You are on page 1of 20

MAKALAH WSD (Water Seal Drainage) 2 BOTOL

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Arif Udin
Efendi
Fikka Amalia
Hardianti Putri C.D
Ita Fitriyani
Limawan Putra
Muhimatun Nisa
Rossy Ayoe P
Siti Lestari
Surya Andromeda
Yulia Wahyuningsih

(1301006)
(1301016)
(1301022)
(1301026)
(1301030)
(1301034)
(1301038)
(1301052)
(1301058)
(1301064)
(1301072)

PRODI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KARYA HUSADA
SEMARANG
2013/2014
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala

berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul WBS 2 BOTOL
Makalah ini kami susun sebagai tugas pemenuhan pembelajaran mata
kuliah kebutuhan oksigenasi di STIKES Karya Husada Semarang. Dalam
penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Ibu Shindi
Hapsari sebagai pengampu mata kuliah Kebutuhan oksigenasi ,orang tua kami,
dan orang-orang yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik
lagi.Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Kami

berharap agar makalah ini

bermanfaat bagi semua pembaca.

Semarang, juli 2014

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR....i
DAFTAR ISI.............ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............4
B. Tujuan4
C. Manfaat ...........5
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
B.
C.
D.

Definisi, Tujuan, indikasi pemasangan WSD......6


Kontra Indikasi, Komplikasi,anatomi fisiolog.............7
Etiologi.............................8
Manifestasi Klinis,Komplikasi,WSD 2 Botol.....................................9

BAB III PEMBAHASAN


A. Tempat, cara pemasangan WSD......................................................... 12
B. Perawatan WSD.................................................................................. 15
C. Cara mengganti botol........17
D. Indikasi pelepasan.....17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh
memerlukan suplai oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi
gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain
seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran
pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma
(luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai
jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru.Mekanisme penyebabnya
bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya,
selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam
rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa
sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 2005).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa
membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih
memahami tentang masalah WSD (Water Seal Drainage).

1.2

Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien
dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

1.2.2

Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.

Menjelaskan definisi WSD (Water Seal Drainage)


Menjelaskan tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
Menjelaskan indikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
Menjelaskan Kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)

e. Menjelaskan komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal


Drainage)
f. Menjelaskan prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
g. Menjelaskan prosedur pelepasan WSD (Water Seal Drainage)
1.3

Manfaat
1.3.1

Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).

1.3.2
1.3.3

Manfaat Praktis
Tenaga Keperawatan
a. Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage).
b. Mahasiswa
c. Agar mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) serta
mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi

Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang


menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura
( rongga pleura)
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum
dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif
rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif
dan hanya terisi sedikit cairan pleura/lubrican.(Setiono.K.M 2006)
2.2

Tujuan
a)
b)
c)
d)
e)

Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
Mengembangkan kembali paru yang kolaps
Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

2.3

Indikasi Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)


2.3.1
a)
b)
c)
d)
2.3.2
a)
b)
c)
d)
2.3.3

Pneumothoraks
Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
Luka tusuk tembus
Klem dada yang terlalu lama
Kerusakan selang dada pada sistem drainase
Hemothoraks
Robekan pleura
Kelebihan antikoagulan
Pasca bedah thoraks
Hemopneumothorak
Thorakotomy :

a) Lobektomy
b) Pneumoktomy
2.3.4
2.3.5

Efusi pleura : Post operasi jantung


Emfiema :

a) Penyakit paru serius

b) Kondisi indflamsi
2.3.6
2.3.7
2.4

Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk


Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

Kontraindikasi
a) Infeksi pada tempat pemasangan
b) Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

