Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
pentingnya
pemahaman
dalam
contoh : diabetes tipe II, obstructive sleep apnea, hipertensi atau penyakit
kardiovaskuler yang dapat mmberikan implikasi signifikan pada pasien
yang akan menghadapi operasi dan tindakan anestesi Tindakan intubasi
akan lebih sulit dan dibutuhkan peralatan dan tekhnik khusus. Ahli
anestesi harus siap dan antisipatif terhadap kesulitan yang mungkin terjadi,
sehingga dokter anestesi dapat meminimalisir resiko dan menurunkan
terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi6.
Pada laporan kasus ini akan membahas pasien hiperplasia
endometrium yang akan menjalani operasi total histerektomi dengan
kondisi penyulit hipertensi dan obesitas. Sangat penting bagi seorang ahli
anestesi untuk dapat mengerti tentang fisiologi, anatomi, obat
pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
1.1 Definisi dan klinis
Hiperplasia endometrium merupakan suatu keadaan patologis pada
endometrium berupa peningkatan proliferasi kelenjar endometrium yang
mengakibatkan adanya perubahan rasio kelenjar dan stroma, bentuk dan
ukuran kelenjar, susunan kelenjar berubah menjadi 2-3 lapis serta memiliki
potensial menjadi suatu bentuk sel yang atipik bila tidak ada suatu
keseimbangan inhibitor dan inisiator dari sel kelenjar tersebut. Kelenjar
endometrium dan stroma mengalami perubahan morfologi dan biologi
mulai dari keadaan fisiologis berlebihan hingga karsinoma in situ. Kondisi
ini secara klinis biasanya tidak menimbulkan suatu gejala, tetapi gejala
umum pada kelainan ini adalah adanya perdarahan per vaginam yang tidak
normal berupa perdarahan yang jumlahnya banyak lebih dari normal (lebih
dari 80 ml/ periode atau ganti pembalut lebih dari 4/hari) atau lebih lama
dari normal (lebih dari 7 hari ) dan perdarahan diluar fase menstruasi
dalam siklus haid. Gejala ini biasanya berupa perdarahan disfungsi premenopause dan post-menopause1,2.
estrogen
dimana
dan
estrogen
progesterone
mengatur
perubahan
merangsang
pertumbuhannya
dan
Hiperplasia
endometrium
terjadi
karena
ketidakseimbangan
Non Atipik
Simple (kistik )
1
Kompleks (adenomatosa)
3
Atipik
Simple (kistik dengan atypia)
8
Kompleks (adenomatosa dengan atypia)
29
Dari Kurman RJ, Kaminski PF, Norris HJ. The behavior of endometrial
hyperplasia : a long term study of untreatedhyperplasia in 170 patients.
Cancer 1985;56:403-412, with permission
1.3.1
Hiperplasia atipik
Hiperplasia atipik dapat berbentuk simpleks dan kompleks. Secara umum
hyperplasia atipik berbentuk kompleks dengan kelenjar yang sangat padat.
Bentuk dan ukuran kelenjar sangat tidak beraturan bentuk papiler atau
bertumpuk, dengan sedikit inti fibrivaskuler dalam lumen. Walaupun
Diagnosis
Penegakan
diagnosis
hyperplasia
endometrium
dilakukan
dengan
Penatalaksanaan
Penderita hyperplasia endometrium mendapatkan terapi antara lain sebagai
berikut11 :
1) Tindakan kuretase selain untuk menegakkan diagnose sekaligus
sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan.
2) Terapi progesterone untuk menyeimbangkan kadar hormone di dalam
tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa
terjadi, diantaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata
dengan pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan di
dinding rahim sudah bisa diatasi. Terapi progestin sangat efektif dalam
mengobati hyperplasia endometrial tanpa atipik, akan tetapi kurang
efektif untuk hyperplasia dengan atipi.
2. HISTEREKTOMI
2.1 Definisi
Histerektomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi
kelainan atau gangguan organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada
wanita. Dengan demikian, tindakan ini merupakan keputusan akhir dari
penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter.
