You are on page 1of 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen : Septian Mugi Rahayu, S.Kep.Ners

Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Orrien Cantona
2. Yesika Delataka
3. Fitra
4. Rusdiandi
5. Syarifah
6. Ni Made
7. Jimmy
8. Arga Iswandi
9. Desti
10. Hendra
11. Martin
Tingkat : III B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


EKA HARAP PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1998) dalam Mubarak, dkk.
(2009: 67). Depkes R.I (1988) dalam Setiadi (2008: 3), mendefinisikan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tingggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya(1989) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 179), keluarga
adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan
adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Spredley dan Allender (1996) dalam Firmansyah (2009), keluarga adalah
satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional
dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas. Dari beberapa pengertian
diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran, perkawinan dan adopsi yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang mempunyai peran
masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
2 . Karakteristik Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009: 68) karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungn darah, perkawinan, atau
adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu
sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial, sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
3. Tipe Keluarga

budaya,

meningkatkan

Tipe keluarga menurut Suprajitno (2004: 2) bergantung pada konteks keilmuan dan
orang yang mengelompokkan adalah :
a. Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1.

Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu

dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya,
diantaranya menurut Mubrak, dkk.(2009 : 70-71) adalah :
1)
Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh sanksi
sanksi legal dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
2)
Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri,
tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun dari hasil perkawinan baru, satu atau keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
3)
Niddle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua duanya bekerja dirumah, anak
anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti
karier.
4)
Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah
satu bekerja diluar rumah.
5)
Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak
anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
6)
Dual carier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7)
Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu waktu tertentu.
8)
Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan untuk kawin.
9)
Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Anak anak atau orang orang dewasa tinggal dalam suatu panti panti.
11) Communal

Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak
anaknya dan bersama sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang
tua dari anak anak.
13) Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya diadopsi.
14) Cohibing coiple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
4. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari bermacam macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis bapak.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
hubungan dengan suami istri.
5.

Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13), secara umum fungsi keluarga
adalah sebagi berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk


memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

6. Tugas Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 185-186),
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan,
meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal
masalah kesehatan dan perubahan perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab
dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

yang dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal sebagai berikut :


Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam

mengatasi masalah.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ;

1)

Keadaan

penyakitnya

(sifat,

penyebaran,

komplokasi,

perawatannya)
2)
Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3)
Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4)
Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota

prognosis

keluarga

dn

yang

bertanggungjawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan psikososial).


5)
Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang
sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan
atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, upaya
pencegahan penyakit, dan sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga
7.

Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008: 14-18), tahap perkembangan keluarga
adalah :
a. Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
1)
2)
3)
4)
5)
6)

pada tahap ini adalah :


Membina hubungan intim yang memuaskan.
Menetapkan tujuan bersama.
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
Persiapan menjadi orang tua.
Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan menjadi orang

tua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan tahap ini antara lain :
1)
Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan).
2)
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3)
Membagi peran dan tanggung jawab.
4)
Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5)
Konseling KB post partum 6 minggu.
6)
Menata ruang untuk anak.
7)
Memfasilitasi role bearing.
8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini anatra lain :
1)
Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2)
Membantu anak bersosialisasi

3)
Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4)
Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.
5)
Pembagian tanggung jawab.
6)
Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1)
Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan
2)
3)
4)
5)

lingkungan lebih luas.


Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
Menyediakan aktivitas untuk anak.
Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan

anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1)
Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
2)
3)
4)

bertanggung jawab).
Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk

memnuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.


f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1)
Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2)
Mempertahankan keintiman .
3)
Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
4)
Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5)
Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1)
Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan
waktu santai.
2)
Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
3)
Keakraban dengan pasangannya.
4)
Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5)
Persiapan masa tua atau pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1)
Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2)
Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3)
Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4)
Melakukan life review masa lalu.
B.
1.

