke otot atau kelenjar
Saraf konektor (asosiasi)
Menghubungkan rangsangan dari saraf sensorik ke
saraf motorik

Mekanisme Gerak
Mekanisme gerak biasa (gerak sadar)
Rangsangan saraf sensorik otak saraf motorik
gerak

Mekanisme gerak reflek (gerak tidak sadar)


Rangsangan saraf sensorik pusat integrasi di
sumsum tulang belakang saraf motorik gerak

Pola Kehilangan
Sensorik. .

Definisi. .
Polineuropati : suatu keadaan yang ditandai
gangguan fungsi dan atau struktur yang
mengenai banyak saraf tepi, bersifat simetris dan
bilateral.
Lesi utama : neuron
neuronopati.
Kelainan : sensorik, motorik, sensorimotor,
autonom.
Distribusi : proksimal, distal, dan umum.

Klasifikasi . .
Onset : akut, subakut, kronis.
Gangguan fungsi : sensorik, motorik, otonom,
campuran.
Proses patologis : aksonal, demyelinisasi.
Etiologi : herediter, trauma, infeksi, metabolik,
uremia, keganasan.

Epidemiologi. .

Epidemiologi. .
Prevalensi neuropati akibat DM berkisar antara 854% pada DM tipe I dan 13-46% pada DM tipe II.
Prevalensi neuropati diabetika (ND) pada pasien
diabetes sekitar 30% dari pasien DM yang dirawat
di rumah sakit dan 20% pada pasien komunitas
umum. Insidensi neuropati diabetika mencapai
50% pada pasien yang mengalami diabetes
selama lebih dari 25 tahun

Patofisiologi. .

Gejala Klinis. .
Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan
ketidakmampuan untuk merasakan getaran atau
posisi lengan, tungkai dan sendi merupakan
gejala utama dari polineuropati kronik.
Nyeri dan suhu (-), Baal, ketidakmampuan
merasakan posisi sendi, gangguan berdiri dan
berjalan, kelemahan otot.
Otonom : gangguan sistem pencernaan, detak
jantung, tekanan darah, kandung kemih, kulit
kering.

Diagnosis. .
Anamnesis.
Pemeriksaan fisik umum dan vital
Pemeriksaan neurologis, dapat ditemukan :
Sistem motorik: kelumpuhan bersifat simetris bilateral,
flaksid, atrofi
Sistem sensorik: bersifat simetris bilateral (glove dan
stocking)
Sistem otonom: hipertensi, hipotensi, hiperhidrosis,
takikardi
Refleks fisiologis: hilang atau menurun

Pemeriksaan Penunjang :
Lab : kelainan metabolik.
Elektromyografi
Uji Konduksi Syaraf

Beberapa tipe
Polineuropati. .

Guillain Bare Syndrom


Miastenia Gravis
Polineuropati diabetikum
Polineuropati karsinomatosa

Guiillain Bare Syndrome. .


Kelumpuhan otot ekstremitas yang akut
Definis biasanya timbul sesudah suatu penyakit
infeksi
i
Gangguan pada saraf tepi dan akarEtiolog akarnya.

Pria dewasa muda sekitar 20-50 tahun,


Insiden akan tetapi dapat juga terjadi pada
wanita, anak, dan orang tua
si

Guiillain Bare Syndrome. .


Gejala

Penunja
ng

Diagnosi
s

Gambaran umum seperti influenza : demam, nyeri kepala dan seluruh


tubuh, kadang disertai mual muntah.
Kelumpuhan otot setelah beberapa hari : beraneka ragam, sifat flaccid,
reflek tendon (-)
Gangguan sensibilitas sedikit atau tidak ada.

Lab : darah : leukositosis, LCS : protein tinggi.


EMG : kerusakan sel neuron, radiks, dan akson.

Didasarkan atas permulaan dan perjalanan penyakit yang akut, disusul


oleh paresis flaksid lengan dan tungkai, simetrik atau tidak, sedangkan
sensibilitas tidak atau hanya sedikit terganggu.
DD : polineuritis biasa, penyakit polimyelitis akut dan kadang-kadang
penyakit mielitis

Guiillain Bare Syndrome. .

Tata
Laksan
a

Ukur selalu tanda vital dan


EKG.
Pemasangan NGT jika ada
keluhan sulit menelan.
Ventilasi buatan jika ada
gangguan pernapasan.
Heparin 5000 unit 2x1 untuk
profilaksis DVT dan emboli
paru.
Fisioterapi untuk mencegah
kekakuan sendi dan
kontraktur.

