Professional Documents
Culture Documents
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang ke rumah sakit diantar istrinya, dengan riwayat 3 kali pingsan
dalam 4 hari terakhir. Pasien memiliki riwayat infarks miokard 3 tahun yang lalu, tetapi sudah
membaik dalam 6 bulan terakhir. Pasien rutin mengkonsumsi obat ramipril 5 mg dan
bendroflumethiazide 2,5 mg, aspirin dan simvastatin. Hasil anamnesa didapatkan pasien sadar
dan orientasi baik. Pemeriksaan fisik didapatkan nadi 60 kali/menit, tekanan darah 140/70
mmHg, frekuensi nafas 14 kali/menit, saturasi oksigen 99%, glukosa darah 4,7 mmol/L. Pasien
melaporkan bahwa 3 episode pingsan tersebut terjadi mendadak saat ia duduk, tetapi pasien
mengingat bahwa perasaan panas dan pening terjadi sebelum pingsan. Setelah bangun dari
pingsan, pasien melaporkan pening, dingin dan berkeringat, namun beberapa menit kemudian
semua kembali normal. Selama pingsan, tidak ada laporan inkontinensia, cedera maupun lidah
tergigit. Istri pasien melaporkan bahwa sebelum pingsan, pasien tampak pucat dan tubuhnya
gemetar selama beberapa detik, kulit teraba dingin. Serangan pingsan terjadi selama tidak lebih
dari 5 menit, setelah pingsan pasien bicara tidak jelas dan menanyakan apa yang terjadi pada
istrinya, pucat dan berkeringat selama 5-10 menit. Pasien tidak ada riwayat palpitasi, auskultasi
menunjukkan murmur sistolik ringan. Pemeriksaan EKG menunjukkan Q patologis pada lead II,
III dan aVF. Pemeriksaan laboratorium didapatkan potassium 3, mmol/L, fungsi renal dan tes
darah lainnya ditemukan normal. Radiografi dada menunjukkan kardiomegali dan ECG
menunjukkan regurgitasi mitral ringan dengan disfungsi sistolik ringan.
1.
2.
3.
4.
5.
Apa yang terjadi pada pasien? Sinkop, seizure atau yang lainnya? Jelaskan!
Manajemen apakah yang harus segera dilakukan pada pasien?
Mengapa pasien gemetar sebelum serangan?
Apakah penyebab pingsan pada kasus?
Terapi farmakologi apakah yang sesuai untuk pasien, dan apakah nursing consideration
terkait terapi tersebut?
menit
(setelah pingsan)
Sinkop terjadi ketika aliran darah ke otak berkurang (anoksia) nyata minimal selama lima atau
enam detik dan terjadi penurunan cardiac output (CO). Selain itu pasien memiliki riwayat infark
miokard, dalam hal ini menjadi penyebab sinkop kardiak pada pasien, dimana terjadi aritmia
mendadak dan penurunan curah jantung. Kambuhnya penyakit infark miokard pada pasien
ditandai dengan hasil EKG yang menunjukkan Q patologis pada lead II, III dan aVF maksudnya
terjadi kematian otot jantung pada bagian inferior jantung pasien. Dimana kita tahu bahwa bagi
inferior jantung terdapat ventrikel yang berfungsi memompa darah untuk memasok darah ke
otak. Hal ini diperkuat dengan: Radiografi dada menunjukkan kardiomegali (ukuran jantung
membesar/menebal) karena otot jantung berusaha memompa darah dan ECG menunjukkan
regurgitasi mitral ringan (kebocoran aliran balik memalalui katup mitral) dengan disfungsi
sistolik ringan (fungsi ejeksi menurun)
2. Manajemen yang harus dilakukan pada pasien:
- Posisi trendelenberg
Periksa ABC
Berikan oksigen, resusitasi cairan jika perlu
Anamnesis
Pemantauan TTV secara berkala
Pemeriksaan EKG
Mempersiapkan:
Terapi farmakologi yang sesuai, alat pacu jantung, dan terapi bedah
3. Pasien gemetar sebelum serangan karena Serangan gemetar yang disebabkan gangguan
fungsional sistem saraf pusat. Tremor terjadi akibat adanya gangguan pada saraf pusat di
bagian tepi. Jadi bukan karena adanya kelainan pada fungsi otak, melainkan gangguan pada
proses transfer saraf dari tulang belakang yang berurusan dengan organ tubuh yang
mengalami tremor. Pada orang yang normal, pesan sensoris dari organ tubuh tertentu
disampaikan dulu ke saraf pusat. Setelah diolah, baru kemudian pesan itu disampaikan
kembali ke organ tersebut dalam bentuk aktivitas motoris (gerakan). Tapi pada orang yang
mengalami tremor, sebelum sampai ke saraf pusat, pesan sensoris itu di-by pass oleh radiks,
dan langsung diwujudkan dalam bentuk gerakan. Selain itu dari hasil pemeriksaan
diagnostic menunjukkan kadar glukosa darah <10 mmol menyebabkan pasien mengalami
hipoglikemik. Nah kurangnya kadar glukosa dalam darah menyebabkan sel dalam tubuh
kekurangan energy, menyebabkan otak merespon dengan cara tubuh bergetar (tremor).