Konsep Keperawatan Keluarga


Pengertian

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Setiadi, 2008: 25-26). Perawatan
kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada
keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya
yang dilakukan oleh seorang perawat yang profesional dengan proses keperawatan
yang berpedoman pada standart praktik keperawatan dengan berlandaskan etik dan
etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Setiadi, 2008: 26). Sedangkan menurut Suprajitno (2004: 27) asuhan keperawatan
keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan
dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan keluarga adaah
suatu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan melalui praktik keperawatan
2.

keluarga yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.


Tujuan
Menurut Suprajitno (2004: 27-28) tujuan keperawatan keluarga terdiri dari :
a.

Tujuan umum

Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara


mandiri
b.

Tujuan khusus

1)

Mengenal masalah kesehatan keluarga

2)

Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga

3)

Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit,


mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau yang membutuhkan bantuan sesuai
dengan kemampuan keluarga.

4)

Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial)


sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga

5)

Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya: puskesmas,


puskesmas pembantu, kartu sehat dan posyandu untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.

3.

Sasaran

Menurut Suprajitno (2004: 28) sasaran dari asuhan keperawatan keluarga adalah
keluarga- keluarga yang rawan kesehatan yaitu: keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam
keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu
4.

sendiri.
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga menurut Setiadi (2008: 45-46) adalah sebagai
berikut :
a. Pengkajian
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan daata dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi daan memodifikasi status kesehatan .
b. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga mengenai masalah
kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
c. Penyusunan perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan adalah senagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
keluarga yang meliputi penentuan tujun perawatan (jangka panjang atau jangka
pendek), penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk
mengatasi masalah keluarga.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan adalah pengeolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
e. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga mencapai tujuan.

5.

Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan keluarga


Menurut Mubarak,dkk (2010: 74-75) peran perawat dalam melakukan perawatan
kesehatan keluarga antara lain :
a. Pendidik (educator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri dan bertnggungjawab terhadap masalah kesehatan keluarganya.
b. Koordinator
Praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum,
menyeluruh, daan berlanjut.
c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
d. Pengawas kesehatan
e. Konsultan atau penasehat

f. Kolaborasi
Perawat keluarga juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g. Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.
h. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.
i.
Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j.
Modifikasi lingkungan
Peraawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS


A. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini ada lima klasifikasi pada lansia.
1. Pralansia (Prasenilisis)
Seorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusi 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI,2003)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI,2003)
5. Lansia tidak potensial

Lansi yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain (Depkes RI, 2003)
Karakteristik Lansia
Menur Budi Anna Keliat (1999), lansia mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopisikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif sampai
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
B. Teori Proses Menua
Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Teori Biologis
Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori
ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetic untuk spesies tertentu.
Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi
tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi
DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus
menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi
kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang
khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel
(Suhana, 1994; Constantinides, 1994).
Teori Nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi yang berulang
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri.
Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya
sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut
usia (Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh

menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan auto-imun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori radikal bebas
dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau
proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul
yang tidak stabil karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif
mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan
dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak
dapat beregenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap
kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan
hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan
dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999).
Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa menua
disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada
membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori Fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan usaha
dan stress menyebabkan sel tubuh lelah dipakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kstabilan lingkungan eksternal).
C. Perubahan Biologis pada Lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut
Nugroho (2000) perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Sel
1. Jumlah sel menurun/menjadi sedikit.
2. Ukuran sel lebih besar.
3. Berkurangnya cairan tubuh dan cairan intra seluler.
4. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati.
5. Jumlah sel otak menurun.
6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.


8. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
b. Sistem Respirasi
1. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, dan
menjadi kaku.
2. Aktivitas silia menurun.
3. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun.
4. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang.
5. Berkurangnya elastisitas bronkus.
6. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
7. Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
8. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
9. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
10. Sering terjadi emfisema senilis.
11. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring
pertambahan usia.
c. Sistem Kardiovaskuler
1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
2. Elastisitas dinding aorta menurun
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun (frekuensi denyut
jantung maksimal= 200-umur)
4. Curah jantung menurun.
5. Kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke
berdiri)

bisa

menyebabkan

tekanan

darah

menurun

menjadi

65mmHg

(mengakibatkan pusing mendadak).


6. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
7. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistol normal 170 mmHg, diastol normal 95 mmHg.
d. Sistem Persarafan
1. Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun.
2. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya).
3. Mengecilnya saraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon
penglihatan dan pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih
sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah.
4. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
5. Defisit memori.
e. Sistem Pencernaan
1. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
2. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa

manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan
pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, motilitas
dan waktu pengosongan lambung menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama karbohidrat).
7. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
f. Sistem Genitourinaria
1. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di gromerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya,
kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah
terganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Renal plasma flow (RPF) dan
glomerular filtration rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara linier sejak
usia 30 tahun. Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
2. Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika
urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat.
3. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
g. Sistem Muskuloskeletal
1. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
2. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
3. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan, dan paha.
Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut.
4. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
5. Kifosis.
6. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
7. Gangguan gaya berjalan.
8. Kekakuan jaringan penghubung.
9. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
10. Persensian membesar dan menjadi kaku.
11. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
12. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot
kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami).
13. Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak,
kolagen, dan jaringan parut).
14. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
15. Otot polos tidak begitu berpengaruh.

h. Sistem Penglihatan
1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat dalam gelap.
5. Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia, seseorang
sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa.
6. Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
7. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala.
i. Sistem Pendengaran
1. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
4. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan/stress.
5. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa
terus menerus atau intermitten).
6. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar).
j. Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain:
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35 0C ini akibat

1.

metabolisme yang menurun.


2. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil,
pucat, dan gelisah.
3. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
k. Sistem Reproduksi
Wanita
1.
2.
3.
4.
5.

Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.


Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi.
Atrofi payudara.
Atrofi vulva.
Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang,
sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.

Pria

1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara


berangsur-angsur.
2. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi kesehatannya
baik.
l. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi
hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan,
pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Yang termasuk hormon
kelamin adalah:
1. Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat reproduksi dan
gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
2. Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting dalam pengaturan
gula darah).
3. Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar yang berkaitan
dengan hormon pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang
mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan
mengatur vasokontriksi pembuluh darah. Kegiatan kelenjar adrenal ini berkurang
pada lanjut usia.
4. Produksi hampir semua hormon menurun.
5. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
6. Hipofisis: pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH.
7. Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate) dan daya pertukaran zat menurun.
8. Produksi aldosteron menurun.
9. Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan testosterone
menurun.
m. Sistem Integumen
1. Kulit menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak.
2. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
3. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak berbintik-bintik atau noda cokelat.
4. Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus di ujung
mata akibat lapisan kulit menipis.
5. Respons terhadap trauma menurun.
6. Mekanisme proteksi kulit menurun: produksi serum menurun, produksi vitamin D
menurun, pigmentasi kulit terganggu.
7. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
8. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
9. Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
10. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

11.
12.
13.
14.

Kuku jari menjadi keras dan rapuh.


Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

D. Penyakit yang mungkin muncul pada Lansia


1.

Sistem Pernapasan
a. Emfisema
Emfisema dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan struktur paru-paru dalam
bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus disertai dengan kerusakan
dinding alveolus. Penyakit ini termasuk dalam penyakit paru obstruktif kronik
yang menimbulkan kesulitan pengeluaran udara pernapasan. Penyakit ini bersifat
progresif dan biasanya diawali dengan sesak napas. Gejala emfisema dapat
berupa batuk yang disertai dahak berwarna putih atau mukoid, dan jika terdapat
infeksi, sputum tersebut menjadi purulen. Badan terlihat lelah, nafsu makan
berkurang, dan berat badan pasien menurun.
b. Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang menyebabkan
hiperresponsivitas jalan napas. Penyakit asma ditandai dengan 3 hal, antara lain
penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih di
saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan
suara napas yang berbunyi wheezing, yang biasanya timbul secara episodic pada
pagi hari menjelang waktu subuh karena pengaruh keseimbangan hormone
kortisol yang kadarnya rendah saat pagi hari dan berbagai faktor lainnya.
c. Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia.
Penyakit ini menduduki peringkat keempat penyebab kematian dan infeksi paru
dan sering merupakan penyakit terminal yang dialami lansia. Pneumonia pada
lansia dapat bersifat akut atau kronis. Gejala pneumonia bermacam-macam
bergantung pada kondisi tubuh dan jenis kuman penyebab infeksi. Beberapa
tanda dan gejala pneumonia meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat,
menggigil, dada terasa berat dan nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri kepala,
nyeri otot dan lesu. Pada lansia, gejala dan tanda-tanda ini lebih ringan, bahkan
suhu tubuh dapat lebih rendah dari nilai normal.
d. Bronkitis

