You are on page 1of 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELITUS

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan

: Diabetes Melitus

Tema

: Pencegahan dan Penatalaksanaan Diabetes

Sasaran

: Masyarakat

Target

: Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terkena dan mereka memiliki faktor resiko
diabetes

Hari/Tanggal

: Selasa, 5 Juli 2014

Jam

: 16.00 WIB

Waktu

: 15 menit

Tempat

: Balai Desa

A. ANALISIS SITUASI
Sasaran penyuluhan adalah Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terkena dan mereka yang memiliki
faktor resiko Diabetes Melitus, yang hadir pada acara penyuluhan Diabetes Melitus adalah 40
orang dari 50 undangan dengan tingkat pengetahuannya adalah rata-rata SMA.
B. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang
terkena, serta mereka yang memiliki faktor resiko Diabetes Melitus diharapkan mampu
menyebutkan 5 dari beberapa pencegahan dan penatalaksanaannya.
C. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang
terkena, serta mereka yang mengalami faktor resiko, dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Penyebab Diabetes Mellitus
3. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus
4. Komplikasi Diabetes Mellitus
5. Pencegahan dan penatalaksanaan Diabetes Mellitus
D. MATERI
a. Pengertian Diabetes Mellitus
b. Penyebab Diabetes Mellitus
c. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus
d. Komplikasi Diabetes Mellitus
e. Pencegahan dan penatalaksanaan Diabetes Mellitus

E. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


1. Pendahuluan
Waktu : 2 menit
NO
KEGIATAN PENYULUH
KEGIATAN PESERTA
1.
Membuka
kegiatan
dengan Menjawab salam
2.
3.
4.

mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan Memperhatikan
Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
diberikan

2. Isi
Waktu: 10 menit
NO
KEGIATAN PENYULUH
KEGIATAN PESERTA
1.
Menjelaskan pengertian Diabetes Memperhatikan
2.

Melitus
Menyebutkan penyebab terjadinya Memperhatikan

3.

Diabetes Melitus
Menyebutkan tanda

4.

terjadinya Diabetes Melitus


Memberi kesempatan kepada peserta Bertanya dan menjawab pertanyaan

5.

untuk bertanya
Menjelaskan tentang

yang diajukan
komplikasi Memperhatikan

6.

pada Diabetes Melitus


Menjelaskan tentang

Pencegahan Memperhatikan

7.

Diabetes Melitus
Menjelaskan tentang Penatalaksaan Memperhatikan

dan

gejala Memperhatikan

Diabetes Melitus
3. Penutup
Waktu: 3 menit
NO
KEGIATAN PENYULUH
1.
Menanyakan kepada peserta tentang

KEGIATAN PESERTA
Menjawab pertanyaan

materi yang telah diberikan dan


reinforcement kepada pengunjung
2.

yang dapat menjawab pertanyaan.


Menyimpulkan
materi
dari Mendengarkan

3.

penyuluhan yang disampaikan.


Mengucapkan terima kasih dan salam Mendengarkan dan menjawab salam
penutup.

F. MEDIA
1. Power Point
2. LCD
3. Laptop
G. KRITERIA EVALUASI
Metode evaluasi : Tanya jawab
Jenis pertanyaan : Lisan
Jumlah soal
: 2 soal
1. Struktur
a. Persiapan alat/Media
Alat dan Media yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semuanya lengkap dan bisa
diguakan saat ceramah, dan tanya jawab. Alat dan Media berupa Power point, LCD dan
Laptop serta Pengeras suara
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk powerpoint yang di tampilkan pada proyektor, dan
flipchart untuk mempermudah penyampaian kepada masyarakat
c. Sasaran Masyarakat yang terdiri dari Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terkena, serta
mereka yang mengalami faktor resiko Diabetes Melitus
d. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Masyarakat antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
b. Masyarakat tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
c. Masyarakat terrlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Kehadiran Masyarakat dapat mencapai target
3. Evaluasi Hasil
a. Jangka Pendek
Masyarakat Penyuluhan dapat menyampaikan kembali 70% materi yang disampaikan
dengan Kriteria :
1) Masyarakat mengetahui Pengertian Diabetes Mellitus
2) Masyarakat mengetahui Penyebab Diabetes Mellitus
3) Masyarakat mengetahui Tanda dan gejala Diabetes Mellitus
4) Masyarakat mengetahui Komplikasi Diabetes Mellitus
5) Masyarakat mengetahui Pencegahan dan penatalaksanaan Diabetes Mellitus
b. Jangka Panjang

