You are on page 1of 30

Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA

No. RM

Berkas Pembinaan Keluarga

Nama pasien : Tn. S

PKM Wagir

Nama KK

: Tn. S

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga

: Tn. S

Alamat lengkap

: Sitirejo lemah duwur Rt 4 Rw 1

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah


No

Nama

Status

L/

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

P
1

Tn. S

Suami

Pasien

Ket

PKM

50 Th

SD

ODS

(KK)

Katarak
Senilis
Matur

Ny. S

Istri

47 Th

SD

Buruh

Pabrik

Kesimpulan :
Keluarga pasien merupakan nuclear family yang terdiri atas 6 orang. Pasien
adalah Tn. S, umur 50 tahun, beralamat di Sitirejo lemah duwur Rt 4 Rw 1.
Diagnosa klinis pasien adalah ODS Katarak Senilis Matur. Pasien tinggal bersama
dengan Istri (Ny. S 47 Th). Dan ke-empat anak merantau di luar Jawa

BAB I
STATUS PASIEN
1.1 PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita
Katarak Senilis Matur, berjenis kelamin Laki - laki dan berusia 50 tahun.
Mengingat kasus ini masih sering terjadi di masyarakat, beserta permasalahannya
seperti masih kurangnya pengetahuan tentang Penyebab dan penanganan yang
tepat sehingga dapat menyebabkan komplikasi. Oleh karena itu, penting kiranya
bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya dan kemudian bisa
menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
1.2 ANAMNESIS
1.2.1

Identitas Pasien
Nama

: Tn. S

Umur

:50 tahun

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Pekerjaan

:-

Pendidikan

: SD

Agama

: Islam

Alamat

: Sitirejo lemah duwur Rt 4 Rw 1

Status Perkawinan

: Menikah

Suku

: Jawa

Tanggal Periksa

: 12 Februari 2015

1.2.2

Keluhan utama : Penglihatan kedua mata kabur

1.2.3

Riwayat penyakit sekarang :


+ 2 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur
seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur.
Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa
lelah setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus
sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh. Pasien tidak mengeluh
silau jika melihat cahaya, mata merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mata
berair (-), gatal (-), keluar kotoran air mata (-), melihat ganda (-), melihat
2

pelangi disekitar sumber cahaya (-)


+ 8 bulan yang lalu sebelum pergi berobat, penglihatan kedua mata
semakin kabur hingga mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati
kedua matanya. Keluhan dirasa semakin memberat hingga pasien merasa
terganggu untuk beraktivitas. Oleh karena itu, pasien berobat ke Balai
Pengobatan Pustu Parang Argo
1.2.4

Riwayat penyakit Dahulu

Riwayat sakit serupa

: disangkal

Riwayat mondok

: disangkal

Riwayat diabetes

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat Trauma

: disangkal

Pasien menggunakan kacamata baca

Riwayat trauma pada mata

: disangkal

Riwayat operasi mata sebelumnya

: disangkal

Riwayat penyakit mata lain sebelumnya

: disangkal

1.2.5

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga sakit serupa

: disangkal

Riwayat diabetes

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini

1.2.6

Riwayat kebiasaan

Riwayat olahraga

: disangkal

Riwayat pengisian waktu luang

: istirahat drumah

1.2.7

Riwayat sosial ekonomi


Penghasilan keluarga relatif cukup - kurang. Penghasilan didapat dari istri

yang bekerja sebagai buruh pabrik dan kadang-kadam dari anaknya. Keluarga
Tn. S memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup bagus, meskipun
Tn. S penglihatannya terganggu dan Istri bekerja, tetapi mereka saling
mendukung dan saling memperhatikan.
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 50 tahun. Pasien tidak bekerja. saat

ini pasien tinggal di rumah dengan istrinya. Saat ini kebutuhan sehari-hari
penderita ditanggung oleh istri sendiri dan terkadang oleh anaknya.
Hubungan Tn.S, dan istri pasien nampak saling mendukung, karena istri
pasien tampak menemani saat pasien berobat di Pustu Parang Argo.
1.2.8