Bronkitis merupakan peradangan membran mukosa yang melapisi bronkus


dan/atau bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea ke paru-paru. Bronkitis dapat
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronis. Bronkitis akut ditandai dengan
batuk dengan atau tanpa sputum, terdiri atas mucus yang diproduksi di saluran
napas. Sedangkan bronkitis kronis merupakan satu dari penyakit paru obstruktif
kronis dengan batuk produktif yang berlangsung sampai 3 bulan atau lebih setiap
tahunnya selama 2 tahun.
2.

Sistem Kardiovaskuler
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan
darah yang tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun
peningkatan tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka
harapan hidup. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun
beberapa pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka
yang terasa panas atau telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di
arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot
jantung. Penghentian suplai darah ke jantung akan merusak atau mematikan
sebagian jaringan otot jantung. Gejala yang sering muncul pada serangan jantung
dapat berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan
berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada
ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini
dapat semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul
berupa sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai
muntah. Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang menonjol. Namun,
gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin,
pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar biasa
tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan insiden
meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan ini merupakan

ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan fisiologis. Angka


rawat inap gagal jantung pada pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun
terakhir. Gagal jantung pada usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial yang
memengaruhi pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau
terjadi akibat PJK. Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan
katup menyebabkan gangguan ejeksi, pengisisan dan preload kronis yang diakhiri
dengan gagal jantung.
3.

Sistem Persarafan
a. Penyakit Alzheimer
Penyakit ini merupakan bagian dari demensia. 50-60% demensia ditimbulkan
penyakit Alzheimer. Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindrom
klinis dengan gejala penurunan daya ingat dan kemunduran fungsi intelektual
lainnya. Pasien mengalami kemunduran fungsi intelektual yang bersifat menetap,
yakni adanya gangguan pada sedikitnya 3 dari 5 komponen fungsi neurologis,
yang mencakup fungsi berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan memahami.
b. Stroke
Stroke terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau jika pembuluh
darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke jaringan otak
disekitarnya. Sel-sel otak akan mati jika tidak mendapatkan oksigen dan
makanan atau akan mati akibat perdarahan yang menekan jaringan otak sekitar.
Stroke dapat dibagi atas 2 kategori besar, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Yang pertama terjadi akibat penyumbatan aliran darah sedangkan
yang kedua karena pecahnya pembuluh darah. Delapan puluh persen kasus
c.

stroke disebabkan oleh iskemia dan sisanya akibat perdarahan.


Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit saraf dengan gejala utama berupa
tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh yang tidak stabil. Penyakit ini terjadi
akibat sel saraf (neuron) yang mengatur gerakan mengalami kematian. Ciri
penyakit Parkinson merupakan kelompok gejala yang tergabung dalam kelainan
gerakan. Empat gejala utama Parkinson adalah tremor atau gemetar di tangan,
lengan, rahang, atau kepala; kekakuan di otot atau ekstremitas; bradikinesia, atau
perlambatan gerakan; postur tubuh yang tidak stabil atau gangguan
keseimbangan. Gejala biasanya timbul secara perlahan dan semakin lama
semakin parah. Pada taraf gejala maksimal, pasien tidak dapat berjalan,

berbicara, atau bahkan melakukan suatu pekerjaan yang sederhana. Penyakit ini
bersifat menahun, progresif, tidak menular, dan tidak diturunkan.
4.

