You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Abses otak didefinisikan


yang

dimulai sebagai

sebagai proses

fokal supuratif dalam parenkim otak

daerah lokal

dari serebri dan

berkembang

menjadi kumpulan nanahdikelilingi oleh kapsule yang tervaskularisasi dengan


baik. Insiden abses otak di negara maju adalah rendah, antara 1-2% sementara
di negara-negara berkembang mencapai 8%dari semua pasien yang mempunyai
lesi

di

intrakranial. Abses

kematian antara 30% dan

otak adalah penyakit

fataldengan

60% sampai akhir

1970-

an, ketika ketersediaan teknikbedah membaik, terapi antimikroba efektif dan


diagnostik modern modalitas pencitraanmengakibatkan penurunan dramatis angka
kematian menjadi
kesehatan yang

sekitar 10%. Namun, masih


signifikan

tetap perawatan masalah

dalam banyak

negara dengan tingkat

kematian dilaporkan antara 17% dan 32% pasien.


Abses otak paling sering berasal dari sisi infeksi bersebelahan yang ada
sepertiotitis media kronis, mastoiditis, sinusitis, atau karies gigi tetapi juga dapat
terjadi langsung setelah penetrasi cedera kepala, prosedur bedah saraf atau secara
hematogen seperti pada anak-anak dengan penyakit sianotik jantung bawaan.
Dalam 25% kasus tidak ada sumber primer yang jelas dari timbulnya infeksi.
Awal diagnosis, terapi

antibiotik

yang

tepat berdasarkan pengetahuan

tentangpenyebab mikroba dan operasi merupakan faktor prognostik utama untuk


abses

otak.

Kultur negatif telah dilaporkan

dari 9% menjadi

63% dalam

dokumentasi kasus abses otakdan alasan dalam kasusu tersebut belum begitu jelas.
Meskipun abses otak terus menjadi
berkembang, diterbitkan sedikit

masalah utama
data

di

negara

tentang jumlah

kasus yangterbatas yang tersedia dari negara berkembang termasuk India.


Klien dengan brain abscess membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius,
oleh karena itu pentingnya merumuskan asuhan keperawatan berdasarkan
NANDA, NIC, dan NOC adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang

berkualitas dan meningkatkan kualitas hidup klien. Dengan berkolaborasi bersama


dengan profesi tenaga kesehatan yang lain, diharapkan tujuan dari pemberian
pelayanan kesehatan pada klien dengan brain abscess akan tercapai.

B.

Rumusan Penulisan

1.

Apakah abses otak itu?

2.

Bagaimana suhan keperawatan pada klien dengan abses otak berdasarkan

NANDA, NIC dan NOC melalui pengkajian Gordon?


C.

Tujuan

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah:


1.

untuk mengetahui abses otak,

2.

untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan abses otak

berdasarkan NANDA, NIC dan NOC melalui pengkajian Gordon


D.

Manfaat

1.

Mahasiswa mampu mengetahui abses otak

2.

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada

klien dengan abses otak berdasarkan NANDA, NIC dan NOC melalui pengkajian
Gordon

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

Definisi

Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul dalam
jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Abses otak
merupakan kumpulan dari unsur-unsur infeksius dalam jaringan otak. Abses ini
dapat terjadi melalui :
1.

Invasi otak langsung dari trauma intracranial atau pembedahan.

2.

Penyebaran infeksi dari daerah lain seperti sinus, telinga, dan gigi (infeksi

sinus paranasal, otitis media, sepsis gigi).


3.

Penyebaran infeksi dari organ lain (abses paru-paru, endokarditis infektif).

Abses otak banyak terjadi pada penderita yang mengalami gangguan kekebalan
tubuh (seperti penderita HIV positif atau orang yang menerima transplantasi
organ).
B.

Patofisiologi

1.

Penyebab

Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada abses otak, yaitu bakteri, jamur
dan parasit. Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus
anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E.
coli dan Baeteroides. Abses

olehStaphylococcus biasanya

berkembang

dari

perjalanan otitis media atau fraktur kranii. Bila infeksi berasal dari sinus
paranasalis

penyebabnya

adalah Streptococcus aerob dananaerob, Staphylococcus dan Haemophilus


influenzae.

Abses

oleh Streptococcus danPneumococcus sering

merupakan

komplikasi infeksi paru. Abses pada penderita jantung bawaan sianotik umumnya

oleh Streptococcus anaerob. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari
kanan ke kiri. (misalnya pada Tetralogy of Fallot), terutama pada anak berusia
lebih dari 2 tahun, merupakan faktor predisposisi terjadinya abses otak. Jamur
penyebab abses otak antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium trichoides,
spesiesCandida dan Aspergillus. Walaupun jarang Entamuba histolitica, suatu
parasit amoeba usus dapat menimbulkan abses otak secara hematogen.
2.

Manifestasi klinis

a.

Umumnya diakibatkan oleh edema, pergeseran otak, infeksi, atau lokasi

abses.
b.

Sakit kepala, biasanya pada pagi hari, merupakan gejala berkelanjutan yang

paling sering.
c.

Muntah, tanda-tanda neurologis fokal (kelemahan ekstremitas, penurunan,

penglihatan, kejang ) mungkin tergantung pada tempat abses.


d.

Perubahan dalam status mental, misalnya letargi, kekacauan mental, peka

rangsang, atau perilaku disorientasi.


e.

Demam mungkin ada atau mungkin pula tidak ada.

Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi leukosit
atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema. Beberapa hari atau
minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau dinding kista berisi pus.
Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka infeksi akan meluas keseluruh
otak dan bisa timbul meningitis.
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di
sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara
langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh
penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada
pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya
berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.
Abses otak bersifat soliter atau multipel. Yang multipel biasanya ditemukan pada
penyakit jantung bawaan sianotik, adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan
darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.

Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli. Umumnya lokasi abses


pada tempat yang sebelumnya telah mengalami infark akibat thrombosis, tempat
ini menjadi rentan terhadap bakteremi atau radang ringan. Karena adanya shunt
kanan ke kin maka bakteremi yang biasanya dibersihkan oleh paru-paru sekarang
masuk langsung ke dalam sirkulasi sistemik yang kemudian ke daerah infark.
Biasanya terjadi pada umur lebih dari 2 tahun. Dua pertiga abses otak adalah
soliter, hanya sepertiga abses otak adalah multipel. Pada tahap awal abses otak
terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit
disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai
bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis
dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia,
fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses
tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif
terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa
milimeter sampai beberapa sentimeter.
Gambar 1. Abses Otak

Gambar 2. Patofisiologi dan masalah keperawatan abses otak

2. Gangguan bersihan jalan napas.

Faktor -faktor predisposisi : invasi bakteri ke otak langsung, penyebaran infeksi dari
daerah lain, penyebaran infeksi dari organ lain.
Infeksi atau septicemia jaringan otak.
Proses supurasi dari meningen.
Pembentukan transudat dan eksudat.
Peningkatan tekanan Intrakranial.
Penekanan area fokal
Edema serebral
Penekanan area pengatur kesadaran.
Kejang dan nyeri kepala.
1.

Gangguan perfusi jaringan serebral.

Perubahan tingkat kesadaran letargik, perubahan perilaku, disorientasi, dan fotofobia.


3. nyeri
4. risiko tinggi cidera
Penurunan kesadaran.
Koma.

Kematian .
7. koping keluarga tidak efektif.
8. kecemasan keluarga.
Perubahan pemenuhan nutrisi.
Intake nutrisi tidak adekuat.
9. pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.
5. gangguan mobilitas fisik.
6. Gangguan persepsi sensorik.
Penumpukan secret, kemampuan batuk menurun.

C.

Pemeriksaan dan Diagnosis

1.

Anamnesis

Sakit kepala merupakan keluhan dini yang paling sering dijumpai (7090%).
Terkadang juga didapatkan mual, muntah dan kaku kuduk (25%).
a.

Pemeriksaan fisik

Panas tidak terlalu tinggi. Defisit neurologis fokal menunjukkan adanya edema di
sekitar abses. Kejang biasanya bersifat fokal. Gangguan kesadaran mulai dari
perubahan kepribadian, apatis sampai koma. Apabila dijumpai papil edema
menunjukkan bahwa proses sudah berjalan lanjut. Dapat dijumpai hemiparese dan
disfagia.
b.

Pemeriksaan laboratorium

Darah: jarang dapat memastikan diagnosis. Biasanya leukosit sedikit

meningkat dan laju endap darah meningkat pada 60% kasus.

Cairan Serebro Spinal (CSS): dilakukan bila tidak ada tanda-tanda

peningkatan tekanan intra kranial (TIK) oleh karena dikhawatirkan terjadi


herniasi.
c.

Pemeriksaan radiologi

CT Scan

CT scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk memastikan diagnosis. Pada
stadium awal (1 dan 2) hanya didapatkan daerah hipodens dan daerah irreguler
yang tidak menyerap kontras. Pada stadium lanjut (3 dan 4) didapatkan daerah
hipodens dikelilingi cincin yang menyerap kontras.
2.

Diagnosa

Gejala awal abses otak tidak jelas karena tidak spesifik. Pada beberapa kasus,
penderita yang berobat dalam keadaan distress, terus menerus sakit kepala dan
semakin parah, kejang atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu sisi
bagian tubuh melemah). Dokter harus mengumpulkan riwayat medis dan
perjalanan penyakit penderita serta keluhan-keluhan yang diderita oleh pasien.
Harus diketahui kapan keluhan pertama kali timbul, perjalanan penyakit dan
apakah baru-baru ini pernah mengalami infeksi. Untuk mendiagnosis abses otak
dilakukan pemeriksaan CT scan (computed tomography) atau MRI scan(magnetic
resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan gambaran potongan
tiap inci jaringan otak. Abses terlihat sebagai bercak/ noktah pada jaringan otak.
Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber infeksi tersebut.
Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari bercak/ noktah
tersebut diambil dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli bedah saraf.
D.

Penatalaksanaan Medis

Pada umumnya terapi abses otak meliputi pemberian antibiotik dan tindakan
operatif berupa eksisi (aspirasi), drainase dan ekstirpasi. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam menentukan pemberian antibiotik, sebagai berikut:
1.

Bila gejala klinik belum berlangsung lama (kurang dan 1 minggu) atau

kapsul belum terbentuk.

2.
a.

Sifat-sifat abses:
Abses yang lokasinya jauh dalam jaringan otak merupakan kontraindikasi

operasi.
b.

Besar abses.

c.

Soliter atau multipel; pada abses multipel tidak dilakukan operasi

Pemilihan antibiotik didasarkan hasil pemeriksaan bakteriologik dan sensitivitas.