Riwayat Gizi :
Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali/hari. Berupa nasi, sayur, dan lauk

pauk. Terkadang dengan telur, tahu, tempe, dan daging.. Minum air putih 2
liter.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Baik

Derajat kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, regular, isi tegangan cukup

RR

: 20 x/ menit, kedalaman cukup, reguler

Suhu

: 36 0C peraksila

BB

: 58 kg

TB

: 160 cm
Kulit

Kulit sawo matang, ikterik (-), venektasi (-), spider nevi (-).
-

Kepala
Bentuk Normocephal, luka (-), makula (-), papula (-), nodul (-), bells palsy (-).

Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-)

Mulut
bibir pucat (-), sianosis (-),

Telinga
Daun telinga bentuk normal, sekret (-/-)

Tenggorok
Uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1.

Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar.

Thoraks
Bentuk

: normochest, retraksi (-/-)

Cor

Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis teraba di SIC V LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi

Batas kiri atas

: SIC II Linea parasternalis Sinistra

Batas kiri bawah

: SIC IV Linea Mid clavicularis sinistra

Batas kanan atas

: SIC II Linea parasternalis Dextra

Batas kanan bawah

: SIC IV Linea parasternalis Dextra

Batas jantung kesan tidak melebar


Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo

Inspeksi

: pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)


-

Abdomen
Inspeksi

: dinding perut lebih cembung daripada dinding dada, caput

medusae (-)
Auskultasi : bising usus (+) N
Perkusi

: pekak

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas
Oedem
Akral Dingin
Capillary refill time < 2 detik
Status Oftalmologis:
5

OD

OS

Lensa keruh merata Lensa keruh merata

OD

Pemeriksaan
AV

OS

1/ LP(+)

Tanpa koreksi

1/ LP(-)

Tidak dilakukan
Orthophoria

TIO
Kedudukan
Pergerakan

Tidak dilakukan
Orthophoria

Palpebra
-

Edema

Hiperemi

Trikiasis

Ptosis

Lagoftalmus

Xantelasma

Entropion

- Ektropion
Konjungtiva bulbi

Injeksi

konjungtiva
-

Injeksi siliar

Sekret

Pendarahan sub

konjungtiva
-

Simblefaron

Pterigium
Kornea

Jernih

Warna

Cembung

Permukaan

Jernih
Cembung

Ulkus

Edema

Infiltrat

Sikatrik

Arkus senilis

- Stafiloma
Bilik mata depan

Cukup

Kedalaman

Cukup

Hipopion

Hifema
Iris / pupil

Coklat

Warna iris

Coklat

Normal

Kripte iris

Normal

Bulat

Bentuk pupil

Sentral

Letak pupil

Sentral

2 mm

Ukuran pupil

2 mm

Reflek cahaya

Sinekia

Bulat

Lensa
Keruh merata

Warna

(padat)
-

Keruh merata
(padat)

Iris shadow

1.4 RESUME
Tn. S, umur 50 tahun, datang ke Balai Pengobatan PKM Pandansari dengan
keluhan + 2 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur
seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur.
Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa lelah
setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat
melihat dekat maupun jauh.
+ 8 bulan yang lalu sebelum pergi berobat, penglihatan kedua mata semakin

kabur hingga mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati kedua matanya.


Pemeriksaan fisik didapatkan KU: Baik, CM, Tanda vital: T: 120/80 mmHg,
Nadi: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36 0C. Mata: Kedua lensa keruh
1.5 DAFTAR MASALAH
1. Penglihatan kedua mata kabur
2. Sulit Membaca
3. Pemeriksaan fisik Mata: Lensa keruh
1.6 DIAGNOSIS HOLISTIK
Tn S 50 Th, dengan katarak senilis matur dan keluarga yang saling
memperhatikan, serta saling mendukung.
1.6.1

Diagnosis Biologis
ODS Katarak senilis matur

1.6.2

Diagnosis Psikologis
Hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari istri yang
sangat memperhatikan kesehatan pasien.

