You are on page 1of 54

MODIFIKASI EPOKSI DENGAN SENYAWA ESTER

SEBAGAI ANTIFOULING DARI ASAM OLEAT DAN POLIOL

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


LUTFI RIZKY FAUZI
1112096000020

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/ 1436 H

Lembar Pengesahan
Judul PKL

: Modifikasi Epoksi Dengan Senyawa Ester Sebagai


Antifouling Dari Asam Oleat dan Poliol

Nama

: Lutfi Rizky Fauzi

NIM

: 1112096000020

Program Studi

: Kimia

Fakultas

: Sains dan Teknologi

Universitas

: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Menyetujui,

Menyetujui,

Identitas Mahasiswa
1. Nama

: Lutfi Rizky Fauzi

2. Tempat, tanggal lahir

: Jakarta, 8 Januari 1995

3. Jenis Kelamin

: Laki-Laki

4. NIM

: 1112096000020

5. Universitas

: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


Jakarta

6. Fakultas

: Sains dan Teknologi

7. Program Studi

: Kimia

8. Alamat

: Jl. Bungur I/9 RT.004/01 Keb-Lama Jakarta 12240

9. No. Telepon

: (021)7238294 / 083898971875

Identitas Universitas
1. Nama Universitas

: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


Jakarta

2. Alamat

: Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412

3. Telepon/Faksimile

: (021)7401925 / (021)7402982

4. Rektor Universitas

: Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

5. Dekan FST

: Dr. Agus Salim, M.Si

6. Kaprodi Kimia

: Yusraini Dian Inayati Siregar, M.Si

7. Pembimbing PKL

: Hendrawati, M.Si

Identitas Institusi Penelitian


1. Nama Institusi

: Pusat Penelitian Kimia (P2K) Lembaga Ilmu


Pengetahuan Indonesia, Serpong

2. Alamat

: Kawasan Puspitek, Serpong, Tangerang 15314

3. Telepon/Faksimile

: (021)7560929 / (021)7560549

4. Pembimbing PKL

: Muhammad Ghozali, M.T.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji dan syukur penulis haturkan kehadiran
Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan segala nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapangan ini. Shalawat teriring salam tak lupa pula penulis haturkan kepada Nabi
Besar Rasulullah SAW, yang telah membimbing kita dari zaman yang penuh
dengan kesesatan dan kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu seperti
sekarang ini.
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini memiliki judul Modifikasi Epoksi
Dengan Senyawa Ester Sebagai Antifouling Dari Asam Oleat dan Poliol. PKL
dilaksanakan di Pusat Penelitian Kimia (P2K) Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia Bidang Teknologi Proses dan Katalis. PKL dilaksanakan pada 19 Januari
2015 hingga 19 Februari 2015. Laporan ini disusun berdasarkan data dan
pengamatan yang telah dilakukan selama kegiatan PKL berlangsung. Adapun
laporan ini disusun untuk memenuhi penilaian pada mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh studi Strata I (SI).
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan hingga penyusunan laporan
ini, penulis mendapatkan bantuan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karenanya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Muhammad Ghozali, MT selaku pembimbing I Praktek Kerja Lapangan di
Pusat Penelitian Kimia (P2K) LIPI Serpong

2. Hendrawati, M.Si selaku pembimbing II Praktek Kerja Lapangan di Prodi


Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Yusraini Dian Inayati Siregar, M.Si selaku Kaprodi Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Evi Triwulandari, M.Si yang selalu memberikan saran, masukan, dan
nasihat selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
6. Ibu Yuli, Ibu Yeni, Mas Herlan, dan seluruh staff Puslitkim LIPI yang telah
membimbing saya selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
7. Seluruh dosen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas segala ilmu yang telah diajarkan kepada saya
8. Orang tua yang selalu memberikan dorongan dan motivasi
9. Kawan seperjuangan selama Praktek Kerja Lapangan, Izhar Ibrahim dan M.
Kemilau Ramadhan, serta kawan-kawan yang juga melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan di LIPI
10. Teman-teman Mahasiswa Kimia UIN 2012
11. Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari
kekurangan. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis. Semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua.

vi

Jakarta,

Maret 2015

Penulis

vii

Daftar Isi
Kata Pengantar ............ v
Daftar Isi .. viii
Daftar Tabel .. xii
Daftar Gambar . xiii
Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1


1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat 3

BAB II LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA .. 4


2.1 Sejarah .. 4
2.2 Visi dan Misi 6
2.3 Tugas, Fungsi, dan Motto LIPI 7
2.4 Pusat Penelitian Kimia (P2K) ... 8
2.4.1 Lokasi dan Tata Letak Pusat Penelitian Kimia LIPI .. 9

viii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10


3.1 Coating 10
3.1.1 Bahan Penyusun Coating . 10
3.1.2 Hybrid Coating 11
3.2 Asam Oleat .. 12
3.2.1 Sifat Fisika dan Kimia .. 12
3.3 Poliol ... 13
3.3.1 Gliserol . 14
3.3.2 Polietilen Glikol ... 15
3.4 Epoksi . 15
3.4.1 Diglisidil Eter Bisfenol A 15
3.5 Poliuretan 16
3.5.1 Isosianat ... 17
3.5.2 Dibutiltin DIlaurat (DBTDL) ... 17
3.6 Esterifikasi .. 18
3.7 Fourier Transform Infrared (FTIR) . 18

ix

BAB IV METODE PENELITIAN 20


4.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan ... 20
4.2 Alat dan Bahan 20
4.2.1 Alat ... 20
4.2.2 Bahan ... 20
4.3 Metode Kerja ... 21
4.3.1 Pembentukan Epoksi Termodifikasi 21
4.3.2 Pembentukan Film Coating .. 21
4.3.3 Uji Sampel .... 21
4.3.3.1 Bilangan Asam .. 21
4.3.3.2 Bilangan Ester ... 22
4.3.3.3 Bilangan Isosianat . 22

BAB V PEMBAHASAN .. 23
5.1 Sintesis ETP-Diol 23
5.2 Karakterisasi Diol Monooleat .. 26

BAB V PENUTUP 32
6.1 Kesimpulan . 32
6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA .. 33
LAMPIRAN . 34

xi

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sifat Fisika Asam Oleat 12
Tabel 2 Sifat Kimia Asam Oleat 13
Tabel 3 Hasil Uji Terhadap Sampel ... 26