2.2

Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Dada
Dada terdiri atas tiga komponen yaitu mediastinum, rongga pleura kanan,
dan rongga pleura kiri. Tiap rongga pleura dilapisi oleh membrane tipis dan licin
yang disebut pleura parietal. Membrane yang sama meliputi paru-paru disebut
pleura visceral. Lapisan yang tipis berupa cairan dengan volume total sampai 5ml
bertindak sebagai pelumas antara pleura parietal dan viscelar, memungkinkan
cairan itu bergerak dengan halus setiap kali bernapas. Karena dua lapisan pleura
saling bersentuhan, area pleura menjadi area potensial. Bila area antara
membrane ini menjadi area aktual, paru-paru akan kolaps (Carpenito,
Juall.2010)
2. Tekanan Pleura
Dalam rongga dada, paru-paru disokong oleh tekanan pleura negative.
Tekanan negative ini dibuat oleh dua kekuatan yang berlawanan. Pertama,
kecenderungan dinding dada untuk mengembang ke depan dan ke belakang.
Kedua adalah kecenderungan jaringan alveolar elastic untuk berkontraksi.
Analoginya adalah terdapat dua lapisan mikroskopik yang saling mengikat tetesan
air yang diletakkan di antaranya. Seseorang tak dapat menarik bagian lapisan
karena adanya tekanan permukaan cairan.
Bandingkan kedua paru-paru dengan dengan kedua lapisan itu. Satu
lapisan adalah lapisan visceral, lainnya pleura parietal. Tetesan air adalah cairan
pleura. Sesuai dengan analoginya, upaya kekuatan yang berlawanan untuk
menarik pleura pada arah yang berbeda. Tekanan negative yang terjadi mengikat
paru-paru dengan kencang pada dinding dada, mencegah paru-paru kolaps.

Selama inspirasi, tekanan intrapleural menjadi lebih negative. Pada ekspirasi,


tekanan menjadi kurang negative. . (Lynda, 2013)
3. Efek Pernapasan pada Tekanan Intrapleura
Ketika kita bernapas, proses ini berpengaruh pada organ yang berada di
dalamnya sehingga akan merubah tekanan intrapleural.
Efek pernapasan pada tekanan intrapleural:
Fase istirahat

: -5 cm H2O

Inspirasi

: -6 sampai dengan 12 cmH2O

Ekspirasi

: -4 sampai dengan 8 cmH2O

Semua gas bergerak dari area yang tekanannya lebih tinggi ke tekanan
lebih rendah. Selama inspirasi, rongga dada membesar karena kontraksi
diafragma. Hal ini meningkatkan area paru-paru dan menyebabkan tekanan
intrapleural turun sampai ke bawah tekanan atmosfer. Udara mengalir dari tekanan
relative tinggi di atmosfir ke area tekanan rendah di paru-paru. Selama ekspirasi,
proses ini kebalikannya. Recoil difragma akan menurunkan area dalam rongga
dada dan menekan paru-paru. Tekanan intrapleural kini lebih tinggi dari tekanan
atmosfer, menyebabkan udara bergerak ke luar paru-paru. Setelah otot pernapasan
rileks, tekanan antara udara luar dan paru-paru sama. Karena tekanan sama, maka
tidak ada udara bergerak (Lynda, 2013)
2.3

Etiologi
1. Membuang udara, cairan atau darah dari area pleura.
2. Mengembalikan tekanan negatif pada area pleura.
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps/ kolaps sebagian.
4. Mencegah reflux drainase kembali ke dalam dada ( Anonymous.
2008)

2.4

Manifestasi Klinis
1. Dispnea, Takipnea
2. Kesulitan pernafasan
3. Gelisah, cemas
4. Takhikardi
5. Ekspansi dada tak simetris (Anonymous. 2008)

2.5

Komplikasi
a) Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks,
atrial aritmia
b) Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c) Komplikasi lainnya : laserasi (yang mencederai organ: hepar, lien),
perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat

2.6

WSD (Water Seal Drainage) Dua Botol


WSD dengan sistem dua botol :
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan
yang kedua bekerja sebagai water seal.Pada sistem dua botol, penghisapan dapat
dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi
udara.

Gambar 2.2 WSD dengan sistem dua botol


Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan
hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2
yang berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control. Cairan
drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk
ke water seal botol 2.
Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir
dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang

masuk

ke

WSD.Biasanya

digunakan

untuk

mengatasi

hemothoraks,

hemopneumothoraks, efusi peural.


