You are on page 1of 25

REFERAT Bedah

Perbedaan Tanda Klinis Pada Lesi N.


Medianus, Lesi N. Ulnaris dan Lesi N.
Radialis.

I. PENDAHULUAN
Neuropati radialis adalah suatu kelainan fungsional dan struktural pada nervus radialis, kelainan mana
dihubungkan dengan adanya bukti klinis,

elektrografis dan atau morfologis yang menunjukkan

terkenanya saraf tersebut atau jaringan penunjangnya .


Pada umumnya neuropati radialis (NR) disebabkan oleh trauma, baik karena trauma atau penekanan
langsung pada sarafnya atau dapat juga akibat dislokasi atau fraktur yang mengenai lengan atas (Dyck
1987, Gilroy 1992). Gangguan dalam fungsi motorik akibat parese nervus radialis lebih menimbulkan
kecacatan dari pada parese nervus medianus atau nervus ulnaris.

II. ANATOMI

Nervus radialis adalah cabang terbesar dari pleksus brakhialis. Mulai pada

tepi bawah muskulus

pektorialis minor sbg lanjutan dari trunkus posterior pleksus brakllialis. Berasal dari radiks spinalis
servikalis V sampai VIII. Sesudah

meninggalkan aksila, saraf ini melilit pada lekukan spiral

(musculospiral groove) pada humerus dan menempel erat pada tulang bersama cabang profunda dari
Arteri brakhialis. Setelah mencapai septum intermuskularis lateralis sedikit dibawah insersio muskulus
deltoideus, pada tempat ini dengan landasan tulang humerus, saraf ini dapat diraba. Pada fossa antekubiti,
pada bagian depan bawah lengan atas setinggi kondilus lateralis humerus, saraf ini membagi diri dalam 2
cabang terminal yaitu:
a. cabang motoris profundus (nervus interosseus posterior)
b. cabang kutaneus superflsialis
Percabangan ini biasanya terletak pada bagian proksimal lengan bawah, tetapi dapat bervariasi dalam
jarak 4 sampai 4,5 cm dibawah epikondilus lateralis. N. interosseus posterior menembus muskulus
supinator untuk mencapai sisi posterior lengan bawah dan memberi persarafan motorik Cabang kutaneus
mencapai superfisial kira-kira 10 cm diatas pergelangan tangan. Turun sepanjang sisi lateral lengan
bawah dan berakhir dengan memberi persarafan sensorik kekulit dorsum tangan, ibu jari, telunjuk dan
jari tengah.
Nervus radialis pada lengan atas, memberi persarafan motorik untuk:
a. m.triseps dan m.ankoneus; ekstensor lengan bawah
b. m.brakhioradialis; fleksor lengan bawah pada posisi semipronasi
c. m.ekstensor karpi radialis longus dan brevis; ekstensor radial tangan
Pada lengan bawah, melalui cabang motoris profunda memberi persarafan motorik untuk:
a. m. supinator; supinator lengan bawah
b. m. ekstensor digitorum; ekstensor ruas jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking
c. m.ekstensor digiti minime; ekstensor ruas kelingking dan tangan
d. m.ekstensor karpi ulnaris; ekstensor ulnar tangan
e. m.abduktor pollicis longus; abduktor ibu jari dan ekstensor radial tangan
f. m.ekstensor pollicis brevis dan longus; ekstensor ibu jari dan ekstensor radial

tangan
g. m.ekstensor indicis; ekstensor telunjuk dan tangan
Fungsi utama dari nervus radialis ini adalah untuk ekstensi sensi siku, pergelangan tangan dan jari (Dyck
1987, Chusid 1988). Cabang sensorik nervus radialis biasanya mempersarafi sisi posterior lengan atas,
lengan bawah, tangan dan jari jari kecuali kelingking dan sisi ulnar

jari manis, tetapi karena ada

anstomosis dan persarafan yang tumpang tindih, maka distribusi sensoriknys ini sulit ditentukan. Jika ada
terdapat maksimal pada daerah dorsum ibu jari dan telunjuk .

Tabel-1. Perkiraan level percabangan untuk masing-masing otot :


1. Tepi bawah aksila
M.triseps
2. Antara septum intermuskularis lateralis dan percabangannya menjadi rofunda dan superficial
M.brakhioradialis
M.ekstensor korpi radialis longus
3. Antara percabangan dan tempat masuk ada m.supinator
M.ekstensor karpi radialis brevia
M.supinator
4. Distal dari M.supinator
M.ekstensor digitorum communis
M.ekstensor digiti quinti
M.ekstensor karpi ulnaris
M.ekstensor pollicis longus
M.ekstensor pollicis brevis
M.ekstensor indicis

M.abduktor pollicis longus

III. ETIOLOGI
Neuropati radialis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor mana mungkin terjadi sendiri-sendiri
atau secara bersamaan (multiple factors). Misalnya, suatu diabetes melitus yang pada mulanya subklinis
akan menjadi simptomatis sesudah adanya suatu trauma atau kompresi yang mengenai saraf.

1. Trauma
Pada fraktur dan dislokasi, neuropati terjadi karena penekanan safar oleh fragmen tulang, hematom,
kallus yang berbentuk sesudah fraktur, atau karena peregangan sarar akibat suatu dislokasi. Neuropati
radialis sering terjadi pada fraktur kaput humerus. Presis nervus radialis dapat terjadi akibat tidur dengan
menggantungkan lengan diatas sandaran kursi (Saturday night palsy), atau tidur dengan kepala diatas
lengan atas. Akibat penekanan pada waktu saraf ini menembus septum intermuskularis lateralis. Pada
tempat mana saraf ini terletak agak superfisial dan menempel pada tulang (Dyck 1987). Disamping itu
trauma pada waktu olah raga, kerja, pemakain kruk, atau posisi tangan pada waktu operasi dapat
menyebabkan terjadinya parese N. Radialis

2. Infeksi.
Dapat terjadi karena: sifilis, herpes zoster, lepres dan TBC. Bisa mengenai saraf atau banyak
saraf
3. Toksik
Lebih spesifik mengenai nervus radialis adalah pada lead intoxication
4. Penyakit vaskuler
5. Neoplasma

