You are on page 1of 23

LAPORAN PENCANDRAAN

STRUKTUR PERKEMBANGAN 1

BROJO LINTANG
Belamcanda chinensis

NAMA

: ARIATI

NIM

: H411 13 029

KELOMPOK

: IV (EMPAT)

ASISTEN

: NURFAIDAH

LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pencandraan ini disusun untuk melengkapi tugas dan sebagai


salah satu syarat untuk mengikuti ujian praktikum Struktur Pekembangan
Tumbuhan 1.

NAMA : ARIATI
NIM

: H411 13 029

Makassar, 21 November 2014


Koordinator Asisten

Asisten Pembimbing

NURUL QOLBY
NIM : H411 11 217

NURFAIDAH
NIM : H411 12 302

Mengetahui
Penanggungjawab Praktikum SPT 1

Dr. Sri Suhadiyah, M.Agr.


NIP. 19540403 1988102 001

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang termasuk
dalam suku Loranthaceae. Tumbuhan parasit ini umumnya menyerang pepohonan
atau pun tumbuhan perdu terutama pada bagian ranting dan cabang-cabangnya.
Pohon atau pun perdu yang diserang benalu akan terganggu bahkan dapat mati
apabila serangan tersebut dalam jumlah besar (Sunaryo et al., 2006). Kelompok
tumbuhan parasit ini selain menyerang tumbuhan liar juga tanaman budidaya
(Pitoyo, 1996).
Benalu telah lama dikenal sebagai tumbuhan hemiparasit pada perdu atau
pohon. Akan tetapi melalui kajian yang menggunakan radiocarbon, Marshall dan
Ehleringer (1990, dalam Luttge, 1997) telah menggungkapkan bahwa benalu
adalah benar-benar parasit karena sebagian besar senyawa karbon benalu berasal
dari larutan apoplastik xylem tanaman inang. Selaian menggambil mineral,
haustoria benalu juga menyerap senyawa organic dari inang. Benalu juga
menyerap senyawa organic inang. Benalu sering merugikan secara ekonomis dan
mengganggu kehidupan tubuhan inang. Selain dikenal sebagai tumbuhan yang
merugikan ternyata benalu telah sejak lama dikenal sebagai sumber bahan obat
tradisional Indonesia (Kirana, 1996; Chozin dkk, 1998 dan Widandri & Rahajoe,
1998). Di Cina, benalu telah digunakan sebagai obat sejak tahun 1910 (Anderson
and Phillipson, 1992). Karena itu, potensi benalu sebagai sumber bahan obat dan
kandungan kimia benalu bergantung pada jenis tanaman inang yang ditempati
( Anderson & Phillipson, 1992) menunjukkna bahwa alkaloid benalu teh Scurulla
ortiana disintesis oleh tanaman teh. Sebaiknya, berbagai flavonoid justru
dihasilkan oleh benalu, namun, konsentrasinya sangat bervariasi bergantung jenis
inangnya.
Di kawasan Malesia suku Loranthaceae terdiri atas 23 marga dan 193 jenis
(Barlow, 1997) sedangkan di Jawa dilaporkan hanya dapat ditemukan 38 jenis