Miastenia Gravis
Definisi

Suatu penyakit
menahun dengan
kelelahan otot yang
luar biasa cepatnya
bila bekerja, yang
pulih kembali bila
istirahat dan
memberi response
baik atas obat
antikholinesterase.

Keadaan miasthenia juga


terdapat pada beberapa
penyakit dan keadaan lain
seperti misalnya pada penyakit
polimiositis dan dermatomiositis,
penyakit lupus sistemik dan
pada keadaan karsinoma yang
lanjut. Yang penting ialah bahwa
pada semua keadaan ini dengan
reaksi miastenik, response
terhadap obat
antikholinesterase tidak atau
kurang memuaskan, berbeda
dengan penyakit miastenia
gravis

Miastenia Gravis
Epidemiologi

Penyakit miastenia
gravis terdapat pada
semua bangsa, baik
pada kaum pria maupun
pada kaum wanita
dengan perbandingan
pria : wanita = 1 : 2.
Frekwensi terbesar ialah
pada usia dewasa muda
20-30 tahun, namun
orang tua dan bayi juga
dapat diserang

Penyakit ini jarang,


insidensi per tahun
kira kira
0,4/100.000, tetapi
karena banyak
pasien yang
mengalami penyakit
ini dalam waktu lama
maka prevalensi
mencapai 1/10.000.

Miastenia Gravis
Etiopatofisiologi

Miastenia gravis
merupakan
penyakit autoimun
yaitu terdapatnya
antibodi terhadap
reseptor asetilkolin
pada sinaps
neuromuskular.

Dapat disertai
patologi timus
seperit hiperplasia,
atrofi atau tumor
timoma).

Miastenia Gravis

Gambaran Klinis
Ptosis fatig
Diplopia
Kelemahan wajah
Disfagia
Disartria
Keterlibatan otot
pernapasan
Kelemahan otot leher dan
wajah dan ekstermitas
gerak terutama pada
sore dan malam hari.

Pemeriksaan Penunjang

Analisis antibodi
reseptor asetil kolin.
Tes
asetilkolinesterase :
(+) menunjukkan
perbaikan klinis.
Tes fungsi tiroid :
tirotoksikosis.
CT scan mediastinum
anterior : timoma.

Miastenia Gravis
Terapi
Antikolinesterase :
meredakan gejala, ES :
gangguan saluran
pencernaan.
Kortikosteroid selang satu
hari, dianjurkan di rawat inap
pada dosis awal untuk
penyakit yang sedang hingga
berat.
Imunosupresi pada keadaan
berat.
Timektomi jika terdapat
pembesaran timus.

Polineuropati Diabetik. .
Neuropati yang disebabkan DM dengan kadar
glukosa yang tidak terkontrol, terutama DM tipe I.
Mekanisme kerusakan saraf terjadi karena
gangguan metabolisme dimana akumulasi sorbitol
dan fruktosa di akson dan sel Schwann atau
terjadi oklusi pembulah darah yang menyediakan
nutrisi pada saraf tersebut terhambat (vasa
vasorum).

Polineuropati Diabetik. .
Prevalensi dari neuropati pada diabetes melitus
bervariasi antara 30-70%, umumnya berbentuk
polineuropati atau mononeuropati multipleks, tapi
juga dapat berupa campuran dari polineuropati
dan mononeuropati.
Polineuropati simetris distal merupakan bentuk
neuropati diabetika yang paling sering dijumpai,
awitannya biasanya tidak jelas.

Polineuropati Diabetik. .
Gejala Klinis yang terdapat pada neuropati
diabetikum adalah :
Motoris
: Penurunan daerah distal
Sensoris : Penurunan daerah distal
Neuropati serabut saraf besar mengakibatkan
atraksia, sedangkan serabut saraf kecil
menyebabkan allodynia.
Otonom : Abnormalitas pupil, pengeluaran keringat
terganggu, hipotensi orthostatik, takikardi saat
istirahat, gastroparese dan diare, kandung kemih
yang berdilatasi, dan impotensi.