Sistem Pencernaan
a. Inkontinensia Alvi
Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam mengeluarkan tinja,
yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya, tidak dapat menahannya
atau terjadi kebocoran produk ekskresi tersebut. Mereka dengan keluhan ini
dalam pergaulan merasa tersisihkan dan rendah diri yang akhirnya dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
b. Diare
Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3
kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair, terkadang terdapat ampas
dan lendir. Hal ini terjadi karena fungsi fisiologis sistem pencernaan lansia yang
sudah mulai menurun dan juga disebabkan oleh bakteri dan faktor psikologis.

5.

Sistem Perkemihan
a. Gagal Ginjal Akut
Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan dan ampas
darah ke luar tubuh. Jika ginjal tidak mampu menyaring darah, cairan dan ampas
tersebut akan menumpuk dalam tubuh. Keadaan ini dapat pulih kembali dan jika
kondisi pasien cukup baik fungsi ginjal dapat kembali normal dalam beberapa
minggu, misalnya akibat penyakit kronis seperti PJK, stroke, infeksi berat
ataupun penyakit penyerta lainnya. Tanda dan gejalanya dapat berupa penurunan
jumlah pengeluaran urine meskipun sesekali pengeluaran masih dapat terjadi,
retensi air yang dapat menimbulkan edema tungkai, mengantuk, sesak napas,
lesu, bingung, kejang atau koma pada kasus berat, dan nyeri dada akibat
perikarditis. Biasanya pasien tidak memperhatikan tanda/gejala awal ini tetapi
lebih terfokus pada keluhan penyakit penyerta.
b. Gagal Ginjal Kronis
Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang minimal.
Banyak pasien yang tidak menyadari timbulnya keadaan tersebut sampai fungsi
ginjal hanya tinggal 25%. Penyebabnya adalah diabetes dan hipertensi. Beberapa
tanda dan gejala yang mungkin dapat diketahui adalah hipertensi, penurunan
berat badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual dan muntah, lesu dan gelisah,
kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas, penurunan daya ingat, kedutan
dan kram otot, BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa gatal.

c. BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)


BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena
hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat, meliputi antara lain: jaringan
kelenjar dan jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars
prostatika. Gejala klinik terjadi oleh karena 2 hal, yaitu penyempitan uretra yang
menyebabkan kesulitan berkemih dan Retensi air kemih dalam kandung kemih
yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan
cystitis. Gejala klinik dapat berupa frekuensi berkemih bertambah, berkemih pada
malam hari, kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih, air kemih
masih tetap menetes setelah selesai berkemih, rasa nyeri pada waktu berkemih.
d. Inkontinensia Urine
Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu di luar
kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada lansia. Dari segi medis,
inkontinensia mempermudah timbulnya ulkus dekubitus, infeksi saluran kemih,
sepsis, gagal ginjal, dan peningkatan angka kematian.
6.

Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoartritis
Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah tidur, dan
sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang beberapa saat setelah
digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat timbul secara bergantian selama
beberapa bulan atau tahun. Peradangan ini paling bersifat asimetris. Osteoartritis
terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi
karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Tulang yang berdekatan akan
saling bergeser sehingga menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini biasanya
mengenai daerah lutut dan punggung.
b. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)
Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam. Kadangkadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini. Peradangan sendi lain dapat
berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat. Pembengkakan sendi pada
beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri yang
terpapar secara simetris juga dimasukkan dalam criteria arthritis rheumatoid.
c. Ankylosing spondylitis
Penyakit ini paling sering mengenai tulang belakang atau bagian lain, seperti
bahu, tangan, dan kaki, biasanya secara asimetris.
d. Psoriatic arthritis

Hingga 30% pengidap psoriasis juga akan mengalami psoriatic arthritis.


