Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pasien dengan gagal ginjal sering mengalami gejala klinis yang berkaitan
dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, anemia, malnutrisi dan gangguan
gastrointestinal. Salah satu dari komplikasi tersebut adalah uremic encephalopathy.
Uremic encephalopathy (UE) adalah kelainan otak organik yang terjadi pada pasien
dengan gagal ginjal akut maupun kronik. Biasanya dengan nilai kadar Creatinine
Clearance menurun dan tetap di bawah 15 mL/mnt. (2; 3)
Prevalensi internasional tidak diketahui. Di Amerika Serikat, prevalensi UE
sulit ditentukan. UE dapat terjadi pada pasien manapun dengan end-stage renal
disease (ESRD),dan secara langsung tergantung pada jumlah pasien tersebut.
Peningkatan kasus ESRD seiiring dengan peningkatan kasus UE. (1; 3) Pengetahuan
mengenai penegakan diagnosis UE diperlukan untuk mencegah kejadian UE berat
yang berujung ke kematian. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat
kasus ini sebagai laporan kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Urea disintesis pula di hati melalui siklus urea yang berasal dari oksidasi
asam amino. Pada siklus urea, kelompok asam amino (amonia dan L-aspartat) akan
diubah menjadi urea. Produksi urea di hati diatur oleh N-acetylglutamate. Urea
kemudian mempunyai sifat yang mudah berdifusi dalam darah dan diekskresi
melalui ginjal sebagai komponen urin, serta sejumlah kecil urea diekskresikan
melalui keringat. (6)
Uremia adalah suatu sindrom klinis yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan hormon serta abnormalitas metabolik yang
berkembang secara paralel dengan menurunnya fungsi ginjal. Uremia sendiri
berarti ureum di dalam darah. (6; 2)
Uremia lebih sering terjadi pada chronic kidney disease (CKD), tetapi dapat
juga terjadi pada acute renal failure (ARF) jika penurunan fungsi ginjal terjadi
secara cepat. Hingga sekarang, belum ditemukan satu toksin uremik yang
ditetapkan sebagai penyebab segala manifestasi klinik pada uremia. (6; 7; 8)
2.1. Definisi
Uremic encephalopathy (UE) adalah kelainan otak organik akut maupun
subakut yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut maupun kronik. Biasanya
dengan nilai kadar Creatinine Clearance menurun dan tetap di bawah 15 mL/mnt.
Sebutan uremic encephalopathy sendiri memiliki arti gejala neurologis non
spesifik pada uremia. (2; 4; 9; 10)
Gejala neural dan muskular terdiri atas neuropati perifer, penurunan status
mental, kejang, anoreksia, muntah, penurunan sensasi bau dan rasa, keram, koma,
penurunan kekuatan otot. Gejala ini dapat berfluktuasi dari hari ke hari, bahkan
dalam hitungan jam. Pada beberapa pasien, terutama pada pasien anuria, gejala ini
dapat berlanjut secara cepat hingga koma. Pada pasien lain, halusinasi visual ringan
dan gangguan konsentrasi dapat berlanjut selama beberapa minggu. (4; 5; 11)
Gejala endokrin dan metabolik diantaranya adalah amenore, gangguan
disfungsi seksual, penurunan suhu tubuh, penyakit tulang karena retensi dari fosfat
dan defisiensi vitamin D, resistensi insulin dan peningkatan katabolisme protein.
Gejala lain yang mendukung adalah ditemukannya serositis, gatal, cegukan, dan
anemia serta adanya disfungsi granulosit, limfosit bahkan trombosit. (2; 3; 6)
Pasien mulai kedutan, jerk dan dapat kejang. Twitch dapat meliputi satu
bagian otot, seluruh otot, atau ekstremitas,aritmik, asinkron pada kedua sisi tubuh
pada saat bangun ataupun tidur. Pada beberapa waktu bisa terdapat fasikulasi,
tremor aritmik, mioklonus, khorea, asterixis, atau kejang (Gambar 2.2). Dapat juga
terjadi phenomena motorik yang tidak terklasifikasi, yang disebut uremic twitchconvulsive syndrome. (2; 4)
2.3. Epidemiologi
Gagal ginjal lebih sering pada ras Afrika Amerika dibandingkan ras lainnya.
