Professional Documents
Culture Documents
Lembar Pengesahan
Judul PKL
Nama
NIM
: 1112096000020
Program Studi
: Kimia
Fakultas
Universitas
Menyetujui,
Identitas Mahasiswa
1. Nama
3. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
4. NIM
: 1112096000020
5. Universitas
6. Fakultas
7. Program Studi
: Kimia
8. Alamat
9. No. Telepon
: (021)7238294 / 083898971875
Identitas Universitas
1. Nama Universitas
2. Alamat
3. Telepon/Faksimile
: (021)7401925 / (021)7402982
4. Rektor Universitas
5. Dekan FST
6. Kaprodi Kimia
7. Pembimbing PKL
: Hendrawati, M.Si
2. Alamat
3. Telepon/Faksimile
: (021)7560929 / (021)7560549
4. Pembimbing PKL
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji dan syukur penulis haturkan kehadiran
Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan segala nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapangan ini. Shalawat teriring salam tak lupa pula penulis haturkan kepada Nabi
Besar Rasulullah SAW, yang telah membimbing kita dari zaman yang penuh
dengan kesesatan dan kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu seperti
sekarang ini.
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini memiliki judul Modifikasi Epoksi
Dengan Senyawa Ester Sebagai Antifouling Dari Asam Oleat dan Poliol. PKL
dilaksanakan di Pusat Penelitian Kimia (P2K) Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia Bidang Teknologi Proses dan Katalis. PKL dilaksanakan pada 19 Januari
2015 hingga 19 Februari 2015. Laporan ini disusun berdasarkan data dan
pengamatan yang telah dilakukan selama kegiatan PKL berlangsung. Adapun
laporan ini disusun untuk memenuhi penilaian pada mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh studi Strata I (SI).
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan hingga penyusunan laporan
ini, penulis mendapatkan bantuan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karenanya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Muhammad Ghozali, MT selaku pembimbing I Praktek Kerja Lapangan di
Pusat Penelitian Kimia (P2K) LIPI Serpong
vi
Jakarta,
Maret 2015
Penulis
vii
Daftar Isi
Kata Pengantar ............ v
Daftar Isi .. viii
Daftar Tabel .. xii
Daftar Gambar . xiii
Daftar Lampiran ... xiv
viii
ix
BAB V PEMBAHASAN .. 23
5.1 Sintesis ETP-Diol 23
5.2 Karakterisasi Diol Monooleat .. 26
BAB V PENUTUP 32
6.1 Kesimpulan . 32
6.2 Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA .. 33
LAMPIRAN . 34
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sifat Fisika Asam Oleat 12
Tabel 2 Sifat Kimia Asam Oleat 13
Tabel 3 Hasil Uji Terhadap Sampel ... 26
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gedung Puslitkim LIPI Serpong 8
Gambar 2 Struktur Asam Oleat . 12
Gambar 3 Struktur Gliserol ... 14
Gambar 4 Struktur Polietilen Glikol .. 15
Gambar 5 Struktur Diglisidil Eter Bisfenol A ... 16
Gambar 6 Mekanisme Pembentukan Uretan 16
Gambar 7 Struktur Kimia Tolonat 17
Gambar 8 Struktur Dibutiltin Dilaurat ... 18
Gambar 9 Mekanisme Reaksi Esterifikasi .... 18
Gambar 10 Prinsip Kerja FTIR . 19
Gambar 11 Reaksi Esterifikasi Asam Oleat Dengan Gliserol ... 23
Gambar 12 Ester Dari Gliserol dan Polietilen Glikol 24
Gambar 13 Reaksi Pembentukan ETP Dari Ester Poliol, Epoksi, dan Tolonat 25
Gambar 14 ETP yang Telah Dibuat Menjadi Film 26
Gambar 15 Analisis FTIR Sampel Gliserol ... 29
Gambar 16 Analisis FTIR Sampel Polietilen Glikol 31
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Penentuan Bilangan Asam Sampel Asam Oleat dan Poliol ... 34
LAMPIRAN II Penentuan Bilangan Ester Asam Oleat dan Poliol ... 36
LAMPIRAN III Penentuan Bilangan Isosianat Sampel ETP-Diol 38
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
dampak
yang
signifikan
disektor
ekonomi,
industri,
dan
pembangunan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, lautan yang membentang
diantara pulau-pulau yang berada di wilayah Indonesia kini bukan lagi menjadi
penghalang. Dengan adanya teknologi transportasi akan semakin mempermudah
hubungan antar pulau. Teknologi transportasi yang banyak digunakan untuk
kegiatan ini adalah kapal laut. Kapal laut banyak digunakan karena tarif yang
dibebankan kepada masyarakat masih dalam jangkauan. Selain itu kapal laut juga
dipilih sebagian orang karena ingin menyaksikan keindahan laut Indonesia yang
terkenal akan keanekaragaman biota lautnya. Namun, penggunaan kapal laut
sebagai moda transportasi bukan tanpa kendala. Keberadaan biota laut seperti
Teritip merupakan masalah yang besar.
