You are on page 1of 11

LEMBAR PENGUKURAN

Judul Praktikum

: Percobaan Mesin Tak Serempak Rotor Sangkar VI

Nomor Jobsheet

: 04

Nama Praktikan

: Bevin Simanjuntak

Kelas

: EL 5D

NIM

: 1205032065

Kelompok

: I (Satu)

Anggota Kelompok

: 1. Ahmad Ansari Amini


2. Andi Pramana
3. Beni Paskah
4. Benjova Lumbantobing
5. Budiman Purba

Nama Instruktur

: 1. Ir.Rafian Nauli Hasibuan MT

Tanggal Praktikum

: Oktober 2014

Tanggal Kumpul Laporan

: Oktober 2014

Nilai

DAFTAR ISI

Lembar Pengukuran ...................................................................


Daftar isi ....................................................................................
I.
Tujuan.

i
ii
1

II.

Landasan Teori...

III.

Peralatan yang digunakan.

IV.

Langkah kerja.

V.

Pertanyaan dan tugas.

VI.

Hasil Percobaan.

VII.

Jawaban Pertanyaan...

VIII.

Simpulan

Lampiran...................................................................................

ii

Mesin Tak Serempak Rotor Sangkar VI

I. Tujuan
Momen asut tidak dapat begitu saja diukur.Untuk ini dibutuhkan rem dinamo
Dengan perlengkapan khusus.Dalam percobaan ini tidak digunakan rem dinamo,
Momen asut diukur secara tidak langsung.Pada motor tak serempak akan timbul
pengiriman daya dari stator ke rotor melalui celah udara (P12)
P12 = 1. M
Dengan :
1

= Perputaran serempak stator

= Momen celah udara

Sedangkan Daya keluar poros :


P2

= 2 . M

Dengan:
2

= Perputaran sumbu

Waktu diasut w2 = 0 , P2 = 0. Sehingga momen asut adalah:


Mst =

Daya celah P12 = P1- P1cu-P1fe


Dengan :

P1

= daya masuk saat diasut

P1cu

= rugi-rugi tembaga stator = 3. R1. I12

P1cu

= rugi besi pada stator

Pengukuran harus dilakukan pada tegangan yang rendah,dan untuk mendapatkan arus
asut pada tegangan nominal hasil pengukuran dilakukan dengan perbandingan
tegangan ukur terhadap tegangan nominal

Gambar Rangkaian

rpm
F2

W2

V2

U2
A

A
G

M
M

TG

MV 123

F1

U1

+ 0-220 V

W1

V1

DY0

RB

III. Peralatan yang digunakan


M = motor induksi, rotor sangakar, NV 125
Y = star/delta TD 33
P = wattmeter 5A 240V TI 109
I1 = Amperemeter 10 A TI 102
U = voltmeter 130 V TI 105
F = power pack TF 123 A

Ohmmeter 1-10 Ohm


Untuk melindungi wattmeter adri gangguan, gunakan trasformator arus. Arus pada
test 3 adalah 6,6 A. Anda dapat memindahkan penghubung tegangan pada
tertminal 120 volt di wattmeter.
catatan
Name Plate
Pn
/Y
n

= 1,5 kw
= 220/380 Volt
= 6,6/3,8 Ampere

= 1415 Rpm

Cos

= 0,79

IV. Langkah kerja


1.

Buat hubungan motor tak serempak sesuai dengan diagram rangkaian.Dinamo


meter dalam hal ini tidak perlu dilepas dari poros motor.Pasang saklar segitiga
bintang pada posisi Y.

2.

Masukkan tegangan bolak-balik berubah.Tahan poros motor (dengan tangan)


Sehingga tidak berputar.Perhatikan pula bahwa pada tegangan rendah ,momen
momen yang dihasilkan kecil sekali.Naikkanlah tegangan sampai harga
nominal hubungan bintang (3,8 A).Catatlah I,U dan P.Turunkanlah tegangan
sampai nol lagi.Pindah saklar segitiga bintang ke delta .Naikkanlah tegangan
pada butir 2 diatas,sampai mencapai 6,6 A.Catatlah I,U dan P.

V. Pertanyaan dan tugas.

Hitung P1cu = 3. R1. I12 untuk pengukuran langkah 2 !

Hitung P12 = 3. P- P1cu untuk pengukuran lankah 2! P1fe dapat diabaikan


sesuai dengan sangat rendahnya tegangan pada pengujian ini.

Hitung Momen asut Mst = P12/W1, dengan W1= (2.1500)/60 untuk


motor MV 123 kutub ini.

Hitung momen asut pada tegangan nominal! Mst= Mst (127/ U)2

Hitung
P1CU= 3 R1

Dari pengukuran 3.