Sebelum ada hasil pemeriksaan bakteriologik dapat diberikan antibiotik secana
polifragmasi ampisilin/penisilin dan kioramfenikol. Bila penyebabnya kuman
anaerob dapat diberikan metronidasol. Golongan sefalosporin generasi ke tiga
dapat pula

digunakan. Tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan

memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas.


Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam terapi abses otak, yaitu :
a.

Antibiotika untuk mengobati infeksi

Jika diketahui infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri yang spesifik, maka
diberikan antibiotika yang sensitif terhadap bakteri tersebut, paling tidak
antibiotika berspektrum luas untuk membunuh lebih banyak kuman penyakit.
Paling sedikit antibiotika yang diberikan selama 6 hingga 8 minggu untuk
menyakinkan bahwa infeksi telah terkontrol.
b.

Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan abses

Jaringan abses diangkat atau cairan nanah dialirkan keluar tergantung pada ukuran
dan lokasi abses tersebut. Jika lokasi abses mudah dicapai dan kerusakkan saraf
yang ditimbulkan tidak terlalu membahayakan maka abses diangkat dengan
tindakan pembedahan. Pada kasus lainnya, abses dialirkan keluar baik dengan
insisi (irisan) langsung atau dengan pembedahan yaitu memasukkan jarum ke
lokasi abses dan cairan nanah diaspirasi (disedot) keluar. Jarum ditempatkan pada
daerah abses oleh ahli bedah saraf dengan bantuan neurografi stereotaktik, yaitu
suatu tehnik pencitraan radiologi untuk melihat jarum yang disuntikkan ke dalam
jaringan abses melalui suatu monitor. Keberhasilan pengobatan dilakukan dengan
menggunakan MRI scanatau CT scan untuk menilai keadaan otak dan abses
tersebut. Antikonvulsan diberikan untuk mengatasi kejang dan penggunaanya
dapat diteruskan hingga abses telah berhasil diobati.

Dianjurkan menghubungi dokter bila mengalami sakit kepala yang kontinu dan
keadaannnya makin memburuk dalam beberapa hari atau minggu. Jika sakit
kepala disertai mual, muntah, kejang, gangguan kepribadian atau kelemahan otot,
disarankan untuk segera mencari pertolongan.
Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan abses. Abses otak diobati
dengan terapi antimikroba dan irisan pembedahan atau aspirasi.
1.

Pengobatan antimikroba diberikan untuk menghilangkan organisme

penyebab atau menurunkan perkembangan virus.


2.

Dosis besar melalui intravena biasanya ditentukan praoperatif untuk

menembus jaringan otak dan abses otak. Terapi diteruskan pada pascaoperasi.
3.

Kortikosteroid dapat diberikan untuk menolong menurunkan peradangan

edema serebri jika klien memperlihatkan adanya peningkatan defisit neurologis.


4.

Obat-obat antikonvulsan (fenitoin, fenobarbital) dapat diberikan sebagai

profilaksis mencegah terjadinya kejang. Abses yang luas dapat diobati dengan
terapi antimikroba yang tepat, dengan pemantauan ketat melalui pengamatan
dengan CT scan.
Setelah pengobatan abses otak, defisit neurologis dapat terjadi berupa
hemiparesis, kejang, gangguan penglihatan, dan kelumpuhan saraf kranial karena
kemungkinan adanya gangguan jaringan otak. Serangan ulang biasanya terjadi,
dengan angka kematian yang tinggi.

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Kasus

Tn.I, 34 tahun mengeluh sakit kepala yang telah dirasakan selama 2 minggu ini
dan dirasakan semakin memberat. Sakit kepala terkadang dirasakan berdenyut dan
terasa seperti kepala sedang diregangkan. Sakit kepala dirasakan di semua bagian
kepala terutama pada kepala bagian belakang. Apabila sakit kepalanya timbul, Os
terkadang sampai menelungkupkan kepalanya dan memegangi kepalanya dengan

kedua tangannya. Sakit kepalanya timbul terusmenerus dan menetap serta lebih
sering terasa semakin memberat menjelang malam hari sehingga membuat Os
tidak dapat beristirahat. Untuk mengurangi sakit kepalanya, Os lebih senang
berbaring pada sisi sebelah kiri. Mual (+), muntah (+), riwayat trauma pada kepala
(+), sering gelisah dan susah tidur pada malam hari. Terkadang Os tidak ingat
pada siapapun.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya kelainan. Tidak ada parese N.
Kranialis. Pemeriksaan motorik dan sensorik pada ekstremitas baik. Refleks
fisiologis (+). Tidak terdapat refleks patologis. Gangguan saraf otonom (-). Hanya
ditemukan kaku kuduk (+) pada pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan peningkatan angka leukosit. Pada pemeriksaan radiologi
dengan CT Scan kepala didapatkan midline shift ke kiri, tampak gambaran
hipodens di temporofrontalis dekstra dan temporooksipitalis sinistra yang pada
pemberian larutan kontras tampak gambaran enhancement di frontalis dekstra
dengan ukuran 3,5 x 2,8 cm.
B.

Pengkajian Gordon

1.

Identitas

a.

Identitas Pasien

Nama

: Tn. I

Umur

: 34 tahun

Agama

: Kristen

Jenis Kelamin

: Laki laki

Status

: Menikah

Pendidikan

: D3

Pekerjaan

: Swasta

Suku Bangsa

: Jawa

Alamat

: Yogyakarta

Tanggal Masuk

: 26 November 2012

Tanggal Pengkajian: 27 November 2012


No. Register

:-

Diagnosa Medis

: Abses cerebri

2.