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gedung Puslitkim LIPI Serpong 8
Gambar 2 Struktur Asam Oleat . 12
Gambar 3 Struktur Gliserol ... 14
Gambar 4 Struktur Polietilen Glikol .. 15
Gambar 5 Struktur Diglisidil Eter Bisfenol A ... 16
Gambar 6 Mekanisme Pembentukan Uretan 16
Gambar 7 Struktur Kimia Tolonat 17
Gambar 8 Struktur Dibutiltin Dilaurat ... 18
Gambar 9 Mekanisme Reaksi Esterifikasi .... 18
Gambar 10 Prinsip Kerja FTIR . 19
Gambar 11 Reaksi Esterifikasi Asam Oleat Dengan Gliserol ... 23
Gambar 12 Ester Dari Gliserol dan Polietilen Glikol 24
Gambar 13 Reaksi Pembentukan ETP Dari Ester Poliol, Epoksi, dan Tolonat 25
Gambar 14 ETP yang Telah Dibuat Menjadi Film 26
Gambar 15 Analisis FTIR Sampel Gliserol ... 29
Gambar 16 Analisis FTIR Sampel Polietilen Glikol 31

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Penentuan Bilangan Asam Sampel Asam Oleat dan Poliol ... 34
LAMPIRAN II Penentuan Bilangan Ester Asam Oleat dan Poliol ... 36
LAMPIRAN III Penentuan Bilangan Isosianat Sampel ETP-Diol 38

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki banyak pulau pada
wilayahnya. Pulau-pulau ini membentang luas dari ujung barat (Sabang) ke ujung
timur (Merauke) dan ujung utara (Pulau We) ke ujung selatan (Pulau Rote).
Diantara pulau-pulau yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
itu terdapat lautan yang luas dan menjadi pemisah antara satu pulau dengan pulau
lainnya. Lautan yang membentang ini seakan menjadi penghalang bagi masyarakat
Indonesia untuk dapat saling berkunjung dan mengenal satu dengan lainnya.
Disamping itu, dengan adanya laut yang memisahkan tiap pulau juga akan
memberikan

dampak

yang

signifikan

disektor

ekonomi,

industri,

dan

pembangunan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, lautan yang membentang
diantara pulau-pulau yang berada di wilayah Indonesia kini bukan lagi menjadi
penghalang. Dengan adanya teknologi transportasi akan semakin mempermudah
hubungan antar pulau. Teknologi transportasi yang banyak digunakan untuk
kegiatan ini adalah kapal laut. Kapal laut banyak digunakan karena tarif yang
dibebankan kepada masyarakat masih dalam jangkauan. Selain itu kapal laut juga
dipilih sebagian orang karena ingin menyaksikan keindahan laut Indonesia yang
terkenal akan keanekaragaman biota lautnya. Namun, penggunaan kapal laut

sebagai moda transportasi bukan tanpa kendala. Keberadaan biota laut seperti
Teritip merupakan masalah yang besar.
Untuk mencegah menempelnya Teritip pada lambung kapal ini, biasanya
dilakukan pelapisan lambung kapal dengan menggunakan cat anti fouling. Cat anti
fouling yang beredar di pasar umumnya terbuat dari logam yang akan memberikan
dampak buruk ke lingkungan. Karenanya, penulis mencoba untuk membuat cat anti
fouling dari bahan yang aman bagi lingkungan. Penulis mencoba untuk membuat
cat dari minyak sawit atau asam oleat dan poliol. Minyak sawit dipilih dengan
harapan untuk memberikan efek licin pada lambung kapal setelah pengaplikasian
cat sehingga Teritip tidak dapat melekat pada lambung kapal. Dengan
menggunakan poliol berupa gliserol dan polietilen glikol, asam oleat ini akan
diubah menjadi ester dan kemudian dijadikan epoksi termodifikasi poliuretan (ETP)
dengan epoksi DGEBA (diglisidil eter bisfenol A) dan tolonat.
Penelitian ini dilakukan untuk mensintesis ETP dari asam oleat dan poliol
yang nantinya akan diaplikasikan sebagai ETP. Karakterisasi dari ETP yang
dihasilkan juga dilakukan untuk mengetahui sifat dari ETP yang dihasilkan dari
penelitian ini. Karakter yang diuji antara lain nilai dari bilangan asam, bilangan
ester, bilangan isosianat, serta analisis dengan menggunakan instrument FTIR.

1.2 Tujuan
1. Memodifikasi ETP dengan menggunakan asam oleat dan poliol yang
berupa gliserol dan polietilen glikol

2. Mengkarakterisasi ETP yang dihasilkan

1.3 Manfaat
1. Memanfaatkan kelimpahan sumber daya alam Indonesia
2. Mengetahui karakter dari ETP yang dihasilkan
3. Mengurangi dampak buruk yang biasa dihasilkan cat antifouling
terhadap lingkungan

BAB II
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
2.1 Sejarah

Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius,
yang mempelajari flora Indonesia dan Rompius dengan karyanya yang terkenal
berjudul Herbarium Amboinese. Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch
Genotschap van Wetenschappen. Dalam tahun 1817, C.G.L. Reinwardt mendirikan
Kebun Raya Indonesia (S'land Plantentuin) di Bogor. Pada tahun 1928 Pemerintah
Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch
Indie.

Kemudian

tahun

1948

diubah

menjadi

Organisatie

voor

Natuurwetenschappelijk onderzoek (Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu


Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA). Badan ini menjalankan tugasnya
hingga tahun 1956.

Pada tahun 1956, melalui UU no. 6 tahun 1956 pemerintah Indonesia


membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok :

1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


2. Memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu
pengetahuan.

Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset


Nasional (DURENAS) dan menempatkan MIPI didalamnya dengan tugas
tambahan : membangun dan mengasuh beberapa Lembaga Riset Nasional. Dan

tahun 1966 pemerintah merubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset


Nasional (LEMRENAS).

Pada bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan LEMRENAS dan MIPI


dengan SK Presiden RI no. 128 tahun 1967, kemudian berdasarkan Keputusan
MPRS no. 18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) dan menampung seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI, dengan
tugas pokok sebagai berikut :

1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar


di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia
pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
2. Mencari kebenaran ilmiah dimana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian
serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945.
3. Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (sejak
1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara Riset dan
Teknologi dengan Keppres no. 179 tahun 1991).

Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional dalam bidang ilmu


pengetahuan dan teknologi, organisasi lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia telah
pula mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu dipandang perlu
untuk mengadakan peninjauan dan penyesuaian tugas pokok dan fungsi serta
susunan organisasi LIPI sesuai dengan tahap dan arah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka Keppres no. 128 tahun 1967, tanggal 23 Agustus

1967 diubah dengan Keppres no. 43 tahun 1985, dan dalam rangka penyempurnaan
lebih lanjut, tanggal 13 Januari 1986 ditetapkan Keppres no. 1 tahun 1986 tentang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan terakhir dengan Keppres no. 103 tahun
2001.