Namun tindakan ini sangat berpengaruh terhadap sistem reproduksi
wanita. Diangkatnya uterus, tidak atau dengan tuba fallopi atau ovarium
akan mengakibatkan perubahan pada sistem reproduksi wanita, seperti
tidak bisa hamil, haid dan perubahan hormone12.
2) Histerektomi total
Pada histerektomi ini, uterus dan cervix diangkat secara keseluruhan.
Operasi
dapat
dilakukan
dengan
tetap
meninggalkan
atau
4) Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar
limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada
beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa
penderita12.
2) Histerektomi Vaginal
Dilakukan irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut,
uterus (dan cerviks) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah
disekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya
digunakan pada prolaps uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan
lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang tampak.
3) Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histerektomi vagina yang dibantu
laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan
histerektomi
10
Anestesi spinal
memberikan relaksasi otot yang sangat baik dan tepat untuk operasi yang
berlangsung antara satu sampai tiga jam. Sebaliknya, koagulopati, trauma atau
perdarahan pasien yang memerlukan histerektomi darurat umumnya tidak
dapat menggunakan anestesi regional. Kebutuhan untuk mendapatkan
hemostasis
bedah
yang
cepat
dan
kerjasama
psikosomatis
pasien
3. HIPERTENSI
3.1 Definisi
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah.
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan
resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi
sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan
aliran darah vena. Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada
pembuluh darah
pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriol dan
elastisitas dinding pembuluh darah.
11
TDD(mmHg)
dan <80
atau 80-89
atau 90-99
atau 100
12
conn
(hiperaldosteronisme
primer),
paheochromacytoma, hipotiroidisnme
Penyebab
merupakan
penyebab
hipertensi
pada
mayoritas
penderita
normal.
Afterload
jantung
yang
meningkat
secara
kronis
tidak
13
darah
perifer
menurunkan
sensitivitas
dari
obat-obat
14
selama
selama
periode
perioperatif
juga
lebih
jarang
ketika
merencanakan
pengelolaan
anestesi,
harus
tetap
15
16
16,19,20
. Untuk evaluasi
jantung, EKG dan foto thoraks akan sangat membantu. Adanya LVH
dapat meningkatkan resiko iskemia miokardial akibat ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen. Untuk evaluasi ginjal, urinalisis,
serum kreatinin dan BUN sebaiknya diperiksa untuk memperkirakan
seberapa tingkat kerusakan parenkim ginjal. Jika ditemukan ternyata
gagal ginjal kronis, maka adanya hiperkalemia dan peningkatan volume
plasma perlu diperhatikan. Untuk evaluasi serebrovaskuler, riwayat
adanya stroke atau TIA dan adanya retinopati hipertensi perlu dicatat16.
Tujuan
pengobatan
hipertensi
adalah
mencegah
komplikasi
17
terhadap
kardiovaskuler
dibandingkan
dengan
penyakit
mmHg
sebaiknya
menit
sampai
beberapa
jam
dengan
pemberian
obat
18
3.5.3
Perlengkapan Monitor
Berikut ini ada beberapa alat monitor yang bisa kita gunakan serta
maksud dan tujuan penggunaannya16 :
3.5.4
Temperatur
Premedikasi
Premedikasi
dapat
menurunkan
kecemasan
perioperatif
penderita
Induksi Anestesi
19
bisa
mencapai
25%.
Dikatakan
bahwa
durasi
20
klinisi.
Propofol,
barbiturate,
benzodiazepine
dan
Mempertahankan
kestabilan
hemodinamik
selama
periode
preoperative.
