You are on page 1of 12

Disusun Oleh:

Fatma Nasution = 1107220012

PROGRAM STUDI ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERAUTARA

Dosen Pembimbing :
Ir. Yusniati, MT
T.A 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karenaa berkat rahmat-Nyalah dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul gagasan,
yaitu: Pengaruh Frekuensi Terhadap Sistem Tenaga Listrik.
Pada kesempatan ini pula kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu kami dalam
pengambilan dan yang sudah memberikan semangat yaitu kepada:
1. Allah SWT, yang memberikan nikmat kesehatan dan kemudahan jalan
bagi kami untuk dapat selesaikan makalah ini.
2. Kedua orang tua kami yang telah memberikan semangat pada kami
dan telah mendidik kami dari kecil hingga dewasa.
3. Dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada kami
4. Dan semua orang yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan
kegiatan ini.

Akhir kata semoga gagasan ini dapat diimplementasikan dan bermanfaat


masyarakat umumnya. Amin.

Medan, 12 Desember 2013

Hormat Kami,
Ketua Kelompok

Fatma Nasution
Npm 1107220012

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Bab II
Bab III
Daftar Pustaka

..................................................................................
................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
.................................................................................
.................................................................................

i
ii
1
2
7
8

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Frekuensi adalah jumlah gelombang sinusoida dari tegangan atau arus listrik dalam
rentang waktu satu detik. Satuan yang digunakan menyatakan ukuran frekuensi adalah Hertz
(Hz). Satu Hertz berarti satu siklus per detik(cycle/second) Didalam pembangkitan tenaga
listrik, frekuensi menunjukkan jumlah putaran elektrik mesin pembangkit. Satu putaran
elektrik dapat diwakilkan oleh satu gelombang sinusoida. Sistem tenaga yang di kelola PLN
menggunakan frekuensi 50 Hz yang setara dengan 50 putaran elektrik per detik atau
3000 putaran per menit.
Frekuensi juga dapat dipakai sebagai ukuran kesetimbangan sesaat antara daya nyata
(MW) yang di konsumsi oleh konsumen (selanjutnya disebut beban) dengan daya nyata
pasokan dari pembangkit tenaga listrik. Pada keadaan keduanya setimbang, frekuensi 50
Hz, bila frekuensi kurang dari 50 Hz berarti pasokan daya nyata dari pembangkit kurang.
Sebaliknya jika pasokan daya nyata dari pembangkit berlebih, menyebabkan frekuensi lebih
dari 50 Hz.
Frekuensi sistem tenaga listrik (selanjutnya disebut frekuensi) merupakan salah satu
besaran yang digunakan untuk menyatakan mutu tenaga listrik. Frekuensi berlaku sama di
setiap bagian sistem, artinya pada suatu saat yang bersamaan besarnya relatif sama meskipun
diukur pada tempat berbeda di dalam sistem
Nilai frekuensi sistem tenaga selalu berubah-ubah, karena dari waktu ke waktu daya
nyata yang dikonsumsi oleh konsumen (beban) bersifat acak, sedangkan alat pengatur
kecepatan (speed governer) pada tiap mesin pembangkit masing-masing bekerja sendiri.
Hampir tidak ada kemungkinan pasokan daya nyata unit pembangkit terus menerus tepat
sama dengan beban sistem.

BAB II
4

TINJAUAN TEORI
2.1

Pengaruh Frekuensi pada Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para pelanggan
dengan frekuensi yang praktis konstan. Penyimpangan frekuensi dari nilai nominal
harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif mempunyai
hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam sistem, sedangkan beban sistem yang
berupa daya aktif maupun daya reaktif selalu berubah sepanjang waktu. Sehubungan
dengan hal ini harus ada penyesuaian antara daya aktif yang dihasilkan dalam sistem
pembangkitan harus disesuaikan dengan beban daya aktif. Penyesuaian daya aktif ini
dilakukan dengan mengatur besarnya kopel penggerak generator. Dalam sistem tenaga
listrik, umumnya digunakan generator sinkron fasa tiga untuk pembangkit tenaga
listrik yang utama, maka pengaturan frekuensi sistem praktis tergantung pada
karakteristik dari generator sinkron tersebut. Untuk dua buah generator sinkron yang
bekerja secara paralel, diagram vektor dari fluks magnetik, tegangan, arus dan
dayanya, digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Diagram vektor dua buah generator sinkron yang bekerja paralel
Apabila kopel penggerak salah satu generator pada gambar (1.1) diperbesar, maka
5