IV. LOKASI LESI DAN GEJALA KLINIS

Lesi penyebab neuropati radialis dapat mengenai saraf disepanjang perjalanannya. Gejala yang timbul
dipengaruhi oleh lokasi lesi:
A. Pada level lengan atas lesi pada n.radialis dapat terjadi pada aksila, pada waktu melilit humerus di
musculoradialis groove, atau sewaktu berjalan superfisial pada sisi lateral lenga atas. Menyebabkan
parese semua otot yang dipersarafinya yaitu triseps, ekstensor pergelangan tangan, ekstensor jari dan
brakhioradialis, dan disertai defisit sensorik pada daerah yang dipersarafi yaitu sisi lateral-dorsal tangan,
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Lesi pada aksila dapat disebabkan kompresi oleh kruk, dislokasi
sendi bahu, fraktur humerus dan luka tembus (Dejong 1979, Dyck 1975, Patten 1980).
B. Lesi neuropati radialis
Lesi neuropati radialis sewaktu melilit humerus atau sewaktu berjalan seperfisial pada aspek lateral
lengan atas, sering akibat kelamaan menggantung lengan diatas sandaran kursi (Saturday nigth palsy),
akibat tertekannya lengan karena posisi yang tidak tepat selama anestesi atau tidur, penggunaan tomiket
yang tidak benar atau akibat iritasi dan kompresi oleh kallus sesudah fraktur tulang.
Gejalanya:
- tidak dapat ekstensi siku karena parese triseps
- tidak dapat fleksi siku pada posisi lengan bawah antara pronasi dan supinasi
karena parese m.brakhioradialis
- tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.brakhioradialis
- tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m. supinator
- wrist drop dan finger drop karena parese ekstensor pergelangan tangan dan
jari
- gangguan abduksi ibu jari tangan
- refleks trispes negatif atau menurun
- gangguan sensorik berupa parestesi atau baal pada bagian dorsal distal
lengan bawah, sisi leteral dan dorsal tangan, ibu jari, telunjuk dan jari
tengah.

C. Lesi pada bagian saraf yang berjalan antara septum intermuskularis lateralis dan tempat dimana
n.interosseus posterior menembus m.supinator mengakibatkan jari yang dipersarafi oleh nerpus ini.
Gejalanya:
- tidak dapat supinasi dan meluruskan jari
- tidak ada wrist drop
- refleks triseps positif
- gangguan sensorik tidak ada

D. Lesi pada punggung pergelangan tangan, hanya akan menimbulkan gejala


sensorik, tanpa defisit motorik

V. NEUROPATI RADIALIS PADA INTOKSIKASI TIMAH (LEAD)


Lntoksikasi timah (lead) sering menyebabkan neuropati radialis dan memberikan gejala klinis yang khas
dibandingkan dengan keracunan metal lainnya. Pada dewasa lebih sering mengakibatkan neuropati yang
mengenai

lengan, tidak selalu simetris, dan ekstensor tangan lebih lemah dari pada otot

lainnya

(Goldstein 1975, Gilroy 1992).


Gejala Klinis:
Biasanya tanpa gejala sensorik dan tidak ada nyeri pada saraf. Paresenya yang mengenai nervus radialis
mengakibatkan suatu gambaran wirst drop yang khas dan tidak mesti simetris. Dalam kasus wrist drop
yang tipikal, parese diawali pada bagian proksimal ekstensor jari tengah dan jari manis, kemudian diikuti
parese jari telunjuk dan kelingking, dan akhirnya parese ekstemal ibu jari. Pada tahap lanjut juga terjadi
parese ekstensor tangan.

Parese dan atrofi sering tidak mengikuti distribusi nervus radialis. Dapat

mengenai otot-otot thenar, terutama abduktor pollicis brevis yang dapat meluas ke interosseus (Goldstein,
1975).

VI. PEMERIKSAAN TAMBAHAN


1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiologi
3. Pemeriksaan EMG

VII. DIAGNOSA
Diagnosa suatu neuropati radialis ditegagkkan dengan pemeriksaan Elektromiografi

VIII. TERAPI DAN DIAGNOSA


1. Pasen neuropati radialis akibat fraktur atau dislokasi, dapat mengalami perbaikan spontan. Pasen
dengan Saturday nigth palsy biasanya membaik dalam 6-8 minggu bahkan kadang-kadang lebih lama
(Dyck 1987)
2. Fisioterapi
3. Operasi pada keadaan terdorongnya nervus radialis oleh tulang atau jaringan lunak, juga adanya
jebakan pada muskulus supinator. Dapat membaik dalam beberapa minggu atau bulan.

Nervus ulnaris di regio cubittalAnatomi terkait.


Nervus ulnaris berjalan medial arteri brakhialis di bagian atas lengan atas. Menembus tengah dariseptum
intermuskularis di tengah lengan atas dan melanjutkan diri terus sampai ke siku di depan caputdari
muskulus triseps. Di siku, nervus ini melewati lorong cubittal, celah yang terbentuk di antaraepicondilus
humerus medial dan olekranon. Nervus ini berjalan di bawah kubah aponeurosis di antara 2caput dari
muskulus fleksor carpi ulnaris dan ke bawah di antara muskulus fleksor digitales supefisial dan profunda.
Empat area berikut merupakan tempat-tempat potensial jebakan nervus ulnaris dalam perjalanannya
kesitu dan setelah keluar dari siku.

Lengkung struthers (muncul pada 70% populasi; berbeda dengan ligament struthers yang
dapatmengapit nervus medianus) membentang dari caput medial trisep dan masuk ke
septumintermuskularis. Terletak kira-kira 6-8 cm di atas epicondilus medialis. Dapat menjadi

factordalam kompresi nervus ulnaris setelah perubahan posisi nervus ulnaris.


Mediana septum intermuskularis yang mempunyai tepi yang agak tajam yang dapat

menekuknervus, khususnya setelah transposisi anterior yang dapat menyebabkan nervus terlipat.
Lorong cubittal di alasi oleh ligamentum collateral medial siku dan ditutup oleh
ligamentumarkuata, (retinakulum lorong cubittal) yang merentang diantara epicondilus humerus

medial danaspecktus medial olekranon.