Status Kesehatan

a.

Status Kesehatan Saat Ini

1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) :


Sakit kepala
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini :
Sakit kepala dirasakan selama 2 minggu SMRS dan dirasakan semakin memberat.
Sakit kepala terkadang dirasakan berdenyut dan terasa seperti kepala sedang
diregangkan. Sakit kepala dirasakan di semua bagian kepala terutama pada kepala
bagian belakang. Apabila sakit kepalanya timbul, Os terkadang sampai
menelungkupkan kepalanya dan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
Sakit kepalanya timbul terus-menerus dan menetap serta lebih sering terasa
semakin memberat pada pagi hari dan menjelang malam hari sehingga membuat
Os tidak dapat beristirahat.
Awalnya sakit kepala dirasakan 2 minggu yang lalu ketika Os sedang bekerja,
yang membuat Os beristirahat sejenak, kemudian tanpa timbul mual Os muntah
beberapa kali. Muntahnya timbul pada saat Os sedang berbaring dan terkesan
muncrat. Karena tidak ada perbaikan selama beberapa hari berada di rumah, dan
muntah terus-menerus, serta tidak ada perbaikan pada sakit kepalanya walaupun
telah diberikan obat sakit kepala, akhirnya Os dibawa oleh keluarganya ke rumah
sakit.
Di rumah sakit, Os masih sering muntah-muntah, terkadang didahului oleh rasa
mual. Akhir-akhir ini Os merasa gelisah dan susah sekali buat tidur, khususnya
menjelang malam. Lebih banyak diam, dan tampak acuh tak acuh, serta sering
tidak merespon terhadap panggilan serta terkadang berbicara ngelantur (sering
tidak nyambung ). Bahkan menurut pengakuan istrinya, Os terkadang tidak
mengenali lagi saudara-saudaranya sendiri bahkan kepada istrinya sendiri. Os
seringkali merintih kesakitan.
Ketika berumur sekitar 25 tahun, Os pernah mengalami trauma pada kepalanya
karena tertimpa kayu belian ketika sedang membuat rumah. Pada saat itu, Os
pingsan selama kurang lebih 2 jam dan dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit

dan dirawat selama beberapa hari. Saat ini Os mengalami demam dan tidak pernah
mengalami kejang-kejang.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Untuk mengurangi sakit kepalanya, Os lebih senang berbaring pada sisi sebelah
kiri.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami :
Riwayat hipertensi disangkal , riwayat diabetes disangkal, riwayat sakit pada
telinga, gigi disangkal, riwayat sakit pada kulit disangkal. Riwayat kejang
disangkal.
2) Pernah dirawat :
Ketika berumur sekitar 25 tahun, Os pernah mengalami trauma pada kepalanya
karena tertimpa kayu belian ketika sedang membuat rumah. Pada saat itu, Os
pingsan selama kurang lebih 2 jam dan dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit
dan dirawat selama beberapa hari. Saat ini Os mengalami demam dan tidak pernah
mengalami kejang-kejang.
3) Alergi :
Os melaporkan tidak memiliki alergi.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) :
- Merokok sejak remaja, menghabiskan 2 bungkus rokok/hari
- Minum kopi 3 gelas/hari
c.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada pada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa.


d. Diagnosa Medis dan therapy
Abses serebri
3.

Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

a.

Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Sebelum sakit : Os mengatakan sakitnya karena trauma kepala akibat

tertimpa kayu.

Saat sakit : Os di bawa ke rumah sakit karena sakit kepalanya yang timbul

terus-menerus

b. Pola Nutrisi-Metabolik

Sebelum sakit :

Frekuensi makan : 3 x sehari

Saat sakit : Baik

c.

Pola Eliminasi

1) BAB
Sebelum sakit:
Frekuensi : 1 x sehari
Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi : lembek
Saat sakit : Normal
2) BAK
Sebelum sakit: Normal
Saat sakit : Normal
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Saat sakit : aktivitas Os tergantung total karena terjadi penurunan kesadaran.
2) Latihan

Sebelum sakit

: Bekerja setiap hari dan olahraga seminggu sekali.

Saat sakit

e.

Pola kognitif dan Persepsi

: Tidak mampu bekerja dan berolahraga.

Os masih dalam keadaan apatis sehingga belum dapat dikaji secara keseluruhan.
f.

Pola Persepsi-Konsep Diri

Os masih dalam keadaan apatis sehingga belum dapat dikaji secara keseluruhan.
g.

Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum sakit : Baik


Saat sakit : Pasien mengeluhkan sulit beristirahat karena nyeri yang dialami
h. Pola Peran-Hubungan

Sebelum sakit :

Os dapat berkomunikasi dengan baik, dengan keluarga maupun tetangganya

Saat sakit

Os menggalami masalah dalam berkomunikasi.


i.

Pola Seksual-Reproduksi

Sebelum sakit : tidak mengalami masalah seksual


Saat sakit
j.

: mengalami perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks

Pola Toleransi Stress-Koping


Sebelum sakit :

Os menceritakan setiap masalahnya pada keluarganya.