rotor (kutub) generator akan bergerak maju dalam arti bahwa vektor akan bergerak
ke arah yang memperbesar komponen daya aktif MW dari generator, misalkan hal ini
dilakukan terhadap generator nomor 2, maka keadaan akan berubah seperti
ditunjukkan oleh vektor 2, E2 dan I2.
Selanjutnya komponen daya aktif generator 2 akan berubah dari MW2 menjadi
MW2. Penambahan kopel penggerak generator memerlukan tambahan bahan bakar
pada unit thermis dan pada unit hydro memerlukan penambahan air. Oleh karenanya
produksi MWH dari unit-unit pembangkit listrik memerlukan bahan bakar untuk unit
thermis dan memerlukan sejumlah air untuk unit hydro. Sedangkan untuk daya reaktif
(VAR) tidak akan terpengaruh dengan penambahan kopel penggerak ini, karena
komponen daya reaktif lebih di pengaruhi oleh perubahan pada komponen penguat
medan magnet dan tegangan.
Menurut prinsip dasar dalam dinamika rotor (Menurut Hukum Newton), ada hubungan
antara kopel mekanis penggerak generator dengan perputaran generator, dapat
dituliskan dalam bentuk persamaan[2]:

(TG TB) = M x

(1)

dimana:
TG = torsi atau kopel penggerak generator
TB = torsi atau kopel beban yang membebani generator
M = momen inersia dari generator beserta mesin penggeraknya
= kecepatan sudut perputaran generator
Karena frekuensi yang dihasilkan generator merupakan sama dengan kecepatan
rotornya, sehingga dapat dituliskan dengan:

f=

(2)

Hal ini berarti bahwa pengaturan frekuensi sistem merupakan pengaturan dari kopel
penggerak generator atau pengaturan daya aktif dari generator. Untuk mesin
6

penggerak generator, pengaturan frekuensi sistem di lakukan dengan pengaturan


pemberian bahan bakar pada unit thermis dan pengaturan pemberian air pada unit
hydro.
Sedangkan untuk sistem beban, frekuensi akan turun apabila daya aktif yang
dibangkitkan tidak mencukupi kebutuhan beban dan sebaliknya frekuensi akan naik
apabila ada kelebihan daya aktif dalam sistem. Secara mekanis, dengan melihat
persamaan (1) dan (2) dinamika frekuensi sistem dalam kaitannya dengan
pembangkitan daya aktif dapat dituliskan sebagai berikut [2]:

a. Jika TG TB = T < 0, maka<

b. Jika TG TB = T > 0, maka

0, sehingga frekuensi akan turun (3)

> 0, sehingga frekuensi akan naik (4)

Dari persamaan di atas terlihat bahwa besarnya frekeunsi tergantung dari besarnya
selisih antara kopel generator dengan kopel yg membebani generator, sehingga untuk
mengatur frekeunsi dalam sistem tenaga listrik dapat diatur dari dua sisi yaitu sisi
generator maupun sisi beban. Namun secara tidak langsung penyediaan daya reaktif
dapat pula mempengaruhi frekuensi sistem, karena penyediaan daya reaktif
mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tegangan, yang selanjutnya dapat
menyebabkan kenaikan beban daya aktif. Namun pengaturan frekuensi sistem lebih
dominan kaitannya dengan penyediaan daya aktif.
2.2 Cara Pengaturan Frekuensi
Cara mengatur frekuensi adalah :
1. Pengaturan daya aktif ( sisi generator)
2. Load shedding (sisi beban)
3. Pengalihan daya pada saluran

1. Pengaturan daya aktif


7

Frekuensi pada sistem tenaga listrik dapat diatur dengan melakukan


pengaturan daya aktif yang dihasilkan generator. Pengaturan daya aktif ini erat
kaitannya dengan kenaikan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk
menaikkan daya aktif. Pada PLTU adalah berapa laju batu bara yang ditambah
untuk dibakar sedangkan pada PLTA adalah berapa besar debit air yang
dinaikkan untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan kenaikan daya
aktif. Pengaturan bahan bakar ini dilakukan dengan menggunakan governor.
Sehingga pada pengaturan daya aktif ini erat kaitannya dengan kerja governor
pada sistem pembangkit thermal maupun air.
2.