Harus dimasukkan kedalam

perhitungan ,karena rangkaian motor sekarang adalah .


Hitung momen asut seperti pada butir-butir b,c dan d.
Hitung perbandingan momen asut untuk hubungan bintang
dan hubungan segitiga.
Berapa besar perbandingan ini secara

Tabel 3. Percobaan pada hubungan Bintang


Hasil Pengukuran

Hasil Perhitungan

R per phasa

P1cu 3~

P12

(ampere)

(volt)
85

(watt)

(ohm)

(watt)

(watt)

3,8

(Nm)

350

Hasil Pengukuran

Hasil Perhitungan

R per phasa

P1cu 3~

P12

(ampere)

(volt)
50

(watt)

(ohm)

(watt)

(watt)

6,6

Mst

3~

3~

Mst
(Nm)

350

V.Hasil Percobaan
Tabel 1. data R belitan pada hubunagn bintang (Y)
RR-S
5,2

RS-T
5,2

RR-T
5,2

RAV (ohm)
5,2

Tabel 2. Data R beliatan rotor pada hubungan Delta ()


RR-S
3,6

RS-T
3,6

RR-T
3,6

RAV (ohm)
3,6

V.Hasil Percobaan
Tabel 1. data R belitan pada hubunagn bintang (Y)
RR-S
10,8

RS-T
10,8

RR-T
10,8

RAV (ohm)
10,8

Tabel 2. Data R beliatan rotor pada hubungan Delta ()


RR-S
3,5

RS-T
3,5

RR-T
3,5

RAV (ohm)
3,5

Tabel 3. Percobaan pada hubungan Bintang


Measured values

Calculated values

R per phasa

P1cu 3~

P12

(ampere)

(volt)

(watt)

(ohm)

(watt)

(watt)

3~

Mst
(Nm)

94

3,8

350

5,4

233,928

816,072

5,195

NB : Skala Wattmeter = 1:50

Rper phasa =

Rterukur
2

Rper phasa =

10,8
= 5,4
2

P1Cu

= 3.R1.I12

P12

= 3.P- P1Cu

Mst

= P12/

2. .1500
60

= 157,0796 rad/det

Tabel 4. Percobaan pada hubungan Delta


Measured values

Calculated values

R per phasa

P1cu 3~

(ampere)

(watt)

(ohm)

6,6

(volt)
54

350

5,25

(watt)
228,69

R
R

Rav

P12

3~

(watt)
821,31

Mst
(Nm)
5,228

= R 2R

R 2R

3,5 =

2R 2
3R

3,5=

2R
3

R = 5,25

Rphasa

= 5,25

P1Cu

= 3.R1.

P12
Mst

= 3.P - P1Cu
= P12/

I12
3

2. .1500
60

= 157,0796 rad/det

VI. Jawaban Pertanyaan


1.

P1CU pada pengukuran ke 2,


Untuk hubungan bintang
P1CU = 3.R1.I12
= 3 x 5,4 (3,8)2
= 233,928 Watt

Untuk hubungan delta


P1Cu

= 3.R1.

I12
3

6,6

= 3. 5,25.

= 228,69Watt
2.

3.

P12 pada pengukuran ke 2


Untuk hubungan bintang
P12
= 3 xP P1CU
= 3 x 350 233,928
= 816,072 Watt

Untuk hubungan delta


P12
= 3 xP P1CU
= 3 x 350 228,69
= 821,31 Watt

Torsi Starting Mst = P12/ 1


Untuk hubungan delta
2 x 1500
P12
1=
= 157,0796 rad/det untuk motor
M
=
ST 4 kutub
60

Torsi start untuk hubungan bintang


821,31
= 157,0796
= 5,228 Nm

M ST

P12

816,072
= 157,0796

= 5,195 Nm

4.

Torsi Starting Pada tegangan penuh


Untuk hubungan bintang;
127

MstY = Mst .

127

220

127

220

= 5,195.

= 1,7312 Nm

Untuk hubungan delta;


127

MstY = Mst .

5.

= 5,228.

= 1,7421 Nm

Perbandingan Torsi starting delta dan bintang


Y: 5,195: 5,228 1:1,06

VII. SIMPULAN
Setelah melakukan percobaan maka dapat disimpulkan sebgai berikut:
Torsi start pada hubungan delta ( ) lebih besar daripada torsi start pada
hubung bintang ( Y ), sehingga dalam pemakaian untuk pengasutan start
motor, dianjurkan untuk menggunakan hubung bintang karena hubungan
bintang lebih kecil arus startnya dari hubungan delta , hampir 3 kali lebih
besar dari arus start bintang.

Medan, 24 Oktober 2011


Hormat saya,

Benyamin Asken S

You might also like