benalu dari 14 marga (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965). Berdasarkan
pengamatan terhadap spesimen herbarium yang disimpan di Herbarium
Bogoriense telah ditemukan 8 jenis tumbuhan benalu di Pulau Bali. Kedelapan
jenis benalu tersebut adalah Amyema cuernosensis (Elmer) Barlow, A. longipes
(Danser) Barlow, A. tristis (Zoll.) Tiegh., Dendrophthoe lanosa (Korth.) Danser,
D. pentandra (L.) Miq., Helixanthera setigera (Korth.) Danser, Scurrula
atropurpurea (Blume) Danser, dan S. parasitica L.
Untuk meningkatkan apresiasi benalu sebagai bahan obat, Soejono (1995)
telah melakukan inventarisasi benalu dan inang di Kebun Raya Purwodadi, Jawa
Timur. Telah berhasil diinventarisasi empat jenis benalu yaitu: Dendrophthoe
pentandra (L) Miq, Scurrula atropurputra (BL) Dans, Viscum articulatum Burm, f
dan Macrosolen tetradans (Bl). Selanjutnya, telah ditemukan jenis-jenis tanaman
inang potensial, kurang potensial, dan tidak potensial bagi kehidupan seuatu jenis
benalu. D.pentandra merupakan benalu yang paling sering dijumpai dan paling
banyak variasi inangnya, sedangkan S. atropupurea dan V. articulatum berturutturut mendudduki peringkat dibawahnya. Sementara itu, M. tetragonus hanya
ditemukan pada satu kasus di pohon Ficus sp.
Mengingat bahwa pemanfaatan suatu jenis benalu untuk bahan obat
maupun penelitian fitokimia harus berkaitan dengan jenis inanngnya, sedangkan
tidak semua jenis tumbuhan dapat menjadi inang benalu. Tujuan penelitian adalah
untuk menyediakan data dan informasi tentang keanekaragaman jenis tumbuhan
benalu yang menempel tanaman inang famili Anacardiaeae serta untuk panduan
pengenalan jenis-jenis benalu di lapangan.
I.2 Tujuan Laporan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui cara pencandraan pada tanaman brojo lintang Balacamda
chinensis
2. Untuk mengetahui kunci determinasi dan klasifikasi tanaman brojo lintang
Balacamda chinensis
3. Untuk mengetahui morfologi dan anatominya.
I.3 Waktu dan Tempat penyusunan Laporan

Penyusunan laporan pencandraan ini di laksanakan pada hari kamis 23


Desember 2015 pukul 14.00-17.00, bertempat di laboratorium botani, jurusan
biologi Universitas Hasanuddin Makassar.
I.4 Alasan memilih judul
Alasan mengapa memilih brojo lintang Belamcanda chinensis sebagai
judul laporan pencandraan, karena brojo lintang

ini dapat kita ketahui

memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada bidang


kesehatan bermanfaat dalam pembuatan obat-obatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Umum

Pencandraan atau pertelaan adalah teknik penggambaran sifat-sifat


tumbuhan dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data
penyebaran, habitat, asal-usul, manfaat dari golongan tumbuhan yang dimaksud.
Pertelaaan golongan tumbuh dapat pada tinglkat suku, marga , jenis , dan dibawah
tingkat jenis yaitu anak jenis , varitas (Issirep, 2005).
Pencandraan suatu jenis

tumbuhan dilakukan untuk populasi dalam

wilayah penyebarannya sehingga dapat menggambarkan variasi sifat yang ada.


Untuk mempertelakan suatu takson tumbuhan diperlukan adanya aturan baku
tertentu (Issirep, 2005).
Dalam keanekaragaman organisme yang begitu besar perlu adanya
pencandraan untuk mengidentifikasi struktur morfologis dan anatomis suatu
oragnisme. Sehingga akan mempermudah dalam menganalisis fungsi setiap
struktur organisme tersebut. Pencandraan berupa kegiatan pengamatan dapat
dilakukan baik dengan kemampuan panca indra maupun dengan bantuan
mikroskop (Issirep, 2005).
Melalui pencandraan kita dapat lebih memahami materi-materi selama
melakukan praktikum, karna dalam penyandraan ini mencakup semua materi yang
telah didapat, yang pastinya akan mempermudah mahasiswa dalam memahami
mata kuliah struktur perkembangan tumbuhan I (Issirep, 2005).
Determinasi tumbuhan merupakan proses dalam menentukan nama atau
jenis tumbuhan secara spesifik. Determinasi bertujuan untuk mendapatkan suatu
spesies

se-spesifik

mungkin

dan

tepat

sasaran,

karena

dalam

proses

pemanfaatannya, tumbuhan memiliki berbagai jenis varietas yang kadang

membingungkan, digunakan untuk penelitian, jamu-jamu, obat. Untuk itulah,


dibutuhkan suatu acuan yang mendetail untuk menentukan se-spesifik mungkin
suatu tumbuhan, agar tepat sasaran dalam pemanfaatannya (Van Steenis, 1972).
Klasifikasi tumbuhan pada dasarnya merupakan pembentukan kelompokkelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun ke
dalam takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki. Sifat-sifat yang
dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda tergantung orang
yang