Pada hipertensi
kronis
akan
menyebabkan
Penurunan
MAP
sebesar
55%
akan
menyebabkan
21
Hipertensi Intraoperatif
0,5-10mcg/kgBB
30-60
1-5menit
Nitroglycerin
0,5-10mcg/kgBB
1menit
3-5 menit
22
Esmolol
1menit
12-20 menit
5-20mg
1-2 menit
4-8 jam
1-3 mg
1-2 menit
4-6jam
1-3 menit
10-30 menit
Phentolamine 1-5mg
1-10menit
20-40menit
Diazoxide
1-3mg perlahan
2-10menit
4-6jam
Hydralazine
5-20m
5-20menit
4-8jam
Nifedipine
10mg
5-10menit
4jam
Methyldopa
250-1000mg
2-3 jam
6-12jam
Nicardipine
1-5menit
3-4jam
Enalaprilate
0,625-1,25 mg
6-15 menit
4-6jam
5menit
5menit
50-300mcg / menit
Labetalol
Propanolol
(sublingual)
Pemilihan obat antihipertensi tergantung dari berat, akut atau kronik, penyebab
hipertensi, fungsi baseline ventrikel, heart rate dan ada tidaknya penyakit
bronkospastik pulmoner dan jugatergantung tujuan dari pengobatannya atau efek
yang diinginkan dari pemberian obat tersebut (tabel 4). Berikut ini ada beberapa
contoh sebagai dasar pemilihan obat yang digunakan 4:
23
Hydralazine : bisa menjaga kestabilan TD, namun obat ini juga punya
onset yang lambat sehingga menyebabkan timbulnya respon takikardia.
CCB
ACE Inhibitor
Beta-blockers
4.
HR
OBESITAS
Obesitas adalah gangguan kompleks akibat penumpukan lemak berlebihan
di seluruh tubuh, dihubungkan dengan herediter, genetik, neuronal,
hormonal dan komponen psikososial. Definisi obesitas berdasarkan Body
Mass Index (BMI) 30 kg/m2. Dengan formula BMI, berat badan
(kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (meter).
Body Mass Index (WHO)26
Underweight
Normal range
< 18,5
18,5-24,9
24
Overweight
Preobese
Obese
Obese klas I
Obese klas II
Obese klas III
25,0
25,0-29,9
30,0
30,0-34,9
35,0-39,9
40,0
Tata laksana anestesi pada pasien obesitas memiliki kesulitan yang patut
diperhatikan. Diantaranya adalah prediksi kesulitan intubasi, prevensi
tromboemboli, komplikasi pasca operasi, penggunaan obat anestesi, obatobat yang harus dihindari pemberiannya, manajemen pasien dengan
obstructive sleep apnea, criteria pemindahan ke ICU dan penanganan
mekanisme ventilasi yang harus dilakukan, terapi cairan elektrolit dan
nutrisi. Masalah utama pasien obesitas masih seputar gangguan pada sistem
kardiovaskular, respirasi, dan gastrointestinal27.
4.1 Sistem kardiovaskular pada penderita obesitas
Gangguan pada sistem kardiovaskular meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pasien obesitas. Manifestasinya berupa penyakit iskemia,
hipertensi sampai gagal jantung. Scottish health survey menemukan
prevalensi gangguan pada sistem kardiovaskular 37% terjadi pada mereka
dengan BMI> 30, 21 persen pada BMI 25-30 dan 10% pada BMI<25.
Semua pasien obesitas yang akan dilakukan anestesi harus diinvestigasi
lebih jauh pada premedikasi akan adanya komplikasi kardiovaskular.
Bahkan sudah seharusnya pasien dirujuk ke ahli jantung untuk monitor
kesulitan yang mungkin berpengaruh pada tindakan anestesi yang akan
dilakukan27.
4.1.1 Manifestasi gangguan sistem kardiovaskular 27:
Hipertensi
Hipertensi ringan-sedang terlihat pada 50-60% pasien obesitas dan
hipertensi berat pada 5-10%pasien.. Terdapat peningkatan tekanan
sistolik sebesar 3-4 mmHg dan diastolic 2mmHg tiap kenaikan berat
badan 10kg. Adanya cairan pada ekstraseluler akan berakibat
25
Iskemia jantung
Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya bpenyakit iskemia
jantung, terutama pada mereka dengan pusat distribusi lemak pada
bagian
sentral.