Lekukan aponeurosis di antara 2 mukulus fleksor carpi ulnaris (dissebut juga pita osborne) dapat
pula

menekan

saraf,

terutama

dengan

kontraksi

yang terus

menerus

dari

otot-otot

ini. Aponeurosis yang melewati fleksor digitorum profundus dan superficial merupakan tempat
yang rentan kompresi.
Patofisiologi
Neuropati nervus ulnaris dapat disebabkan oleh kausa trauma maupun non-trauma. Trauma
dapatdisebabkan oleh kausa yang pasti. Biasanya disebabkan karena trauma ringan yang berulang. Dasar
daripatologi neuropati ini adalah parut dan perlengketan yang berlangsung kronik di terowongan
cubittal,kompresi di caput fleksor carpi ulnaris, atau oleh gabungan keduanya.Pasien dengan etiologi
neuropati ulnaris non-traumatik biasanya mempunyai riwayat melakukanaktivitas yang memerlukan
fleksi siku yang berulang atau menempatkan siku pada permukaan yangkeras dalamwaktu yang lama.
Fleksi siku mnyebabkan penyempitan terowongan cubittal sebagai hasildari traksi ligamentum arkuata
dan membengkaknya ligamentum kolateralis medial, dalam hal ini fleksisiku juga dapat menyebabkan
trauma dengan meningkatkan tekanan intraneural. Dengan parut danperlekatan epinerium dan elongasi
memperparah defek pada nervus. Defek ini juga dapat diperparahbila pasien tidur pada malam harridan
siku terletak dalam posisi fleksi
Subluksasi atau dislokasi spontan nervus ulnaris keluar dari terowongan cubittal terjadi hingga
15%populasi, biasanya memperburuk gejala jebakan melalui gesekan antara nervus dengan tulang,
ataupermukaan bertulang (misalnya epikondilus medialis).
Gejala yang timbul secara klinis seperti:
-

Nyeri yang dirasakan dalam disekitar siku


Nyeri bertambah parah saat siku tertekan
Parestesia sampai mati rasa pada jari manis dan kelingking

Kelemahan tangan, terutama saat menggenggam sesuatu,Tanda-tanda jepitan nervus ulnaris adalah
sebagai berikut
-

Sensasi sensoris dermatom nervus ulnaris yaitu jari kelingking dan setengah medial jari

manisberkurang, dibuktikan dengan pin-prick test, tes raba ringan, dan diskriminasi dua titik.
Hilangnya rangsang sensoris juga dapat ditemukan di dorsal region ulnaris
(dikarenakanterlibatnya ramus dorsal nervus ulnaris di proksimal pergelangan tangan)-

Gejala lanjut dapat berupa mati rasa yang parah dan kelumpuhan total otot disertai atrofi otot-otot
intrinsic yang dipersarafi:
-

Kelemahan otot abductor dan adductor interossei dan adductor pollicis mungkin dapatditemukan,

sementara abductor pollicis normal.


Ulnal claw hand mungkin dapat ditemukan dengan ektensi jari kelingking dan jari manis-

Tes provokatif dapat dilakukan dengan sedikit ketukan ringan pada nervus diterowongan cubittal,
menyebabkan perasaan keram dan atau geli pada region yang dipersarafi (tes ketuk).Fleksi lengan dan
sedikit penekanan pada terowongan cubittal juga dapat menyebabkanparestesia dan nyeri.
Kompresi nervus ulnaris di lengan (kanalis Guyon)Anatomi terkait
Pada pergelangan tangan, nervus ulnaris berjalan di atas retinakulum fleksorum ke lateral fleksor
karpiulnaris dan medial artei ulnaris. Di proksimal ossa carpal, nervus ini masuk di antara pisiformis
danlengkungan hamatum di pintu masuk kanalis guyon dan ditutupi oleh ligamentum carpal yang
melintangdi antara 2 tulang ini.3 zona nervus ulnaris di dalam terowongan distal, dikelompokkan sebagai
berikut:Zona 1 nervus ulnaris di proksimal bifurkasioZona 2 ramus yang lebih dalam (profunda)Zona 3 ramus supefisia Pembagian zona ini berkaitan erat dengan simptomatologi. Pasien dengan
kompresi pada zona 1biasanya dating dengan lesi sensoris, motoris atau gabungan keduanya, zona 2 lesi
motoris, dan zona 3lesi sensoris.

Setelah melewati kanalis guyon, ramus yang profunda akan menginervasi muskulus abductor
digitiminimi kemudian menyilang di bawah caput fleksor digiti minimi menginervasi otot ini,
kemudianmenyilang lagi untuk menginervasi muskulus opponens digiti minimi sebelum mengitari
lekukanhamatum dan masuk di tengah celah carpal dan menginervsi otot-otot lainnya. Tergantung dari
lokasipasti kompresi nervus ulnaris dalam kanalis guyon, abductor digiti minimi atau abductor digiti
minimidan fleksor digiti minimi dapat bertahan, tetapi opponens digiti minimi selalu terkena bersamasamadengan interossei, lumbrikal 3 dan 4, dan abductor pollicis.Kompresi ramus profunda sering
ditemukan dan biasanya setingkat arkus fibrosus muskulukushypotenar. Ramus yang superficial
mengantarkan sensasi pada daerah hipotenar, sekitar jari manis danberakhir sebagai 2 cabang yang
mempersarafi jari kelingking dan setengah medial jari manis.
Serabutyang hanya bersifat motoris mempersarafi muskulus Palmaris brevis yang menguncupkan elapak
tangan.
Kausa
Pasien biasanya punya riwayat trauma berulang atau kompresi di pergelangan tangan.
Contohnyaadalah sebagai berikut:
Penderita paraplegia yang menggunakan tongkat berjalan dengan batang genggaman di tangan,atau
mereka yang menggunakan kursi roda, Pengendara sepeda motor atau sepeda yang menggenggam stang
stir dengan erat, Operator bor angin, Tukang kayu yang melakukan pekerjaan yang berulang-ulang seperti
menggunakan palu-palu
Maninfestasi klinis
Gejala klasik yang biasa ditemkan seperti dewasa muda dengan atrofi otot hipotenar dan
interosseus.Hilangnya sensasi sensoris pada kelingking dan setengah medial jari manis dan dapat juga
disertai nyeri.Kompresi ini dapat dibedakan dari kompresi nervus ulnaris di siku, dengan gangguan
sensasi di dorsumulnar yang melibatkan kelingking dan setengah medial fari manis.
Selain itu. didapatkan phallen tespositif dan pada tes ketuk didapatkan kelemahan di sepenjang jaras
nervus ulnaris

Lesi Nervus Medianus


Terperangkapnya nervus medianus di siku adalah kompresi nervus oleh sekumpulan pita jaringan
ikat yang disebut ligamen Struthers, ligamen abnormal yang lokasinya ditemukan persis di bawah siku.

