Professional Documents
Culture Documents
Tuberculosis
Histoplasmosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur histoplasma
Kriptokokissie
Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)
Adrenalitis auto imun
4. Patofisiologi
Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi
pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar
tersebut. Tuberkulosis (TB) dan histoplasmosis merupakan infeksi yang
paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar
adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah
menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun
peningkatan insidens tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus
mempertimbangkan pencantuman pemyakit infeksi ini kedalam daftar
diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan
menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala
insufisiensi
adrenokortikal
dapat
pula
terjadi
akibat
jumlah
limfosit
mungkin
rendah,
eosinofil
meningkat.
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di
adrenal.
c. CT Scan
Detektor
klasifikasi
adrenal
dan
pembesaran
yang
sensitive
pengganti kortisol
Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
Fludrukortison : 0,05 0,1 mg/hr diberikan per oral
8. Komplikasi
produksi
metabolisme,
3. Intervensi
a) Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output
Kriteria hasil :
Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam)
TTV dbn N : 80 100 x/menit S : 36 37oC TD : 120/80 mmHg
Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik
Turgor kulit elastis
Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik
Membran mukosa lembab
kekurangan
kartison
dalam
tubuh
dan
b). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat
(mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid
Kriteria hasil :
- Tidak ada mual mutah
- BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)
- Hb : W : 12 14 gr/dl
L : 13 16 gr/dl
Ht : W : 37 47 %
L : 42 52 %
Albumin : 3,5 4,7 g/dl
Glebulin : 2,4 3,7 g/dl
Bising Usus : 5 12 x/menit
- Nyeri kepala
- Kesadaran kompos mentis
- TTV dalam batas normal
(S : 36 372 oC)
(RR : 16 20 x/menit)
Intervensi
1. Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual muntah
R/ Kekurangan kartisol dapat menyebabkan fejala intestinal berat yang
mempengaruhi pencernaan dan absorpsi makanan
2. Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat kesadaran,
nyeri kepala, sempoyongan
R/ Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu
pemberian
glukosa
dan
mengindikasikan
pemberian
tambahan
glukokortikad
3. Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari
R/ anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan metbolisme oleh
kartisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan berat badan
dan terjadinya mal nutrisi
4. Berikan atau bantu perawatan mulut
R/ mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
5. lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau yang
tidak sedap, tidak terlalu ramai
R/ Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan
makanan
6. Pertahankan status puasa sesuai indikasi
R/ mengistirahatkan gastro interstinal, mengurangi rasa tidak enak
7. Berikan Glukosa intravena dan obat obatan sesuai indikasi seperti
glukokortikoid
R/ memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi pemberian
glukokertikoid
akan
merangsang
glukoogenesis,
menurunkan
Intervensi
1. Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat
dilakukan oleh klien
R/ pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelemahan otot,
menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan
munculnya ketidakseimbangan natrium kalium
2. Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
R/ kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress, aktivitas jika curah
jantung berkurang
3. Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan
melakukan aktivitas
R/ mengurangi kelelahan dan menjaga ketenangan pada jantung
4. Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal : duduk lebih baik dari
pada berdiri selama melakukan aktivitas
R/ pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan
mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan
d. Nyeri akut b/d diskontinuitas sistem konduksi spasme otot abdomen
Kriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien tidak menyeringai kesakitan
TTV dalam batas normal
S : 36 372 oC
N : 80 100 x/menit
RR: 16 20 x/menit
Intervensi
1. Beri penjelasan pada klien tentang penyebab nyeri dan proses penyakit
Intervensi
saraf
simatis,
sehingga
membatasi
mencegah
respon
vasokonstriksi
2. Diskusikan tujuan, dosis, efek samping obat
R/ Informasi perlu bagi pasien untuk mengikuti program terapi dan
mengevaluasi keefektifan
3. Kaji skala anxietas
R/ Mengetahui derajad kecemasan klien
4. Sarankan klien tetap menetapkan secara aktif, jadwal yang teratur dalam
makan, tidur dan latihan
R/ Membantu meningkatkan perasaan menyenangkan sehat, dan untuk
emmahami bahwa aktivitas fisik yag tidak teratur dapat meningkatkan
kebutuhan hormon
5. Diskusikan perasaan pasien yang berhubungan dengan pemakaian obat
untuk sepanjang kehidupan.
R/ Dengan mendiskusikan fakta fakta tersebut dapat membantu Px untuk
memasukkan perubahan perilaku yang perlu ke dalam gaya hidup
6. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian anti depresan, diazepam
g. Gangguan eliminasi uri b/d Gx reabsorbsi
Kriteria hasil :
- Klien tidak lagi mengeluh BAK sedikit / kencing tidak lancar
Intervensi
1. Anjurkan pada Klien agar diet tinggi garam
R/ menambah retensi Na+
2. Anjurkan pada klien untuk minum banyak
R/ melancarkan aliran kencing lancer
3. Pemasangan kateter
R/ Agar klien dapat BAK dengan lancar
4. Obs. Input dan output
R/ Mengetahui keseimbangan cairan
5. Kolaborasi pemberian diuretic
R/ meningkatkan kerja ginjal untuk melancarkan BAK
4.EVALUASI
Nyeri berkurang
Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik
Tidak terjadi cedera
Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri
Status psikologis yang seimbang
Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner,dkk. 2000. Keperawatan medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Danis, D. Kamus Istilah Kedokteran. Gitamedia Press
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasi. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Internasional, Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lynda Juall Carpenito. 1999. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta
: EGC
Monica Ester, Skp. 2009. Klien Gangguan Endokrin : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika
Sherwood, Laualee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta : EGC.