Saat sakit

Keluarga mengatakan os selalu menceritakan keluhanya yang dialaminya.


k. Pola Nilai-Kepercayaan

Sebelum

sakit :

Os

menganut

agama Kristen,

dan

melaksanakan

persembahyangan di gereja setiap minggu

Saat sakit : Os tidak bisa melakukan persembahyangan dan hanya bisa

berdoa di tempat tidur


4.
a.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sedang sakit, gelisah, lemah

Kesadaran

: Apatis

Status gizi

: Cukup

b.

Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi

: 102x/ menit, teratur, isi cukup

Nafas

: 21x/ menit, teratur, kedalaman cukup

Suhu

: 38,5oC

c.
-

Keadaan Fisik
Kepala

: Bentuk tidak ada kelainan, simetris, dan nyeri tekan (+)

pada daerah belakang kepala sebelah kanan


-

Leher

: Sikap dinamis, gerakan memalingkan kepala ke kiri dan

ke kanan baik
-

Vertebra

: Tidak terdapat deformitas

Mata

: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Telinga

: Sekret (-)

Hidung

: Sekret (-), deviasi septum (-)

Tenggorokan

: Faring tidak hiperemis

Jantung

: Bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Suara dasar vesikuler , rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

: Perut datar, lemas, tidak teraba hati maupun limpa

Bising usus

: 3x/menit

Ekstremitas

: Akral hangat, perfusi perifer baik

Kulit

: Kering pada kedua tungkai

d. Status neurologik
-

GCS 13 , E4M5V4

Orientasi, jalan pikiran, daya ingat kejadian baru dan lama terganggu

Kemampuan berbicara tidak terganggu

Cara berjalan tidak terdapat kelainan

Tidak ada gerakan abnormal

Pemeriksaan Rangsang Meningeal

Kaku kuduk ( + )

Lasegue ( - )

Kernig ( - )

Brudzinski I/Brudzinskis neck sign ( - )

Brudzinski II/Brudzinskis contralateral leg sign ( - )

Nervus kranialis

N.I

: daya pembau baik

N.II

: daya penglihatan baik

N.III

bawah
+/+,

baik, pupil bulat isokor, diameter 3 mm, Refleks pupil


strabismus divergen (-), diplopia (-)

N.IV

strabismus

: ptosis (-), gerak kedua mata ke medial, atas, dan

N.V

: gerak

kedua

mata

ke

lateral

konvergen (-), diplopia (-)


: sensibilitas baik, motorik baik

bawah

baik,

N.VI

: gerak kedua mata ke lateral baik, strabismus konvergen

(-),

diplopia (-)
N.VII

motorik

lakrimasi

baik,

tidak

tampak

paresis,

salivasi

baik.

N.VIII

: pendengaran suara baik pada telinga kanan dan kiri

N.IX & X

: arkus faring simetris, bersuara baik, tidak sengau,

menelan

baik

N.XI

: bisa memalingkan kepala dan mengangkat bahu

N.XII

: artikulasi baik, kekuatan lidah baik, deviasi (-), tremor (-)

- Motorik

Kekuatan : 4 4 4 4 4 4 4 4
44444444

Tonus : N N
NN

Trofi : atrofi - --

Sensorik eksteroseptif:

Ekstremitas atas : baik


Ekstremitas bawah: baik
- Refleks fisiologis:

bisep (+/+)

trisep (+/+)

radius (+/+)

patella (+/+)

achilles (+/+)

- Refleks patologis:
Hoffman-Trommer (-/-)
Babinsky (-/-)
Oppenheim (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)

dan

Schaffer (-/-)
Chaddock (-/-)
- Otonom:
retensio urin (-)
inkotinensia alvi (-)
5.
a.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ( hasil pemeriksaan tanggal 28 November 2012)

Hb
Ht

: 13,4 g/dL
: 41,6 %

Leukosit : 12.000/dl
Trombosit : 319.000 /JL
b.

Radiologi ( hasil pemeriksaan tanggal 2 Desember 2012)

Foto thorak

: Cor Pulmo tidak tampak kelainan

CT Scan Kepala

: Tampak midline shift ke kiri, tampak gambaran hipodens di

temporofrontalis dekstra dan temporooksipitalis sinistra yang pada pemberian


larutan kontras tampak gambaran ring enhancement di frontalis dekstra dengan
ukuran 3,5 x 2,8 cm.
c.

Laboratorium Lain (hasil pemeriksaan tanggal 4 Desember 2012)

Waktu perdarahan : 230


Waktu pembekuan : 730
Analisa Data
Data
DO :

Etiologi

- Keadaan
Tampak

umum
sedang

sakit,

gelisah, lemah.
- Kesadaran : Apatis.
- GCS 13
- Tekanan darah : 130/70

Cedera kepala

Masalah Keperawatan

mmHg.

Penurunan

- Nadi

102x/

menit,

adaptif intrakranial

teratur, isi cukup.


- Nafas

21x/

menit,

teratur, kedalaman cukup.


- CT Scan Kepala

Tampak midline shift ke


kiri,

tampak

gambaran

hipodens

di

temporofrontalis
dan

dekstra

temporooksipitalis

sinistra

yang

pada

pemberian larutan kontras


tampak

gambaran

ring

enhancement di frontalis
dekstra dengan ukuran 3,5
x 2,8 cm.
- Os

muntah-muntah,

terkadang didahului oleh


rasa mual.
DS :
- Os

mengeluh

sakit

kepala yang telah dirasakan


selama 2 minggu ini dan
dirasakan

semakin

memberat.
DO :
- Nadi

102x/

menit,

teratur, isi cukup.