Musculus pronator teres biasanya menekan nervus tersebut dan juga menekan bagian distal cabang nervus
medianus - nervus interosseus anterior. n. Medianus pada mulanya terletak disebelah lateral a.brakialis
namun kemudian menyilang kesebelah medial dipertengahan lengan. Pada fosa kubiti nervus ini terletak
disebelah medial a.brakialis yang terleta di sebelah medial tendon bisipitalis. N.medianus lewat dibagian
dalam aponeurosis bisipitalis kemudian diantara kedua kaput m.pronator teres. Bercabang menjadi cabang
interoseus anterior tidak jauh dibawahnya. Cabang ini turun bersama dengan a.interosea anterior dan
memasok darah ke otot-otot profunda kompartemen fleksor lengan bawah kecuali pada setengah bagian
ulnaris m.fleksor digitorum profunda. Di lengan bawah n.medianus terletak diantara fleksor digitorum
superfisialis dan fleksor digitorum profunda dan mensyarafi seluruh fleksor sisanya kecuali m.fleksor
karpi ulnaris. Sedikit di atas pergelangan tangan nervus ini muncul dari sisi lateral m.fleksor digitorum
superfisialis dan bercabang menjadi cabang kutaneus palmaris yang membawa serabut sensoris pada kulit
diatas eminensia tenar. Di pergelangan tangan n. Medianus lewat dibawah retinakulum muskulorum
leksorum manus (melalui kanalis karpi) di garis tengah dan disisi terbagi menjadi cabang-cabang
terminal:cabang rekuren menuju otot-otot eminensia tenar (namun tidak ke m.adduktor polisis), cabang
menuju mm.lumbrikalis ke-1 dan ke-2, dan persarafan kutaneus menuju kulit telapak jempol, telunjuk,
jari tengah, dan setengah lateral jari manis.
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah kumpulan gejala akibat penekanan pada nervus medianus
ketika melalui terowongan carpal (Carpal Tunnel) di pergelangan tangan. Manifestasi dari sindroma ini
adalah rasa nyeri dan kesemutan (paraesthesia)
Menurut Samuel, 1999 CTS merupakan neuropati tekanan/kompresi terhadap nervus medianus di
dalam terowongan carpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah flexor retinaculum. Terowongan
carpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk
suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia
membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh flexor
retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas
tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan
tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.
2. Anatomi Dan Biomekanika Wrist
Wrist Joint disusun oleh 3 tulang : tulang radius, tulang ulna dan tulang carpal. Dimana terowongan
carpal terletak dipergelangan tangan yang kerangkanya di bentuk oleh 8 tulang carpal yang tersusun atas
2 deretan. Deretan proximal terdiri dari (lateral dan medial : naviculare, lunatum, triquertum, dan
pisiformis). Deretan distal (trapezium, trapezoideum, capitatum dan hamatum). Tulang-tulang carpal

tangan susunannya membusur dengan bagian konkaf menghadap ke arah telapak tangan. Ruangan ini
tertutup oleh ligamentum karpi transversum sehingga terbentuk suatu terusan yang sempit yang disebut
terowongan carpal.

Terowongan carpal ini mengandung banyak struktur, yaitu :


a. Empat tendo dari m. flexor digitorum superfisialis
b. Empat dari m. flexor digitorum profundus
c. Tendo dari m. flexor pollicis longus
d. N. medianus (De Wolf, 1994)
Nervus medianus, terbentuk dari fasikulus lateralis asal radiks C5, C6, C7 dan fasikulus medialis
C8 dan T1. Saraf medianus
di atas siku tidak mempunyai cabang-cabang artikuler menuju sendi siku cabang muskuler
mempersarafi pollicis longus, pronator quadratus. Setelah memberi cabang pada otot-otot lengan bawah
untuk berbagai gerakan lengan dan jari-jari tangan di bawah ligamentum carpi transversal syaraf
medianus bercabang dua, yang lateral (motorik) mempersyarafi otot abductor pollicis brevis, flexor
pollicis brevis, oponen pollicis dan otot lumbricalles kesatu dan kedua, sedang cabang medial (sensorik)
mempersyarafi bagian volar jari-jari 1, 2, 3 dan jari ke 4 (sisi lateral) serta bagian tengah sampai sisi
radial juga dipersyarafi oleh n. medianus.
3. Etilogi
Pada dasarnya s

etiap keadaan yang menyebabkan tekanan/kompresi pada nervus medianus dalam lorong carpal
dapat merupakan etiologi CTS. CTS disebabkan oleh : (1) Idiopatik, (2) Penebalan jaringan ikat seperti
Rematik (RA, OA), (3) Gangguan metabolisme, (4) Trauma, dapat bersifat kronik pada pergelangan
tangan karena over use, (5) Heriditer berupa sempitnya terowongan carpal. Karakteristik dari CTS yaitu
adanya peningkatan rasa baal pada jari-jari waktu bangun pagi hari disertai kesemutan/rasa terbakar,
gangguan motorik jari-jari, nyeri pada sendi-sendi interphalangeal serta hipotropi otot-otot tenar pada
kondisi lebih lanjut (Sidharta, 1996).
4. Perubahan Patologi
Kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus-menerus dan statik akan menimbulkan spasme,
sehingga sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Hal ini akan menyebabkan penumpukan Asam laktat dan
zat-zat kimia seperti bradikinin dan histamin
e. Dengan penumpukan zat-zat tersebut akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris atau saraf
nyeri (nosiseptor) dan akan dihantarkan ke medulla spinalis selanjutnya oleh saraf acendent disampaikan
ke otak dan akan diinterprestasikan yaitu rasa nyeri. Dengan adanya rasa nyeri tadi bisa mengakibatkan
spasme otot yang merupakan perlindungan dari adanya nyeri, dan penderita akan membatasi
pergerakkannya terutama yang menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya dalam jangka waktu lama dapat
timbul kelemahan
otot yang akhirnya menimbulkan gangguan fungsi dan gerak yang berhubungan dengan fungsi
tangan kiri.
CTS terjadi bila saraf medianus mengalami kompresi dalam struktur anatomis terowongan karpal.
Kompresi dapat disebabkan oleh meningkatnya volume dalam terowongan karpal, pembesaran saraf
medianus, atau berkurangnya area cross-sectional dalam terowongan karpal. Dari ketiga penyebab ini,
yang menjadi penyebab terbanyak adalah meningkatnya volume terowongan karpal, namun apa yang
menjadi penyebab peningkatan volume ini masih belum jelas hingga saat ini. Diduga salah satu penyebab
adalah tenosinovitis akibat trauma berulang
(Phallen, 1951; Nissen, 195; Hybinette, 1975). Gerakan flexi-extensi berulang dan terus menerus
pada pergelangan tangan dan jari-jari akan meningkatkan tekanan pada tendon yang mengakibatkan
terjadinya tenosinovitis dan selanjutnya menyebabkan kompresi pada saraf medianus. Fuchs, Nathan, dan
Mayers (1991), menemukan adanya proses inflamasi pada 10 % pasien, sedangkan pada penelitian lain
ditemukan adanya oedema pada 7 % pasien (Cailliet, 1994).