Insidens pada pria dan wanita sama banyak. Pasien pada berbagai usia dapat
mengalami gagal ginjal, namun lebih progresif pada usia lanjut, yaitu pasien di atas
65 tahun. (2; 3)
Prevalensi internasional tidak diketahui. Di Amerika Serikat, prevalensi UE
sulit ditentukan. UE dapat terjadi pada pasien manapun dengan end-stage renal
disease (ESRD),dan secara langsung tergantung pada jumlah pasien tersebut. Pada
1990an, lebih dari 165,000 orang diobati untuk ESRD. Pada tahun 1970an,
jumlahnya 40,000. Dengan bertambahnya jumlah pasien dengan ESRD,
diasumsikan jumlah kasus UE juga bertambah. (2; 3)
Gagal ginjal akan menjadi fatal jika tidak ditangani. UE menunjukkan
fungsi ginjal yang memburuk. Jika tidak ditangani, UE dapat menyebabkan koma
dan kematian. Pasien memerlukan penanganan agresif untuk mencegah komplikasi
dan menjaga homeostasis yang tergantung pada intensive care dan dialisis. Di AS,
lebih dari 200.000 pasien menjalani hemodialisa. (2; 4)
2.4. Patofisiologi
Patofisiologi dari UE belum diketahui secara jelas. Urea menembus sawar
darah otak melalui sel endotel dari kapiler otak. Urea sendiri tidak bisa dijadikan
satu-satunya penyebab dalam terjadinya ensefalopati, karena jumlah ureum dan
kreatinin tidak berhubungan dengan tingkat penurunan kesadaran ataupun adanya
asterixis dan myoclonus. (2; 3; 6)
Perubahan yang ditemukan pada mayat pasien dengan chronic kidney
disease biasanya ringan, tidak spesifik dan lebih berhubungan dengan penyakit
yang menyertainya. Jumlah kalsium pada korteks serebri hampir dua kali lipat dari
nilai normal. Peningkatan jumlah kalsium ini mungkin diperantarai oleh aktivitas
hormon Paratiroid. Hal ini didukung oleh hasil penelitian pada anjing yang
mengalami gagal ginjal akut maupun kronik, EEG dan abnormalitas kalsium dapat
dicegah dengan dilakukannya paratiroidektomi. Pada manusia dengan gagal ginjal,
EEG dan gangguan psikologik juga dapat membaik dengan paratiroidektomi. (2; 4; 5)
Pada gangguan ginjal, metabolisme otak menurun sehingga menyebabkan
rendahnya konsumsi oksigen serebri. Penjelasan yang memungkinkan pada
perubahan ini adalah reduksi neurotransmitter, menyebabkan aktivitas metabolik
berkurang. Pompa Na/K ATPase mengeluarkan kalsium dari sel eksitabel dan
penting dalam menjaga gradien kalsium 10 000:1 (di luardi dalam sel). Dengan
adanya uremia, terdapat peningkatan kalsium transpor akibat PTH. Beberapa studi
menyatakan bahwa aktivitas pompa Na/K ATPase ouabain-sensitif menurun pada
keadaan uremik akut maupun kronik. Karena pompa ini penting dalam pelepasan
neurotransmitter seperti biogenic amines, hal ini dapat membantu menjelaskan
Gambar 2.3. Ilustrasi efek neurotoksik dari uremia pada sistem saraf pusat (12)
2.5. Diagnosis
Diagnosis ensefalopati uremik biasanya berdasarkan gejala klinis dan