Load shedding (pelepasan beban)

Jika terdapat gangguan dalam sistem yang menyebabkan daya tersedia tidak
dapat melayani beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar jatuh
(trip), maka untuk menghindarkan sistem menjadi collapsed perlu dilakukan
pelepasan beban. Keadaan yang kritis dalam sistem karena jatuhnya unit
pembangkit dapat dideteksi melalui frekuensi sistem yang menurun dengan
cepat.
Pada sistem tenaga listrik yang mengalami gangguan karena lepasnya (trip)
unit generator yang besar dapat mengurangi aliran daya aktif yang mengalir ke
beban, sehingga menyebabkan generator-generator yang lain dipaksa bekerja.
Jika hal ini berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kerusakan mekanis
pada batang kopel generator karena dipaksa bekerja. Untuk itu diperlukan
relay under frequency yang berfungsi untuk mendeteksi penurunan frekeunsi
sistem secara tiba-tiba akibat adanya unit pembangkit besar yang lepas dari
sistem. Salah satu cara untuk menaikkan frekeunsi tersebut adalah dengan
melepas beban.

Gambar 1 grafik perubahan frekuensi sebagai fungsi waktu dengan adanya


pelepasan beban
Turunnya frekeunsi dapat menurut garis 1 , garis 2, atau garis 3. Makin besar
unit pembangkit yang jatuh (makin besar daya tersedia yang hilang) makin
cepat frekeunsi menurun. Kecepatan menurunnya frekuensi juga bergantung
pada besar kecilnya inersia sistem. Semakin besar inersia sistem, makin kokoh
sistemnya, makin lambat turunnya frekuensi.
Dalam grafik 1 dimisalkan bahwa frekuensi menurun menurut garis 2. Setelah
mencapai titik B dilakukan pelepasan beban tingkat pertama oleh under
frequency control relay (UFR) yang bekerja setelah mendeteksi frekuensi
sebesar Fb dengan adanya pelepasan beban tingkat pertama maka penurunan
frekuensi berkurang kecepatannya. Sampai di titik C UFR mendeteksi
frekeunsi sebesar Fc dan akan melakukan pelepasan beban tingkat kedua dst
sampai frekeunsi sistem kembali normal ke frekeunsi Fo.

Gambar 2 Grafk turunnya frekuensi sebagai akibat gangguan unit


pembangkit

Gambar 3 Grafik naiknya frekuensi setelah adanya pelepasan beban


3. Pengalihan daya pada saluran
Cara lain untuk mengatur frekuensi sistem yaitu dengan mengatur pengiriman
daya aktif pada daerah yang memiliki kerapatan beban yang tinggi. Penulis
masih belum memahami dengan benar cara terakhir ini dalam mengatur
frekuensi dalam sistem tenaga listrik.

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Tenaga Listrik harus dapat memenuhi kebutuhan
akan tenaga listrik dari para konsumen dari waktu ke waktu.
Untuk ini daya yang dibangkitkan dalam sistem tenaga listrik
harus selalu sama dengan beban sistem, hal ini diamati melalui
frekuensi sistem. Kalau daya yang dibangkitkan dalam sistem
lebih kecil dari pada beban sistem maka frekuensi turun dan
sebaliknya apabila daya yang dibangkitkan lebih besar dari
pada beban maka frekuensi naik.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk teman- teman sekalian, apabila
makalah ini memiliki kekurangan. Besar harapan kami untuk saran serta kritikan dari
teman- teman sekalian.
11

DAFTAR PUSTAKA
Scada PLN ITB
http://dunia-listrik.blogspot.com/hubungan-daya-aktif-dan-frekuensi//

12

You might also like