Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Orrien Cantona
2. Yesika Delataka
3. Fitra
4. Rusdiandi
5. Syarifah
6. Ni Made
7. Jimmy
8. Arga Iswandi
9. Desti
10. Hendra
11. Martin
Tingkat : III B
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
budaya,
meningkatkan
Tipe keluarga menurut Suprajitno (2004: 2) bergantung pada konteks keilmuan dan
orang yang mengelompokkan adalah :
a. Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1.
Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya,
diantaranya menurut Mubrak, dkk.(2009 : 70-71) adalah :
1)
Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh sanksi
sanksi legal dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
2)
Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri,
tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun dari hasil perkawinan baru, satu atau keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
3)
Niddle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua duanya bekerja dirumah, anak
anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti
karier.
4)
Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah
satu bekerja diluar rumah.
5)
Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak
anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
6)
Dual carier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7)
Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu waktu tertentu.
8)
Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan untuk kawin.
9)
Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Anak anak atau orang orang dewasa tinggal dalam suatu panti panti.
11) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak
anaknya dan bersama sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang
tua dari anak anak.
13) Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya diadopsi.
14) Cohibing coiple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
4. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari bermacam macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis bapak.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
hubungan dengan suami istri.
5.
Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13), secara umum fungsi keluarga
adalah sebagi berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
6. Tugas Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 185-186),
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan,
meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal
masalah kesehatan dan perubahan perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab
dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
mengatasi masalah.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ;
1)
Keadaan
penyakitnya
(sifat,
penyebaran,
komplokasi,
perawatannya)
2)
Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3)
Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4)
Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
prognosis
keluarga
dn
yang
tua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan tahap ini antara lain :
1)
Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan).
2)
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3)
Membagi peran dan tanggung jawab.
4)
Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5)
Konseling KB post partum 6 minggu.
6)
Menata ruang untuk anak.
7)
Memfasilitasi role bearing.
8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini anatra lain :
1)
Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2)
Membantu anak bersosialisasi
3)
Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4)
Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.
5)
Pembagian tanggung jawab.
6)
Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1)
Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan
2)
3)
4)
5)
anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1)
Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
2)
3)
4)
bertanggung jawab).
Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Setiadi, 2008: 25-26). Perawatan
kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada
keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya
yang dilakukan oleh seorang perawat yang profesional dengan proses keperawatan
yang berpedoman pada standart praktik keperawatan dengan berlandaskan etik dan
etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Setiadi, 2008: 26). Sedangkan menurut Suprajitno (2004: 27) asuhan keperawatan
keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan
dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan keluarga adaah
suatu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan melalui praktik keperawatan
2.
Tujuan umum
Tujuan khusus
1)
2)
3)
4)
5)
3.
Sasaran
Menurut Suprajitno (2004: 28) sasaran dari asuhan keperawatan keluarga adalah
keluarga- keluarga yang rawan kesehatan yaitu: keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam
keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu
4.
sendiri.
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga menurut Setiadi (2008: 45-46) adalah sebagai
berikut :
a. Pengkajian
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan daata dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi daan memodifikasi status kesehatan .
b. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga mengenai masalah
kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
c. Penyusunan perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan adalah senagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
keluarga yang meliputi penentuan tujun perawatan (jangka panjang atau jangka
pendek), penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk
mengatasi masalah keluarga.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan adalah pengeolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
e. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga mencapai tujuan.
5.
f. Kolaborasi
Perawat keluarga juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g. Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.
h. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.
i.
Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j.
Modifikasi lingkungan
Peraawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.
Lansi yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain (Depkes RI, 2003)
Karakteristik Lansia
Menur Budi Anna Keliat (1999), lansia mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopisikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif sampai
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
B. Teori Proses Menua
Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Teori Biologis
Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori
ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetic untuk spesies tertentu.
Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi
tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi
DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus
menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi
kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang
khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel
(Suhana, 1994; Constantinides, 1994).
Teori Nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi yang berulang
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri.
Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya
sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut
usia (Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan auto-imun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori radikal bebas
dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau
proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul
yang tidak stabil karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif
mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan
dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak
dapat beregenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap
kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan
hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan
dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999).
Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa menua
disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada
membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori Fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan usaha
dan stress menyebabkan sel tubuh lelah dipakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kstabilan lingkungan eksternal).
C. Perubahan Biologis pada Lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut
Nugroho (2000) perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Sel
1. Jumlah sel menurun/menjadi sedikit.
2. Ukuran sel lebih besar.
3. Berkurangnya cairan tubuh dan cairan intra seluler.
4. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati.
5. Jumlah sel otak menurun.
6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
bisa
menyebabkan
tekanan
darah
menurun
menjadi
65mmHg
manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan
pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, motilitas
dan waktu pengosongan lambung menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama karbohidrat).
7. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
f. Sistem Genitourinaria
1. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di gromerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya,
kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah
terganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Renal plasma flow (RPF) dan
glomerular filtration rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara linier sejak
usia 30 tahun. Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
2. Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika
urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat.
3. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
g. Sistem Muskuloskeletal
1. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
2. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
3. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan, dan paha.
Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut.
4. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
5. Kifosis.
6. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
7. Gangguan gaya berjalan.
8. Kekakuan jaringan penghubung.
9. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
10. Persensian membesar dan menjadi kaku.
11. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
12. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot
kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami).
13. Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak,
kolagen, dan jaringan parut).
14. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
15. Otot polos tidak begitu berpengaruh.
h. Sistem Penglihatan
1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat dalam gelap.
5. Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia, seseorang
sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa.
6. Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
7. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala.
i. Sistem Pendengaran
1. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
4. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan/stress.
5. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa
terus menerus atau intermitten).
6. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar).
j. Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain:
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35 0C ini akibat
1.
Pria
11.
12.
13.
14.
Sistem Pernapasan
a. Emfisema
Emfisema dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan struktur paru-paru dalam
bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus disertai dengan kerusakan
dinding alveolus. Penyakit ini termasuk dalam penyakit paru obstruktif kronik
yang menimbulkan kesulitan pengeluaran udara pernapasan. Penyakit ini bersifat
progresif dan biasanya diawali dengan sesak napas. Gejala emfisema dapat
berupa batuk yang disertai dahak berwarna putih atau mukoid, dan jika terdapat
infeksi, sputum tersebut menjadi purulen. Badan terlihat lelah, nafsu makan
berkurang, dan berat badan pasien menurun.
b. Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang menyebabkan
hiperresponsivitas jalan napas. Penyakit asma ditandai dengan 3 hal, antara lain
penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih di
saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan
suara napas yang berbunyi wheezing, yang biasanya timbul secara episodic pada
pagi hari menjelang waktu subuh karena pengaruh keseimbangan hormone
kortisol yang kadarnya rendah saat pagi hari dan berbagai faktor lainnya.
c. Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia.
Penyakit ini menduduki peringkat keempat penyebab kematian dan infeksi paru
dan sering merupakan penyakit terminal yang dialami lansia. Pneumonia pada
lansia dapat bersifat akut atau kronis. Gejala pneumonia bermacam-macam
bergantung pada kondisi tubuh dan jenis kuman penyebab infeksi. Beberapa
tanda dan gejala pneumonia meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat,
menggigil, dada terasa berat dan nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri kepala,
nyeri otot dan lesu. Pada lansia, gejala dan tanda-tanda ini lebih ringan, bahkan
suhu tubuh dapat lebih rendah dari nilai normal.