Pengetahuan dan Pemahaman masyarakat meningkat tentang Diabetes Melitus dan dapat
menerapkan pengetahuan tersebut dalam aspek pencegahan dan penatalaksaan pada
Diabetes Melitus sehingga kesehatan masyarakat meningkat.
H. KEPUSTAKAAN
Dokter Regina .2012.Pencegahan Diabetes Melitus. Diakses dari
http://diabetesmelitus.org/pencegahan-diabetes-melitus/
Pada Minggu, 04 Juli 2014, 12.17 WITA

Maulana Karso.2013.Asuhan Keperawatan Diabetes Militus. Diakses dari


https://belajarmenjadilebih.wordpress.com/2013/04/page/2/
pada Minggu, 04 Juli 2014 , 12.30 WITA
Alwi, Idrus., Setiadi, Siti., Setiyohadi, Bambang., dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi
IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Lampiran Materi
A. Definisi

Diabetes Mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yg ditandai o/ kenaikan kadar


glukosa dlm darah / hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes meltus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin ,atau kedua-duanya.

Diabetes type 1: adalah suatu keadaan hiperglikemia diakibatkan oleh karena berkurangnya
sekresi insulin akibat kerusakan sel -pankreas yg didasari proses autoimun.

Diabetes type 2 : adalah suatu kondisi dimana sel-sel Betha pankreas relatif tidak mampu
mempertahankan sekresi dan produksi insulin shg menyebabkan kekurangan insulin.

B. Penyebab Diabetes Melitus

Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh sendiri secara
spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat pada pankreas. Belum
diketahui hal apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada
menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan
dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1 berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor
genetik lebih banyak berperan pada kejadian diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Banyak pasien
diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga menderita diabetes tipe 2 atau masalah
kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan
darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik, Afrika dan Asia memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor lingkungan yang
mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes tipe 2.

Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik)
Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)

Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl) atau kadar
kolesterol HDL <40mg/dl

Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)

Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir
lebih dari 4.500 gram

Makanan tinggi lemak, tinggi kalori

Gaya hidup tidak aktif (sedentary)

Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)

Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun

Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi insulin

Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel tubuh menjadi
kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus berkembang selama
kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan memperberat resistensi insulin yang
telah terjadi.
Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak (sampai 3x
jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang
dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes
gestasional. Kebanyakan wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula
darah normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2
di kemudian hari.
C. Gejala Diabetes Melitus

Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes melitus, bahkan
sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya DM jika seseorang mengalami
keluhan klasik DM berupa:

poliuria (banyak berkemih)


polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat diperiksa keluhan
tambahan DM berupa:

lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal


penglihatan kabur

penyembuhan luka yang buruk

disfungsi ereksi pada pasien pria

gatal pada kelamin pasien wanita

Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena. Sedangkan
untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah
kapiler dengan glukometer.
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL
Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL

Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dL

Pemeriksaan HbA1C 6.5%

Keterangan:

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus
untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan
tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.

Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam
kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya adalah

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa
plasma puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL dan kadar glukosa plasma 2 jam setelah
meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL

Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2 jam
setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 199 mg/dL

Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM:

Kadar glukosa darah


sewaktu (mg/dL)
Kadar glukosa darah
puasa (mg/dL)

Bukan DM
Plasma vena <100
Darah kapiler <90
Plasma vena <100
Darah kapiler <90

Belum Pasti DM
100-199
90-199
100-125
90-99

DM
200
200
126
100

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10.Neuropati viseral
11.Amiotropi
12.Ulkus Neurotropik
13.Penyakit ginjal
14.Penyakit pembuluh darah perifer
15.Penyakit koroner
16.Penyakit pembuluh darah otak
17.Hipertensi
D. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II

Komplikasi akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD) dan Status
Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada
KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri.
Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan
yang memadai.
Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi penurunan kadar
glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami
keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien
meminum obat terlalu banyak (paling sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu
banyak, atau pasien tidak makan setelah minum obat atau menyuntik insulin.

Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa lapar, pusing,
gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera
diberikan minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau
pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan pemantauan
selanjutnya.