Untuk mencegah menempelnya Teritip pada lambung kapal ini, biasanya
dilakukan pelapisan lambung kapal dengan menggunakan cat anti fouling. Cat anti
fouling yang beredar di pasar umumnya terbuat dari logam yang akan memberikan
dampak buruk ke lingkungan. Karenanya, penulis mencoba untuk membuat cat anti
fouling dari bahan yang aman bagi lingkungan. Penulis mencoba untuk membuat
cat dari minyak sawit atau asam oleat dan poliol. Minyak sawit dipilih dengan
harapan untuk memberikan efek licin pada lambung kapal setelah pengaplikasian
cat sehingga Teritip tidak dapat melekat pada lambung kapal. Dengan
menggunakan poliol berupa gliserol dan polietilen glikol, asam oleat ini akan
diubah menjadi ester dan kemudian dijadikan epoksi termodifikasi poliuretan (ETP)
dengan epoksi DGEBA (diglisidil eter bisfenol A) dan tolonat.
Penelitian ini dilakukan untuk mensintesis ETP dari asam oleat dan poliol
yang nantinya akan diaplikasikan sebagai ETP. Karakterisasi dari ETP yang
dihasilkan juga dilakukan untuk mengetahui sifat dari ETP yang dihasilkan dari
penelitian ini. Karakter yang diuji antara lain nilai dari bilangan asam, bilangan
ester, bilangan isosianat, serta analisis dengan menggunakan instrument FTIR.
1.2 Tujuan
1. Memodifikasi ETP dengan menggunakan asam oleat dan poliol yang
berupa gliserol dan polietilen glikol
1.3 Manfaat
1. Memanfaatkan kelimpahan sumber daya alam Indonesia
2. Mengetahui karakter dari ETP yang dihasilkan
3. Mengurangi dampak buruk yang biasa dihasilkan cat antifouling
terhadap lingkungan
BAB II
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
2.1 Sejarah
Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius,
yang mempelajari flora Indonesia dan Rompius dengan karyanya yang terkenal
berjudul Herbarium Amboinese. Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch
Genotschap van Wetenschappen. Dalam tahun 1817, C.G.L. Reinwardt mendirikan
Kebun Raya Indonesia (S'land Plantentuin) di Bogor. Pada tahun 1928 Pemerintah
Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch
Indie.
Kemudian
tahun
1948
diubah
menjadi
Organisatie
voor
1967 diubah dengan Keppres no. 43 tahun 1985, dan dalam rangka penyempurnaan
lebih lanjut, tanggal 13 Januari 1986 ditetapkan Keppres no. 1 tahun 1986 tentang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan terakhir dengan Keppres no. 103 tahun
2001.