mengadakan

klasifikasi

dan

tujuan

yang

ingin

dicapai

dengan

pengklasifikasian itu. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang
lebih rendah mempunyai kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang
terdapat pada tingkat takson (kategori) di atasnya (Tjitrosoepomo, 2009).
Perbedaan antara istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson yang
ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun, sedangkan
istilah kategori yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam
suatu hierarki tertentu untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali yang perlu
dilakukan

adalah

adalah

mempelajari

sifat

morfologi

tumbuhan

tersebut(Tjitrosoepomo, 2009).
Ciri-ciri morfologi yang digunakan dalam klasifikasi ialah bagian
vegetatif atau bagian yang ada kaitannya dengan reproduksi. Contoh bagian
vegetatif antara lain yaitu ada tidaknya jaringan pembuluh, macam serta
kedudukan daun, dan ciri-ciri organ lainnya. Pada umumnya, struktur reproduktif
lebih luas penggunaannya dibandingkan dengan struktur vegetatif. Banyak studi
tentang morfologi tumbuhan memperlihatkan bahwa struktur yang berhubungan

dengan alat reproduktif ternyata hanya sedikit yang mengalam i perubahan selama
evolusi dibandingkan dengan struktutr vegetatif (Tjitrosoepomo, 2009).
Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam
pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas sederetan
bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya beberapa) baris yang
disebut

penuntun

dan

berisi

ciri-ciri

yang

bertentangan

satu

sama

lain. Untuk memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberiberi
nomor, sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf. Pemakai kunci analisis
harus mengikuti bait-bait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh
penuntun (Dian, 2013).
Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam penuntunpenuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita dituntun
langsung pada nama takson yang dicari. Kunci analisis dibedakan menjadi dua
macam berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik (kunci
indent) dan kunci paralel (Dian, 2013).
Pada kunci bertakik maka penuntun-penuntun yang sebait ditakikkan pada
tempat tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi
letaknya berjauhan. Di antara kedua penuntun itu ditempatkan bait-bait takson
tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir yang memenuhi
ciri penuntun pertama, juga dengan penuntun-penuntun yang dipisah berjauhan.
Dengan demikian maka unsur-unsur takson yang mempunyai ciri yang sama jadi
bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus (Dian, 2013).

Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri
adalah Morfologi Tumbuhan. Morfologi tumbuhan yang mempelajari bentuk
susunan tubuh tumbuhan pun sudah demikian pesat perkembangannya hingga
dipisahkan menjadi morfologi luar atau morfologi saja morfologi dalam atau
anatomi tumbuhan (Emilia, 2008).
Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan
bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk menentukan
apakah fungsi masing-masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan. Dalam
rangka melaksanakan tugas-tugasnya morfologi dapat menggunakan teori-teori
yang berlaku dalam Ilmu Hayat, misalnya (Tjitrosoepomo, 2009) :
1. Berdasar teori evolusi tubuh tumbuhan akan mengalami perubahan bentuk dan
susunannya.
2. Bahwa bentuk dan susunan ubuh tumbuhan selalu disesuaikan dengan
fungsinya serta alam sekitarnya.
Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang termasuk
dalam suku Loranthaceae. Tumbuhan parasit ini umumnya menyerang pepohonan
atau pun tumbuhan perdu terutama pada bagian ranting dan cabang-cabangnya.
Pohon atau pun perdu yang diserang benalu akan terganggu bahkan dapat mati
apabila serangan tersebut dalam jumlah besar (Sunaryo et al., 2006). Kelompok
tumbuhan parasit ini selain menyerang tumbuhan liar juga tanaman budidaya
(Pitoyo, 1996).
Suku Loranthaceae terdiri atas 65 marga dan 950 jenis yang sebagian besar
tumbuh tersebar di kawasan tropis dan sebagian kecil lainnya tumbuh di kawasan
yang beriklim sedang. Jumlah jenis yang terbesar adalah di Jawa Barat yaitu 29
jenis. Sedangkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing 19 jenis dan 15
jenis tumbuhan benalu (Samiran, 2005)