Keuntungannya:
a)
b)
c)
d)

Mempertahankan water seal pada tingkat konstan


Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik
Kerugiannya:
Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke

dalam area pleura.


e) Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol.
f) Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.
26.4 Unit drainage sekali pakai
1. Pompa penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti
penghisap di dinding.Pompa Penghisap Emerson ini dapat dirangkai
menggunakan sistem dua atau tiga botol.
Keuntungannya:
Plastik dan tidak mudah pecah
Kerugiannya:
-

Mahal
Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit
terbalik.

2. Fluther valve
Keuntungannya:
-

Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik.
Kurang satu ruang untuk mengisi
Tidak ada masalah dengan penguapan air
Penurunan kadar kebisingan

Kerugiannya:
-

Mahal
Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra

pleural karena tidak


adanya fluktuasi air pada ruang water seal.

3. Calibrated spring mechanism


Keuntungannya:
-

Mampu mengatasi volume yang besar


Kerugiannya:

Mahal

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Prinsip kerja WSD.


1. gravitasi : udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke
tekanan yang rendah
2. tekanan positive : udara dan cairan dalam pleura (+765mmHg) akhir
pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit (761 mmHg)
3. suction. ((Arif, taufan. 2013. Inspirasi kawula muda.blogspot)

3.2

Tempat Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)


3.1.1

Bagian apeks paru (apikal)

Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.


3.1.2 Bagian basal
Posterolateral interkosta ke 8 9 untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari
rongga pleura.
3.3

Cara Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)


3.2.1 Persiapan
1)

Pengkajian
a.

Meme riksa kembali instruksi dokter

b.

Mengecek inform consent

c. Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan


2)

Persiapan pasien
a.

Siapkan pasien

b.

Memberi penjelasan kepada pasien mencakup:


- Tujuan dan prosedur tindakan
- Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD
(Water Seal Drainage).
- Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti napas
dalam, distraksi.
- Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu dan lengan.

3)

Persiapan alat

1.

Sistem drainase tertutup

2.

Motor suction

3.

Selang penghubung steril

4.

Cairan steril : NaCl, Aquades

5.

Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter

6.

Kassa steril

7.

Pisau jaringan

8.

Trocart

9.

Benang catgut dan jarumnya

10.

Sarung tangan

11.

Duk bolong

12.

Spuit 10 cc dan 50 cc

13.

Obat anestesi : lidocain, xylocain

14.

Masker

3.2.2 Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter.Perawat membantu agar prosedur
dapat dilaksanakan dengan baik, dan perawat memberi dukungan moril
pada pasien.
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V,

di linea aksilaris anterior dan media.


2. Lakukan analgesia atau anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam
4.

sampai muskulus interkostalis


Pada saat inspirasi:
Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di

dalam WSD Paru- paru mengembang Pada saat ekspirasi:


5. Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di
dalam WSD
6. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan.
Masukkan jari
a. melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai
rongga pleura atau menyentuh
b. paru.
7. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan
menggunakan
a. Kelly forceps.
8. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding
dada.
9. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan.
10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan

3.2.3 Tindakan setelah prosedur


1)

Perhatikan undulasi pada selang WSD


Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain:
a.
b.
c.

Motor suction tidak berjalan


Slang tersumbat dan terlipat
Paru-paru telah mengembang

Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera


periksa kondisi system
drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
2)

Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang


keluar.

3)

Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas
yang telah ditetapkan serta

pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.


4)

Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk
mengetahui jumlah cairan yg
keluar.

5)

Observasi tanda vital : pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam


pertama.

6)

Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan.

7)

Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan


jangan sampai slang terlipat.

8)

Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.

9)

Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.

10)

Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah
cairan yang dibuang.

11)

Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.


12) Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis,
emphysema subkutan.

13) Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk
efektif.
14)

Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.

15) Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
16) Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan
latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD.
3.4

Perawatan WSD (Water Seal Drainage)


1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
2. Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband
2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup
bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka
tubuh pasien.
3. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang
hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
4. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

a. Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan
tidak terganggu
Denganbergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
b. Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal
kecil dibelakang, ataumemberi tahanan pada slang, melakukan
pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambilmengangkat badan,
atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
c. Mendorong berkembangnya paru-paru.
1. Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan

paru

mengembang.
2. Latihan napas dalam.
3. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk,
jangan batuk waktu slang diklem.
4. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
5. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
d. Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.
e. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi.

Jika

banyaknya

hisapan

bertambah/berkurang,

perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.


f. Suction harus berjalan efektif :
g. Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi
dan setiap 1 - 2 jamselama 24 jam setelah operasi.
h. Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien,
warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
i. Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk
jika suction kurang
baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di
bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh
gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang
slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
j. Perawatan slang dan botol WSD atau Bullow drainage.

i. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur


berapa cairan yang keluar kalauada dicatat.
ii. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan
cairan dan adanya gelembungudara yang keluar dari
bullow drainage.
iii. Penggantian botol harus tertutup untuk mencegah
udara masuk yaitu mengklemslang pada dua
tempat dengan kocher.
iv. Setiap
penggantian

botol/slang

harus

memperhatikan sterilitas botol dan slang harustetap


steril.
v. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan
kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
k. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga
dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll
WSD (Water Seal Drainage)
3.5

Cara mengganti botol WSD (Water Seal Drainage)


1.

Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah


desinfektan.

3.6

2.

Selang WSD diklem dulu

3.

Ganti botol WSD dan lepas kembali klem

4.

Amati undulasi dalam selang WSD

Indikasi Pelepasan WSD (Water Seal Drainage)


1)

Produksi cairan <50 cc/hari

2)

Bubling atau gelembung sudah tidak ditemukan

3)

Pernafasan pasien normal

4)

1-3 hari post cardiac surgery

5)

2-6 haripost thoracic surgery

6)

Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau


tidak adanya cairan atau udara pada rongga intra pleura

7)

Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan Spooling atau
pengurutan pada selang.

1) Persiapan alat
1. Troly dresing
2. Dresing set
3. Betadine solution
4. Klem
5. Sarung tangan steril dan tidak steril
6. Spuit 2,5 cc
7. Analgesik
8. Bengkok
9. Plester
10. Gunting
2) Persiapan pasien
1. Yakinkan pasien mengerti pengajaran pre prosedur.
2. Pre medikasi pasien dengan analgesik adekuat setidaknya
15 menit sebelum prosedur.
3. Tempatkan pasien pada posisi semifowler
3) Prosedur pencabutan (dilakukan oleh dokter)
1. Cuci tangan
2. Buka set angkat jahitan steril dan siapkan betadine dan kasa.
3. Lepaskan suction dari chest drainage systtem dan cek terhadap
kebocoran udara pada ruang water seal.
4. Angkat plester yang menempel dan tentukan tipe jahitan yang terdapat
pada selang dada.
5. Konfirmasi bahwa selang bebas dari jahitan dan plester.
6. Klem setiap selang yang akan dicabut.
7. Intruksikan pada pasien untuk tarik nafas dalam dan tahan saat setiap
selang diangkat.
8. Cabut selang dada secara cepat.
9. Tutup sisi insersi dengan kasa steril dan rekatkan dengan plester.
10. Kaji pasien setelah prosedur dan bandingkan hasilnya dengan
pengkajian sebelumnya.

11. Lakukan chest x-ray sesuai protocol


12. Cuci tangan

3.7

Tujuan pemasangan WSD 3 botol


1. Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga
pleura
2. Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
3. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura ( reflux drainage)
yang dapat
4. Menyebabkan pneumotoraks
5. Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan
mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura
(Ayu Arifiani ,2013)

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum
dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif
rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif
dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Tujuan pemasangan WSD antara lain :
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.
Jakarta: EGC
Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7.
Jakarta : EGC
Nuzulul. 2011. Asuhan Keperawatan (ASKEP) WSD (Water Seal Drainage)
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35532.html.

You might also like