Faktor
lain
seperti
hipertensi,
DM,
Volume darah
Total volume darah pada pasien obesitas bertambah akan tetapi bila
dibandingkan dengan pasien non-obese, pertambahannya lebih
rendah karena dominasi darah tersebut terdistribusi ke organ-organ
penuh lemak. Aliran darah dari limpa juga bertambah sekitar 20%
sedangkan aliran darah ke otak dan ginjal tidak bertambah
Aritmia jantung
Ada berbaga macam faktor penyebab aritmia pada pasien obesitas,
diantaranya : hipoksia, hiperkapnia, ketidakseimbangan elektrolit
akibat
terapi
dengan
diuretic,
penyakit
jantung
koroner,
26
Fungsi jantung
Disfungsi
jantung
dipercayai
merupakan
kelanjutan
dari
Kardiomiopati
Obesitas berhubungan dengan kejadian bertambahnya volume darah
dan cardiac output akibat kenaikan bobot lemak 20-30 ml per kg.
Dilatasi ventrikel dan bertambahnya volume sekuncup menyebabkan
peningkatan cardiac output. Dilatasi ventrikel terjadi akibat
bertambahnya stress pada dinding ventrikel kiri yang menyebabkan
hipertrofi. Adanya hipertrofi eksentrik dari ventrikel kiri ini akan
menurunkan compliance dan fungsi diastolic ventrikel kiri .
Kapasitas dilatasi ventrikel terbatas, sehingga jika terjadi penebalan
dinding ventrikel kiri maka terjadi kegagalan ventrikel untuk
diastolic atau sistolik yang juga berpengaruh pada ritme jantung.
4.1.2 Gejala Klinis
Pada penderita obesitas, kadang tidak ditemukan gejala akibat
gangguan kardiovaskular, hal ini bisa dikarenakan mereka mengurangi
aktivitas fisik sehingga tertutupi semua gejala yang timbul. Seperti
misalnya, gejala angina atau dispneu mungkin hanya terjadi sesekali
ketika mereka bergerak lebih aktif dari biasanya. Banyak dari
penderita obesitas sengaja tidur dengan posisi duduk sehingga
27
28
mengeluhkan
adanya
refluks
atau
perasaan
dada
29
hanya
menggunakan
anestesi
umum,
termasuk
30
Volume Paru-paru
Penurunankapasitas residu fungsional (Functional Residual Capacity
atau FRC), volume ekspirasi cadangan (Expiratory Reserve Volume
atau ERV) dan kapasitas total dari paru-paru merupakan masalah
yang dihadapi penderita obesitas seiring dengan peningkatan berat
badan. Kapasitas residu fungsional menurun akibat penyempitan
saluran nafas, ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi, shunt dari
kanan ke kiri, dan hipoksemia arteri. Pemberian anestesi dikatakan
menurunkan FRC sebesar 50%pada penderita obesitas, sedangkan
pada orang normal terjadi penurunan FRC sebesar 20%. Untuk
31
32
Pertukaran gas
Preoperatif, penderita obesitas biasanya hanya mengalami sedikit
defek pada perrtukaran gas dengan reduksi pada PaO 2, meningkatnya
perbedaan oksigen alveolar dengan arterial, dan fraksi shunt. Induksi
anestesi akan memperburuk keadaan ini, maka diperlukan fraksi
oksigen jumlah besar untuk memenuhi tahanan ojsigen arterial27,28.
Efisiensi pernafasan
Kombinasi dari tekanan intraabdomen, reduksi dari compliance, dan
meningkatnya kebutuhan metabolic dengan gerakan otot dada,
menghasilkan gerak inefisien dari otot dada tersebut, sehingga pada
orang tersebut terjadi usaha bernafas lebih berat. Penderita obesitas
dengan normokapniavpada waktu istirahat menunjukkan 30%
prningkatan usaha bernafas dan terkadang terjadi hipoventilasi.
HipoventilasI ini menjadi 4 kali lebih berat pada waktu istirahat27,28.