Kompresi ringan pada saraf tepi akan menurunkan aliran darah epineural. Transport aksonal akan
terganggu, akibat kompresi aksonal tekanan dalam endoneural akan meningkatkan dan menyebabkan
parestesia. Oleh Caillet (1994), kelainan saraf ini dikategorikan menjadi dua stadium, yaitu :
a. Stadium I
Distensi kapiler intrafasikuler akan meningkatkan tekanan intrafasikuler sehingga menimbulkan
konstriksi kapiler. Selanjutnya terjadi gangguan nutrisi dan hipereksitabilitas serabut saraf. Jika tekanan
terus menerus hingga mengganggu sirkulasi vena, akan terjadi oedema sehingga terjadi gangguan saraf
lebih lanjut.
b. Stadium II
Terjadi kompresi kapiler sehingga menyebabkan anoksia dan berakibat kerusakan endotel kapiler.
Protein masuk ke dalam jaringan dan menyebabkan terjadinya oedem lebih lanjut. Protein tidak dapat
keluar melalui perineurium sehingga terjadi akumulasi cairan dalam endoneurial yang akan menghambat
metabolisme dan nutrisi aksonal. Proliferasi fibroblas terjadi akibat iskemia ini dan terbentuk jaringan
parut yang akan menyebabkan kontriksi jaringan lunak sekitarnya. Pada stadium akhir ini, lesi saraf dapat
menjadi ireversibel dan menyebabkan gannguan sensorik dan motorik permanen.
5. Tanda Dan Gejala Klinis
Umumnya keluhan timbul berangsur-angsur dan yang spesifik adalah :
a. Rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul di malam atau pagi hari dan penderita sering
terbangun karena nyeri ini. Penderita sering berusaha sendiri mengatasi keluhannya dengan meninggikan
letak tangannya, dengan menggerak-gerakkan tangan atau mengurut, ternyata rasa nyeri dapat dikurangi.
Keluhan juga berkurang bila tangan/pergelangan lebih banyak istirahat dan sebaliknya.
b. Rasa kebas, semutan, kurang berasa, tingling (seperti kena strom) biasanya jari 1, 2, 3 dan jari
ke 4 tapi tak pernah keluhan pada jari 5.
c. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan atas dan leher, tapi rasa kebas, semutan
hanya terbatas distal pergelangan tangan saja.
d. Jari-jari, tangan dan pergelangan bengkak dan kaku terutama pagi hari dan menghilang setelah
mengerjakan sesuatu.
e. Gerakan jari kurang terampil seperti menyulam/memungut benda kecil.

f. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan otot telapak tangannya mengecil dan makin
lama makin ciut.
Tanda-tanda yang dapat ditemukan secara umum (Sidharta, 1996) :
a. Test tinnel positif
b. Nyeri di sendi-sendi interphalangeal
c. Kelemahan otot-otot yang disyarafi nervus medianus (tahap lanjut).
d. Hipotropi otot-otot thenar merupakan manifestasi lebih lanjut
6. Klasifikasi CTS
Menurut Kazt (1990), kriteria diagnostik dibuat berdasarkan pengalaman klinis para paneliti,
banyak gejala pasien ditemukan pada perbatasan dari kelas klasifikasi yang satu dengan yang lainnya.
a. Derajad 0 : Asimtomatik
1) Tidak ada gejala dan tanda CTS
2) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik
mungkin ditemukan kelainan pada sekitar 20 % populasi
3) Tidak memerlukan terapi
b. Derajat 1 : Simtomatik Intermiten
1) Parastesia tangan intermiten
2) Tidak ada defisit neurologis
3) Salah satu tes provokasi mungkin positif
4) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik mungkin tidak normal

5) Terapi konservatif

c. Derajad 2 : Simtomatik Persisten


1) Defisit neurologis sesuai dengan distribusi saraf medianus
2) Tes provokasi positif
3) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik tidak normal
4) Terapi konservatif atau operatif
d. Derajad 3 : Berat
1) Atrofi otot thenar
2) Pemeriksaan elektromiografis: fibrilasi atau neuropati unit motorik
3) Terapi operatif

Komplikasi yang mungkin timbul pada Carpal Tunnel Sindroma (CTS) oleh karena kompresi
antara lain : (1). Athrofi otot-otot thenar, (2). Gangguan sensorik yang mengenai bagian radial telapak
tangan serta sisi palmar dari tiga jari tangan yang pertama, (3). Deformitas ape hand (ibu jari sebidang
dengan tangan dan athropi otot-otot thenar ), tidak mampu menjauhkan atau memflexikan ibu
jari/melakukan abduksi dalam bidangnya sendiri, gengggaman tangan melemah, terutama ibu jari dan
telunjuk, dan jari-jari ini cenderung mengadakan hyperextensi dan ibu jari abduksi, tidak mampu
memfleksikan phalank distal ibu jari dan jari telunjuk.
8. Diagnosa
Diagnosa medis merupakan diagnosa yang diberikan dokter. Dalam pemeriksaan dijumpai
adanya keluhan nyeri gerak daerah medianus pergelangan tangan flexi, test phalen dan test tinnel.
Seluruh pemeriksaan diatas dilakukan pada kedua tangan, sehingga dalam kasus ini diagnosa
medis sebagai Carpal Tunnel Syindrome.
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh beberapa
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi,
motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu
menegakkan diagnosa STK adalah :

a) Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-jarinya.


Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini
juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b) Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat
dinamometer.

Penderita

diminta

untuk

melakukan

abduksi

maksimal

palmar

lalu

ujung

jari dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis
atau menyulam.
d) Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejalagejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.
e) Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik
timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa STK.
f) Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku
dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini
menyokong diagnosa.
g) Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi
nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit
dorsofleksi.
h) Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari.
Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
i) Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada
botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes
dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
j) Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan
menyokong diagnosa.

k) Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering
atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.
9. Diagnosa Banding
Sebagai diagnosis banding pada syndrome ini adalah kondisi-kondisi seperti Cervical
Spondylosis, ditandai adanya : (a) Kerusakan radiks multiple, kadang asimetris, mengenai anggota gerak
atas disertai atropi otot dan hiporeflexi pada daerah persyarafan radiks terkait, (b) Penekanan medulla
spinalis daerah cervical, terlihat hiper-reflexi anggota gerak bawah, reflek patologis dan selanjutnya
kelemahan anggota gerak bawah. Perlu diingat bahwa gejala gangguan sensorik pada tangan disertai
spastisitas anggota gerak bawah terjadi pada penderita diatas 50 tahun dapat disebabkan oleh spondilasis
cervicalis dengan mielopati, sempat dapat dibuktikan bahwa bukan karena itu (periksa kadar vitamib
B12). Gejala serupa dapat juga disebabkan oleh tumor pada foramen magnum atau kelainan fossa
posterior yang dikenal sebagai malformasi chiari terutama pada penderita usia muda.
Syndrome Thorachic outlet ini merupakan gejala dan tanda yang terjadi akibat penekanan arteri
subclavia dan plexus brakhialis pada pintu atas rongga dada antara costa pertama dengan klavikula.
Sindroma ini terdiri dari rasa nyeri dan paresthesia pada leher, bahu, lengan dan tangan ( C8-T1),
kelemahan tangan, perubahan warna kulit tangan yaitu jari-jari menjadi pucat, dan pada penggunaan
anggota gerak atas gejala- gejala tersebut makin jelas.
10. Prognosis
Mayoritas para penderita CTS mengeluh tentang nyeri disendi-sendi interphalangeal. Hypertrophy
otot-otot thenar merupakan manifestasi lanjut dari CTS. Sesekali fenomena Reynold terdapat pada
penderita CTS. Pada kasus CTS ringan dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik, secara umum
prognosa post operasi juga baik (18 bulan). Adapun komplikasi yang timbul setelah operasi dijumpai
adanya kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah disribusi nervus medianus.
Komplikasi yang paling berat adalah reflex sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat,
hiperalgesia, disestesia dan gangguan tropik. Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif cukup
baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik
konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
11. Penatalasanaan Fisioterapi
Pemeriksaan subyektif meliputi keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang, onset terasa, riwayat
penyakit dahulu seperti trauma pada daerah lengan bawah hingga tangan, faktor pencetus, lokasi nyeri

setempat pada siku dan tangan atau mungkin terdapat keluhan pada daerah leher, interpretasi sifat dan
kualitas nyeri selama 24 jam, aktifitas fisik yang dapat memperberat atau memperingan nyeri, riwayat
perjalanan nyeri yang menetap terus menerus atau kumat kumatan, apakah mengganggu aktifitas
fungsional keseharian, sosial dan pekerjaan.
Pemeriksaan obyektif meliputi inspeksi postur leher, atropi otot otot yang diinnervasi saraf
medianus, tropic change, ekspresi wajah saat gerakan dengan menggunakan tangan kanan seperti :
menggenggam atau menjumput.
Pemeriksaan neurologis untuk mengidentifikasi defisit sensoris dan motoris meliputi : reflek
fisiologis dan patologis.
Pemeriksaan khusus meliputi :
1. Derajat nyeri dengan Visual Analogue Scale (VAS)
Pasien diminta menunjukkan derajat nyeri pada garis sepanjang 10 cm, dimana titik ujung 0
menunjukkan tidak nyeri dan titik ujung 100 menunjukkan nyeri tak tertahankan, jarak antara titik ujung
0 dengan titik yang ditunjuk pasien merupakan gambaran derajat nyeri yang dirasakan pasien.
2. Tes Traksi dan Distraksi Cervical
Dilakukan tes traksi dan distraksi/kompresi pada cervical selama 5 detik pada posisi rotasi, lateral
fleksi dan ekstensi.
3. Tes Phalen`s
Tangan pasien pada posisi palmar fleksi full ROM dipertahankan selama kira-kira 30 detik. Jika
muncul keluhan nyeri dalam waktu tersebut mengindikasikan bahwa hasil tes positif.
4. Tes Prayer`s
Tangan pasien pada posisi dorsi fleksi full ROM dipertahankan selama kira kira 30 detik. Jika
muncul keluhan nyeri dalam waktu tersebut mengindikasikan bahwa hasil tes positif.
5. Tes Tinel
Tes ini mendukung diagnosa jika timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus
medianus kalau dilakukan perkusi pada carpal tunnel dengan posisi tangan sedikit dorsi fleksi. Jika

muncul keluhan nyeri yang menjalar sepanjang distribusi saraf medianus mengindikasikan bahwa hasil
tes positif.
6. Median Nerve Test (ULTT 1)
Depresi bahu dengan fleksi siku hingga 90, abduksi bahu dengan fleksi siku hingga 90,
eksorotasi bahu, siku dan jari ekstensi dengan lengan bawah supinasi dan siku ekstensi. Setiap gerakan
dilakukan sampai titikuncomfortable melalui feedback dari pasien (Ekstrom dan Holden, 2002).
7. Radial Nerve Test (ULTT 2)
Depresi bahu dengan siku difleksikan hingga 90 diikuti pronasi lengan bawah, ekstensi siku,
fleksi siku dan jari lalu abduksi bahu.
a) Problematik Fisioterapi
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan tersebut maka problematik fisioterapinya adalah :
1. Impairment
Nyeri, spasme otot, penurunan kekuatan otot, tropic change.
2. Functional Limitation
Keterbatasan fungsional berupa gangguan aktifitas saat berkendara sepeda motor, memasak,
mencuci, menyapu dan gangguan menggenggam.
3. Disability / Participation Restriction
Merupakan ketidakmampuan pasien dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan
pekerjaan, hobi dan interaksi sosial. Pada kasus carpal tunnel syndrome tidak mengganggu aktifitas
bekerja, hobi dan interaksi sosialnya.
b) Intervensi Fisioterapi
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndromeuntuk mengurangi nyeri sangat
beragam, tetapi disini penulis hanya menggunakan Microwave diathermi, ultrasonik, dan mobilisasi saraf
tepi.
1. Microwave Diathermi (MWD)