2.2 Visi dan Misi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memiliki visi untuk menjadi lembaga
ilmu pengetahuan berkelas dunia yang mendorong terwujudnya kehidupan bangsa
yang adil, cerdas, kreatif, integratif, dan dinamis yang didukung oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang humanis. Untuk mencapai visi tersebut, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia memiliki misi:
1. Menciptakan great science (ilmu pengetahuan berdampak penting) dan
invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya
saing perekonomian nasional;
2. Mendorong

peningkatan

pemanfaatan

pengetahuan

dalam

proses

penciptaan good governance dalam rangka memantapkan NKRI;


3. Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan
berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan;
4. Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam
pergaulan internasional;
5. Memperkuat infrastruktur kelembagaan (penguatan manajemen dan sistem)

2.3 Tugas, Fungsi, dan Motto LIPI


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memiliki tugas untuk melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Adapun fungsi dari LIPI adalah:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang ilmu pengetahuan
2. Penyelenggaraan riset keilmuan yang bersifat mendasar
3. Penyelenggaraan riset inter dan multi disiplin terfokus
4. Pemantauan, evaluasi kemajuan, dan penelaahan kecenderungan ilmu
pengetahuan dan teknologi
5. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksaan tugas LIPI
6. Pelancaran dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
ilmu pengetahuan
7. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan

umum,

ketatausahaan,

organisasi

dan

tata

laksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah


tangga
LIPI memiliki motto LIPI Baru Pasti yang merupakan akronim dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Being Accountable, Responsible, Utilizing
resources, Professional, Adaptive, Scientific integrity, Teamwork, Innovative.

2.4 Pusat Penelitian Kimia (P2K)


Pusat Penelitian Kimia (P2 Kimia) adalah salah satu lembaga penelitian
pemerintah Indonesia dibawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
yang didirikan pada tahun 1958.Tujuan utama dari Pusat penelitian Kimia-LIPI
adalah untuk melakukan penelitian dan pengembangan di bidang kimia dan
menyebarkan hasilnya kepada publik untuk mendukung pembangunan dan
teknologi untuk masyarakat industri dan ilmiah. Dengan motto Kimia untuk
Kehidupan yang Lebih Baik, Pusat Penelitian (P2) Kimia memiliki komitmen
untuk mencapai reputasi internasional yang kuat serta memberikan kontribusiyang
signifikan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dunia
akademik, masyarakat, industri dan kualitas lingkungan secara global. Sebagai
lembaga penelitian terdepan di Indonesia di bidang ilmu kimia dan teknologi, P2
kimia terus melakukan upaya dalam melakukan penelitian dan pengembangan di
empat area terfokus : (i) Kimia Analitik dan Standar, (ii) Bahan alam, Pangan dan
Farmasi, (iii) Teknologi Proses dan Katalis dan (iv) Teknologi Lingkungan.

Gambar 1 Gedung Puslitkim LIPI Serpong

2.4.1 Lokasi dan Tata Letak Pusat Penelitian Kimia LIPI


Pusat Penelitian Kimia-LIPI berlokasi di dua tempat yaitu di Bandung dan
Serpong. Pusat Penelitian Kimia-LIPI Serpong berada dikawasan perkantoran
Puspiptek. Puspiptek atau Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
terletak di kota Serpong suatu kota satelit 27 km sebelah barat daya Jakarta di
atas lahan seluas 500 Ha dan berkaitan dengan pengembangan daerah sekitarnya
yaitu seluas 350 Ha, sehingga akan menjadi pusat Teknologi Indonesia seluas 1000
Ha.Gedung Pusat Penelitian Kimia-LIPI, Serpong terdiri dari dua lantai dimana
pada setiap lantainya terdapat laboratorium, ruang kerja, mushola, kamar mandi dan
sarana dan prasarana lainnya. Pusat Penelitian Kimia-LIPI, Serpong memiliki
beberapa laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan modern mendukung
analisa kimia dan proses.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Coating
Coating adalah suatu material yang menutupi atau melapisi permukaan dari
material lain yang biasa disebut dengan substrat. Biasanya coating dilakukan
terhadap suatu material untuk meningkatkan nilai estetika, meningkatkan daya
tahan material, atau bahkan keduanya. Lapisan yang digunakan untuk melapisi
suatu material ini dapat menutupi seluruh permukaan material atau hanya sebagian
permukaan material. Contoh dari coating ini adalah cat. (Marpaung, 2014)
3.1.1 Bahan Penyusun Coating
Sifat yang dihasilkan dari suatu coating biasanya dipengaruhi oleh
komposisi dari coating itu sendiri. Bahan penyusun coating terdiri dari 4 macam,
yakni:
a) Pengikat/binder
Binder/pengikat berfungsi sebagai pengikat antar komponen dari suatu
coating dan juga untuk mengikat coating dengan substrat. Salah satu hal yang harus
diperhatikan untuk memilih binder ini adalah viskositas, karena suatu coating harus
memiliki viskositas yang cukup rendah untuk bisa digunakan dengan peralatan
sederhana dan viskositasnya cukup tinggi untuk mencegah coating yang digunakan
menetes. Contoh dari binder ini antara lain epoksi, resin, dan uretan
b) Pewarna/pigmen

10

Pewarna/pigmen

berguna

untuk

memberi

warna

pada

coating/

meningkatkan nilai estetika dari coating yang dihasilkan.


c) Solvent/pelarut
Penggunaan solvent berguna untuk melarutkan zat pengikat/binder dan juga
memodifikasi viskositas coating. Pemilihan solvent harus memperhatikan
kepolaran dari komponen coating dan juga laju penguapan. Kepolaran solvent akan
memengaruhi kelarutan komponen coating lainnya mengikuti prinsip like dissolve
like, sedangkan laju penguapan akan memengaruhi sifat dari coating. Ini
disebabkan jika pelarut menguap terlalu cepat, coating yang dihasilkan tidak akan
memiliki lapisan yang halus secara kontinyu.
d) Aditif
Aditif yang ditambahkan pada coating akan meningkatkan sifat dari coating
yang dihasilkan tergantung dari jenis aditif yang ditambahkan. Contoh dari aditif
ini antara lain plastisizer, preservative, dan defoamers.
3.1.2 Hybrid coating
Hybrid coating adalah coating yang terbuat dari 2 atau lebih senyawa yang
berbeda. Biasanya hybrid coating dibuat dari campuran senyawa organik dengan
senyawa anorganik. Dibandingkan dengan coating biasa, hybrid coating memiliki
kelebihan pada kemampuan coating yang dihasilkan. Ini disebabkan penggunaan 2
atau lebih komponen berbeda yang mana tiap komponen memiliki keunggulan
masing-masing, sehingga akan mempengaruhi pada coating yang dihasilkan.