d. Bronkitis
Sistem Kardiovaskuler
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan
darah yang tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun
peningkatan tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka
harapan hidup. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun
beberapa pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka
yang terasa panas atau telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di
arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot
jantung. Penghentian suplai darah ke jantung akan merusak atau mematikan
sebagian jaringan otot jantung. Gejala yang sering muncul pada serangan jantung
dapat berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan
berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada
ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini
dapat semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul
berupa sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai
muntah. Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang menonjol. Namun,
gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin,
pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar biasa
tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan insiden
meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan ini merupakan
Sistem Persarafan
a. Penyakit Alzheimer
Penyakit ini merupakan bagian dari demensia. 50-60% demensia ditimbulkan
penyakit Alzheimer. Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindrom
klinis dengan gejala penurunan daya ingat dan kemunduran fungsi intelektual
lainnya. Pasien mengalami kemunduran fungsi intelektual yang bersifat menetap,
yakni adanya gangguan pada sedikitnya 3 dari 5 komponen fungsi neurologis,
yang mencakup fungsi berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan memahami.
b. Stroke
Stroke terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau jika pembuluh
darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke jaringan otak
disekitarnya. Sel-sel otak akan mati jika tidak mendapatkan oksigen dan
makanan atau akan mati akibat perdarahan yang menekan jaringan otak sekitar.
Stroke dapat dibagi atas 2 kategori besar, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Yang pertama terjadi akibat penyumbatan aliran darah sedangkan
yang kedua karena pecahnya pembuluh darah. Delapan puluh persen kasus
c.
berbicara, atau bahkan melakukan suatu pekerjaan yang sederhana. Penyakit ini
bersifat menahun, progresif, tidak menular, dan tidak diturunkan.
4.
Sistem Pencernaan
a. Inkontinensia Alvi
Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam mengeluarkan tinja,
yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya, tidak dapat menahannya
atau terjadi kebocoran produk ekskresi tersebut. Mereka dengan keluhan ini
dalam pergaulan merasa tersisihkan dan rendah diri yang akhirnya dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
b. Diare
Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3
kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair, terkadang terdapat ampas
dan lendir. Hal ini terjadi karena fungsi fisiologis sistem pencernaan lansia yang
sudah mulai menurun dan juga disebabkan oleh bakteri dan faktor psikologis.
5.
Sistem Perkemihan
a. Gagal Ginjal Akut
Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan dan ampas
darah ke luar tubuh. Jika ginjal tidak mampu menyaring darah, cairan dan ampas
tersebut akan menumpuk dalam tubuh. Keadaan ini dapat pulih kembali dan jika
kondisi pasien cukup baik fungsi ginjal dapat kembali normal dalam beberapa
minggu, misalnya akibat penyakit kronis seperti PJK, stroke, infeksi berat
ataupun penyakit penyerta lainnya. Tanda dan gejalanya dapat berupa penurunan
jumlah pengeluaran urine meskipun sesekali pengeluaran masih dapat terjadi,
retensi air yang dapat menimbulkan edema tungkai, mengantuk, sesak napas,
lesu, bingung, kejang atau koma pada kasus berat, dan nyeri dada akibat
perikarditis. Biasanya pasien tidak memperhatikan tanda/gejala awal ini tetapi
lebih terfokus pada keluhan penyakit penyerta.
b. Gagal Ginjal Kronis
Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang minimal.
Banyak pasien yang tidak menyadari timbulnya keadaan tersebut sampai fungsi
ginjal hanya tinggal 25%. Penyebabnya adalah diabetes dan hipertensi. Beberapa
tanda dan gejala yang mungkin dapat diketahui adalah hipertensi, penurunan
berat badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual dan muntah, lesu dan gelisah,
kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas, penurunan daya ingat, kedutan
dan kram otot, BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa gatal.
Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoartritis
Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah tidur, dan
sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang beberapa saat setelah
digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat timbul secara bergantian selama
beberapa bulan atau tahun. Peradangan ini paling bersifat asimetris. Osteoartritis
terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi
karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Tulang yang berdekatan akan
saling bergeser sehingga menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini biasanya
mengenai daerah lutut dan punggung.
b. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)
Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam. Kadangkadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini. Peradangan sendi lain dapat
berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat. Pembengkakan sendi pada
beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri yang
terpapar secara simetris juga dimasukkan dalam criteria arthritis rheumatoid.
c. Ankylosing spondylitis
Penyakit ini paling sering mengenai tulang belakang atau bagian lain, seperti
bahu, tangan, dan kaki, biasanya secara asimetris.
d. Psoriatic arthritis
Sistem Penglihatan
a. Katarak
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata.