33
34
35
36
1.3
keharusan diberikannya
H2-receptor
antagonis,
antacid
dan
Diabetes mellitus
Setiap penderita obesitas yang akan menjalani operasi harus
diperiksa gula drahnya , baik gula darah sewaktu atau dapat juga
dilakukan tes toleransi glukosa. Respon katabolic selama operasi
mungkin mengindikasikan pemberian insulin pascaoperasi untuk
mengontrol konsentrasi glukosa dalam darah. Kegagalan dalam
menjaga konsentrasi ini akan berakibat tingginya resiko infeksi pada
luka operasi dan infark miokard pada periode iskemia miokard.
Penyakit tromboembolik
37
BAB III
KASUS
38
Nama
: Ny. S
Umur
: 43 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Palembang
Status Perkawinan
: Menikah, 2 anak
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
NO RM
: 847023
Diagnosis
Tindakan
MRS
: 5 November 2014
Operasi
: 8 November 2014
3.1.2. Anamnesis
Perdarahan dari jalan lahir sejak 4 bulan yang lalu. Perdarahan terjadi diluar
waktu menstruasi. Riwayat Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, terkontrol dengan
Amlodipin 1x10mg dan candesartan 1x8 mg. Tekanan darah tertinggi 180/100
mmHg, tekanan darah harian 130-140/90-100 mmHg. Riwayat tidur mendengkur
(+), terbangun tengah malam karena sesak disangkal.
Riwayat penyakit sistemik yang lain seperti DM, Asma, Stroke disangkal
Riwayat Alergi obat obatan disangkal
Riwayat Operasi 1x, Histerescopi 1 bulan yang lalu, dengan anestesi umum,
masalah anestesi tidak ada.
39
: Composmentis
Respirasi
: 20x/menit
Tekanan Darah
Candesartan 1x8mg
Nadi
Suhu Aksila
Berat Badan
: 90 kg
Tinggi Badan
: 158 cm
BMI
Leher
Thorax : Cor
Pulmo
(-)
Abdomen
Ekstremitas
: Edema -/-
: Normal
Sistem Sirkulasi
: Hipertensi
40
Sistem Respirasi
: Normal
Sistem Hematologi
: Normal
Sistem Gastrointestinal
: Normal
Sistem Hepatobilier
: Normal
Sistem Urogenital
: Normal
Sistem Metabolik
: Obesitas
: Normal
Hb
Wbc
Ht
Plt
BT
CT
: 10,6 g/dl
: 8,2 103/L
: 34%
: 467 103/L
: 2 menit
: 10 menit
Kimia Darah
-
SGOT
SGPT
Glukosa Sewaktu
Ureum
Creatinin
Natrium
Kalium
: 19 U/L
: 23 U/L
: 124 mg/dl
: 32 mg/dl
: 1,0 mg/dl
: 147mEq/L
: 3,7 mEq/L
Rontgen Thorax
: Cardiomegali
EKG
Echocardiografi
41
EF 62,3%
Kesimpulan : Pasien dengan keadaan status fisik ASA II
42
f.
g.
h.
i.
j.