kemajuannya setelah dilakukan terapi yang adekuat. Gejala klinis ensefalopati
uremikum terangkum pada Tabel 1. (2; 3)
10
Sedang
Muntah
Lamban
Mudah lelah
Mengantuk
Perubahan pola tidur
Emosional
Berat
Gatal
Gangguan orientasi
Kebingungan
Tingkah laku aneh
Bicara pelo
Hipotermia
Paranoia
Penurunan kognitif
Penurunan abstraksi
Penurunan kemampuan
seksual
Mioklonus
Asterixis
Kejang
Stupor
Koma
11
intermiten dan paroksisimal, bilateral, high voltage gelombang delta juga sering
ditemukan. Kadangkala kompleks spike-wave bilateral atau gelombang trifasik
pada regio frontal dapat terlihat. (2; 5; 8)
Pencitraan otak seperti CT scan atau MRI dilakukan untuk menyingkirkan
adanya hematom subdural, stroke iskemik. Namun biasanya menunjukkan atrofi
serebri dan pelebaran ventrikel pada pasien dengan chronic kidney disease. (3)
2.7. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan uremic encephalopathy, penyakit ginjal yang terjadi
sangat penting, karena pada keadaan irreversibel dan progresif, prognosis buruk
tanpa dialisis dan transplantasi renal. UE akut ditatalaksana dengan hemodialisis
atau peritoneal dialisis, walaupun biasanya dibutuhkan waktu 1 sampai 2 hari
dibutuhkan untuk mengembalikan status mental. Kelainan kognitif dapatmenetap
meskipun setelah dialisis. Kerugian dari dialisis adalah sifat non-spesifik sehingga
12
rendah
protein,
atau
pemberian
prebiotik.atau
probiotik
seperti
bifidobacterium. Menjaga sisa fungsi ginjal juga penting untuk eliminasi toksin
uremik. (6; 7)
Dalam praktek klinis, obat antikonvulsan yang sering digunakan dalam
menangani kejang yang berhubungan dengan uremia adalah benzodiazepine untuk
kejang myoklonus, konvulsif atau non-konvulsif parsial kompleks atau absens;
ethosuximide, untuk status epileptikus absens; Fenobarbital, untuk status
epileptikus konvulsif. Sementara itu, gabapentin dapat memperburuk kejang
myoklonik pada end stage renal disease. (4; 6)
Benzodiazepin (BZD) dan Fenobarbital bekerja meningkatkan aktivitas
GABA dengan berikatan pada kompleks reseptor GABA A, sehingga memfasilitasi
GABA untuk
spesifiknya. Terikatnya
BZD
13
2.8. Prognosis
Dengan penatalaksaan yang tepat, tingkat mortalitas rendah. Dengan
pengenalan terhadap dialisis dan transplantasi ginjal, insidens dan tingkat
keparahan dari UE dapat dikurangi. (2)
14
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama Lengkap
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
: 07/08/1963 51 tahun
Suku Bangsa
: Lampung
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SD
Alamat
ANAMNESIS
Diambil dari:Allooanamnesa
Tgl: 27/04/2015
Keluhan Utama
: Penurunan kesadaran
Keluhan tambahan
15
16
17
Cacar
Cacar Air
Difteri
Batuk Rejan
Campak
Influenza
Tonsilitis
Kholera
Demam Rematik
(
(
(
(
(
(
(
(
(
)
)
)
)
)
)
)
)
)
Malaria