Seperti layaknya shortwave diathermy, pada microwave diathermy masih terjadi perdebatan
mengenai efek terapeutik secara spesifik, tidak ada bukti jelas yang mendukung selain efek panas/termal.
McMeeken dan Bell tahun 1990 mengaplikasikan MWD pada dosis klinis terjadi peningkatan
temperatur kulit sebesar 10 dan aliran darah dalam dan superfisial lengan bawah dan tangan pada subyek
normal, respon tersebut berlangsung hingga 20 menit setelah aplikasi (Low, 2000).
Pada pemberian MWD terjadi peningkatan temperatur intramuskular diikuti peningkatan aliran
darah sebesar 85% pada anjing setelah paparan MWD selama 15 menit, yang hanya terjadi setelah
mencapai ambang rangsang temperatur kritis (Low, 2000).
2. Ultrasonik
Terjadinya

destruksi

sel

pada

penggunaan pulsed-ultrasound 1

MHz

dengan

aplikasi underwater dosis equivalent intensitas 0,08 W/cm, sedang Fahnestock et al, (1989) dikutip
Baker et al (2001) melaporkan terjadinya sel lisis atau permeabilisasi sel setelah paparan pada
neuroblastoma dengan frekuensi 1 MHz kontinyus ultrasonik spatial peak dose 1 W/cm. Kerusakan sel
terjadi in vitro dikarenakan kavitasi, yang tidak termasuk dalam faktor intensitas terapeutik (Harvey et al,
1987 yang dikutip Baker et al, 2001).
Efek biofisika ultrasonik terbagi menjadi efek termal dan non-termal. Efek termal yang
menghasilkan panas dapat meningkatkan aktifitas metabolik, aliran darah dan efek analgesik pada saraf,
serta diklaim juga meningkatkan ekstensibilitas jaringan kolagen (Baker et al, 2001). Sedang efek nontermal yaitu terjadinya kavitasi.
Tidak ada bukti langsung ultrasonik bermanfaat terhadap permeabilitas membran, tetapi adanya
perubahan sintesis protein, degranulasi mast sel, produksi growth factor, uptake kalsium dan mobilitas
fibroblast (ter Haar, 1999 dikutip Baker et al, 2001). Perubahan permeabilitas membran sel darah merah
pada tempat homogen yang didasarkan pada deteksi peningkatan potasium ekstraseluler setelah paparan
ultrasonik kontinyus 1 MHz intensitas 0,5 3 W/cm, perubahan tersebut juga dapat menyebabkan
mikrotrauma (Lota dan Darling, 1955 dikutip Baker et al, 2001). Tidak hanya trauma mekanik yang
menyebabkan mast sel degranulasi, tetapi ultrasonik juga meningkatkan permeabilitas membran sel pasif,
kerusakan dasar membran merangsang angiogenesis (Hanahan, 1996 dikutip Baker et al 2001).
Penelitian pada otot manusia menunjukkan bahwa setelah 10 menit aplikasi ultrasonik kontinyus
1 MHz intensitas 1,5 W/cm dengan 20 cm aplikasi tranduser pada daerah kulit seluas 80 cm,
temperaturgastrocnemius pada kedalaman 3 cm meningkat 5C (Draper et al, 1993 dikutip Baker et al,

2001). Pada penelitian in vivo hingga 1997, hanya satu penelitian tentang efek pemanasan ultrasonik pada
ekstensibilitas ligamen. Penelitian yang dilakukan pada ligamen collateral lateral dan medialdengan
dosis klinis 1,5 W/cm, 1 MHz selama 8 menit, terjadi peningkatan ekstensibilitas tetapi peningkatannya
tidak signifikan
Penelitian yang terbaru membandingkan antara ultrasonik dengan laser terapi pada
penderita carpal tunnel syndrome, dimana ultrasonik lebih efektif dalam perbaikan tingkat nyeri yang
sebanding dengan pemberiansplinting atau suntikan kortikosteroid tetapi tidak termasuk komplikasi atau
keterbatasannya (Burk et al, 1994 dikutip Bakhtiary dan Rashidy, 2004). Ultrasonik mungkin dapat
mempercepat proses penyembuhan pada kerusakan jaringan, dimana mekanisme terjadinya terbukti
dalam penelitian yang dilakukan Bakhtiary dan Rashidy (2004) yang membandingkan antara ultrasonik
dan laser terapi dimana ultrasonik lebih signifikan dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan
menggenggam, merubah parameter elektrofisiologi saraf kearah normal dibandingkan dengan laser terapi
pada pasien dengan carpal tunnel syndrome ringan hingga sedang.
US digunakan untuk terapi dalam penelitian ini adalah frekuensi 1 MHz, diberikan secara
continuous, dengan intensitas 0,5 watt/cm2 , diberikan dalam waktu 6 menit.. Adapun pengaruh
gelombang US yang diharapkan terhadap proses peradangan dan perbaikan jaringan seperti padasindroma
lorong karpal adalah : (1) untuk dapat mempercepat proses inflamasi normal dengan meningkatkan
produksi dan pelepasan wound-healing factors, (2) dapat meningkatkan proses sintesa collagen dan
meningkatkan permeabilitas membran sel, hal tersebut akan menyebabkan lebih banyak collagen yang
terbentuk dan juga meningkatkan tensile strength pada ligamen, (3) dapat memperbaiki extensibilitas
jaringan collagen yang telah terbentuk setelah proses inflamasi, (4) dapat terjadi capillary
hyperaemia dengan pelepasan histamine-like substances yang akan membantu pengangkutan dan
mengurangi pengaruh algogenic chemicals yang dihasilkan selama proses inflamasi, sehingga dapat
mengurangi nyeri.
3. Median Nerve Mobilisation (ULTT 1)
Tidak ada bukti penelitian bahwa saraf dalam sekali mobilisasi dapat bergerak kembali dari
keterbatasannya (Ekstrom dan Holden, 2002).Penelitian pada 15 cadaver menunjukkan bahwa saraf
medianus dan ulnaris bergerak longitudinal pada siku rata rata 7,3 mm dan 9,8 mm, masing masing
dilakukan full fleksi ekstensi siku. Saraf medianus terjadi longitudinal gliding pada wrist dengan full
arc wrist fleksi dan ekstensi dengan nilai 15,5 mm dan saraf ulnaris 14,8 mm

Mobilisasi saraf medianus menggunakan 5 gerakan sekuensi, yaitu : depresi shoulder


