Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
SYAMSUL HUDA
P1403110
LAPORAN PENDAHULUAN
Fraktur terbuka
Trauma vaskuler
Fraktur shaft humeri bilateral
Floating elbow injury
Fraktur patologis
Reduksi tertutup yang sukar dipertahankan
Trauma multiple
Fraktur terbuka derajatI II
D. Kontra indikasi
1. Pasien dengan penurunan kesadaran
2. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang
3. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise)
E. Komplikasi
Pada kasus ini jarang sekali terjadi komplikasi karena incisi relatif kecil dan
fiksasi cenderung aman. Komplikasi akn terjadi bila ada penyakit penyerta dan
gangguan pada proses penyambungan tulang.
F. Pengkajian keperawatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Pada kasus fraktur, klien
biasanya merasa takut akan mengalami kecacatan pada dirinya. Oleh karena
itu, klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu juga, dilakukan pengkajian yang
meliputi kebiasaan hidup klien, seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolism kalsium, pengonsumsian alcohol yang dapat
mengganggu keseimbangan klien, dan apakah klien melakukan olah raga
atau tidak.
merasa nyeri. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk
jumlah anak dan lama perkawinan.
10. Pola penanggulangan stress. Timbul rasa cemas akan keadaan dirinya.
Mekanisme koping yang ditempuh klien dapat tidak efektif.
11. Pola tata nilai dan keyakinan. Klien fraktur tidak dapat melakukan ibadah
dengan baik, hal ini disebabkan oleh rasa nyeri dan keterbatasan gerak klien.
a.
Pemeriksaan Fisik
1) Gambaran Umum
Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien.
Kesadaran klien : compos mentis, gelisah, apatis, sopor, coma, yang
bergantung pada keadaan klien.
Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat, dan
pada kasus fraktur biasanya akut.
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan, baik fungsi
maupun bentuk.
Secara Sistemik, dari kepala sampai kaki. Harus memperhitungkan
keadaan proksimal serta bagian distal klien, terutama mengenai status
neurovaskuler.
2) Keadaan Lokal.
Inform concent
Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan
sebelum operasi, alasan, tujuan, keuntungan, kerugian tindakan operasi
Diit
Pasien dipuasakan selama 8 jam sebelum operasi
Terapi pharmacologic
Narkotik dihindari karena dapat menghilangkan tanda dan gejala, antibiotik
untuk menanggulangi infeksi
Pengecekan status
Mengecek status pasien sudah tepat dilakukan operasi orif, dengan
menyesuaikan diagnosanya. Apabila sudah tepat diagnosanya maka segera
diantar ke ruang operasi untuk dilakukan operasi
o Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi, Suction,
Hepafik, Gunting
o Alat Steril : Duk besar 3, Baju operasi 4, Selang suction steril, Selang
cuter Steril,side 2/0, palain 2/0,berbagai macam ukuran jarum
stadium
anastesi
dilakukan
disinfektan
menggunakan
boar
:1
redaction : 2
gunting jaringan
:2
retractor : 2
gunting benang
:1
lastpat
pingset sirurgis
:2
:2
:2
I. Diag
: 1 set.
nosa
pingset anatomis : 2
: 2/2
mangkok(kom)
:2
nakulder : 1
quret
duk klem : 1
kobra
:1
:2
kassa kecil : 20
couter
:1
duk steril
:3
suction
:1
plate
:1
benang
screw
:6
penduga
:1
0
penduga : 1
preoperatif
Diagnosa :
- Nyeri akut berhubungan denganagen cidera fisik (farktur)
- Cemas berhubungan dengan proses operasi
No
1
Dignosa
NOC
NIC
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan
Kaji
b.d
(P,Q,R,S,T)
cidera fisik
berkurang
dengan
Ajarkan
klien
tehnik
nonfarmakologi
kriteria hasil :
nyeri
/tehnik
relaksasi(tarik nafas
menjadi 4
dalam)
Klien
mampu
Kolaborasi
dengan
mengontrol
dengan
nyeri
dokter
tehnik
analgetik
nonfarmakologi
Cemas
TTV
dalam
pemberian
Tingkatkan istirahat
batas
normal
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
keperawatan selama 1 x 30
(prosedur
menit,
operasi)
diharapkan
cemas
kriteria hasil :
Berikan
kepada pasien.
Jelaskan
Observasi
dengarkan
TD normal
pasien
Pasien
dapat
Tunjukkan
keluhan
sikap
reaksi
nonverbal pasien.
keluhannya
Diagnosa
prosedur
operasi
mengungkapkan
No
dukungan
NIC
Lakukan suction
Berikan terapi O2
Bersihan
jalan
napas
pasien
produksi
mucus
kepala
pasien
derajat
30
dengan mudah
pasien
tambahan/suara napas
bersih
ekstensikan
RR
Ajarkan
batuk
efektif
dalam
rentang
normal
Ganguan
pertukaran
terjadi
pertukaran
gas,
Kesadaran
jalan
napas
manuver
dengan
Buka
dengan
ganguan
spasme kriteria :
broncus)
trust
Pasang mayo
Lakukan
suction
pada mayo
composmentis
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan
normal
ventilasi
o2
rentang normal
Monitor
RR
(kedalaman, irama,
dengan mudah
dalam
frekuansi,
napas)
suara
Resiko
infeksi
Monitor TTV
Monitor
invasif:
pertahankan
pembedahan
TTV
dalam
rentang
Tidak
infeksi.
teknik
normal
tanda-tanda
pembedahan.
ada
tanda-tanda
Lakukan
infeksi
tangan
Luka bersih
sedudah
pasien.
pencucian
sebelum
dan
bertemu
Observasi pelaksanaan
pembedahan
dengan
menggunakan
teknik
steril.
dari
lingkungan
No
1
Diagnosa
Bersihan
NOC
Setelah
dilakukan
NIC
tindakan
Lakukan suction
Berikan terapi O2
tidak
jalan
napas
pasien
obstruksi
jalan napas:
produksi
mucus
kepala
pasien
derajat
30
dengan mudah
pasien
tambahan/suara napas
bersih
ekstensikan
RR
Ajarkan
batuk
efektif
dalam
rentang
normal
tindakan
Resiko
Setelah
cidera
keperawatan selama 3 x 24 jm
Sediakan
berhubunga
Temani
tidak jatuh
Factor
kimia (Efek
anastesi).
obat anastesi
Pasien
mengungkapkan
Kesadaran composmentis
pasien
agar
keluarga
rasa nyaman.
lingkungan
Mengontrol lingkungan
dari kebisingan.
Daftar pustaka
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.
Jakarta : EGC
M.A Henderson. 2000. Ilmu Bedah untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Medica
Mansjoer, A. Dkk . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculopius
Lukman, & Ningsih, N. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta : Salemba Medika
North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnosis :
Definition and Classification 2009-2011. NANDA International. Philadelphia.
Amin H,2012. Aplikasi asuhan keperawatan nerdasarkan NANDA NOC NIC.
Yogyakarta: Media hardy