Disentri
Hepatitis
Tifus Abdominalis
Skirofula
Sifilis
Gonore
Hipertensi
Ulkus Ventrikuli
()
()
()
()
()
()
()
()
()
( )
( )
( )
Pneumonia
Pleuritis
Tuberkulosis
( ) Ulkus Duodeni
() Gastritis
( ) Batu Empedu lain-lain :
( ) Kecelakaan
( ) Operasi
Riwayat Keluarga :
Hubungan
Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara(kakak)
Anak-Anak
Umur
(th)
28
24
20
Jenis
Kelamin
L
P
L
P
P
L
L
L
Keadaan kesehatan
Meninggal
Meninggal
Meninggal
Meninggal
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Penyebab
Meninggal
Tidak tahu
Tidak tahu
Tidak tahu
Tidak tahu
Ya
Tidak
Hubungan
18
ANAMNESIS SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan
Kulit
(-)
(-)
Bisul
Kuku
(-)
(-)
Rambut
Kuning / Ikterus
(-)
(-)
( )
Keringat malam
Sianosis
Lain-lain
Kepala
(-)
(-)
Trauma
Sinkop
Mata
(-)
(-)
(-)
Nyeri
Sekret
Kuning / Ikterus dan anemis
(-) Radang
(-) Gangguan penglihatan
(-) Ketajaman penglihatan
Telinga
( -)
( -)
Nyeri
Sekret
( -)
( -)
( -)
Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran
( -)
( -)
( -)
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
( -)
( -)
( -)
Lidah
Gangguan pengecap
Stomatitis
Hidung
( -)
( -)
( -)
( -)
Trauma
Nyeri
Sekret
Epistaksis
Mulut
( -)
( -)
( -)
Bibir
Gusi
Selaput
19
Tenggorokan
( -) Nyeri tenggorokan
( -)
Perubahan suara
( -)
Nyeri leher
( -)
( -)
( -)
Sesak nafas
Batuk darah
Batuk
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
Perut membesar
Wasir
Mencret
Tinja berdarah
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna ter
Benjolan
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
Kencing nanah
Kolik
Oliguria dan warna pekat seperti teh
Anuria
Retensi urin
Kencing menetes
Penyakit prostat
( -)
( )
Perdarahan
Leher
( -)
Benjolan
Jantung / Paru-Paru
( -) Nyeri dada
( -) Berdebar
( -) Ortopnoe
Rasa kembung
Mual
Muntah
Muntah darah
Sukar menelan
Nyeri perut, kolik
Nyeri ulu hati dan perut
kanan atas
Disuria
Stranguri
Poliuria
Polakisuria
Hematuria
Kencing batu
Ngompol (tidak disadari)
Katamenis
( -) Leukore
( ) Lain-lain
20
Haid
( -) Haid terakhir
( -)
( -) Teratur / tidak
( -) Gangguan haid
( -)
( -)
Jumlah
dan ()
lamanya
Nyeri
( -)
Pasca menopause
Menarche usia 15
tahun
Gejala klimakterium
Anestesi
Parestesi
Otot lemah
Kejang
Afasia
Amnesis
Lain-lain
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
( -)
( -)
Deformitas
Sianosis
Ekstremitas
( -)
( -)
Bengkak
Nyeri sendi
BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (kg)
: 40 kg
: tidak diketahui
( )
21
RIWAYAT HIDUP
Tempat lahir
Ditolong oleh
: ( ) Dokter
( ) Bidan
() Dukun
( )Lain-lain
Riwayat Imunisasi
(-) Hepatitis
(-) BCG
(-) Campak
(-) DPT
(-)Polio
(-)Tetanus
Riwayat Makanan
Frekwensi /hari : 3x sehari
Jumlah /hari
Variasi /hari
Nafsu makan
: kurang
Pendidikan
() SD
( ) SLTP
( ) SLTA