Kelainan ini biasanya bersifat asimetris, tetapi juga dapat timbul secara simetris,
menyerupai arthritis rheumatoid.
e. Pirai (gout)
Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan terjadinya
penumpukan asam urat di sendi-sendi. Keadaan ini biasanya pertama kali
mengenai ibu jari kaki sampai berwarna kemerahan dan bengkak, tetapi juga
dapat mengenai sendi lainnya. Rasa nyeri tersebut dapat cepat berkembang.
f. Artritis pada lupus
Artritis dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit peradangan kronis
jaringan ikat yang terjadi karena sistem imunitas tubuh menyerang jaringan atau
organ pasien sendiri. Inflamasi terlihat pada berbagai sistem tubuh yang berbeda,
mencakup sendi, kulit, ginjal, sel darah, jantung, dan paru.
g. Peradangan sendi
Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat ketidakmampuan pergerakan
yang ditimbulkannya. Bagi seseorang dengan fisik yang aktif, gangguan arthritis
ringan sudah dianggap sebagai suatu bencana.
h. Osteoporosis
Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh, atau mudah patah.
Penyebabnya adalah perubahan kadar hormon, kekurangan kalsium dan vitamin
D, dan/atau kurangnya aktivitas fisik. Osteoporosis merupakan penyebab utama
fraktur orang dewasa terutama pada kaum perempuan.
7.

Sistem Penglihatan
a. Katarak
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata.
Katarak yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan glaucoma
fakomorfik. Lensa mata yang menua pada katarak dengan zonula siliaris yang
lemah dapat tergeser ke depan atau ke belakang sehingga persepsi cahaya yang
memasuki mata menjadi terganggu dan mengaburkan penglihatan seseorang.
Katarak pada lansia ditandai dengan kekeruhan lensa mata, pembengkakan lensa
yang berakhir dengan pengerutan dan kehilangan sifat transparansinya. Pada
keadaan lain katarak akibat usia lanjut ini, kapsul lensa akan mencair membentuk
cairan kental putih yang menimbulkan peradangan hebat jika kapsul lensa
mengalami rupture dan cairan tersebut keluar, yang disebut katarak Morgagni.

8.

Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis
Presbiakusis merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran pada
lansia. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55 tahun atau lebih. Penyebab
gangguan pendengaran lainnya pada orang berusia tua antara lain karena infeksi
atau kerusakan di telinga dalam. Kemunduran pendengaran ini muncul bertahap
dalam beberapa tahun, yang mungkin tidak disadari pada awalnya. Gangguan
tersebut baru diketahui ketika pasien mengalami kesulitan mendengar suara orang
menelepon atau mengikuti pembicaraan pada kumpulan orang ramai. Teman atau
anggota family dapat terkejut karena pasien menyetel televisi terlalu keras atau
meminta pengulangan pertanyaan berkali-kali. Gangguan pendengaran ini dapat
menimbulkan keterasingan dan ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.

9.

Sistem Endokrin
a. Diabetes
Seseorang disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan kadar gula darah
yang menetap. Penyakit ini terjadi pada segala umur, walaupun umumnya lebih
sering dijumpai pada lansia sebagai suatu penyakit kronis, yaitu sekitar 18% pada
kelompok individu berumur 65 tahun dan 25% di atas 85 tahun. Umumnya
terdapat 5 tanda gejala awal, yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus,
bertambahnya nafsu makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu.
Kadang-kadang gejala terawal berupa penglihatan yang kabur.

10. Sistem Reproduksi


a. Disfungsi Ereksi
Disfungsi

ereksi

berarti

kegagalan

terjadinya

dan

ketidakmampuan

mempertahankan ereksi pada 50% usaha penetrasi pada persetubuhan. Disfungsi


ereksi dapat terjadi dari waktu ke waktu pada berbagai tingkat umur setelah
dewasa. Walaupun insiden disfungsi ereksi meningkat seiring pertambahan usia,
prevalensinya mencapai sekitar 52% pada umur antara 40-70 tahun dan
meningkat pada orang yang lebih tua, yaitu hampir mencapai 95% pada pria
berumur >70 tahun, terutama dengan penyakit penyerta seperti diabetes.
Disfungsi ereksi dapat timbul akibat gangguan vascular, neurogenik, endokrin,
kelainan struktur penis, efek samping obat, dan stress psikologis.