- Nafas

21x/

menit, Infeksi

teratur, kedalaman cukup.

kapasistas

Hipertermi

- Suhu : 38,5oC.
- Kulit

Kering

pada

kedua tungkai.
DS : DO :
- Tekanan darah : 130/70
mmHg.
- Nadi

102x/

menit,

teratur, isi cukup.


- Nafas

21x/

menit,

teratur, kedalaman cukup.


- Kaku kuduk (+).
- Os

sering

merintih

kesakitan.

Inflamasi

DS :
- Os

mengeluh

sakit

kepala yang telah dirasakan


selama 2 minggu ini dan
dirasakan

semakin

memberat.
- Sakit kepala terkadang
dirasakan berdenyut dan
terasa seperti kepala sedang
diregangkan.
- Sakit kepala dirasakan di
semua
terutama

bagian

kepala

pada

kepala

bagian belakang.
- Sakit kepalanya timbul
terus menerus dan menetap
serta lebih sering terasa

Nyeri

semakin

memberat

menjelang

malam

sehingga

hari

membuatnya

tidak bisa beristirahat.


DO :
- Keadaan
Tampak

umum
sedang

sakit,

gelisah, lemah.
- Kesadaran : Apatis.
- GCS 13
- Orientasi, jalan pikiran, Penurunan kesadaran dan Resiko injuri
daya ingat kejadian baru status mental
dan lama terganggu.
DS :
-

Os lebih banyak diam,

dan tampak acuh tak acuh,


serta sering tidak merespon
terhadap panggilan serta
terkadang
ngelantur

berbicara
(sering

tidak

nyambung ).
- Menurut

pengakuan

istrinya, Os terkadang tidak


mengenali

lagi

saudara-

saudaranya sendiri bahkan


kepada istrinya sendiri.

Data
DO :

Diagnosa
Penurunan

- Keadaan

adaptif

NOC
NIC
kapasistas Perfusi Jaringan : Peningkatan

intracranial

b.d Serebral

serebral

perf

umum : Tampak cidera kepala


sedang

Definisi :

Definisi : Meningkatk

sakit, Domain 9 :Koping/Toleransi Aliran darah yang perfusi yang adekuat d

gelisah, lemah.
- Kesadaran

stress

adekuat

: Kelas 3 : Stress

menuju membatasi

Neuro pembuluh

komplik

darah pada pasien yang seda

Apatis

Behavior

otak untuk menjaga mengalami atau beresi

- GCS 13

Definisi :

fungsi otak.

- Tekanan darah : Mekanisme dinamika cairan


130/70 mmHg
- Nadi

intracranial

yang

Tekanan

secara intrakranial

102x/ normal dapat berkompensasi menurun

menit, teratur, isi terhadap


cukup

peningkatan

Demam

volume intracranial dapat menurun

- Nafas

21x/ beradaptasi,

hasil

menit, teratur, ke- peningkatan


dalaman cukup
- CT

tekanan berkurang

berulang yang tidak sesuai

Scan sebagai

Muntah

respon

terhadap gangguan kognisi

Tampak berbagai macam stimulus.

midline

shift ke Batasan Karakteristik :

menurun

kiri,

tampak

gambaran

Tampak

hipodens-ditempo-

gelisah, lemah

umum

sedang

sakit,

tidak adekuat.

Mengkonsultasika

dengan

terapis

unt

menentukan posisi kep

yang optimal (0, 15, a

300) dan memonitor resp

pasien terhadap perubah

Berkurangnya posisi

Kepala:

Keadaan

untuk perfusi serebral ya

Menghindari

fle

Sakit kepala pada leher atau fleksi pa

pinggul/lutut yang ekstre

Memonitor

sta

neurologi

Menghitung

rofrontalis dekstra

Kesadaran : Apatis

memonitor tekanan perf

dan

Tekanan darah:

serebral (CPP)

temporo oksipitali

130/70 mmHg

sinistra

pada
larutan

yang

Nadi : 102x/ menit,

pemberian teratur, isi cukup


kontras

Nafas : 21x/ menit,

tampak gambaran teratur, kedalaman cukup


ring

enhance-

CT Scan Kepala :

ment di frontalis Tampak midline shift ke


dekstra

dengan kiri,

tampak

ukuran 3,5 x 2,8 hipodens

gambaran
di

cm.

temporofrontalis dekstra dan

- Os

muntah- temporooksipitalis

muntah, terkadang yang

pada

didahului oleh rasa larutan

sinistra

pemberian

kontras

tampak

mual.

gambaran

DS :

enhancement di frontalis

- Os

ring

mengeluh dekstra dengan ukuran 3,5 x

sakit kepala yang 2,8 cm


telah

dirasakan

Os

selama 2 minggu terkadang

muntah-muntah,
didahului

oleh

mengeluh

sakit

ini dan dirasakan rasa mual


semakin

Os

memberat.

kepala yang telah dirasakan


selama 2 minggu ini dan
dirasakan

memberat
Hipertermi b.d infeksi

DO :
- Nadi

semakin

102x/ Domain

11

Termoregulation
: Definisi:

Definisi

menit, teratur, isi Keamanan/Perlindungan

Keseimbangan

cukup

antara

- Nafas

Kelas 6 : Termoregulasi
:

Manajem

pasien

deng

produksi hiperpireksia karena fak

21x/ Definisi : Peningkatan suhu panas, peningkatan non-lingkungan

menit, teratur, ke- tubuh diatas kisaran normal.

panas,

dalaman cukup

Batasan karakteristik :

kehilangan panas.