( ) Sekolah Kejuruan
( ) Akademi
( ) Kursus
( ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan
: tidak ada
Pekerjaan
: tidak ada
22
Keluarga
: tidak ada
Lain-lain
:-
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Tinggi badan
: 150 cm
Berat badan
: 40 kg
Tekanan darah
: 80/60 mmHg
Nadi
: 112 x/menit
: 36 x/menit
Suhu
: 38,70C
Keadaan gizi
Kesadaran
: E1V1M3 = 5 (koma)
Sianosis
Edema umum
: tidak ada
Cara berjalan
Mobilitas (aktif/pasif)
: pasif
ASPEK KEJIWAAN
Tingkah laku
Alam perasaan
Proses pikir
23
KULIT
Warna
: sawo matang
Efloresensi
: tidak ada
Jaringan parut
: tidak ada
Pigmentasi
: tidak ada
: tidak terlihat
Suhu raba
: febris
Lembab/kering
: lembab
Turgor
: baik
Ikterus
: tidak ikterik
Lapisan lemak
: cukup
Edema
: tidak edema
Lain-lain
: -
Leher
Supraklavikula
Ketiak
Lipat paha
24
KEPALA
Ekspresi wajah
: wajar
Simetri muka
: simetris
Rambut
MATA
Exopthalmus
: tidak ada
Enopthalmus
: tidak ada
Kelopak
: tidak edema
Lensa
: jernih
Konjungtiva
: anemis
Visus
Sklera
: tidak ikterik
Gerakan mata
: normal/palpasi
Deviatio konjugae
: tidak ada
Nystagmus
: tidak ada
Pupil
25
TELINGA
Tuli
: liang lapang/lapang
Penyumbatan
: -/-
Serumen
: minimal
Perdarahan
: -/-
Cairan
: -/-
MULUT
Bibir
: tidak sianosis
Tonsil
: T1-T1 tenang
Langit-langit
: normal
Bau pernapasan
: tidak ada
Gigi geligi
Trismus
: tidak ada
Faring
: tidak hiperemis
Lidah
: tidak kotor
LEHER
Tekanan Vena Jugularis (JVP)
: 5+2 cmH20
Kelenjar tiroid
Kelenjar limfe
26
DADA
Bentuk
: simetris
Pembuluh darah
: normal
Buah dada
: normal
PARU-PARU
DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kiri : Sonor
Kanan
Auskultasi
: Sonor
BELAKANG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kiri
: sonor
Kanan : sonor
Auskultasi
Kiri
27
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
batas pinggang jantung
Auskultasi
PEMBULUH DARAH
Arteri temporalis
Arteri karotis
Arteri brakhialis
Arteri radialis
Arteri femoralis
Arteri poplitea
PERUT
Inspeksi
: cembung
Palpasi
Dinding perut
Hati
: sulit dinilai
28
Limpa
: sulit dinilai
Ginjal
: sulit dinilai
Perkusi
Auskultasi
Genitalia eksterna
Fluor albus/darah
ANGGOTA GERAK
Lengan
Kanan
Kiri
Otot
Tonus
normotonus
normotonus
Massa
tidak ada
tidak ada
Sendi
normal, nyeri(-)
normal, nyeri(-)
Gerakan
pasif
pasif
Kekuatan
Lain-lain
: tidak ditemukan
Varises
: tidak ada
29
Sendi
Gerakan
: pasif
Kekuatan
Edema
Refleks
Refleks tendon
Kanan
Kiri
normal
normal
Bisep
normal
normal
Trisep
normal
normal
Patela
normal
normal
Achiles
normal
normal
Kremaster
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Refleks kulit
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Refleks patologis
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
Status Lokalis:
Regio gluteal, ditemukan ulkus decubitus ukuran 5 x 8 cm, dasar otot.