Soal.
Kasus pemicu keluarga lansia
Bapak Q (72 th) dan Ibu Z (65th), tinggal dengan anak bungsunya yang sudah berkeluarga
(Bapak P 31 th). Akhir akhir ini Bapak Q sering mengeluh tidak puas dengan BAB nya
karena sulit BAB dan jumlahnya sedikit, tidak seperti biasanya diwaktu muda. Ibu Z dan
bapak Q juga mengeluh nyeri pada lutut, tidak bisa jongkok, sehingga seringkalibapak
bapak dan ibu hanya duduk-duduk. Saat perawat berkeliling, ternyata lingkungan bapak
Q tinggal, banyak keluarga yang mempunyai lansia, bahkan ada lansia yang tinggal
sendiri atau sepasang lansia yang sudah ditinggal anak-anaknya. Rata-rata mereka masih
aktif melakukan kegiatan sehari-hari walaupun mereka umumnya mengalami keluhan
nyeri sendi dan tulang. Para lansia masih aktif melakukan kegiatan beribadah. Ketika

perawat bertemu dengan beberapa lansia dimusola, para lansia mengaku mandi setiap
mau sholat karena jika tidak mandi merasa sholatnya tidak sempurna.
Analsis Data
No.
1.

Data

Masalah
Resiko
gangguan

Pasien mengeluh tidak

eliminasi bowel

DS :

Penyebab
Keluarga
tidak
mengenal

puas dengan BABnya

masalah

karena sulit BAB

kesehatan

DO :

Tipologi
Resiko

keluarganya

Tampak jumlah BABnya


sedikit
DS :

2.

Gangguan

Pasien mengeluh nyeri

nyaman nyeri

lutut

Keluarga

tidak

Aktual

mengenal
masalah

DO :
Pasien

rasa

kesehatan
tampak

hanya

duduk-duduk

tidak

keluarganya

bisa jongkok

Prioritas Masalah
1. Diagnosa keperawatan keluarga
Resiko gangguan eliminasi bowel berhubungan dengan Keluarga tidak mengenal masalah
kesehatan keluarganya.
No.

Kriteria
Sifat Masalah :

1.

Ancaman Kesehatan

Perhitungan
2/3 x 1 = 2/3

Pembenaran
Karena resiko/belum terjadi dan bisa
ke arah sehat

Kemungkinan masalah
2.

3.

untuk dapat di ubah :


Dengan mudah
Potensi masalah untuk
dicegah :

2/2 x 2 = 2

2/3 x 1 = 2/3

Karena masih bisa ditangani sebelum


terjadi gangguan
Karena potensi dicegah itu susah
serta kondisi bapak Q yang sudah

Cukup
Menonjolnya masalah :
4.

Masalah tidak perlu

lansia
Karena keluarga merasa masalah
x1=

segera ditangani

kesehatan tersebut tidak harus


segera ditangani

Total skor = 2 11/6

2. Diagnosa keperawatan keluarga


Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan keluarga tidak mengenal masalah
kesehatan keluarganya ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri lutut, Pasien tampak
hanya duduk-duduk tidak bisa jongkok.
No.

Kriteria
Sifat Masalah :

1.

Tidak / kurang sehat

Perhitungan
3/3 x 1 = 1

Pembenaran
Karena sudah terjadi nyeri lutut dan
tidak bisa jongkok

Kemungkinan masalah
2.

untuk dapat di ubah :


Hanya sebagian

1/2 x 2 = 1

Karena sudah terjadi/aktual

1/3 x 1 = 1/3

Karena sudah terjadi/aktual

2/2 x 1 = 1

Karena sudah terjadi/aktual

Potensi masalah untuk


3.

dicegah :
Rendah
Menonjolnya masalah :

4.