Komplikasi kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi
dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.
Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:

Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner dan
serangan jantung mendadak
Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka
iskemik pada kaki
Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh darah retina dan
dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang
akan menyebabkan nefropati diabetikum. Untuk lebih jelasnya baca pada artikel gagal ginjal.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan perasaan kebas atau baal
pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak
menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam
(ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga
mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta
kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus
diajarkan mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.
a. Komplikasi akut
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila kadar glukosa
darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas
fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian
ini dapat terjadi sebeum makan, khususnya jika makan yang tertunda atau bila pasien lupa
makan camilan.
Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori : gejala adrenergik
dan gejala sistem saraf pusat.
a) Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatis akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,
takhikardia, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b) Hipoglikemia Sedang

Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan cukup
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, confuse,
penurunan daya ingat, mati rasa didaerah bibir serta lidah, bicara rero, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, pengllihatan ganda, dan
perasaan ingin pingsan.
c) Hipoglikemia Berat
Fungsi sitem saraf pusat menagalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien
memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi Hipoglikemia yang dideritanya.
Gejala dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan, atau bahkan kehilangan kesadaran.

2. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup jumlah
insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang penting pada diabetes ketoasidosis :
(1) Dehidrasi
(2) Kehilangan elektrolit
(3) Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang, maka jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Selain itu prroduksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua
faktor tersebut akan mengakibatkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa dalam tubuh, ginjal akan mensekresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit
(natriun dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan
(poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
3. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hipergklikemia
yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of Awareness). Keadaan hiperglikemia
persisten menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan
elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari
intrasel keruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, maka akan dijumpai
keadaan hipernatremia dan peningkatan osmolaritas.

b. Komplikasi Kronik.
Komplikasi kronik dari diabetes mellitus dapat menyerang semua sistem organ tubuh.
Kategori komplikasi kronik diabetes yang lajim digunakan adalah penyakit makrovaskuler,
mikrovaskuler, dan neurologis.
1) Komplikasi Makrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada diabetes.
Perubahan aterosklerotik ini serupa degan pasien-pasien non diabetik, kecuali dalam hal
bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dengan frekuensi
yang lebih besar pada pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat
terjadi tergantung pada lokasi lesi ateerosklerotik.
Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah arteri koroner, maka akan
menyebabkan penyakit jantung koroner. Sedangkan aterosklerotik yang terjadi pada
pembuluh darah serebral, akan menyebabkan stroke infark dengan jenis TIA (Transiennt
Ischemic Attack). Selain itu ateerosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah besar
ekstremitas bawah, akan menyebabkan penyakit okluisif arteri perifer atau penyakit
vaskuler perifer.
2) Komplikasi Mikrovaskeler
a) Retinopati Diabetik
Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina
mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah dari berbagai jenis
pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol, venula dan kapiler.
b) Nefropati Diabetik
Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme filtrasi ginjal ajkan
mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai
akibatnya tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut
diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.
c) Neuropati Diabetikum
Dua tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai adalah :
(1) Polineuropati Sensorik
Polineuropati sensorik disebut juga neuropati perifer. Neuropati perifer sering
mengenai bagian distal serabut saraf, khususnya saraf extremitas bagian bawah.
Kelainan ini mengenai kedua sisi tubuh dengan distribusi yang simetris dan secara
progresif dapat meluas ke arah proksimal. Gejala permulaanya adalah parastesia

(rasa tertusuk-tusuk, kesemutan dan peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar


(khususnya pada malam hari).
Penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dan penurunan sensibilitas
nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan
infeksi pada kaki tanpa diketahui.
(2) Neuropati Otonom (Mononeuropati)
Neuropati pada system saraf otonom mengakibatkan berbagai fungsi yang
mengenai hampir seluruh system organ tubuh. Ada lima akibat utama dari neuropati
otonom (Smeltzer, B, alih bahasa Kuncara, H.Y, dkk., 2001 : 1256-1275) antara lain
:
(a)Kardiovaskuler
Tiga manifestasi neuropati pada sistem kardiovaskuler adalah frekuensi denyut
jantung yang meningkat tetapi menetap, hipotensi ortostatik, dan infark miokard
tanpa nyeri atau silent infark.
(b) Pencernaan
Kelambatan pengosongan lambung dapat terjadi dengan gejala khas, seperti
perasaan cepat kenyang, kembung, mual dan muntah. Konstipasi atau diare
diabetik

(khususnya

diare

nokturia)

juga

menyrtai

neuropati

otonom

gastrointestinal.
(c)
Perkemihan
Retensi urine penurunan kemampuan untuk merasakan kandung kemih yamg
qpenuh dan gejala neurologik bladder memiliki predisposisi untuk mengalami
infeksi saluran kemih. Hal ini terjadi pada pasien dengan diabetes yang tidak
terkontrol, mengingat keadaan hiperglikemia akan mengganggu resistensi
terhadap infeksi.
(d) Kelenjar Adrenal (Hypoglikemik Unawarenass)
Neuropati otonom pada medulla adrenal menyebabkan tidak adanya atau
kurangnya gejala hipoglikemia. Ketidakmampua klien untu mendeteksi tandatanda peringatan hipoglikemia akan membawa mereka kepada resiko untuk
mengalami hipogllikemi yang berbahaya.
(e)Disfungsi Seksual
Disfungsi Seksual khususnya impotensi pada laki-laki merupakan salah satu
komplikasi diabetes yang paling ditakuti. Efek neuropati otonom pada fungsi
d)

seksual wanita tidak pernah tercatat dengan jelas.