30
LABORATORIUM
Darah Lengkap
Tanggal 25 April 2015 (Di RS Kalianda)
Hb
: 10,0 gr %
(Normal : 12-16)
Leukosit
: 17.100 /uL
Trombosit
Kimia darah
Tanggal 25 April 2015 (Di RS Kalianda)
Ureum
: 235 mg/dl
Creatinin
: 6,2 mg/dl
GDS
:130 mg%
Darah Lengkap
Tanggal 25 April 2015 (Di RSAM)
Hb
: 11,9 gr %
(Normal : 12-16)
LED
Leukosit
: 15.050 /uL
Diff count
31
- Basofil
:0
(Normal : 0-1%)
- Eosinofil
:1
(Normal : 1-3%)
- Batang
:1
(Normal : 1-5%)
- Segmen
: 90
(Normal : 50-70%)
- Limfosit
:6
(Normal : 20-40%)
- Monosit
:2
(Normal : 2-8%)
Trombosit
Masa perdarahan
: 2 menit
Masa pembekuan
: 11 menit
Kimia darah
Tanggal 25 April 2015 (di RSAM)
SGOT
: 18
SGPT
: 10
Ureum
: 289 mg/dl
Creatinin
: 5,3 mg/dl
GDS
: 117 mg%
Natrium
Kalium
Kalsium
: 10,0 mg/dl
Klorida
32
: negatif
(Normal : negatif)
Anti HCV
: negatif
(Normal : negatif)
Anti HIV
: negatif
(Normal : negatif)
Rontgen thorak PA
Tanggal 27 April 2015
Hasil :
- Cor dan pulmo normal
CT Scan Kepala Tanpa Kontras
Tanggal 27 April 2015
Hasil :
- Tampak lesi hipodens di temporal kiri (slice 11-15)
- Struktur mediana tak deviasi
- Sisterna ventrikel tak melebar
- Sulci & gyri normal
- Tak tampak massa retrobulber
- Tak tampak pemadatan intrasinus paranasal
- Celula mastoidea kanan & kiri baik
Kesan :
- Infark di temporal kiri
33
RINGKASAN
Anamnesa
-
Pasien diobservasi di UGD selama 2 hari. Pasien tidak sadar. Demam (+)
sepanjang hari disertai keringat di malam hari.
Pasien dianjurkan cuci darah segera selama 2 jam. Pasien telah menjalani cuci
darah selama 1 jam dan kondisi pasien menurun. Cuci darah dihentikan.
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit
jantung maupun penyakit ginjal sebelumnya
Pemeriksaan fisik
-
Kesadaran
: Koma
Tekanan Darah
: 80/60mHg
Nadi
: 112 x/menit
Pernafasan
: 36 x/menit
Suhu
: 38,7 C
Berat Badan
: 40 kg
Tinggi badan
: 150 cm
34
: Rh +/+
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Reflek
Laboratorium
Darah lengkap :
Hb menurun (11,9 gr/dl)
Leukosit meningkat (15.050 /ul)
Netrofil segmen meningkat (90%)
Kimia Darah
Ureum meningkat (289 mg/dl)
Creatinin meningkat (5,3 mg/dl)
Rontgen thorak
CT Scan kepala
35
Diagnosis Kerja
Dasar Diagnosis
Anamnesa
- Penurunan kesadaran sejak 5 hari SMRS.
- Demam (+)
- BAB (-), BAK mengompol
- Nyeri pada tungkai kanan, lemah pada tungkai kanan
- Luka di pantat
Pemeriksaan fisik
- Kesadaran koma (GCS 5). TD 80/60 mmHg. N 112 x/m. RR 36 x/m.
T 38,70 C.
- Konjungtiva anemis +/+
- Pupil isokor, sentral, diameter 3mm/3mm. RCL +/+
- Rhonki +/+
- Ekstremitas bawah kesan kanan tertinggal
Pemeriksaan penunjang
- Hb menurun (11,9 gr/dl)
- Leukosit meningkat (15.050 /ul)
- Ureum 289 mg/dl
- Creatinin 5,3 mg/dl
36
2.
Rencana pengelola
Suportif
37
Medikamentosa :
-
NaCl 0,9% 1000 cc 30 tpm lalu Dopamin 1 amp dalam IVFD NaCL
100 cc 10 tpm
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad malam
38
FOLLOW UP
Tanggal Subjective
27 April Penurunan
2015
kesadaran
Jam
23.30
WIB
Objective
Ku : Tampak
Sakit Berat
Kes : E1V1M1
TD : 80/50
mmHg
HR : 96 x/m
RR : 32 x/m
T : 39,1oC
Assessment
Penurunan
kesadaran
e.c.
ensefalopati
uremikum
+ syok
sepsis +
CKD +
anemia
Mata : anemis
(+/+). Pupil
isokor, sentral,
diameter
4mm/4mm.