11

3.2 Asam Oleat


Asam oleat (cis-9-octadecenoic acid) adalah asam lemak tidak jenuh yang
banyak ditemukan pada berbagai macam sumber hewani dan nabati. Nama oleat
berasal dari kata olein yang berarti olive/zaitun karena banyak ditemukan pada
minyak zaitun. Asam oleat termasuk dalam monosaturated fatty acid, dengan
terdapatnya ikatan rangkap pada karbon nomor 9 dan 10 dengan konformasi cis.

Gambar 2 Struktur Asam Oleat

3.2.1 Sifat Fisika dan Kimia


Asam oleat dengan rumus kimia C18H34O2 merupakan senyawa yang
berbentuk cairan dengan warna kuning sampai merah, bahkan dapat berwarna putih
bila memiliki kemurnian yang sangat tinggi. Adapun sifat fisika dan kimia dari
asam oleat akan dijelaskan pada tabel berikut
Nama Trivial

cis-9-octadecenoic acid

Rumus Kimia

C18H34O2
Tidak larut dalam air, larut

Kelarutan

dalam alkohol, eter, dan


beberapa pelarut organic

Titik Leleh

13-14oC

12

Titik Didih

360oC (760 mmHg)

Massa Molar

282,4614 g/mol

Densitas

0,895 g/ml

Viskositas mPa.s (oC)

27,64 (25); 4,85 (90)

Panas Spesifik J/g (oC)

2,046 (50)

Tabel 1 Sifat Fisika Asam Oleat

Karsinogenisitas

Batas Eksplosivitas

LEL: 3,3%; UEL: 19%

Stabilitas

Stabil

Reaktif Terhadap

Kelembaban, Logam Alkali,


Amonia, Agen Pengoksidasi,
Peroksida

Produk Sampingan yang

Karbon Dioksida, Karbon

Berbahaya

Monoksida

Polimerisasi Berbahaya

Tabel 2 Sifat Kimia Asam Oleat

3.3 Poliol
Poliol adalah suatu alkohol yang mempunyai 2 atau lebih gugus hidroksil (OH). Di dalam kimia polimer, gugus hidroksil ini dapat digunakan untuk
melakukan reaksi organik. Poliol yang digunakan untuk polimer biasanya
digunakan untuk membentuk polimer lainnya. Poliol ini biasanya berupa polieter

13

ataupun poliester. Poliol berbentuk polieter dapat diperoleh melalui reaksi dari
epoksi dengan inisiator multifungsi yang terdapat pada katalis, dan poliol berjenis
poliester dibuat dari melalui step growth polymerization antara diol dengan asam
dikarboksilat.
3.3.1 Gliserol
Gliserol adalah senyawa alkohol yang memiliki 3 gugus hidroksil. Memiliki
nama trivial 1,2,3-propanadiol, senyawa ini tidak berwarna, berwujud cair, kental,
dan berasa manis. Gliserol banyak digunakan pada kosmetik, resin, industri
makanan, dan lain sebagainya.

Gambar 3 Struktur Gliserol

3.3.2 Polietilen Glikol


Polietilen glikol (PEG) adalah polimer sintetik yang terbuat dari oksietilen
dengan rumus senyawa H(OCH2CH2)nCH2OH dimana n adalah jumlah dari gugus
oksietilen. PEG memiliki bobot molekul beragam, yakni berkisar 200-300000. PEG

14

mudah larut dalam air hangat, tidak berbau, tidak berwarna, tidak beracun, dan
memiliki titik lebur yang tinggi (580OF)

Gambar 4 Struktur Polietilen Glikol

3.4 Epoksi
Epoksi adalah suatu kopolimer yang terbentuk dari dua bahan kimia yang
berbeda. Epoksi biasanya terbuat dari epiklorohidrin dan bisfenol A. Epoksi dapat
direaksikan dengan epoksi lainnya melalui reaksi homopolimerisasi katalitik
maupun dengan senyawa lainnya seperti amina, asam anhidrat, fenol, tiol, dan
alkohol. Epoksi banyak digunakan pada industri seperti cat, perekat, dan komposit.
3.4.1 Diglisidil eter bisfenol A
Diglisidil eter bisfenol A (DGEBA) adalah salah satu jenis epoksi yang
paling sederhana. DGEBA berwujud cair, memiliki warna kekuningan, dan
viskositas berkisar 5-15 Pa.s pada 25oc. DGEBA diperoleh dengan cara
mereaksikan 2 mol epiklorohidrin dengan 1 mol bisfenol A. DGEBA memiliki
gugus hidroksil pada rantainya, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi cross
linking dengan isosianat.

15

Gambar 5 Struktur Diglisidil Eter Bisfenol A

3.5 Poliuretan
Poliuretan adalah polimer yang terbuat dari suatu unit rantai organik yang
terhubung oleh ikatan karbamat(uretan). Poliuretan terbentuk dari reaksi antara
isosianat dengan poliol yang mana keduanya mengandung 2 atau lebih gugus
fungsional. Beberapa kegunaan poliuretan adalah untuk busa fleksibel, panel
isolator, pelapis, dan perekat.
Poliuretan dibuat dari isosianat yang mengandung 2 atau lebih gugus
isosianat (R-NCO) dan poliol yang mengandung 2 atau lebih gugus hidroksil (HOR-OH) dengan bantuan katalis. Sifat dari poliuretan yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh isosianat dan poliol yang digunakan. Isosianat akan bereaksi
dengan senyawa yang memiliki hidrogen aktif dan menghasilkan polimer yang
memiliki ikatan uretan(-RNHCOOR-).

Gambar 6 Mekanisme Pembentukan Uretan

16

3.5.1 Isosianat
Isosianat adalah salah satu komponen penyusun poliuretan. Isosianat ini
memiliki gugus (-N=C=O) yang akan berikatan dengan gugus hidroksil dari poliol
ataupun epoksi. Isosianat diklasifikasikan sebagai isosianat aromatik dan isosianat
alifatik. Dibandingkan dengan isosianat alifatik, isosianat aromatik memiliki
keunggulan yakni reaktivitas yang lebih tinggi. Salah satu jenis isosianat adalah
tolonat.