Ulkus diabetikum
Pada penderita DM sering dijumpai adanya ulkus yang disebut dengan ulkus
diabetikum. Ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM

dengan neuropati perifer. daerah yang sering mendapat tekanan ataupun trauma pada
daerah telapak kaki ulkus berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi
Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga terdapat gula berlebih pada
jaringan yang merupakan medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada
massa jaringan tanduk lemak, pus, serta krusta di atas. Grade ulkus diabetikum yaitu :
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade 1 : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade 2 : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade 3 : terjadi abses
5) Grade 4 : gangren pada kaki, bagian distal
6) Grade 5 : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bagian distal
E. Perbedaan Diabetes Melitus tipe 1 dan 2
DM tipe 1
Mudah terjadi ketoasidosis.
Pengobatan harus dengan insulin.
Onset akut.

DM tipe 2
Tidak mudah terjadi ketoasidosis.
Tidak harus dengan insulin.

Biasanya kurus

Onset lambat.

Biasanya pada umur muda.Berhubungan

Gemuk atau tidak gemuk.

dengan HLA DR3 dan HLA DR4.


Didapatkan islet cell antibody (ICA).
Riwayat keluarga diabetes (+) pada 10%.
30 50 % kembar identik terkena.

Biasanya > 45 tahun.


Tidak berhubungan dengan HLA.
Tidak ada ICA.
Riwayat keluarga (+) pada 30 %.
pada 100% kembar identik terkena.

F. Pencegahan Diabetes Melitus


Pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 terutama ditujukan kepada orang-orang yang memiliki
risiko untuk menderita DM tipe 2. Tujuannya adalah untuk memperlambat timbulnya DM tipe 2,
menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat munculnya
gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM tipe 2 dibedakan menjadi faktor
yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Usaha pencegahan dilakukan
dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik, riwayat anggota keluarga
menderita DM, usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau

riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan rendah,
kurang dari 2,5 kg.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi (> 140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan atau
trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat tinggi gula dan rendah serat. Pencegahan DM juga
harus dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni mereka yang mengalami intoleransi glukosa
(GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi mederita DM tipe 2.
Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah dengan mengubah
gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola makan.
Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup intensif,
pencegahan diabetes paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian,
penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe 2.
Dianjurkan pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks,
mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk mencapai
berat badan ideal.
Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150 menit perminggu, dibagi
3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki resistensi insulin yang terjadi pada pasien
prediabetes, meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal.
Selain olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan memilih
menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar daripada menggunakan mobil, dll.
Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa, dapat memperberat
komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe 2. Oleh karena itu, pasien juga
dianjurkan berhenti merokok.
G. Tatalaksana Pasien Diabetes
Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan kadar glukosa darah
menjadi normal atau mendekati normal, sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada
pasien tersebut. Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup yakni
melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga tercapai berat badan ideal.
Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap tidak mencapai target, maka harus diberikan satu
macam obat hipoglikemik oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. Jika
kadar glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan satu macam OHO lagi
atau ditambahkan suntikan insulin.
Diabetes melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa dikontrol.
Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol peningkatan kadar
glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American Diabetes Association (ADA))
menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana.
Saat ini ADA bahkan telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil dan
dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat badan dan olah raga
sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga
membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30
menit, 3-4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti berkebun,
membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik turun tangga. Yang harus diperhatikan di sini,

untuk pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki komplikasi pada mata atau kaki harus dilakukan
penyesuaian pada aktivitas fisiknya.
Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes yaitu
penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi
karena rokok merusak struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat dianjurkan untuk
berhenti merokok.
Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk mengontrol hasil
pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka yang diharapkan, maka dokter akan
menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa darah
dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien dapat
mencatat hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi. Jika kadar
glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan meminum obat atau insulin,
pasien harus tetap meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis yang telah diberikan oleh
dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.

You might also like