RCL -/-
Planning
- Oksigenasi 5 lpm
kanul nasal
- NaCl 0,9% 1000 cc
30 tpm lalu Dopamin 1
amp dalam IVFD
NaCL 100 cc 10 tpm
- Tamoliv 1 fls / 6 jam
(antipiretik)
- Ceftriakson vial / 12
jam (antibiotik)
Pulmo:
Rh +/+
Ekstremitas :
Akral dingin
+/+/+/+
23.45
WIB
Penurunan
kesadaran
Regio gluteal:
Ulkus decubitus
(+)
Ku : Tampak
meninggal
Sakit Berat
Kes : E1V1M1
TD : -/HR : RR : T :-
Pasien
dinyatakan
meninggal oleh dokter
jaga
dihadapan
keluarga,
dokter
mudah dan perawat.
Mata : anemis
(+/+). Pupil
isokor, sentral,
midriasis
maksimal. RCL
-/-
39
Ekstremitas :
Akral dingin
+/+/+/+
EKG datar
40
BAB IV
ANALISIS KASUS
41
toksik, yaitu urea melalui siklus urea. Urea mempunyai sifat yang mudah
berdifusi dalam darah dan diekskresi melalui ginjal sebagai komponen urin, serta
sejumlah kecil urea diekskresikan melalui keringat. (2; 6)
Uremia adalah suatu sindrom klinis yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan hormon serta abnormalitas metabolik
yang berkembang secara paralel dengan menurunnya fungsi ginjal. Uremia
sendiri berarti ureum di dalam darah. Keadaan uremia terjadi sebagai asosiasi
terhadap chronic kidney disease (CKD). (6)
Peningkatan amonia pada pasien ini didukung pula dengan keadaan
pasien yang tidak bisa BAB selama 3 minggu. Jumlah amonia semakin
bertambah dan sintesis urea menjadi lebih banyak, namun hal ini tidak didukung
dengan kerja ginjal yang optimal untuk mengeluarkan urea yang terbentuk.
Pasien wanita ini dikatakan mengalami gagal ginjal kronik. Hal ini
disimpulkan berdasarkan nilai laboratorium kimia darah ureum dan creatinin
yang meningkat. Ureum Ureum 289 mg/dl dan Creatinin 5,3 mg/dl. Berdasarkan
rumus Kockroft Gault (13), maka didapatkan nilai LFG adalah sebagai berikut:
LFG
(ml/mnt/1,73m2)
42
43
berkurang. Hal ini yang melandaasi terjadinya anemia pada pasien gagal ginjal
kronik. (13; 14)
Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui. Meskipun
SIRS, sepsis dan syok sepsis biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri, tidak
harus terdapat bakteriemia. Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi
penurunan tekanan darah (sistolik < 90mmHg atau penurunan tekanan darah
sistolik > 40mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meski telah dilakukan
resusitasi secara adekuat atau perlu vasopressor untuk mempertahankan tekanan
darah dan perfusi organ. (15)
Systemic inflammatory response syndrome adalah pasien yang memiliki
dua atau lebih dari kriteria berikut (15):
-
fisik ditemukan nadi 112 x/m, pernafasan 36 x/m dan suhu 38,70C. Pemeriksaan
laboratorium darah lengkap menunjukkan nilai hitung leukosit adalah 15.050/ul
dan peningkatan netrofil segmen menjadi 90%. Hal ini sesuai dengan kriteria
SIRS. Berikutnya dicurigai pasien mengalami syok sepsis karena tekanan darah
pasien adalah 80/60 mmHg disertai akral yang dingin. Hal ini menunjukkan
terjadinya kegagalan sirkulasi.
44
45
46
fenileferin
0,5-8
mcg/kg/menit
atau
epinefrin
0,1-0,5
47
DAFTAR PUSTAKA
48