girdle dengan fleksi siku hingga 90, abduksi bahu dengan fleksi siku hingga 90, eksorotasi bahu,
pergelangan tangan dan jari ekstensi dengan lengan bawah supinasi dan siku ekstensi. Setiap gerakan
dilakukan sampai titik uncomfortable melalui feedback dari pasien dan kemudianrelease hanya pada titik
dimana tekanan uncomfortable terasa
Mobilisasi dilakukan secara gentle, ekstensi siku selama 2 detik hingga pasien merasakan tekanan
tetapi tidak nyeri, kemudian fleksi siku hingga titik dimana pasien tidak merasakan tekanan, ulangi
sebanyak 6 7 gerakan mobilisasi (Ekstrom dan Holden, 2002).
Kesimpulan
1. Nervus Radialis (C5, C6, C7, C8, T1)
- Tipe : campuran sensoris dan motoris.
- Origo : merupakan sambungan dari serabut posterior pleksus brakialis.
- Perjalanan dan perjalanan : berjalan bersama dengan a. Profunda braki antara kaput longum
dan medius m.triseps menuju kompartemen posterior dan kebawah di antara kaput medius
dan lateral m.triseps. Di titik tengah lengan nervus ini memasuki kompartemen anterior
dengan menembus septum intermuskularis lateral. Di regio epikondilus lateralis n. Radialis
terletak di bawah selubung brakioradialis dan terbagi menjadi ramus superfisialis n. Radialis
dan n. Interoseus posterior.
Cabang-cabang n.radialis diantaranya: cabang menuju m.triseps, m.brakioradialis, dan
m.brakialis serta beberapa cabang kutaneus. Saraf ini berakhir dengan pembagian menjadi
dua saraf utama:
a. N,interoseus posterior lewat diantara dua kaput supinator pada titik berjarak selebar tiga
jari kesebelah distal kaput radius kemudian masuk ke kompartemen posterior.Nervus ini
mempersarafi m.ekstensor lengan bawah.
b. Ramus superfisialis n.radialis-menuruni lengan bawah dibawah selubung brakioradialis
bersama a.radialis pada sisi medialnya. Berakhir sebagai cabang kutaneus yang
mempersarafi kulit punggung pergelangan tangan dan tangan
c. Akibat trauma: misalnya fraktur korpus humeri yang menyebabkan kerusakan n.radialis
pada sutura spiralis.
1. Defisit motoris-hilangnya semua fungsi ekstensor lengan bawah: wristdrop.
2. Defisit sensoris-biasanya minimal karena ada tumpang tindih: hilangnya
sensori pada snuffbox anatomis biasanya konstan.
2. N. Ulnaris (C8, T1)
- Tipe : campuran sensoris dan motoris.
- Origo : dari serabut medial pleksus brakialis.
- Perjalanan dan percabangan : berjalan pada m.korakobrakialis menuju pertengahan lengan
dimana nervus ini menembus septum intermuskularis medialis bersama dengan a.kolateralis

ulnaris superior dan memasuki kompartemen posterior. Kemudian berbelok di bawah


epikondilus medialis dan lewat diantara dua kaput m.fleksor karpi ulnaris memasuki lengan
bawah dan mensyarafi m.fleksor karpi ulnaris dan setengah m.fleksor digitorum profunda. Di
lengan bawah bagian bawah arteri berada disisi lateral n.ulnaris dan tendon m.fleksor karpi
ulnaris. Di sisi terjadi percabangan menjadi cabang kutaneus dorsalis dan palmaris. N.ulnaris
lewat disebelah superfisial retinakulum muskulorum fleksorum manus dan akhirnya terbagi
menjadi cabang-cabang terminal. Yaitu:
a. Cabang terminalis superfisialis-berakhir sebagai m.digitalis terminal yang mempersyarafi
kulit kelingking dan setengah medial jari manis.
b. Cabang terminalis profunda-mempersyarafi otot-otot hipotenar dan dua m.lumbrikalis,

m.interosei, dan m.adduktor polisis.


Akibat trauma : sering terjadi pada siku (misalnya fraktur epikodilus medialis) atau pada
pergelangan tangan akibat laserasi.
a. Defisit motoris-pada lesi yang ringan tangan menjadi clawhand. Akibat hilangnya
fungsi m.interosei dan m.lumbrikalis, artikulasio metakarpofalangealis pada jari
manis dan kelingking menjadi hiperekstensi disrtai fleksi artikulasio interfalangealis.
clawhand terjadi karena tidak adanya hambatan terhadap aksi ekstensor dan fleksor
digitorum profunda. Bila trauma terjadi setinggi siku atau lebih atas lagi, jari manis
dan kelingking lebih lurus karena tidak ada persyarafan dari n.ulnaris menuju
m.fleksor digitorum profunda. Otot-otot kecil pada tangan mengecil kecuali otot
tenar dan dua m.lumbrikalis lateral (dipersarafi oleh n.medianus).
b. Defisit sensoris-terjadi pada permukaan telapak dan permukaan punggung tangan dan
bagian medial 1 jari. Defisit yang terjadi bermacam-macam akibat adanya tumpang

tindih.
3. N. Medianus (C6, C7, C8, T1)
- Tipe : campuran sensoris dan motoris.
- Origo ; dari penyatuan dua radiks dari serabut medial dan lateral disebelah lateral a. Aksilaris
-

pada aksila.
Perjalanan dan percabangan : n. Medianus pada mulanya terletak disebelah lateral a.brakialis
namun kemudian menyilang kesebelah medial dipertengahan lengan. Pada fosa kubiti nervus
ini terletak disebelah medial a.brakialis yang terleta di sebelah medial tendon bisipitalis.
N.medianus lewat dibagian dalam aponeurosis bisipitalis kemudian diantara kedua kaput
m.pronator teres. Bercabang menjadi cabang interoseus anterior tidak jauh dibawahnya.
Cabang ini turun bersama dengan a.interosea anterior dan memasok darah ke otot-otot
profunda kompartemen fleksor lengan bawah kecuali pada setengah bagian ulnaris m.fleksor
digitorum profunda. Di lengan bawah n.medianus terletak diantara fleksor digitorum
superfisialis dan fleksor digitorum profunda dan mensyarafi seluruh fleksor sisanya kecuali

m.fleksor karpi ulnaris. Sedikit di atas pergelangan tangan nervus ini muncul dari sisi lateral
m.fleksor digitorum superfisialis dan bercabang menjadi cabang kutaneus palmaris yang
membawa serabut sensoris pada kulit diatas eminensia tenar.
Di pergelangan tangan n. Medianus lewat dibawah retinakulum muskulorum leksorum manus
(melalui kanalis karpi) di garis tengah dan disisi terbagi menjadi cabang-cabang
terminal:cabang rekuren menuju otot-otot eminensia tenar (namun tidak ke m.adduktor
polisis), cabang menuju mm.lumbrikalis ke-1 dan ke-2, dan persarafan kutaneus menuju kulit
telapak jempol, telunjuk, jari tengah, dan setengah lateral jari manis.
Akibat trauma : misalnya penekanan seperti pada sindrom kanalis karpi.
a. Defisit motoris-kelemahan dan pegecilan otot-otot tenar.
b. Defisit sensoris-melibatkan kulit diatas bagian lateral telapak tangan dan bagian
lateral tiga jari. Defisit ini sangat beragam karena adanya tumpang tindih.

Daftar Pustaka

1.
2.
3.
4.

Ekstrom dan holden, physical therapy journal. 2002


Baehr M, Frotscher M.DUUS Topical Diagnosis In Neurology, Germany: Thieme; 2005.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1141168-overview
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1942/1/bedah-iskandar
20japardi28.pdf

You might also like