Gambar 7 Struktur Kimia Tolonat

3.5.2 Dibutiltin Dilaurat (DBTDL)


Dibutiltin dilaurat (DBTDL) adalah senyawa organologam yang digunakan
sebagai katalis pada reaksi pembentukan poliuretan. Katalis ini digunakan pada
reaksi pembentukan poliuretan karena memiliki beberapa keunggulan, yakni
memiliki efek yang sangat kuat pada pembentukan poliuretan tetapi sangan lemah
pada reaksi antara isosianat dengan air.

17

Gambar 8 Struktur Dibutiltin Dilaurat

3.6 Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi pengubahan suatu asam karboksilat dan alkohol
menjadi suatu ester, biasanya menggunakan katalis asam atau biasa disebut
esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang memiliki gugus COOR
dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Reaksi esterifikasi dapat bersifat balik
(reversible).

Gambar 9 Mekanisme Reaksi Esterifikasi

3.7 Fourier Transform Infrared (FTIR)


Fourier Transform Infrared (FTIR) adalah instrumen yang digunakan untuk
menganalisa senyawa kimia dari suatu sampel. Instrumen ini dapat memberikan

18

gambaran dan struktur molekul dari senyawa tersebut dengan mengukur absorpsi
radiasi, refleksi, atau emisi di daerah spektrum infra merah.

Gambar 10 Prinsip Kerja FTIR

FTIR terdiri dari 5 komponen utama, yakni:


1. Sumber cahaya, terbuat dari filament Nerst atau globar yang dipanaskan
dengan listrik pada suhu 1000-1800oC
2. Beam splitter, material transparan dengan indeks relatif, sehingga
menghasilkan 50% radiasi akan direfleksikan dan 50% radiasi akan
diteruskan
3. Interferometer, bagian utama dari FTIR yang berfungsi untuk interferogram
yang akan diteruskan ke detector
4. Daerah cuplikan, dimana berkas acuan dan cuplikan masuk kedalam daerah
cuplikan dan masing-masing menembus sel acuan dan cuplikan secara
bersesuaian
5. Detektor, piranti yang mengukur energi pancaran yang lewat akibat panas
yang dihasilkan, biasanya termokopel dan balometer

19

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Praktik Kerja Lapangan


Praktik kerja lapangan dilakukan di Pusat Penelitian Kimia (P2K) Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia di Laboratorium Makromolekul yang terletak di Komplek
Puspitek, Serpong, Tangerang pada tanggal 20 Januari 2015 sampai 20 Februari
2015

4.2 Alat dan Bahan


4.2.1 Alat
Alat yang dipergunakan untuk penelitian antara lain labu leher tiga,
Erlenmeyer, evaporator, buret, statif, batang pengaduk, magnetic stirrer, penanggas
air, termometer, papan pencetak, gelas beker, oven
4.2.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan untuk penelitian antara lain asam oleat; gliserol;
polietilen glikol; tolonat HDT; epoksi (Diglisidil eter bisfenol A); versamida; asam
sulfat; natrium hidroksida; dibutiltin dilaurat; etanol 96%; KOH dalam etanol 0,1
N dan 0,5 N; indikator PP; HCl 0,1 N dan 0,5 N; indikator MO; Dibutilamina 0,01
N; toluen; 2-propanol.

20

4.3 Metode Kerja


4.3.1 Pembentukan epoksi termodifikasi
Diambil asam oleat dan diol dengan perbandingan 1:1 dan ditambahkan
katalis asam/basa sebanyak 1% dari berat total yang mana pada sampel gliserol
digunakan katalis asam berupa H2SO4 dan pada sampel polietilen glikol digunakan
katalis basa berupa NaOH. Campuran lalu dipanaskan dengan penanggas air pada
suhu 180oC selama 2,5 jam sambal diaduk. Kemudian ester dicuci hingga mencapai
pH 7 lalu dipisahkan dari pelarutnya dengan evaporator. Ester yang sudah terpisah
dengan pelarutnya lalu ditambahkan dengan epoksi dan tolonat HDT dengan
perbandingan 1:10:1 dalam perbandingan massa dan diaduk selama 30 menit.
Sampel yang sudah jadi, baik ester maupun epoksi termodifikasi dianalisis dengan
menggunakan FTIR.
4.3.2 Pembentukan film coating
Epoksi termodifikasi yang sudah terbentuk ditambahkan versamida dengan
perbandingan 2:1 dalam perbandingan massa dan kemudian dicetak diatas papan
cetak. Epoksi yang telah dicetak didiamkan selama 1 malam hingga mengering.
4.3.3 Uji Sampel
4.3.3.1 Bilangan asam
Sebanyak 1 gram ester ditambahkan 25mL etanol 96% dan dipanaskan
hingga hampir mendidih. Kemudian ditambahkan beberapa tetes indikator PP dan

21

dititrasi dengan KOH-etanol 0,1 N hingga berwarna merah muda dengan berprinsip
pada titrasi asam basa dan dengan tujuan didapatkan range pH sekitar 7.
4.3.3.2 Bilangan ester
Sebanyak 4 gram ester ditambahkan 5mL etanol 96% dan beberapa tetes
indikator PP lalu dititrasi dengan menggunakan KOH-etanol 0,1 N hingga berwarna
merah muda, yakni pada pH sekitar 7 yang mana berprinsip dari titrasi asam basa.
Kemudian sampel ditambahkan 25mL KOH-etanol 0,5 N dan direfluks selama 1
jam. Sampel lalu dititrasi dengan menggunakan HCl 0,5 N dalam pelarut air hingga
warnanya hilang.
4.3.3.3 Bilangan isosianat
Sebanyak 0,5 gram epoksi termodifikasi ditambahkan 12,5mL dibutilamina
0,01 N dalam piridin dan 12,5mL toluen lalu diaduk dengan menggunakan
magnetic stirrer selama 15 menit. Kemudian sampel ditambahkan 50mL 2propanol dan beberapa tetes indikator MO dan dititrasi dengan HCl 0,1 N dalam
piridin hingga berwarna kuning.

22

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Sintesis ETP-Diol
Sintesis epoksi termodifikasi poliuretan dari diol diawali dengan melakukan
reaksi esterifikasi antara diol/poliol dengan asam oleat hingga didapatkan hasil
gliserol mono oleat (GMO) untuk sampel gliserol dan polietilen glikol mono oleat
(PEGMO) untuk sampel polietilen glikol. Reaksi esterifikasi ini dilakukan dengan
perbandingan 1:1 dalam perbandingan mol. Hal ini dimaksudkan agar salah satu
gugus OH pada diol bereaksi dengan asam oleat membentuk ester dan gugus OH
lainnya tetap ada (tidak ikut bereaksi). Sehingga gugus OH yang masih tersisa dapat
bereaksi dengan gugus isosianat pada tolonat untuk membentuk poliuretan.