peningkatan
pemanfaatan
pengetahuan
dalam
proses
umum,
ketatausahaan,
organisasi
dan
tata
laksana,
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Coating
Coating adalah suatu material yang menutupi atau melapisi permukaan dari
material lain yang biasa disebut dengan substrat. Biasanya coating dilakukan
terhadap suatu material untuk meningkatkan nilai estetika, meningkatkan daya
tahan material, atau bahkan keduanya. Lapisan yang digunakan untuk melapisi
suatu material ini dapat menutupi seluruh permukaan material atau hanya sebagian
permukaan material. Contoh dari coating ini adalah cat. (Marpaung, 2014)
3.1.1 Bahan Penyusun Coating
Sifat yang dihasilkan dari suatu coating biasanya dipengaruhi oleh
komposisi dari coating itu sendiri. Bahan penyusun coating terdiri dari 4 macam,
yakni:
a) Pengikat/binder
Binder/pengikat berfungsi sebagai pengikat antar komponen dari suatu
coating dan juga untuk mengikat coating dengan substrat. Salah satu hal yang harus
diperhatikan untuk memilih binder ini adalah viskositas, karena suatu coating harus
memiliki viskositas yang cukup rendah untuk bisa digunakan dengan peralatan
sederhana dan viskositasnya cukup tinggi untuk mencegah coating yang digunakan
menetes. Contoh dari binder ini antara lain epoksi, resin, dan uretan
b) Pewarna/pigmen
10
Pewarna/pigmen
berguna
untuk
memberi
warna
pada
coating/
11
cis-9-octadecenoic acid
Rumus Kimia
C18H34O2
Tidak larut dalam air, larut
Kelarutan
Titik Leleh
13-14oC
12
Titik Didih
Massa Molar
282,4614 g/mol
Densitas
0,895 g/ml
2,046 (50)
Karsinogenisitas
Batas Eksplosivitas
Stabilitas
Stabil
Reaktif Terhadap
Berbahaya
Monoksida
Polimerisasi Berbahaya
3.3 Poliol
Poliol adalah suatu alkohol yang mempunyai 2 atau lebih gugus hidroksil (OH). Di dalam kimia polimer, gugus hidroksil ini dapat digunakan untuk
melakukan reaksi organik. Poliol yang digunakan untuk polimer biasanya
digunakan untuk membentuk polimer lainnya. Poliol ini biasanya berupa polieter
13
ataupun poliester. Poliol berbentuk polieter dapat diperoleh melalui reaksi dari
epoksi dengan inisiator multifungsi yang terdapat pada katalis, dan poliol berjenis
poliester dibuat dari melalui step growth polymerization antara diol dengan asam
dikarboksilat.
3.3.1 Gliserol
Gliserol adalah senyawa alkohol yang memiliki 3 gugus hidroksil. Memiliki
nama trivial 1,2,3-propanadiol, senyawa ini tidak berwarna, berwujud cair, kental,
dan berasa manis. Gliserol banyak digunakan pada kosmetik, resin, industri
makanan, dan lain sebagainya.
14
mudah larut dalam air hangat, tidak berbau, tidak berwarna, tidak beracun, dan
memiliki titik lebur yang tinggi (580OF)
3.4 Epoksi
Epoksi adalah suatu kopolimer yang terbentuk dari dua bahan kimia yang
berbeda. Epoksi biasanya terbuat dari epiklorohidrin dan bisfenol A. Epoksi dapat
direaksikan dengan epoksi lainnya melalui reaksi homopolimerisasi katalitik
maupun dengan senyawa lainnya seperti amina, asam anhidrat, fenol, tiol, dan
alkohol. Epoksi banyak digunakan pada industri seperti cat, perekat, dan komposit.
3.4.1 Diglisidil eter bisfenol A
Diglisidil eter bisfenol A (DGEBA) adalah salah satu jenis epoksi yang
paling sederhana. DGEBA berwujud cair, memiliki warna kekuningan, dan
viskositas berkisar 5-15 Pa.s pada 25oc. DGEBA diperoleh dengan cara
mereaksikan 2 mol epiklorohidrin dengan 1 mol bisfenol A. DGEBA memiliki
gugus hidroksil pada rantainya, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi cross
linking dengan isosianat.