Masalah berat harus


segera ditangani

Total skor = 3 1/3


Daftar diagnosa keperawatan keluarga sesuai prioritas :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Keluarga tidak mengenal masalah
kesehatan keluarganya ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri lutut, Pasien tampak
hanya duduk-duduk tidak bisa jongkok.
2. Resiko gangguan eliminasi bowel berhubungan dengan Keluarga tidak mengenal
masalah kesehatan keluarganya.

Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


No.
1.

Diagnosa keperawatan
keluarga

Gangguan

Tujuan Umum

rasaSetelah dilakukan

nyaman;nyeri bd

penyuluhan 2x

keluarga

pertemuan/kunjungan

tdk

mampu mengenal

diharapkan keluarga

masalah

sudah

keluarganya.

mengetahui/mampu

Tujuan khusus

Klien

mengenal masalah
kesehatan keluarganya.

dan

Kriteria

keluarga

Evaluasi
Standart

Klien

dan

Intervensi

keluarga 1. Kontrak waktu


2. Kaji
pengetahuan

mampu :
1. Menjelaskan

mampu :
1. Menjelaskan

pengertian nyeri
2. Menjelaskan

pengertian nyeri
2. Menjelaskan

penyebab nyeri
3. Menyebutkan tanda

penyebab nyeri
3. Menyebutkan

gejala nyeri
4. Cara
pencegahan
nyeri
5. Cara

pengobatan

nyeri

tanda

gejala

nyeri
4. Cara
VERBAL

pencegahan
nyeri
5. Cara
pengobatan
nyeri

klien

tentang nyeri lututnya


3. Kaji kemampuan klien yang
telah

dilakukan

dalam

mengatasi nyerinya
4. Berikan penyuluhan
pasien

dan

pada

keluarga

mengenai managemen nyeri


5. Evaluasi singkat terhadap
topik dari penyuluhan.
6. Berikan pujian terhadap
ungkapan
keluarga

pasien

dan

dalam

upaya

menangani nyeri.
7. Anjurkan
pasien

untuk

memeriksakan/kontol
kesehatannya ke Puskesmas
terdekat.
8. Kontrak waktu
selanjutnya
Diagnosa keperawatan

Tujuan Umum

Tujuan khusus

Evaluasi

Intervensi

pertemuan

No.
2.

keluarga

1. Resiko

Kriteria

Setelah dilakukan

gangguan

penyuluhan 2x

eliminasi

pertemuan/kunjungan

bowel
berhubungan

Klien

diharapkan keluarga
sudah

dengan

mengetahui/mampu

keluarga tidak

mengenal masalah

mengenal

kesehatan keluarganya.

masalah
kesehatan
keluarganya.

dan

keluarga

Klien

mampu :
1. Menjelaskan

eliminasi bowel
2. Menjelaskan

eliminasi bowel
3. Menyebutkan tanda

bowel
5. Cara

pengobatan

gangguan eliminasi
bowel

penyebab
eliminasi bowel
3. Menyebutkan
VERBAL

tanda

telah

gejala

gangguan
eliminasi bowel
4. Cara
pencegahan
gangguan
eliminasi bowel
5. Cara
pengobatan
gangguan
eliminasi bowel

klien

dilakukan

dalam mengatasi masalah


BAB
4. Berikan penyuluhan pada
pasien

gangguan

gangguan

tentang sulit BAB


3. Kaji kemampuan
yang

gangguan

penyebab gangguan

gangguan eliminasi

keluarga 1. Kontrak waktu


2. Kaji pengetahuan klien

pengertian

eliminasi bowel
2. Menjelaskan

eliminasi bowel
4. Cara
pencegahan

dan

mampu :
1. Menjelaskan

pengertian gangguan

gejala

Standart

dan

keluarga

mengenai masalah BAB


5. Evaluasi singkat terhadap
topik dari penyuluhan.
6. Berikan pujian terhadap
ungkapan
keluarga

pasien
dalam

dan
upaya

menangani masalah BAB.


7. Anjurkan pasien untuk
memeriksakan/kontol
kesehatannya

ke

Puskesmas terdekat.
8. Kontrak waktu pertemuan
selanjutnya

You might also like