Gambar 11 Reaksi Esterifikasi Asam Oleat Dengan Poliol

Reaksi esterifikasi ini berlangsung dengan bantuan katalis, baik asam


maupun basa. Pemilihan katalis yang digunakan akan menghasilkan konformasi
yang berbeda dari ester yang dihasilkan. Dengan menggunakan katalis asam akan
dihasilkan ester dengan konformasi cis sedangkan dengan katalis basa akan
dihasilkan ester dengan konformasi trans. Selain itu penggunaan katalis akan
memengaruhi pH ester yang dihasilkan. Dengan katalis asam pH ester yang

23

dihasilkan rendah sehingga diperlukan pencucian, baik dengan air maupun garam,
agar pHnya normal sedangkan dengan katalis basa pencucian tidak perlu dilakukan
karena pH ester berada dikisaran normal.
Pada reaksi esterifikasi ini untuk pembuatan ester dan polietilen glikol
digunakan jenis katalis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dari kedua
sampel dengan katalis yang berbeda terdapat perbedaan yang cukup mencolok dari
ester yang dihasilkan. Ester dari gliserol yang direaksikan dengan bantuan dari
katalis asam menghasilkan ester dengan warna kehitaman, sedangkan ester dari
polietilen glikol yang direaksikan dengan bantuan dari katalis basa menghasilkan
ester dengan warna yang lebih terang (oranye). Perbedaan warna ini disebabkan
oleh reaksi yang disebabkan dari katalis asam.
Reaksi esterifikasi ini, baik untuk gliserol maupun polietilen glikol
menggunakan kondisi yang sama yakni pada suhu 180oC selama 2,5 jam. Selama
reaksi esterifikasi berlangsung, sampel juga mengalami pengadukan agar reaksi
berlangsung merata.

Gambar 12 Ester Dari Gliserol (A) dan Polietilen Glikol (B)

24

Setelah ester selesai dibuat ester kemudian ester direaksikan dengan epoksi
dan tolonat agar dihasilkan ETP. Epoksi yang digunakan berupa diglisidil eter
bisfenol a dan tolonat HDT atau isosianida.
Pada reaksi ini digunakan ester, tolonat, dan epoksi dengan perbandingan
1:1:10 dengan perbandingan massa. Reaksi dari ester, tolonat, dan epoksi ini
berlangsung pada suhu 50 oC selama 30 menit. Pada reaksi ini digunakan katalis
dibutiltin dilaurat (dbtl) sebanyak 0,1% dari berat total campuran. Katalis dbtl ini
digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan reaktivitas kimia antara pengikat

Gambar 13 Reaksi Pembentukan ETP Dari Ester Poliol, Epoksi, dan Tolonat
(Evi Triwulandari dan Muhammad Ghozali, 2013)

25

dengan isosianat yang terdapat pada tolonat. Selain itu dengan penggunaan katalis
dbtl ini dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan ETP yang
telah jadi. (Marpaung,2014).
ETP dari diol yang telah didapat dari reaksi sebelumnya lalu dibuat lapisan
film tipis dari ETP. Pembuatan lapisan film dari ETP-diol ini dilakukan dengan
penambahan versamide dengan perbandingan antara ETP dengan versamide 2:1
dalam perbandingan massa. Campuran diaduk dengan menggunakan batang
pengaduk selama 15 menit hingga tercampur merata. Pengadukan dilakukan terus
menerus/tanpa jeda karena campuran dari ETP-diol dan versamide mudah
mengeras di ruang terbuka. Setelah pengadukan selesai sampel lalu dicetak pada
papan cetak dengan menggunakan coating applicator dan didiamkan selama 1
malam.

Gambar 14 ETP yang Telah Dibuat Menjadi Film Dari Polietilen Glikol (A) dan Gliserol (B)

5.2 Karakterisasi Diol Monooleat


Karakterisasi
Bilangan Asam (

Gliserol

) 12,443 (94,04%)
121,412

Bilangan Ester
Bilangan Isosianat

Polietilen Glikol
37,33 (82,11%)
70,612

25,705 (18,69%) 19,295 (38,97%)

Tabel 3 Hasil Uji Terhadap Sampel

26

Setelah didapatkan ester dan ETP dari diol dan asam oleat, dilakukan
analisis terhadap ester maupun ETP. Analisis terhadap sampel dilakukan baik
secara konvensional maupun instrumentasi. Analisis secara konvensional dilakukan
pengujian bilangan asam dan bilangan ester untuk ester dari diol serta pengujian
bilangan isosianat untuk ETP.
Analisis bilangan asam dilakukan untuk mengetahui banyaknya asam lemak
bebas yang terdapat pada sampel ester. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa banyak asam lemak bebas yang bereaksi selama proses esterifikasi. Hasil
yang didapat akan berpengaruh pada saat pembuatan ETP. Hal yang menjadi
indikator pada analisis ini adalah seberapa besar konversi nilai bilangan asam dari
sampel asam oleat setelah berubah menjadi ester.
Hasil dari analisis bilangan asam sampel ester hasil dari esterifikasi
didapatkan hasil konversi yang besar. Sampel asam oleat diketahui memiliki nilai
bilangan asam sebesar 208,718. Sampel gliserol monooleat/GMO (hasil esterifikasi
asam oleat dengan gliserol) memiliki hasil konversi yang besar. Nilai bilangan asam
dari GMO didapat sebesar 12,443 dengan nilai konversi dari asam oleat mencapai
94,04%. Hasil yang cukup jauh berbeda juga didapatkan untuk sampel polietilen
glikol monooleat/PEGMO (hasil dari esterifikasi polietilen glikol dengan asam
oleat). Nilai bilangan asam yang didapat untuk sampel PEGMO sebesar 37,33
dengan nilai konversi dari asam oleat sebesar 82,11%.
Hasil kurang maksimal yang didapat dari uji bilangan asam untuk sampel
PEGMO dikarenakan pemilihan katalis yang kurang tepat dan kondisi yang kurang