15
3.5 Poliuretan
Poliuretan adalah polimer yang terbuat dari suatu unit rantai organik yang
terhubung oleh ikatan karbamat(uretan). Poliuretan terbentuk dari reaksi antara
isosianat dengan poliol yang mana keduanya mengandung 2 atau lebih gugus
fungsional. Beberapa kegunaan poliuretan adalah untuk busa fleksibel, panel
isolator, pelapis, dan perekat.
Poliuretan dibuat dari isosianat yang mengandung 2 atau lebih gugus
isosianat (R-NCO) dan poliol yang mengandung 2 atau lebih gugus hidroksil (HOR-OH) dengan bantuan katalis. Sifat dari poliuretan yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh isosianat dan poliol yang digunakan. Isosianat akan bereaksi
dengan senyawa yang memiliki hidrogen aktif dan menghasilkan polimer yang
memiliki ikatan uretan(-RNHCOOR-).
16
3.5.1 Isosianat
Isosianat adalah salah satu komponen penyusun poliuretan. Isosianat ini
memiliki gugus (-N=C=O) yang akan berikatan dengan gugus hidroksil dari poliol
ataupun epoksi. Isosianat diklasifikasikan sebagai isosianat aromatik dan isosianat
alifatik. Dibandingkan dengan isosianat alifatik, isosianat aromatik memiliki
keunggulan yakni reaktivitas yang lebih tinggi. Salah satu jenis isosianat adalah
tolonat.
17
3.6 Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi pengubahan suatu asam karboksilat dan alkohol
menjadi suatu ester, biasanya menggunakan katalis asam atau biasa disebut
esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang memiliki gugus COOR
dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Reaksi esterifikasi dapat bersifat balik
(reversible).
18
gambaran dan struktur molekul dari senyawa tersebut dengan mengukur absorpsi
radiasi, refleksi, atau emisi di daerah spektrum infra merah.
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
20
21
dititrasi dengan KOH-etanol 0,1 N hingga berwarna merah muda dengan berprinsip
pada titrasi asam basa dan dengan tujuan didapatkan range pH sekitar 7.
4.3.3.2 Bilangan ester
Sebanyak 4 gram ester ditambahkan 5mL etanol 96% dan beberapa tetes
indikator PP lalu dititrasi dengan menggunakan KOH-etanol 0,1 N hingga berwarna
merah muda, yakni pada pH sekitar 7 yang mana berprinsip dari titrasi asam basa.
Kemudian sampel ditambahkan 25mL KOH-etanol 0,5 N dan direfluks selama 1
jam. Sampel lalu dititrasi dengan menggunakan HCl 0,5 N dalam pelarut air hingga
warnanya hilang.
4.3.3.3 Bilangan isosianat
Sebanyak 0,5 gram epoksi termodifikasi ditambahkan 12,5mL dibutilamina
0,01 N dalam piridin dan 12,5mL toluen lalu diaduk dengan menggunakan
magnetic stirrer selama 15 menit. Kemudian sampel ditambahkan 50mL 2propanol dan beberapa tetes indikator MO dan dititrasi dengan HCl 0,1 N dalam
piridin hingga berwarna kuning.
22
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Sintesis ETP-Diol
Sintesis epoksi termodifikasi poliuretan dari diol diawali dengan melakukan
reaksi esterifikasi antara diol/poliol dengan asam oleat hingga didapatkan hasil
gliserol mono oleat (GMO) untuk sampel gliserol dan polietilen glikol mono oleat
(PEGMO) untuk sampel polietilen glikol. Reaksi esterifikasi ini dilakukan dengan
perbandingan 1:1 dalam perbandingan mol. Hal ini dimaksudkan agar salah satu
gugus OH pada diol bereaksi dengan asam oleat membentuk ester dan gugus OH
lainnya tetap ada (tidak ikut bereaksi). Sehingga gugus OH yang masih tersisa dapat
bereaksi dengan gugus isosianat pada tolonat untuk membentuk poliuretan.