Loranthaceae merupakan tanaman setengah parasit yang batangnya


berkayu, tumbuh pada dahan anggota-anggota Gymnospermae dan Cotyledoneaae
yang berkayu, dengan daun-daun tuggal yang kaku seperti belulang, duduknya
bersilang/berhadapan atau berkarang, tanpa daun penumpu. Kadang-kadang tidak
terdapat daun-daun, dalam hal ituruas-ruas cabangnya berwarna hijau dan
berfungsi sebagai alat untuk asimilasi. Tumbuh-tumbuhan membentuk alat
penghisap yang beraneka rupa. Pada perkecambahan alat pelekatnya ada yang lalu
membentuk alat penghisap yang pipih dan meluas melekat pada kayu inangnya.
Ada pula yang dari alat pelekat itu tumbuh tumbuh streng-streng penghisap
seperti akar yang meluas pada permukaan gelam tumbuhan inangnya dan dari
streng-streng tersebut masuk ke dalam kayu alat penghisap yang disebut
penyelam, ada pula yang langsung dari cakram pelekatnya mengeluarkan
penyelam ke bagian kayu inangnya (Gembong, 1993:122).
II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1 Aspek botani
Tanaman ini dikenal sebagai Parasit yang tumbuh pada pohon lainnya.
Daun tunggal, kerapkali berhadapan, dan kadang-kadang berseling. Bunga
berkelamin 1 atau 2, dan bakal buahnya tenggelam. Buah buni atau buah batu.
Benalu merupakan tumbuhan parasit yang hidupnya menempel pada pohon
lainnya. Jenis-jenis tanaman inang yang dijadikan sebagai tempat hidup benalu
antara lain teh, mangga, dan lainnya. Jenis-jenis benalu bergantung pada tempat
dia hidup. Benalu yang tumbuh pada pohon teh adalah Scurrula atropurpurea
Dans, benalu yang tumbuh di pohon mangga adalah Dendrophthae pentandra
Miq., benalu yang tumbuh pada tumbuhan loranthaceae lainnya adalah Viscum
articulatum Burm.f., dan benalu yang tumbuh pada beberapa jenis pohon adalah
Macrosalen cochinensis Tugh.

II.2.2 Aspek Ekologi


Dari aspek ekologi tanaman ini keberadaannya pada umumnya hanya
hidup dan tumbuh pada batang (dahan) pohon tumbuhan lain. Benalu dapat
dijumpai dengan mudah pada pohon-pohon besar di daerah tropis.
Merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya tidak memerlukan media tanah. Ia
hidup sebagai parasit menempel pada dahan-dahan pohon kayu lain dan mengisap
mineral yang larut dalam pohon kayu yang ditempelinya dapat mati.
II.2.3 Aspek pertumbuhan
Tumbuhan

juga

melakukan

reproduksi

untuk

mempertahankan

kelangsungan hidupnya atau spesiesnya. Pada tumbuhan berbunga, bunga


merupakan alat reproduksi seksual. Bunga dikatakan lengkap apabila mempunyai
daun kelopak, daun mahkota, benang sari, putik dan daun buah. Bunga terdiri dari
bagian fertil, yaitu bnang sari dan daun buah, serta bagian steril yaitu daun
kelopak dan daun buah. Benang sari merupakan alat kelamin jantan pada bunga.
Benang sari (stamen) terdiri dari tangkai sari dan kepala sari (antera). Benang sari
pada umumnya terdiri dari empat ruang yang berisi pollen yang disebut dengan
mikrosporangium (lokulus) dan suatu tangkai yang mendukung antera disebut
filamen atau tangkai sari (Nugroho, 2006).
Putik merupakan alat kelamin betina pada bunga yang terdiri dari dari
bakal buah yang didalam bakal bji terdapat sel kelamin betina , tangkai putik dan
kepala putik. Kepala putik berujung lengket untuk menangkap butir butir sel
jantan. Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji.
Pembentukan berbiji tersebut dengan jalan reproduksi seksual dengan yaitu