4. Penyebab pingsannya pasien adalah berkurangnya perfusi darah ke otak, artinya darah yang
memasok darak ke otak tidak adekuat. Jantung memasok darah ke otak sebanyak 15%
dimana oksigen dalam tubuh yang dikonsumsi otak sebesar 25 %, jika ini tidak memenuhi
makan fungsi otak dapat menurun, yang akhirnya menyebabkan tubuh menjadi pingsan
secara tiba-tiba. Kurangnya suplai darah ke otak pasien disebabkan karena penyakitnya yaitu
infark miokard (kurangnya suplay oksigen ke otot jantung) akibat adanya plak ataupun
trombus yang ada pada arteri koronernya sesuai dengan hasil EKG Q patologis pada lead II,
III dan aVF maksudnya terjadi kematian otot jantung pada bagian inferior jantung pasien .
Hal ini menyebabkan otot jantung tidak adekuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh,
selain itu dari hasil pantauan EKG menunjukkan regurgitasi mitral ringan maksudnya ada
kebocoran aliran balik melalui katup mitral, darah yang seharusnya dipompakan oleh
ventrikel kiri ke seluruh tubuh, sebagian mengalir kembali ke atrium kiri, jadi jantung tidak
memompa seluruh darahnya atau terjadi disfungsi sistolik, hal ini menyebabkan organ tubuh
kekurangan pasokan darah termasuk otak yang akhirnya menyebabkan pingsan (sinkop) pada
pasien.
5. Terapi Farmakologis dan nursing consideration:
Secara umum penatalaksanaan pasien sinkop kardiak terdiri dari tiga cara yaitu terapi
farmakologi, pemasangan pacu jantung dan terapi bedah. Untuk pasien dengan kardiomegali
hipertropi dapat berespon dengan terapi farmakologi dengan menggunakan beta bloker,
calcium channel blocker dan obat antiaritmia lainnya, sedangkan untuk pasien kelainan irama
jantung diperlukan pemasangan alat pacu jantung. Untuk pasien yang penyebab sinkop
kardiaknya disebabkan kelainan struktur jantung seperti Stenosis Aorta, terapi bedah
mungkin
Diperlukan. Terapi Farmakologis diantaranya:
a) Beta blocker: Obat yang menghalangi aksi adrenalin. Beta bloker biasanya digunakan
untuk mengurangi beban jantung dan menurunkan tekanan darah, fakta bahwa
mereka memperlambat detak jantung, menurunkan kekuatan kontraksi jantung dan
kontraksi pembuluh darah seluruh tubuh.
Berkaitan dengan nursing consideration pemberian beta blocker cukup efektif untuk
mengurangi beban kerja jantung karena dari hasil radiologi dada pasien menunjukkan
terjadi kardiomegali pada jantung pasien.
b) Calcium Channel Blocker: adalah sekelompok obat yang bekerja dengan
menghambat secara selektif masuknya ion Ca+ melewati slow channel yang terdapat
pada membran sel (sarkolema) otot jantung dan pembuluh darah, sehingga
jari
tangan,
RASIONAL
1. Periksa ABC dan jika diperlukan ABC dapat menghalangi masuknya udara ke
bebaskan jalan nafas, dan pijat jantung paru-paru
2. Pantau frek.nadi, RR, TD, secara Tanda vital sebagai acuan kondisi sirkulasi
teratur
pasien.
3. Periksa keadaan jantung klien dengan Pemeriksaan EKG memberikan gambaran
EKG
natrium
Istirahat
memadai
diperlukan
untuk
konsumsi
O2
dan
kerja
berlebihan
7. Beri kondisi psikologis lingkungan Stress emosi menghasilkan vasokonstriksi
yang tenang
Diagnosis 2
Tujuan
INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitor perubahan tiba-tiba gangguan Perfusi serebral secara langsung berhubungan
mental
kontinu
bingung, pingsan)
(missal:
emboli sistemik.
2. Observasi adanya pucat, sianosis, Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh
belang,
kulit
dingin,
nadi.
3. Kaji tanda human (nyeri pada betis Indikator adanya trombosis vena dalam.
dengan posisi dorsofleksi), eritema,
edema
4. Dorong latihan kaki aktif/pasif
5. Pantau pernafasan
vena
tromboplebitis.
Gagalnya
jantung
mencetuskan
dispnea
dan
distres
memompa
dapat
pernafasan.
Namun
menunjukkan
kehilangan peristaltik.
keluaran urine.
resiko
tiba-tiba/berlanjut
menurunkan
disfungsi
GI,
contoh
mengakibatkan
penurunan volume
Tujuan
serebral
: Setelah dilakukan tindakan keperawatn 224 jam klien diharapkan
menunjukan perfusi jaringan yang efektif. Dengan kriteria hasil:
TTV stabil
Pasien berkomunikasi dan berorientasi dengan baik
INTERVENSI
RASIONAL
1. Pantau TTV
TTV menunjukkan kondisi sirkulasi pasien
2. Posisikan pasien dengan posisi syok Menjaga agar supply darah ke otak terjaga
kaki diangkat 45 derajat
3. Pantau tingkat kesadaran
4. Pantau SpO2
darah/saturasi oksigen
Pupil yang tidak seimbang menunjukkan
dalam
untuk
sirkulasi otak
PATOFISIOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Kertohoesodo, Soehardo. 1987. Pengantar Kardiologi. UI Press: Jakarta
Haq, Nuzulul Zulqarnain. 2011. Asuhan Keperawatan Sinkop: UNAIR: Surabaya
https://internis.files.wordpress.com/2011/01/sinkop1.pdf.
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/neurosains/penatalaksanaan-pasien-sinkoppingsan/.
https://ml.scribd.com/doc/248670653/makalah-sinkop