23
dihasilkan rendah sehingga diperlukan pencucian, baik dengan air maupun garam,
agar pHnya normal sedangkan dengan katalis basa pencucian tidak perlu dilakukan
karena pH ester berada dikisaran normal.
Pada reaksi esterifikasi ini untuk pembuatan ester dan polietilen glikol
digunakan jenis katalis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dari kedua
sampel dengan katalis yang berbeda terdapat perbedaan yang cukup mencolok dari
ester yang dihasilkan. Ester dari gliserol yang direaksikan dengan bantuan dari
katalis asam menghasilkan ester dengan warna kehitaman, sedangkan ester dari
polietilen glikol yang direaksikan dengan bantuan dari katalis basa menghasilkan
ester dengan warna yang lebih terang (oranye). Perbedaan warna ini disebabkan
oleh reaksi yang disebabkan dari katalis asam.
Reaksi esterifikasi ini, baik untuk gliserol maupun polietilen glikol
menggunakan kondisi yang sama yakni pada suhu 180oC selama 2,5 jam. Selama
reaksi esterifikasi berlangsung, sampel juga mengalami pengadukan agar reaksi
berlangsung merata.
24
Setelah ester selesai dibuat ester kemudian ester direaksikan dengan epoksi
dan tolonat agar dihasilkan ETP. Epoksi yang digunakan berupa diglisidil eter
bisfenol a dan tolonat HDT atau isosianida.
Pada reaksi ini digunakan ester, tolonat, dan epoksi dengan perbandingan
1:1:10 dengan perbandingan massa. Reaksi dari ester, tolonat, dan epoksi ini
berlangsung pada suhu 50 oC selama 30 menit. Pada reaksi ini digunakan katalis
dibutiltin dilaurat (dbtl) sebanyak 0,1% dari berat total campuran. Katalis dbtl ini
digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan reaktivitas kimia antara pengikat
Gambar 13 Reaksi Pembentukan ETP Dari Ester Poliol, Epoksi, dan Tolonat
(Evi Triwulandari dan Muhammad Ghozali, 2013)
25
dengan isosianat yang terdapat pada tolonat. Selain itu dengan penggunaan katalis
dbtl ini dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan ETP yang
telah jadi. (Marpaung,2014).
ETP dari diol yang telah didapat dari reaksi sebelumnya lalu dibuat lapisan
film tipis dari ETP. Pembuatan lapisan film dari ETP-diol ini dilakukan dengan
penambahan versamide dengan perbandingan antara ETP dengan versamide 2:1
dalam perbandingan massa. Campuran diaduk dengan menggunakan batang
pengaduk selama 15 menit hingga tercampur merata. Pengadukan dilakukan terus
menerus/tanpa jeda karena campuran dari ETP-diol dan versamide mudah
mengeras di ruang terbuka. Setelah pengadukan selesai sampel lalu dicetak pada
papan cetak dengan menggunakan coating applicator dan didiamkan selama 1
malam.
Gambar 14 ETP yang Telah Dibuat Menjadi Film Dari Polietilen Glikol (A) dan Gliserol (B)
Gliserol
) 12,443 (94,04%)
121,412
Bilangan Ester
Bilangan Isosianat
Polietilen Glikol
37,33 (82,11%)
70,612
26
Setelah didapatkan ester dan ETP dari diol dan asam oleat, dilakukan
analisis terhadap ester maupun ETP. Analisis terhadap sampel dilakukan baik
secara konvensional maupun instrumentasi. Analisis secara konvensional dilakukan
pengujian bilangan asam dan bilangan ester untuk ester dari diol serta pengujian
bilangan isosianat untuk ETP.
Analisis bilangan asam dilakukan untuk mengetahui banyaknya asam lemak
bebas yang terdapat pada sampel ester. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa banyak asam lemak bebas yang bereaksi selama proses esterifikasi. Hasil
yang didapat akan berpengaruh pada saat pembuatan ETP. Hal yang menjadi
indikator pada analisis ini adalah seberapa besar konversi nilai bilangan asam dari
sampel asam oleat setelah berubah menjadi ester.