- Suhu : 38,5oC

Nadi : 102x/ menit,

- Kulit : Kering teratur, isi cukup


pada

Penanganan demam

kedua

dan

Suhu

temperatur secara berkal

tubuh

Memonitor

klien turun (normal kehilangan

Nafas : 21x/ menit, 37oC +- 1oC)

tungkai

teratur, kedalaman cukup

DS : -

Suhu : 38,5oC

Kulit : Kering pada

kedua tungkai

Memonitor

Kulit

Memonitor

war

kulit dan temperatur

Klien merasa

nyaman

ya

tidak terlihat
klien

melembab

cairan

Memonitor tekan

dengan darah, nadi dan pernafas

suhu tubuhnya

secara berkala


TTV

Suhu

antipiretik jika dibutuhka

Tekanan

menit, teratur, isi Definisi


cukup

RR normal

intravena

Nadi normal

teratur,ke- muncul

akibat

nyeri nyeri

- Kaku kuduk (+)

potensial atau digambarkan menunjukkan

sering dalam

aktual
hal

merintih kesakitan

sedemikian

DS :

(International

atau

nyeri

menurunk

ke

level

untuk

diteri

Menunjukkan

ya

untuk menunjukkan loka


nyeri karakter,

onset/dur

frekuensi,

kualit

intensitas atau keparah


mual nyeri

dan

sakit kepala yang awitan yang tiba tiba atau berkurang

pencetusnya

telah

dirasakan lambat dari intensitas ringan

ya

komprehensif dari ny

Klien

mengeluh for the Study of Pain); mengatakan

atau

pengkajian

rupa berkurang
Association

Menguran

pasien

Klien

kerusakan ekspresi

nyaman

kerusakan berkurang

jaringan

- Os

: Definisi

Klien

dalaman cukup
- Os

Manajemen nyeri:

: Pengalaman dilaporkan.

21x/ tidak menyenangkan yang melaporkan

Memberikan cair

yang diamati atau nyeri

sensori dan emosional yang

- Nafas

Memberikan

darah normal

Keparahan

menit,

tubuh dan output

130/70 mmHg

102x/ Kelas 1 : Kenyamanan Fisik

inta

Definisi

Memonitor

normal

- Tekanan darah : pada otak


- Nadi

ting

penurunan kesadaran

Nyeri akut b.d inflamasi Level nyeri


Domain 12 : Kenyamanan

Memonitor

klien berkurang

DO :

Sakit kepala

TTV normal

faktor-fak

Mengamati perila

selama 2 minggu hingga berat dengan akhir

tidak nyaman non-verb

ini dan dirasakan yang dapat diantisipasi atau

terutama jika tidak mam

semakin

diprediksi dan berlangsung

berkomunikasi

memberat.

> 6 bulan.

efektif

- Sakit

kepala Batasan karakteristik :

Menggunaka

sec

terkadang

dirasakan

130/70 mmHg

berdenyut

dan

Tekanan darah:

strategi

komunik

terapeutik

Nadi : 102x/ menit,

unt

pengalaman

terasa

seperti teratur, isi cukup

ketidaknyamanan tenta

kepala

sedang

nyeri

diregangkan.
- Sakit

teratur, kedalaman cukup

kepala

dirasakan di semua
bagian

Kaku kuduk (+)

Os

dari

sering

pada

Os

merintih

mengeluh

sakit

bagian kepala yang telah dirasakan

belakang.

selama 2 minggu ini dan

- Sakit kepalanya dirasakan


timbul

semakin

terus memberat.

menerus

dan

menetap

penerima

Menentukan damp
pengalaman

dalam

kualitas

(tidur,

selera

ny

hid

mak

aktivitas, kognisi, suasa


hati,

hubung

penampilan

kerja,

tanggungjawab peran)

kepala

serta dirasakan

dan

respon pasien tentang ny

kepala kesakitan

terutama
kepala

Nafas : 21x/ menit,

terkadang

berdenyut

dan

Mengurangi

mengeliminasi

fak

lebih sering terasa terasa seperti kepala sedang

pencetus

semakin memberat diregangkan.

meningkatkan nyeri (tak

menjelang malam

kelelahan, perilaku ya

hari

Sakit kepala dirasakan

sehingga di semua bagian kepala

membuat-nya
tidak
beristira-hat.

terutama pada kepala bagian


bisa belakang.

monoton,

kepalanya

ya

kura

pengetahuan)

Sakit

atau

Memilih

mengimplementasikan

timbul terus menerus dan

berbagai

menetap serta lebih sering

pengukuran (farmakolo

terasa semakin memberat

non-farmakologi,

menjelang

hari

interpersonal)

sehingga membuatnya tidak

memfasilitasi

bisa beristirahat.

penghilangan nyeri

malam

Mengajari

manajemen nyeri

mac

unt

prin

Mempertimbangka

tipe

dan

ketika

sumber

memilih

ny

strat

menghilangkan nyeri

Mendorong

pas

untuk memonitor nyerin


dan

ikut

camp

seperlunya

Mengajarkan unt

menggunakan teknik no
farmakologi

Administrasi analgesik

Definisi : Menggunak

agen farmakologi unt


menghilangkan

mengurangi nyeri

Mengevaluasi

kemampuan pasien unt


berpartisipasi

dal

pemilihan analgesik, jal


dosis

dan

keterliba

pasien jika dibutuhkan

Memilih

analge

yang sesuai atau kombin

analgesik jika lebih da


satu yang diresepkan

Menentukan

pemilihan
berdasarkan

analge
tipe

keparahan nyeri

Memonitio

tand

tanda vital sebelum d


sesudah

pember

analgesik

Memperhatikan

kebutuhan

kenyaman

dan aktivitas lain ya

membantu relaksasi unt


memfasilitasi

resp

analgesik

Mendokumentasik

respon analgesik dan ef


DO :