7 Cuff
Pemeliharaan anestesi dengan O2, Air dan Sevoflurane
Respirasi kontrol manual
Sebelum insisi diberikan fentanyl 100g
Berikan fentanyl patch 25 di daerah sternum ics 2
Sebelum operasi selesai berikan ketorolac 30 mg, ondancetron 8 mg dan
Waktu
TD
13.00 WIB
(mmHg)
140/83
RR
(x/menit) (x/menit)
88
20
SpO2
Keterangan
(%)
99
Induksi dengan
Propofol 150 mg,
Fentanyl 200g,
13.05 WIB
120/76
80
18
99
Atracurium 30mg
Intubasi dengan ETT
7,0 kaf
43
13.10 WIB
110/68
70
18
99
Maintenance O2,
Air, Sevoflurane
Fentanyl 100g
13.15 WIB
103/72
75
18
99
13.30 WIB
13.45 WIB
14.00 WIB
14.15 WIB
14.30 WIB
14.45 WIB
107/65
120/70
118/76
118/79
121/78
120/73
80
87
90
83
84
85
14
14
14
14
14
16
99
98
98
99
99
97
15.00 WIB
15.15 WIB
118/70
121/73
88
87
16
18
sebelum insisi
Nafas Kendali
Fentanyl 50 g
Nafas Spontan
97
Assisted
Nafas Spontan
98
Assisted
Operasi selesai,
diberikan reverse SA
0,5mg, Neostigmin
15.25 WIB
15.30 WIB
124/74
128/75
95
97
22
22
98
98
1,5mg
Lidokain 90 mg
Pasien sadar,
Ekstubasi, Sungkup
15.45 WIB
130/78
98
22
98
Muka 8L/menit
Pasien dipindahkan
ke RR
: 130 cc/jam
: 780 cc/jam
: 540 cc/jam
44
: 720 cc
: 400 cc
: 60 cc
: 600 cc
BAB IV
PEMBAHASAN
Penderita adalah wanita, usia 43 tahun, sudah menikah, suku Palembang,
dengan diagnosis PUA ec Hiperplasia Endometrium yang akan dilakukan
tindakan histerektomi total.
Evaluasi Pra Operatif
45
sehingga
perlu
diwaspadai
kemungkinan
terjadinya
46
Selain masalah hipoksia, kesulitan tatalaksana jalan napas saat induksi dan
obstruksi jalan napas saat pemulihan perlu juga diantisipasi. Untuk menilai
kemungkinan adanya kesulitan ventilasi digunakan kriteria OBESE yaitu
Over weight, Beard, Elderly (>55tahun), Snoring, Edentulous. Pada pasien
ini didapatkan 2 kriteria yang memenuhi yaitu over weight dan snoring.
Kemungkinan
adanya
kesulitan
intubasi
dapat
dinilai
dengan
pada
pasien
dengan
obesitas,
anestesi
regional
47
dilakukan insisi diberikan lagi fentanyl 100g dan fentanyl patch 25g
untuk analgetik post operasi.
Tindakan pada operasi ini adalah total histerektomi salfingoooforektomi
bilateral dimana operasi ini dilakukan pengangkatan uterus, cerviks, kedua
tuba falopii, dan kedua ovarium. Operasi berlangsung selama 2 jam.
Sebelum operasi selesai diberikan ketorolac 30 mg untuk analgetik post
operasi, Ondancetron 8 mg untuk profilaksis PONV.
Ekstubasi dan Pemulihan
Ekstubasi dilakukan saat pasien sadar penuh, pernafasan spontan adekuat
dengan tidal volume dan frekuensi pernafasan yang cukup. Sebelum
ekstubasi diberikan reverse obat pelumpuh otot dengan SA 0,5 mg dan
prostigmin 1,5 mg. Untuk menumpulkan rangsang simpatis dan gejolak
hemodinamik saat ekstubasi, pasien juga diberikan lidokain 90 mg 2 menit
sebelum ekstubasi. Setelah pasein sadar penuh yang ditandai dengan
membuka mata, pasien dapat menuruti perintah dan saturasi O2 97-99%
kemudian dilakukan diekstubasi. Pasien diobservasi diruangan pemulihan
selama 45 menit.
48
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilakukan manajemen anestesi pada pasien wanita usia 43
tahun dengan diagnosa hiperplasia endometrium yang dilakuan tindakan
histerktomi total. Pasien dengan berat badan 96 kg, tinggi badan 157 cm,
BMI 37,6 dengan obesitas dan hipertensi stage II. Pasien dikelola dengan
anestesi umum dengan nafas kendali. Operasi berjalan dengan lancar, tidak
didapatkan komplikasi.
Penting bagi ahli anestesi mempersiapkan operasi dengan baik,
dimulai dari preoperatif dengan mengetahui riwayat perjalanan penyakit
pasien termasuk obat-obatan yang dikonsumsi, komplikasi, dan penyulit-
49
untuk mencegah
gejolak
DAFTAR PUSTAKA
50
51