Hasil dari analisis bilangan asam sampel ester hasil dari esterifikasi
didapatkan hasil konversi yang besar. Sampel asam oleat diketahui memiliki nilai
bilangan asam sebesar 208,718. Sampel gliserol monooleat/GMO (hasil esterifikasi
asam oleat dengan gliserol) memiliki hasil konversi yang besar. Nilai bilangan asam
dari GMO didapat sebesar 12,443 dengan nilai konversi dari asam oleat mencapai
94,04%. Hasil yang cukup jauh berbeda juga didapatkan untuk sampel polietilen
glikol monooleat/PEGMO (hasil dari esterifikasi polietilen glikol dengan asam
oleat). Nilai bilangan asam yang didapat untuk sampel PEGMO sebesar 37,33
dengan nilai konversi dari asam oleat sebesar 82,11%.
Hasil kurang maksimal yang didapat dari uji bilangan asam untuk sampel
PEGMO dikarenakan pemilihan katalis yang kurang tepat dan kondisi yang kurang
27
tepat. Selain itu waktu dari reaksi juga memengaruhi jumlah produk samping yang
dihasilkan.Waktu reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi metil ester yang
dihasilkan. (Arbianti,2008).
Ester dari poliol selain diuji bilangan asamnya juga diuji nilai bilangan
esternya. Nilai bilangan ester ini menunjukkan jumlah ester yang terbentuk setelah
proses esterifikasi berlangsung. Dari nilai bilangan ester kita dapat mengetahui
jumlah ester yang terbentuk dari proses esterifikasi. Ester yang didapat ini akan
memengaruhi reaksi pembentukan ETP saat direaksikan dengan epoksi dan tolonat.
Hasil pengujian bilangan ester didapatkan kedua sampel yang digunakan
memiliki bilangan ester yang cukup besar. Ini menandakan bahwa sampel telah
berubah menjadi ester. Nilai dari bilangan ester kedua sampel didapatkan untuk
sampel gliserol memiliki nilai bilangan ester 121,412 dan sampel polietilen glikol
memiliki nilai bilangan ester 70,612.
Selain pengujian pada sampel ester pengujian juga dilakukan pada sampel
ETP. Pada sampel ETP dilakukan pengujian bilangan isosianat. Uji bilangan
isosianat ini dilakukan untuk mengetahui jumlah isosianat (N-C=O) yang bereaksi
saat pembuatan ETP. Bilangan isosianat ini menunjukkan persen isosianat yang
telah diubah menjadi uretan. Semakin banyak isosianat yang diubah menjadi uretan,
semakin baik kualitas ETP yang dihasilkan. Isosianat yang digunakan pada proses
ini adalah tolonat HDT yang memiliki persen isosianat sebesar 31,6155%.
Hasil dari pengujian bilangan isosianat yang didapatkan terhadap kedua
sampel menunjukkan nilai konversi yang kecil. Pada sampel polietilen glikol
28
didapatkan nilai bilangan isosianat setelah proses sebesar 19,295% dengan nilai
konversi dari tolonat sebesar 38,97%. Adapun hasil yang didapat pada sampel
gliserol lebih kecil dari sampel polietilen glikol. Nilai bilangan isosianat pada
sampel gliserol sebesar 25,705% dengan nilai konversi hanya 18,69%. Kondisi
reaksi yang digunakan pada proses adalah pada kondisi optimum menurut (Evi dan
Ghozali. 2014), yakni pada suhu 50oC dengan pengadukan pada 200 rpm selama 30
menit. Kecilnya nilai konversi dari isosianat yang dihasilkan disebabkan dari rasio
antara epoksi, tolonat, dan ester yang digunakan untuk melakukan reaksi
pembentukan ETP.