27

tepat. Selain itu waktu dari reaksi juga memengaruhi jumlah produk samping yang
dihasilkan.Waktu reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi metil ester yang
dihasilkan. (Arbianti,2008).
Ester dari poliol selain diuji bilangan asamnya juga diuji nilai bilangan
esternya. Nilai bilangan ester ini menunjukkan jumlah ester yang terbentuk setelah
proses esterifikasi berlangsung. Dari nilai bilangan ester kita dapat mengetahui
jumlah ester yang terbentuk dari proses esterifikasi. Ester yang didapat ini akan
memengaruhi reaksi pembentukan ETP saat direaksikan dengan epoksi dan tolonat.
Hasil pengujian bilangan ester didapatkan kedua sampel yang digunakan
memiliki bilangan ester yang cukup besar. Ini menandakan bahwa sampel telah
berubah menjadi ester. Nilai dari bilangan ester kedua sampel didapatkan untuk
sampel gliserol memiliki nilai bilangan ester 121,412 dan sampel polietilen glikol
memiliki nilai bilangan ester 70,612.
Selain pengujian pada sampel ester pengujian juga dilakukan pada sampel
ETP. Pada sampel ETP dilakukan pengujian bilangan isosianat. Uji bilangan
isosianat ini dilakukan untuk mengetahui jumlah isosianat (N-C=O) yang bereaksi
saat pembuatan ETP. Bilangan isosianat ini menunjukkan persen isosianat yang
telah diubah menjadi uretan. Semakin banyak isosianat yang diubah menjadi uretan,
semakin baik kualitas ETP yang dihasilkan. Isosianat yang digunakan pada proses
ini adalah tolonat HDT yang memiliki persen isosianat sebesar 31,6155%.
Hasil dari pengujian bilangan isosianat yang didapatkan terhadap kedua
sampel menunjukkan nilai konversi yang kecil. Pada sampel polietilen glikol

28

didapatkan nilai bilangan isosianat setelah proses sebesar 19,295% dengan nilai
konversi dari tolonat sebesar 38,97%. Adapun hasil yang didapat pada sampel
gliserol lebih kecil dari sampel polietilen glikol. Nilai bilangan isosianat pada
sampel gliserol sebesar 25,705% dengan nilai konversi hanya 18,69%. Kondisi
reaksi yang digunakan pada proses adalah pada kondisi optimum menurut (Evi dan
Ghozali. 2014), yakni pada suhu 50oC dengan pengadukan pada 200 rpm selama 30
menit. Kecilnya nilai konversi dari isosianat yang dihasilkan disebabkan dari rasio
antara epoksi, tolonat, dan ester yang digunakan untuk melakukan reaksi
pembentukan ETP.
Analisis terhadap kedua sampel uji juga dilakukan secara instrumentasi
dengan menggunakan FTIR. FTIR digunakan untuk mengetahui perubahan
terhadap gugus fungsi senyawa sebelum dan setelah reaksi dilakukan. Perubahan
gugus fungsi ini dapat diketahui dari spektrum puncak serapan inframerah sampel
asam oleat, ester diol, dan ETP-diol.
as am oleat
es t er glis erol
glis erol epok s i

%T

4000
3500
gliserol epoksi

3000

2500

2000

1750

1500

1250

1000

750

500
1/cm

Gambar 15 Spektrum FTIR: (a) Asam Oleat; (b) GMO; dan (c) ETP GMO

29

Asam oleat memiliki gugus karbonil pada rantainya. Gugus ini akan muncul
pada spektrum 1690-1725cm-1. Sampel gliserol dan polietilen glikol setelah
mengalami proses esterifikasi akan memiliki gugus ester yang muncul pada
spektrum 1100-1200cm-1. Dari spektrum yang muncul diketahui reaksi esterifikasi
telah berlangsung. Ini dibuktikan dengan munculnya puncak pada sampel gliserol
yang berada pada spektrum 1168,86cm-1 dan sampel polietilen glikol yang berada
pada 1116,78cm-1 dan 1182,36cm-1. Gugus karbonil keduanya juga mengalami
pergeseran dari yang sebelumnya berada pada 1708,93cm-1 pada asam oleat ke
1730-1740cm-1 yang mana merupakan daerah serapan karbonil untuk senyawa
ester. Adapun gugus hidroksil pada ester dari kedua sampel tetap muncul pada
spektrum pada 3200-3500cm-1. Hal ini dikarenakan poliol dan asam oleat yang
direaksikan memiliki perbandingan 1:1 sehingga hanya satu gugus hidroksil dari
poliol yang bereaksi.

30

Perubahan pada spektrum inframerah juga terjadi pada ETP-diol kedua


sampel. Pada spektrum ETP-diol muncul puncak pada range 1680-1730cm-1 yang
menunjukkan terbentuknya gugus karbonil yang berasal dari uretan (-NH-C=O).
Perubahan juga terjadi pada gugus hidroksil yang mengalami pergeseran ke
3300cm-1 yang menunjukkan bahwa gugus hidroksil ini berasal dari poliol, bukan
dari epoksi. Pada spektrum juga ditemukan puncak pada range sekitar 2270cm-1
yang mana berasal dari isosianat yang terdapat pada tolonat. Munculnya puncak ini
disebabkan masih adanya gugus isosianat (N=CO) yang terdapat pada ETP yang
dihasilkan yang disebabkan oleh konversi yang kecil dari isosianat menjadi uretan.
asam oleat
PEG MO
Epoxy PEG campuran

%T

4000
3500
3000
Epoxy PEG campuran

2500

2000

1750

1500

1250

1000

750

500
1/cm

Gambar 16 Spektrum FTIR: (a) Asam Oleat; (b) PEGMO; dan (c) ETP PEGMO

31

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan:
1) ETP dapat dimodifikasi dengan menggunakan asam oleat dan poliol
2) Karakterisasi dari ETP yang dihasilkan:
a) Sampel gliserol memiliki nilai bilangan asam 12,443; bilangan ester
121,412; dan bilangan isosianat 25,705
b) Sampel polietilen glikol memiliki nilai bilangan asam 37,33; bilangan
ester 70,612; dan bilangan isosianat 19,295
c) Hasil FTIR menunjukkan bahwa telah terbentuk ETP dengan
munculnya peak pada range sekitar 2270cm-1

6.2 Saran
Disarankan untuk mencari rasio perbandingan dari epoksi, ester, dan tolonat
agar reaksi pembentukan ETP agar hasil yang didapat lebih maksimal. Selain itu
juga disarankan untuk melakukan uji fisik terhadap sampel ETP yang dihasilkan