dengan bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin
betina dari bakal buah. Reproduksi seksual melibatkan kedua proses pembuahan
(fertilisasi) dan meiosis. Pada tumbuhan, fertilisasi dan meiosis membagi
kehidupan organisme menjadi dua fase berlainan atau generasi. Pada Fertilisasi,
nukleus dua gamet bersatu meningkatkan jumlah kromosom dari haploid menjadi
diploid (Kimball, 2000).
II.2.4 Aspek ekonomi (social dan budaya)
Brojo lintang balacamda chinensis

adalah tanaman

yang

bisa

dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Bagian yang dapat dimamfaatkan sebagai


obat yaitu bunga dan daun. Brojo lintang memiliki kandungan zat seperti
Glikosida skekanin, belamkandin dan iridin menjadi bahan yang berkhasiat
dan bermanfaat Brojo Lintang. Adapun khasiat dan manfaat Brojo Lintang

adalah sebagai penurun panas dan urus-urus (batang dan daun). Khasiat dan
Manfaat Brojo Lintang sebagai penurun panas diperoleh dengan cara mengambil
15 gram bunga dan daun segar yang dicuci serta ditumbuk sampai lumat
kemudian dilulurkan pada badan (Asgar, 2009).
Selain itu, Umbi atau rimpang brojo lintang didayagunakan untuk
mengobati sakit tenggorokan, dan sering dipakai untuk menyembuhkan berbagai
penyakit sistem dalam pernapasan atas seperti laringitis dan pheryngitis, tonsillitis
dan batuk, serta asma. Disamping tanaman ini dapat dimanfaatkan dalam
menyembuhkan malaria dan gondongan, juga demam nifas, bisul, radang kulit
serta sembelt dan sakit pinggang (Asgar, 2009).

BAB III
KUNCI DETERMINASI DAN KLASIFIKASI

III.1 Kunci Determinasi


Kunci determinasi tanaman brojo lintang belacamda chinensis yaitu :

1b 2b 3b 4b 6b 7b9b 10 11a
Golongan 5. Teristimewa monocotyledonea (berkeping satu )
67b 69b 70b71b72b73b 76b 77b 79a 80a
Familia : Iridaceae
Spesies : Belacamda chinensis
Sumber : Flora, Van Steenis
Keterangan :
1b

: Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati

2b

: Tanpa alat pembelit

3b

: Daun tidak berbentuk jarum

4b

: Tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput

6b

: Daun yang jelas

7b

: Bukan tumbuhan palem

9b

: Tumbuhan tidak memanjat

10b

: Daun tidak tersusun membentuk roset

11a

: Tulang daun dan urat daun sejajar

67b

: Tepi daun rata

69b

: Daun tidak merupakan karangan

70b

: Daun lain

71b

: Batang yang berdaun merupakan tangga yang memutar

72b

: Tidak terdapat akar udara

73b

: Tumbuh-tumbuhana lain

76b

: Rumput-rumputan (herba)