Analisis terhadap kedua sampel uji juga dilakukan secara instrumentasi
dengan menggunakan FTIR. FTIR digunakan untuk mengetahui perubahan
terhadap gugus fungsi senyawa sebelum dan setelah reaksi dilakukan. Perubahan
gugus fungsi ini dapat diketahui dari spektrum puncak serapan inframerah sampel
asam oleat, ester diol, dan ETP-diol.
as am oleat
es t er glis erol
glis erol epok s i
%T
4000
3500
gliserol epoksi
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
500
1/cm
Gambar 15 Spektrum FTIR: (a) Asam Oleat; (b) GMO; dan (c) ETP GMO
29
Asam oleat memiliki gugus karbonil pada rantainya. Gugus ini akan muncul
pada spektrum 1690-1725cm-1. Sampel gliserol dan polietilen glikol setelah
mengalami proses esterifikasi akan memiliki gugus ester yang muncul pada
spektrum 1100-1200cm-1. Dari spektrum yang muncul diketahui reaksi esterifikasi
telah berlangsung. Ini dibuktikan dengan munculnya puncak pada sampel gliserol
yang berada pada spektrum 1168,86cm-1 dan sampel polietilen glikol yang berada
pada 1116,78cm-1 dan 1182,36cm-1. Gugus karbonil keduanya juga mengalami
pergeseran dari yang sebelumnya berada pada 1708,93cm-1 pada asam oleat ke
1730-1740cm-1 yang mana merupakan daerah serapan karbonil untuk senyawa
ester. Adapun gugus hidroksil pada ester dari kedua sampel tetap muncul pada
spektrum pada 3200-3500cm-1. Hal ini dikarenakan poliol dan asam oleat yang
direaksikan memiliki perbandingan 1:1 sehingga hanya satu gugus hidroksil dari
poliol yang bereaksi.
30
%T
4000
3500
3000
Epoxy PEG campuran
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
500
1/cm
Gambar 16 Spektrum FTIR: (a) Asam Oleat; (b) PEGMO; dan (c) ETP PEGMO
31
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan:
1) ETP dapat dimodifikasi dengan menggunakan asam oleat dan poliol
2) Karakterisasi dari ETP yang dihasilkan:
a) Sampel gliserol memiliki nilai bilangan asam 12,443; bilangan ester
121,412; dan bilangan isosianat 25,705
b) Sampel polietilen glikol memiliki nilai bilangan asam 37,33; bilangan
ester 70,612; dan bilangan isosianat 19,295
c) Hasil FTIR menunjukkan bahwa telah terbentuk ETP dengan
munculnya peak pada range sekitar 2270cm-1
6.2 Saran
Disarankan untuk mencari rasio perbandingan dari epoksi, ester, dan tolonat
agar reaksi pembentukan ETP agar hasil yang didapat lebih maksimal. Selain itu
juga disarankan untuk melakukan uji fisik terhadap sampel ETP yang dihasilkan
32
Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Antifouling Agents. http://ilmucat.blog.com/antifouling-agents/.
Arbianti, Rita. 2008. Pemanfaatan Biji Wijen Sebagai Sumber Enzim Lipase Untuk
Reaksi Esterifikasi Gliserol-Asam Laurat Pada Pembuatan Agen Pengemulsi.
Jakarta: Universitas Indonesia
Din, A.T. Mohd, M.A. Ahmad, dan B.H. Hameed. 2015. Ordered Mesoporous
Carbon Originated From Non-Edible Polyethylene Glycol 400 (PEG 400) for
Chloramphenicol Antibiotic Recovery From Liquid Phase. Chemical
Engineering Journal 260: 730-739
Handayani, Aniek S, Sidik Marsudi, M Nasikin, dan M Sudibandriyo. 2006. Reaksi
Esterifikasi Asam Oleat dan Gliserol Menggunakan Katalis Asam. Jurnal
Sains Materi: Edisi khusus hal.102-105
Harjono, Purwantiningsih Sugita, dan Zainal Alim Masus. 2012. Synthesis and
Application Jatropha Oil Based Polyurethane as Paint Coating Material.