Katarak yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan glaucoma
fakomorfik. Lensa mata yang menua pada katarak dengan zonula siliaris yang
lemah dapat tergeser ke depan atau ke belakang sehingga persepsi cahaya yang
memasuki mata menjadi terganggu dan mengaburkan penglihatan seseorang.
Katarak pada lansia ditandai dengan kekeruhan lensa mata, pembengkakan lensa
yang berakhir dengan pengerutan dan kehilangan sifat transparansinya. Pada
keadaan lain katarak akibat usia lanjut ini, kapsul lensa akan mencair membentuk
cairan kental putih yang menimbulkan peradangan hebat jika kapsul lensa
mengalami rupture dan cairan tersebut keluar, yang disebut katarak Morgagni.
8.
Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis
Presbiakusis merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran pada
lansia. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55 tahun atau lebih. Penyebab
gangguan pendengaran lainnya pada orang berusia tua antara lain karena infeksi
atau kerusakan di telinga dalam. Kemunduran pendengaran ini muncul bertahap
dalam beberapa tahun, yang mungkin tidak disadari pada awalnya. Gangguan
tersebut baru diketahui ketika pasien mengalami kesulitan mendengar suara orang
menelepon atau mengikuti pembicaraan pada kumpulan orang ramai. Teman atau
anggota family dapat terkejut karena pasien menyetel televisi terlalu keras atau
meminta pengulangan pertanyaan berkali-kali. Gangguan pendengaran ini dapat
menimbulkan keterasingan dan ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.
9.
Sistem Endokrin
a. Diabetes
Seseorang disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan kadar gula darah
yang menetap. Penyakit ini terjadi pada segala umur, walaupun umumnya lebih
sering dijumpai pada lansia sebagai suatu penyakit kronis, yaitu sekitar 18% pada
kelompok individu berumur 65 tahun dan 25% di atas 85 tahun. Umumnya
terdapat 5 tanda gejala awal, yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus,
bertambahnya nafsu makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu.
Kadang-kadang gejala terawal berupa penglihatan yang kabur.
ereksi
berarti
kegagalan
terjadinya
dan
ketidakmampuan
Soal.
Kasus pemicu keluarga lansia
Bapak Q (72 th) dan Ibu Z (65th), tinggal dengan anak bungsunya yang sudah berkeluarga
(Bapak P 31 th). Akhir akhir ini Bapak Q sering mengeluh tidak puas dengan BAB nya
karena sulit BAB dan jumlahnya sedikit, tidak seperti biasanya diwaktu muda. Ibu Z dan
bapak Q juga mengeluh nyeri pada lutut, tidak bisa jongkok, sehingga seringkalibapak
bapak dan ibu hanya duduk-duduk. Saat perawat berkeliling, ternyata lingkungan bapak
Q tinggal, banyak keluarga yang mempunyai lansia, bahkan ada lansia yang tinggal
sendiri atau sepasang lansia yang sudah ditinggal anak-anaknya. Rata-rata mereka masih
aktif melakukan kegiatan sehari-hari walaupun mereka umumnya mengalami keluhan
nyeri sendi dan tulang. Para lansia masih aktif melakukan kegiatan beribadah. Ketika
perawat bertemu dengan beberapa lansia dimusola, para lansia mengaku mandi setiap
mau sholat karena jika tidak mandi merasa sholatnya tidak sempurna.
Analsis Data
No.
1.
Data
Masalah
Resiko
gangguan
eliminasi bowel
DS :
Penyebab
Keluarga
tidak
mengenal
masalah
kesehatan
DO :
Tipologi
Resiko
keluarganya
2.