77b

: Bakal tenggelam

79a

: Bunga beraturan

80a

: Benag sari 3

III.2 Klasifikasi
Regnum

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Liliidae

Ordo

: Liliales

Famili

: Iridaceae

Genus

: Belamcanda

Spesies

: Belamcanda chinensis

Sumber

: Plantamor, 2011

BAB IV
PENCANDRAAN

IV.1 Pencandraan secara Umum

Brojo lintang adalah tanaman tahunan yang tumbuh tegak dengan tinggi
50 hingga 120 cm, tanaman ini biasanya digunakan sebagai tanaman hias di
pekarangan, di luar pagar, kadang-kadang tumbuh liar di daerah pegunungan dan
terdapat dari dataran rendah sampai 2000 m di atas permukaan laut (Asgar, 2009).
Brojo lintang memiliki kandungan zat seperti Glikosida skekanin,
belamkandin dan iridin menjadi bahan yang berkhasiat dan bermanfaat Brojo
Lintang. Adapun khasiat dan manfaat Brojo Lintang adalah sebagai penurun panas
dan urus-urus (batang dan daun). Bunga, daun dan akar Belamcanda chinensis
mengandung saponin, bunganya juga mengandung alkaloids dan tanin dan
daunnya juga mengandung polifenoi (Asgar, 2009).
IV.2 Pencandraan Khusus
IV.2.1 Sel dan jaringan
Sel adalah satuan stuktual terkecil organisme hidup.Mahluk hidup ada
yang bersel tunggal dan ganda,agar fungsi kehidupan berjalan baik maka masingmasing kelompok sel saling bekerja sama. Bagian-bagian sel antara lain
(Nugroho, 2006) :
a. Membaran plasma
Berfungsi sebagai pembatas yang selektif, mengatur keluarnya masuknya
substansi, mengandung reseptor hormon, mengenal molekul di lingkunngan sel
dan berinteraksi spesifik dengan sel lain.
b.

1.

Sitoplasma
merupakan substannsi semi cair yang terdapat bahan terlarut dan organel dari
sel.Organel itu antara lain:
Mitokondria

Mitokondria berfungsi sebagai oksida zat makanan,respirasi sel dan


tranpon elektron.
2.

RE
RE kasar berfungsi untuk sistesis protein,seangkan RE halus untuk
mensistesis molekul lemak,fosfolipid dan steroid.

3. Aparat Golgi
Merupakan membran halus, berlapis-lapis yang berfungsi dalam sekresi
dan ekskresi, sintesa membran sel, dinding sel, lisosom, dan lain-lain
4.

Lisosom
Berdiameter 1,5m ditemukan pada sel hewan, yang berisi enzim
mengkatalisir polisakarida. Lisosom berfungsi untuk mencerna zat makanan
secara intrasel, autofage: menghancurkan organel lain yang sudah tidak
berfungsi.

5. Plastida (pada sel tumbuhan)


Mengandung zat warna, yang mengandung warna klorofil adalah
kloroplast, pigmen merah/kuning adalah kromoplast dan tak berpigmen disebut
leukoplast.
6.

Ribosom
Sebagai tempat berlangsungnya sintesis protein.

7. Vakuola
Berfungsi sebagai tempat penyimpan sementara bahan makanan terlarut
dan sisa metabolisme, menjaga turgiditas sel oleh tonoplas, mengadakan
sirkulasi zat dalam sel.

8. Inti Sel
Sebagai pembawa sifat yang diwariskan, pengendali seluruh kegiatan sel, dan
pengatur pembelahan sel.
9. Mikrofilamen dan Mikrotubul
Sebagai kerangka penguat sitoplasma.
Berdasar sifatnya, jaringan tumbuhan dibedakan menjadi dua macam,
yaitu jaringan merestematik dan jaringan permanen. Jaringan merestematik
(jaringan embrional) terdiri dari kumpulan sel muda yang terus membelah
menghasilkan jaringan yang lain. Contoh jaringan meristematik adalah jaringan
meristem pada pucuk batang dan akar serta jaringan cambium. Jaringan meristem
pada ujung batang dan akar mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi. Jaringan
cambium menghasilkan jaringan pembuluh kayu dan pembuluh tapis yang
menyebabkan

tumbuhan

bertambah

besar.

Hasil

pembelahan

jaringan

meristematik disebut jaringan permanen, karena tidak mengalami diferensiasi lagi


(Nugroho, 2006).
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan permanent dibedakan
menjadi berikut ini (Nugroho, 2006) :
1.Jaringan penutup atau pelindung, yaitu epidermis dan jaringan gabus.
2.Jaringan pengisi, yaitu parenkima.
3.Jaringan penguat, yaitu kolenkima dansklerenkima.
4.Jaringan pengangkut, yaitu xylem dan floem.