32

Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Antifouling Agents. http://ilmucat.blog.com/antifouling-agents/.
Arbianti, Rita. 2008. Pemanfaatan Biji Wijen Sebagai Sumber Enzim Lipase Untuk
Reaksi Esterifikasi Gliserol-Asam Laurat Pada Pembuatan Agen Pengemulsi.
Jakarta: Universitas Indonesia
Din, A.T. Mohd, M.A. Ahmad, dan B.H. Hameed. 2015. Ordered Mesoporous
Carbon Originated From Non-Edible Polyethylene Glycol 400 (PEG 400) for
Chloramphenicol Antibiotic Recovery From Liquid Phase. Chemical
Engineering Journal 260: 730-739
Handayani, Aniek S, Sidik Marsudi, M Nasikin, dan M Sudibandriyo. 2006. Reaksi
Esterifikasi Asam Oleat dan Gliserol Menggunakan Katalis Asam. Jurnal
Sains Materi: Edisi khusus hal.102-105
Harjono, Purwantiningsih Sugita, dan Zainal Alim Masus. 2012. Synthesis and
Application Jatropha Oil Based Polyurethane as Paint Coating Material.
Makara Journal of Science Vol.16: 134-140
Marpaung, Parulian Leonard. 2014. Penelitian Efektivitas Penambahan Katalis
Dibutyltin Dilaurate (DBTDL) Pada Aplikasi Cat Acrylic Berbasis Solvent.
http://p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/34b00-hal-32-39.pdf. 16
Februari 2015
Nasution, Unita Sukma Zuliani. 2012. Karakteristik Hidrofobik Lapisan TiCl4 Pada
Kaca Yang Ditimbulkan Dengan Metode Sol-Gel Dip Coating. Tesis. Tidak
Dipublikasikan. Medan: Unimed
Putra, Muammar. 2013. Coating Adalah Sebuah Penutup Yang Diterapkan Pada
Suatu
Permukaan
Benda.
https://www.academia.edu/5429453/Coating_adalah_sebuah_penutup_yang
_diterapkan_pada_permukaan_suatu_benda. 20 Februari 2015
Risnoyatiningsih, Sri. 2010. Biodiesel From Avocado Seeds By Transesterification
Process. Jurnal Teknik Kimia: Vol.5, No.1
Sinaga, Mersi Suriani. 2007. Pengaruh Katalis H2SO4 pada Reaksi Epoksidasi
Metil Ester PFAD (Palm Fatty Acid Distillate). Jurnal Teknologi Proses:
Vol.6, No.1 hal.70-74
Triwulandari, Evi, dan Muhammad Ghazali. 2013. Pembuatan Epoksi
Termodifikasi Poliuretan Dari Poliol Akrilik Dengan Variasi Suhu dan
Komposisi Poliuretan. Jurnal Sains Materi: Vo.14, No. 2 hal.120-124
Triwulandari, Evi. 2012. Studi Polimerisasi Antarmuka Terhadapi Distribusi
Ukuran Partikel Mikrokapsul Poliuretan Berbasis Gliserol. Tesis. Tidak
dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia

33

LAMPIRAN I PENENTUAN BILANGAN ASAM SAMPEL ASAM OLEAT


DAN POLIOL
Sampel

Nilai Bilangan Asam Persen Konversi

Asam Oleat

208,718

Gliserol

12,443

94,04%

Polietilen Glikol

37,33

82,11%

Perhitungan
Gliserol : wsampel

= 1 gram

NKOH-EtOH

= 0,0837 N

Av Oleat

= 208,718

Mr KOH

= 56,1 gram mol-1

1 =

2,7 0,0837 56,1 /

2 =

2,6 0,0837 56,1 /

= 12,678

= 12,208

12,678+12,208

=
= 12,443
2

% =

% =

)
(

100%

( 208,71812,443 )
208,718

100% = 94,04%

34

Polietilen Glikol : wsampel

= 1 gram

NKOH-EtOH = 0,0837 N

1 =
1 =

Av Oleat

= 208,718

Mr KOH

= 56,1 gram mol-1

8,2 0,0837 56,1 /


1

7,7 0,0837 56,1


1

= 38,504

= 36,156

38,504 +36,156

=
= 37,33
2

% =

( 208,718 37,33 )
208,718

100% = 82,11%

35

LAMPIRAN II PENENTUAN BILANGAN ESTER ASAM OLEAT DAN


POLIOL
Sampel

Nilai Bilangan Ester

Asam Oleat
Gliserol

121,412

Polietilen Glikol

70.612

Perhitungan
Gliserol : Vblanko

: 20,75 ml

NHCl

: 0,7245 N

WSampel

: 4 Gram

Mr KOH

: 56,1 gram mol-1

V1

: 9,4 ml

V2

: 8,2 ml

( )

1 =

( 20,75 9,4 ) 07245 , 56,1


= 115,316
4

2 =

( 20,75 8,2 ) 07245 , 56,1


= 127,508
4

36

115,316 + 127,508
= 121,412
2

Polietilen Glikol : Vblanko

: 20,75 ml

NHCl

: 0,7245 N

WSampel

: 4 gram

Mr KOH : 56,1 gram mol-1


V1

: 13,5 ml

V2

: 14,1 ml

1 =

( 20,75 13,5 ) 07245 , 56,1


= 73,66
4

2 =

( 20,75 14,1 ) 07245 , 56,1


= 67,564
4

73,66 + 67,564
= 70,612
2

37

LAMPIRAN III PENENTUAN BILANGAN ISOSIANAT SAMPEL ETP-DIOL


Sampel

Nilai Bilangan Isosianat Persen Konversi

Tolonat HDT

31,6155%

ETP Gliserol

25,705%

38,97%

ETP Polietilen Glikol

19,295%

18,69%

Perhitungan
ETP Gliserol : Vblanko

: 17,95 ml

NHCl

: 0,1073 N

W1

: 0,0493 gr

W2

: 0,0471 gr

( ) 0,042

1 =

( 17,9515,1 ) 0,1073 0,042

2 =

( 17,9515,3 ) 0,1073 0,042

0,0493

0,0471

26,05%+25,36%
2

% =

% =

= 26,05%

= 25,36%

= 25,705%

(
)

100%

(31,6155% 25,705% )
31,6155%

100% = 18,69%

38

ETP Polietilen Glikol : Vblanko


NHCl

= 0,1073 N

W1

= 0,052 gram

W2

= 0,053 gram

1 =

( 17,9515,9 ) 0,1073 0,042

1 =

( 17,9515,5 ) 0,1073 0,042

0,052

0,053

17,76%+20,83%
2

% =

= 17,95 ml

= 17,76%

= 20,83%

= 19,295%

(31,6155% 19,295% )
31,6155%

100% = 38,97%

39

You might also like