Gangguan
nyaman nyeri
lutut
Keluarga
tidak
Aktual
mengenal
masalah
DO :
Pasien
rasa
kesehatan
tampak
hanya
duduk-duduk
tidak
keluarganya
bisa jongkok
Prioritas Masalah
1. Diagnosa keperawatan keluarga
Resiko gangguan eliminasi bowel berhubungan dengan Keluarga tidak mengenal masalah
kesehatan keluarganya.
No.
Kriteria
Sifat Masalah :
1.
Ancaman Kesehatan
Perhitungan
2/3 x 1 = 2/3
Pembenaran
Karena resiko/belum terjadi dan bisa
ke arah sehat
Kemungkinan masalah
2.
3.
2/2 x 2 = 2
2/3 x 1 = 2/3
Cukup
Menonjolnya masalah :
4.
lansia
Karena keluarga merasa masalah
x1=
segera ditangani
Kriteria
Sifat Masalah :
1.
Perhitungan
3/3 x 1 = 1
Pembenaran
Karena sudah terjadi nyeri lutut dan
tidak bisa jongkok
Kemungkinan masalah
2.
1/2 x 2 = 1
1/3 x 1 = 1/3
2/2 x 1 = 1
dicegah :
Rendah
Menonjolnya masalah :
4.
Diagnosa keperawatan
keluarga
Gangguan
Tujuan Umum
rasaSetelah dilakukan
nyaman;nyeri bd
penyuluhan 2x
keluarga
pertemuan/kunjungan
tdk
mampu mengenal
diharapkan keluarga
masalah
sudah
keluarganya.
mengetahui/mampu
Tujuan khusus
Klien
mengenal masalah
kesehatan keluarganya.
dan
Kriteria
keluarga
Evaluasi
Standart
Klien
dan
Intervensi
mampu :
1. Menjelaskan
mampu :
1. Menjelaskan
pengertian nyeri
2. Menjelaskan
pengertian nyeri
2. Menjelaskan
penyebab nyeri
3. Menyebutkan tanda
penyebab nyeri
3. Menyebutkan
gejala nyeri
4. Cara
pencegahan
nyeri
5. Cara
pengobatan
nyeri
tanda
gejala
nyeri
4. Cara
VERBAL
pencegahan
nyeri
5. Cara
pengobatan
nyeri
klien
dilakukan
dalam
mengatasi nyerinya
4. Berikan penyuluhan
pasien
dan
pada
keluarga
pasien
dan
dalam
upaya
menangani nyeri.
7. Anjurkan
pasien
untuk
memeriksakan/kontol
kesehatannya ke Puskesmas
terdekat.
8. Kontrak waktu
selanjutnya
Diagnosa keperawatan
Tujuan Umum
Tujuan khusus
Evaluasi
Intervensi
pertemuan
No.
2.
keluarga
1. Resiko
Kriteria
Setelah dilakukan
gangguan
penyuluhan 2x
eliminasi
pertemuan/kunjungan
bowel
berhubungan
Klien
diharapkan keluarga
sudah
dengan
mengetahui/mampu
keluarga tidak
mengenal masalah
mengenal
kesehatan keluarganya.
masalah
kesehatan
keluarganya.
dan
keluarga
Klien
mampu :
1. Menjelaskan
eliminasi bowel
2. Menjelaskan
eliminasi bowel
3. Menyebutkan tanda
bowel
5. Cara
pengobatan
gangguan eliminasi
bowel
penyebab
eliminasi bowel
3. Menyebutkan
VERBAL
tanda
telah
gejala
gangguan
eliminasi bowel
4. Cara
pencegahan
gangguan
eliminasi bowel
5. Cara
pengobatan
gangguan
eliminasi bowel
klien
dilakukan
gangguan
gangguan
gangguan
penyebab gangguan
gangguan eliminasi
pengertian
eliminasi bowel
2. Menjelaskan
eliminasi bowel
4. Cara
pencegahan
dan
mampu :
1. Menjelaskan
pengertian gangguan
gejala
Standart
dan
keluarga
pasien
dalam
dan
upaya
ke
Puskesmas terdekat.
8. Kontrak waktu pertemuan
selanjutnya