IV.2.2 Akar (radix)


Pada akar tanaman brojo lintang balacamda chinensis termasuk kedalam
akar serabut. Akar brojo lintang berwarna putih kotor (Asgar, 2009).
IV.2.3 Batang
Batang merupakan bagian tumbuhan yang berada di permukaan tanah.
Pertumbuhan dan perkembangan batang meliputi pemanjangan dan diferensiasi.
Arah tumbuh batang Brojo lintang balacamda chinensis yaitu: tegak lurus, masif,
berbentuk pipih, berbuku-buku, halus,serta berwarna kuning kehijauan (Emilia,
2008).

batang

IV.2.4 Daun
Brojo lintang balacamda chinensis memiliki daun yang tumbuhnya
berseling dalam susunan dua baris berderetan, bentuknya lanset memanjang
berbangun pedang miring keatas, ujung runcing, pangkal membelah berbentuk
pelepah yang memeluk batang dan tepinya rata. Daunnya terendah memiliki
panjang 25-60 cm, lebar 2-4 cm, bagian atas daun kian mengecil, berwarna hijau,
sering berlapiskan bedak berwarna putih dengan pertulangan daun sejajar (Emilia,
2008).

daun

IV.2.5 Bunga
Brojo lintang Balacamda chinensis berbunga majemuk, berkelamin dua,
diujung batag, kelopak segi tiga memanjang,berwarna ungu, memiliki benag sari
berjumlah tiga buah, panjag 1- 1,5 cm. benanr sarinnya berwarna kuning
berbentuk pipih, serta memiliki mahkota berbentuk bintang (Van Steenis, 1972).

bunga
IV.2.6 Buah dan biji
Brojo lintang Balacamda chinensis

memiliki buah berbentuk kotak, bulat

memanjang, berparuh, dan memiliki warna hijau. Biji Brojo lintang Balacamda
chinensis berbentuk bulat pipih dan berwana putih (Van Steenis, 1972).
b

buah

biji

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari laporan pencandraan brojo lintang
Balacamda chinensis yaitu :
1. Cara pencandraan pada tanaman brojo lintang Balacamda chinensis yaitu
dimulai dari melihat bentuk morfologi dan anatominya, serta dapat mengetahui
habitat dari tanaman brojo lintang Balacamda chinensis.

2. Brojo lintang Balacamda chinensis termasuk dalam suku Iridaceae dan


memiliki kunci determinasi yaitu : 1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b,9b,
10, 11a, 67b, 69b, 70b, 71b, 72b, 73b, 76b, 77b,
79a, 80a
3. Brojo lintang Balacamda chinensis memili bentuk daun tunggal dan berwarna
hijau kebiruan, pertulanga daun sejajar. Memiliki bunga majemuk dan
berkelamin dua. Buah berbentuk kotak dan berwarna hiaju. Serta berakar
serabut dan berwarna putih kotor.
V.2 Saran
Sebaiknya jenis bunga yang di deskripsikan tidak terlalu susah untuk
ditemukan
penyelesaian

karena

menghambat

laporannya.Dan

dalam

sebaiknya

proses

penyandraan dan

pemberian

waktu

proses

pengerjaan

laporan ini agar lebih diefisienkan demi kesempurnaan laporan penyandraan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Asgar, 2009. khasiat dan mamfaat brojo lintang. http://www.WordPress.com.
diakses hari Rabu, 20 November 2014, Pukul 20:00 WITA, Makassar.
Dian, 2013, Determinasi Tumbuhan. http://www.WordPress.com,
Kunci
Determinasi Tumbuhan.,diakses hari Rabu, 20 November 2014, Pukul
20:00 WITA, Makassar.
Emilia, 2008, Morfologi Tanaman. UI-Press. Jakarta.
Issirep, Sumardi 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Jakarta.
Kimball, w John 2000. Biologi jilid 2 edisi ke 5.Erlanga. Jakarta.
Tjitrosoepomo,G., 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
yogyakarta.

Nugroho , Hartanto. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar


Swadaya. Jakarta.
Van Steenis,C.G.G.J., 1972, Flora, PT.Pradina Paramita, Jakarta.

You might also like