You are on page 1of 11

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan
pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi;
1.

Dampak Pengalaman Melahirkan


Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya
retrospeksi diri ( Konrad, 1987 ). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah
membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal hal yang
mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman
mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan ( misalnya ; induksi,
anestesi epidural, kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa
mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang
pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk
menjadi orang tua.

2. Citra Diri Ibu


Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan
citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan perasaan yang
berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali
menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa
merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut
bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
3. Interaksi Orang tua Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi
perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua
jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak
orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya
keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang
tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda tanda yang menunjukkan
ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua

bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan
hubungan mereka.
4. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka,
respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan
perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya
dan karena tugas tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka
memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi
dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca
gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
5. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya,
ibunya dengan keluarga lain, dan anak anak lain. Perawat dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik
yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi
untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan, pengkajian dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) adalah :
1. Aktivitas/istirahat insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis ("Post partum blues" sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah kelahiran).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari hari ke-3.
6. Nyeri /ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5
pascapartum.
7. Seksualitas
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.
Doenges (2001) adalah :
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efekefek hormonal.

2. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek efek hormonal (perpindahan


cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema jaringan, efekefek
anestesia.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis recti),
efek efek progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal /
rektal.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
5. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber sumber.
6. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator (misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia), efek efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal (anemia, sensitivitas rubella,
inkompabilitas Rh)
7. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan
lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
8. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan/penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan
(muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata
meningkat, hemoragi)
9. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan denganperpindahan
cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek efek infus
oksitosin.
10. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
11. Ketidakefektifan dan tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri
sendiri / bayi / pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional
dari klien / pasangan, adanya stresor (misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan)
12. Risiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi
orang tua (atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan
sistem pendukung, persepsi tidak realistis

13. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan


kecukupan pemenuhan kebutuhan kebutuhan individu dan tugas tugas adaptif,
memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/ pembesaran jaringan atau distensi, efek efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi :
1. Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.
Rasional
: Mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
2. Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
Rasional
: Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
3. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran
Rasional
: Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi
edema dan vasodilatasi.
4. Berikan kompres panas lembab ( misalnya ; rendam duduk / bak mandi)
Rasional

: Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi

pada jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.


5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi
Rasional

: Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan tekanan

langsung pada perineum.


6. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui
Rasional

: Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpain paling

hebat karena pelepasan oksitosin.


2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator
(misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas
Rh )
Tujuan : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor faktor risiko / melindungi
diri, bebas dari komplikasi.
Intervensi :
1. Tinjau ulang kadar hemoglobin ( Hb ) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan
Rasional
: Anemia atau kehilangan darah mempredisposisikan pada sincope klien karena
ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.

2. Catat efek efek magnesium sulfat ( MgSO4 ), bila diberikan.


Rasional

: Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernafasan dibawah 12x / mnt

menandakan toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian terapi obat.


3. Inspeksi ekstrimitas bawah terhadap tanda tanda trombloflebitis ( misalnya ; kemerahan,
kehangatan, nyeri tekan ).
Rasional
: Peningkatan produk split fibrin ( kemungkinan pelepasan dari sisi placenta ),
penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan darah setelah
kelahiran memberi kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien.
4. Evaluasi status rubella pada grafik pranatal
Rasional
: Membantu efek efek teratogenik pada kehamilan selanjutnya.
5. Concent untuk vaksinasi setelah meninjau ulang efek samping, risiko risiko, dan perlunya
untuk mencegah konsepsi selama 2-3 bulan setelah vaksinasi.
Rasional
: Periode inkubasi 14-21 hari, anafilaktik alergi atau respon hipersentifitas
dapat terjadi.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan
lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan : mendemonstrasikan teknik teknik untuk menurunkan risiko / meningkatkan
penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen, bebas dari infeksi ; tidak
febris ; dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi :
1. Kaji catatan pranatal dan intrapratal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya
plasenta.
Rasional

: Membantu mengidentifikasi faktor faktor risiko yang dapat mengganggu

penyembuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium.


2. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda tanda menggigil,
anoreksia atau malaise
Rasional
: peningkatan suhu mengidentifikasikan terjadinya infeksi 3.,
3. Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam
Rasional
: Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan
uterus.
4. Kaji terhadap tanda tanda infeksi saluran kemih
Rasional
: Gejala ISK dapat tampak pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena
naiknyainfeksi traktus dari uretra ke kandung kemih.
5. Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali
sehari atau setelah berkemih / defekasi

Rasional

: Pembersihan sering dari depan ke belakang ( simfisis pubis ke area anal )

membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra.


6. Hubungi agensi agensi komunitas yang tepat, seperti pelayanan perawat yang berkunjung,
untuk evaluasi diet, progam antibiotik, kemungkinan komplikasi, dan kembali untuk
pemeriksaan medis
Rasional
: Adanya infeksi pascapartum membuat klien lemah sehingga membutuhkan
banyak istirahat, pemantauan yang ketat, dan bantuan pemeliharaan rumah dan perawatan
diri.
1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan
( muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata
meningkat, hemoragi )
Tujuan : Tetap normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urin seimbang, dan Hb / Ht
dalam kadar normal.
Intervensi :
1. Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran ; tinjau ulang riwayat intra partal
Perhatikan adanya rasa haus ; berikan cairan sesuai toleransi
2. Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai pola
berkemih normal terjadi
3. Berikan cairan yang hilang dengan infus I.V. yang mengandung elektrolit
Rasional

: Membantu menciptakan volume darah sirkulasi dan menggantikan kehilangan

karena kelahiran dan diaforesis.


2. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan
cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek efek infus
oksitosin.
Tujuan : Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan
penglihatan, dengan bunyi nafas bersih.
Intervensi :
1. Tinjau ulang terhadap riwayat hipertensi karena kehamilan ( HKK ) pranatal dan intrapartal,
perhatikan peningkatan TD, proteinuria, dan edema.
Rasional

: Membantu menentukan kemungkinan komplikasi serupa yang menetap /

terjadi pada periode pascaprtum.


2. Pantau masukan dan haluaran urin ; ukur berat jenis.
Rasional : Menandakan kebutuhan cairan / keadekuatan terapi.
3. Kaji adanya, lokasi, dan luasnya edema
Rasional : Bahaya eklamsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara aktual
selambat lambatnya 5 hari setelah kelahiran.
4. Kolaborasi dalam pemberian furosemid sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan haluaran urin dan menghilangkan edema pulmonal.


7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ) efek efek
progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
Tujuan : Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya / optimal dalam 4 hari setelah
kelahiran.
Intervensi :
1. Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastaksis
rekti
2. Rasional : Mengevaluasi fungsi usus
3. Kaji terhadap adanya hemoroid
4. Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal dan ketidaknyamanan, dan
meningkatkan vasokonstriksi lokal.
5. Anjuran peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi
Rasional : Membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
6. Kolaborasi dalam pemberian laksatif, pelunak feses, supositoria, atau enema
Rasional : Mungkin perlu untuk meningkatkan kembali ke kebiasaan defekasi normal dan
mencegah mengejan atau stres perinal selama pengosongan.
8. Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang
dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan, ketidakefektifan dan
tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri sendiri / bayi /
pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari klien /
pasangan, adanya stresor ( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua, mendiskusikan
peran menjadi orang tua secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi
baru lahir dengan tepat, mengidentifikasi sumber sumber.
Intervensi :
1. Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan latar
belakang budaya.
Rasional
: Mengidentifikasi faktor faktor risiko potensial dan sumber sumber
pendukung, yang mempengaruhi kemampuan klien / pasangan untuk menerima tantangan
peran menjadi orang tua.
2. Perhatikan respons klien / pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua
Rasional
: Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
3. Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien /
pengalaman selama kanak kanak
Rasional
: Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peran orang tua
mereka sendiri menjadi model peran.
4. Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan peran
pasangan pada persalinan

Rasional

: Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan

emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif
mempengaruhi menyusui.
5. Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal, atau
pascapartal
Rasional

: Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya

komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.


6. Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi
Rasional

: Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi

yang diharapkan.
7. Pantau dan dokumentasikan interaksi klien / pasangan dengan bayi
Rasional

: Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama kali ;

selanjutnya , mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.


8. Anjurkan pasangan / sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan berpartisipasi
terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin
Rasional
: Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
9. Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah
menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien / pasangan dan bayi tidak terjadi.
Rasional
: Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping
memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang lama.

9. Resiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis


maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi
orang tua ( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan
sistem pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan individu
dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber sumber yang tepat sesuai kebuuhan.
Intervensi :
1. Kaji respon emosional klien selama pranatal dan dan periode intrapartum dan persepsi klien
tentang penampilannya selama persalinan.
Rasional

: Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran

feminin dan keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak,
menjadi ibu, dan menyusui.

2. Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran


Rasional

: Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas

dari pengalaman fantasi.


3. Kaji terhadap gejala depresi yang fana ( " perasaan sedih " pascapartum ) pada hari ke-2
sampai ke-3 pascapartum ( misalnya ; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk,
dan depresi ringan atau berat )
Rasional

: Sebanyak 80 % ibu ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi

kecewa setelah melahirkan.


4. Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem pendukung, dan
rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang
Rasional
: Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres.
5. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari
peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir
Rasional

: Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus

dipelajari
6. Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu raguan tentang
kemampuan menjadi orang tua
Rasional
: Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis
dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
7. Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok pendukungan menjadi orang tua,
pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung
Rasional
: Kira kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala
gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut
10. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan
dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejahtera
dan istirahat.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat
Rasional
: Persalinan atau kelahiran yang lam dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,
meningkatkan tingkat kelelahan.
2. Kaji faktor faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional
: Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan
rangsang.

3. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali kerumah
Rasional

: Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal

serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.


4. Berikan informasi tentang efek efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI
Rasional

: Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI , dan

penurunan refleks secara psikologis.


5. Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga lain
Rasional
: Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit
untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya
11. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber sumber.
Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan
individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas / prosedur yang perlu dan menjelaskan
alasan alasan untuk tindakan.
Intervensi
1. Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat
kelelahan klien.
Rasional
: Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktifitas aktifitas perawatan diri / perawatan bayi.
2. Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar
Rasional
: Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang
tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.
3. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene,
perubahan fisiologis
Rasional
: Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
4. Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi
Rasional

: Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metoda

kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan
sebelum kunjungan minggu ke12. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan
pemenuhan kebutuhan kebutuhan individu dan tugas tugas adaptif, memungkinkan
tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas tugas yang mengarah pada
kerja sama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan
dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi.
Intervensi :
1. Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain

Rasional

: Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan

menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap tahap perkembangan.


2. Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi
Rasional

: Fleksibilitas dan sensitifitasi terhadap kebutuhan keluarga membantu

mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah
pulang.
3. Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode
pascapartum
Rasional
: Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka
alami, menurunkan stres dan meningkatkan koping positif.
4. Berikan informasi tertulis mengenai buku buku yang dianjurkan untuk anak anak
( sibling ) tetang bayi baru
Rasional
: Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan
akan kemungkinan penggantian atau penolakan.
5. Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di
komunitas
Rasional

: Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan

perkembangan anak.

You might also like