Makara Journal of Science Vol.16: 134-140
Marpaung, Parulian Leonard. 2014. Penelitian Efektivitas Penambahan Katalis
Dibutyltin Dilaurate (DBTDL) Pada Aplikasi Cat Acrylic Berbasis Solvent.
http://p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/34b00-hal-32-39.pdf. 16
Februari 2015
Nasution, Unita Sukma Zuliani. 2012. Karakteristik Hidrofobik Lapisan TiCl4 Pada
Kaca Yang Ditimbulkan Dengan Metode Sol-Gel Dip Coating. Tesis. Tidak
Dipublikasikan. Medan: Unimed
Putra, Muammar. 2013. Coating Adalah Sebuah Penutup Yang Diterapkan Pada
Suatu
Permukaan
Benda.
https://www.academia.edu/5429453/Coating_adalah_sebuah_penutup_yang
_diterapkan_pada_permukaan_suatu_benda. 20 Februari 2015
Risnoyatiningsih, Sri. 2010. Biodiesel From Avocado Seeds By Transesterification
Process. Jurnal Teknik Kimia: Vol.5, No.1
Sinaga, Mersi Suriani. 2007. Pengaruh Katalis H2SO4 pada Reaksi Epoksidasi
Metil Ester PFAD (Palm Fatty Acid Distillate). Jurnal Teknologi Proses:
Vol.6, No.1 hal.70-74
Triwulandari, Evi, dan Muhammad Ghazali. 2013. Pembuatan Epoksi
Termodifikasi Poliuretan Dari Poliol Akrilik Dengan Variasi Suhu dan
Komposisi Poliuretan. Jurnal Sains Materi: Vo.14, No. 2 hal.120-124
Triwulandari, Evi. 2012. Studi Polimerisasi Antarmuka Terhadapi Distribusi
Ukuran Partikel Mikrokapsul Poliuretan Berbasis Gliserol. Tesis. Tidak
dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia
33
Asam Oleat
208,718
Gliserol
12,443
94,04%
Polietilen Glikol
37,33
82,11%
Perhitungan
Gliserol : wsampel
= 1 gram
NKOH-EtOH
= 0,0837 N
Av Oleat
= 208,718
Mr KOH
1 =
2 =
= 12,678
= 12,208
12,678+12,208
=
= 12,443
2
% =
% =
)
(
100%
( 208,71812,443 )
208,718
100% = 94,04%
34
= 1 gram
NKOH-EtOH = 0,0837 N
1 =
1 =
Av Oleat
= 208,718
Mr KOH
= 38,504
= 36,156
38,504 +36,156
=
= 37,33
2
% =
( 208,718 37,33 )
208,718
100% = 82,11%
35
Asam Oleat
Gliserol
121,412
Polietilen Glikol
70.612
Perhitungan
Gliserol : Vblanko
: 20,75 ml
NHCl
: 0,7245 N
WSampel
: 4 Gram
Mr KOH
V1
: 9,4 ml
V2
: 8,2 ml
( )
1 =
2 =
36
115,316 + 127,508
= 121,412
2
: 20,75 ml
NHCl
: 0,7245 N
WSampel
: 4 gram
: 13,5 ml
V2
: 14,1 ml
1 =
2 =
73,66 + 67,564
= 70,612
2
37
Tolonat HDT
31,6155%
ETP Gliserol
25,705%
38,97%
19,295%
18,69%
Perhitungan
ETP Gliserol : Vblanko
: 17,95 ml
NHCl
: 0,1073 N
W1
: 0,0493 gr
W2
: 0,0471 gr
( ) 0,042
1 =
2 =
0,0493
0,0471
26,05%+25,36%
2
% =
% =
= 26,05%
= 25,36%
= 25,705%
(
)
100%
(31,6155% 25,705% )
31,6155%
100% = 18,69%
38
= 0,1073 N
W1
= 0,052 gram
W2
= 0,053 gram
1 =
1 =
0,052
0,053
17,76%+20,83%
2
% =
= 17,95 ml
= 17,76%
= 20,83%
= 19,295%
(31,6155% 19,295% )
31,6155%
100% = 38,97%
39