Polineuropati Diabetik. .
Diagnosa ditegakkan dari gejala klinik dan
pemeriksaan elektromiografi, serta menyingkirkan
neuropati kronis oleh penyebab lain. Pasien
diabetes melitus juga dapat mengalami neuropati
karena defisiensi atau kompresi

Polineuropati Diabetik. .
Penatalaksanaannya dapat berupa :
Kontrol penyakit diabetes
Pengendalian nyeri dengan penggunaan
Carbamazepin, gabapentin, antidepresan atau adrenergik blocker, seperti phenoxybenzene.
Penggunaan obat yang mengurangi enzim aldose
reductase dan menghambat pengumpulan sorbitol
dan fruktosa di saraf masih dalam tahap penelitian
Manajemen neuropati otonom

Tata Laksana
Polineuropati. .
Tergantung etiologi.
Diabetes : pengendalian kadar gula darah bisa
menghentikan perkembangan penyakit dan
menghilangkan gejala, tetapi penyembuhannya
lambat
Pembedahan dilakukan pada penderita yang
mengalami cedera atau penekanan saraf.
Terapi fisik kadang bisa mengurangi beratnya
kejang otot atau kelemahan otot.

Prognosa. .
Akut: 75% penyembuhan spontan, 10-17%
penyembuhan dengan intervensi, 8% berulang,
5% meninggal, Kronis: tergantung etiologi.

Kesimpulan. .
Polineuropati adalah suatu keadaan yang ditandai
gangguan fungsi dan atau struktur yang
mengenai banyak saraf tepi, bersifat simetris dan
bilateral.
Klasifikasi polineuropati dibagi berdasarkan onset
(akut, subakut, kronik) dan etiologinya (infeksi,
herediter, metabolik, toksik, pengaruh obat,
tumor).
Patofisiologi polineuropati dapat berupa
degenerasi wallerian, kerusakan segmental, dan
degenerasi akson distal. Patofisiologi
polineuropati bergantung pada etiologi yang
mendasarinya dan menghasilkan ketiga tipe
patofisiologi tersebut.

Kesimpulan. .
Diagnosa berdasarkan gejala dan pemeriksaan
neurologi dasar pada pasien.
Pada pemeriksaan neurologi dapat ditemukan
keadaan :
Sistem motorik: kelumpuhan bersifat simetris
bilateral, flaksid, atrofi
Sistem sensorik: bersifat simetris bilateral (glove
dan stocking)
Sistem otonom: hipertensi, hipotensi, hiperhidrosis,
takikardi
Refleks fisiologis: hilang atau menurun

Kesimpulan. .
Elektromiograf dan uji kecepatan penghantaran
saraf dilakukan untuk memperkuat diagnosis.
Pemeriksaan darah dilakukan jika diduga
penyebabnya adalah kelainan metabolik (anemia
pernisiosa karena kekurangan vitamin B12),
diabetes (kadar gula darah meningkat) dan gagal
ginjal (kadar kreatinin meningkat).
Pemeriksaan air kemih bisa menunjukkan adanya
keracunan logam berat atau mieloma multipel.

Kesimpulan. .
Beberapa penyakit yang memiliki gejala
polineuropati antara lain Guillain Bare Syndrome,
Myastenia Gravis, Polineuropati Diabetik, dan
Polineuropati karsinomatosa yang cukup sering
ditemukan di beberapa RS. Tata laksana
polineuropati berdasarkan etiologi yang
mendasari polineuropati. Prognosa dari
polineuropati antara lain : Akut: 75%
penyembuhan spontan, 10-17% penyembuhan
dengan intervensi, 8% berulang, 5% meninggal,
Kronis: tergantung etiologi.

Referensi. .
Kenneth W. Lindsay, Ian Bone, Robin Callander. Neurology And
Neurosurgery Illustrated. Fourth Edition. Chuchill Livingstone.
London : 2004
Polineuropati. www.medicastore.com, di akses tanggal 28 April 2015
Polineuropati Diabetik. www.libraryusu.com, di akses tanggal 29
April 2015
Ginsberg, Lionel. 2007. Lectures Note Neurologi. Jakarta : EMS
Priguna Sidharta, M.D., Ph.D. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum.
Dian Rakyat. Jakarta. 1999
http://www.scribd.com/doc/37945733/Etiologi-Klasifikasi-Polineuropat
i
, di akses tanggal 28 April 2015
https://www.scribd.com/doc/160938391/Polineuropati-Finish di akses
tanggal 28 April 2015
https://www.scribd.com/doc/101122610/Css-Polyneuropathy-P3D-UN
ISBA-Rizal-Zulham
, di akses tanggal : 29 April 2015.
M. Baehr & M. Frotcher. 2014. Diagnosis Topik Neurologi DUUS.
Jakarta : EGC.

TERIMA KASIH

You might also like