Resiko

injury

b.d Status neurologi

- Keadaan umum: penurunan kesadaran dan Definisi


Tampak

sedang status mental

sakit,

gelisah, Domain

: Definisi : Mengumpulk

kemampuan
11

: pusat

Keamanan/Perlindungan

untuk

- Kesadara:

Kelas 2 : Cedera Fisik

memproses,

Apatis

Definisi :

merespon

- GCS 13

Beresiko mengalami cedera stimulus


akibat

saraf dan

dan

lemah.

- Orientasi, jalan sebagai

yang -

menganalisis

teppi pasien

untuk

menerima, atau

menceg

meminimalk

dan komplikasi neurologi


untuk

Memonitor

ting

internal kesadaran

kondisi dan eksternal.

pikiran, daya ingat lingkungan

yang tidak diinginkan


Monitor neurologi

Kesadaran

Memonitor

ting

orientasi

kejadian baru dan berinteraksi dengan sumber membaik

lama terganggu.

adaptif dan sumber defensif -

saat ini, lama perhati

DS :

individu.

acuh

tak

Keadaan

acuh, Tampak

umum

sedang

Kounikasi

: sesuai

sakit, situasi

Mencatat

keluh

sakit kepala

merespon terhadap

Kesadaran : Apatis

istirahat embaik

panggilan

Orientasi,

jalan -

hati dan perilaku

dengan

serta sering tidak gelisah, lemah


serta

inga

tekanan intrakranial ingatan masa lalu, suasa

- Os lebih banyak Faktor resiko :


diam, dan tampak

Penurunan

Memonitor

Pola

tidur-

Tekanan

Menghindari

aktivitas

yang

meningkatkan

da

tekan

terkadang

pikiran, daya ingat kejadian darah normal

intrakranial

berbicara

baru dan lama terganggu

Pencegahan Jatuh

ngelantur

(sering

Os lebih banyak diam, nadi normal

tidak nyam-bung)

dan tampak acuh tak acuh, -

- Menurut

serta sering tidak merespon efektif

pengaku-an

terhadap

istrinya,
terkadang
mengenali

tidak ngelantur

sendiri.

serta -

(sering

tidak -

terkadang
lagi

tidak
saudara-

Melakuk

nafas pencegahan khusus pa


pasien

Orientasi

yang

beresi

cedera dari terjatuh.


Aktivitas :

Tidak terjadi

sakit kepala.

Menurut pengakuan istrinya,

istrinya mengenali

Pola

Definisi

berbicara kognitif membaik

lagi nyambung)

nya sendiri bahkan Os


kepada

panggilan

Os terkadang

saudara-saudara-

Tekanan

Mengidentifikasi

kelemahan kognitif a
fisik

dari

pasien

ya

mungkin

da

meningkatkan

saudaranya sendiri bahkan

terjatuh

kepada istrinya sendiri

pote

Mengidentifikasi

lingkungan
yang

dan

fak

mengakibatk

resiko terjatuh

Mengulas

sejar

terjatuh pada pasien d


keluarga

Mengidentifikasi

karakteristik

lingkung

yang
meningkatkan

mungk

pote

terjatuh (misalnya lan


licin)

Mengamati

keseimbangan,

jal

kelelahan dengan ambula

Mengajarkan

kl

bagaimana terjatuh unt

mengurangi cedera

Menyediakan

tem

tidur dengan roda unt

memudahkan perpindaha

Menggunakan

pengaman

tempat

tid

yang panjang dan ting

untuk mencegah jatuh d


tempat tidur, bila perlu

Menggunakan

tempat

ala

tidur

unt

memperingatkan

peraw

jika individu akan terjatu


jika dibutuhkan
C.

Asuhan Keperawatan

BAB IV
PENUTUP
A.
a.

Kesimpulan
Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul

dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur.
b.

Mikroorganisme yang menyebabkan abses otak, yaitu Staphylococcus

aureus,Streptococcus anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus


alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides.
c.

Manifestasi klinis yang sering muncul pada abses otak adalah sakit kepala,

muntah, kelemahan ekstremitas, penurunan, penglihatan, kejang, perubahan dalam


status mental, demam.
d.

Berdasarkan kasus, diagnosis yang dapat ditegakkan pada pasien abses otak

adalah penurunan kapasistas adaptif intracranial b.d cidera kepala, hipertermi b.d
infeksi, nyeri akut b.d inflamasi pada otak, resiko injury b.d penurunan kesadaran
dan status mental.
B.

Saran

a.

Perawat mampu berkolaborasi dengan tenaga medis yang lain untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada klien dengan brain abscess.

b.

Perawat mampu menyusun dan menerapkan Asuhan Keperawatan

berdasarkan NANDA, NIC dan NOC melalui Pengkajian Gordon di pelayanan


kesehatan agar tujuan dari pemberian pelayanan kesehatan tercapai.
c.

Perawat harus selalu meng-update informasi dan ilmu pengetahuan untuk

menunjang pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan brain


abscess melalui Evidence Based Nursing.

You might also like