1.6.3

Diagnosis Sosial Ekonomi


Keluarga Tn.S memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup
bagus. Status ekonomi Penghasilan keluarga relatif cukup - kurang.
Penghasilan didapat dari istri yang bekerja sebagai buruh pabrik dan terkadang
kiriman dari anaknya.

1.7 PENATALAKSANAAN
1.7.1

Non Medika mentosa


Periksa (rujuk) ke rumah sakit

1.7.2

Medikamentosa
Vitamin B-Complex 2x1

1.7.3

KIE

Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur


disebabkan katarak pada kedua lensa mata,
Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat
tetapi dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada
mata.
Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak.
Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan
reaksi peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,

1.8 PROGNOSIS

Dubia ad Bonam

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
2.1 FUNGSI HOLISTIK
2.1.1

Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari Suami (Tn.S 50 Th), Istri (Ny.S 47 Th), dan 4
anaknya tn.A 35 th, tn.L 32 th, tn.I 30 th, dan tn.B 28 tahun
2.1.2

Fungsi Psikologis
Penderita tinggal bersama istinya. Tn.S adalah seorang suami yang
sudah tidak bekerja. Hubungan Tn. S dan keluarga cukup terjalin dengan
baik dan saling memperhatikan, walaupun istri pasien sibuk bekerja, tetapi
selalu bertemu setiap hari saat sore - malam hari, dan kadang berhubungan
lewat telepon denga anak-anaknya Hal ini terbukti pada saat pasien
berobat, istri pasien menemani pasien saat berobat.

2.1.3

Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Tn. S hanya sebagai anggota
masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat. Dalam kehidupan sosial Tn.S kurang berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan, dikarenakan gangguan penglihatan.

2.1.4

Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan istri pasien yang bekerja
sebagai buruh pabrik. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, atau
iuran membayar listrik mengandalkan uang yang ada.

Kesimpulan :
Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga kesimpulannya
adalah Keluarga Tn. S umur 5 tahun dengan Katarak senilis matur, fungsi
psikologis dan fungsi sosial ekonomi cukup.
2.2 FUNGSI FISIOLOGIS
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga
yang lain. APGAR score meliputi :
1.

Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.

2.

Partnership
10

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota


keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3.

Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.

4.

Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5.

Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.

Tabel 3. APGAR score Tn. S =


APGAR Tn.S Terhadap Keluarga
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan
R Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-sama

Sering/
Selalu

Kadangkadang

Jarang/
Tidak

Untuk Tn. S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Saat Tn. S sedang memiliki masalah biasanya tidak ditanggung
sendiri dan bisa berbagi dengan keluarga karena kedekatan Tn. S dengan
keluarga.
Score : 2

11

Partnership : Gangguan penglihatan tidak menyebabkan hambatan dalam berbagi


masalah yang dihadapi sehari-hari dengan keluarga.
Score : 2
Growth : Tn. S mendapat dukungan penuh dari istri untuk berobat ke RS.
Score : 2
Affection : Tn. S jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara
langsung.
Score : 1
Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga kurang.
Score : 1
Tabel 4. APGAR score Ny. S. =
APGAR Ny.S Terhadap Keluarga

Sering/
Selalu
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi


masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan


saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Untuk Ny. S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kadang Jarang
-kadang /tidak

Adaptation : Saat Ny. S sedang memiliki masalah biasanya tidak ditanggung


sendiri dan bisa berbagi dengan keluarga karena kedekatan Ny. M dengan
keluarga.
Score : 2
Partnership : Pekerjaan Ny. S sebagai buruk pabrik tidak menyebabkan hambatan
dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan keluarga.
Score : 2

12

Growth : Ny. S mendukung suami untuk periksa ke RS.


Score : 2
Affection : Ny. S jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara
langsung.
Score : 1
Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga kurang.
Score : 1
APGAR score keluarga Ny.S = (8+8) : 2 = 8
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn.S adalah baik.
2.3 FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis dari keluarga Tn. S dinilai dengan menggunakan alat
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 6. SCREEM keluarga pasien
SUMBER
Social
Culture
Religious
Economic
Educational
Medical

PATOLOGIS
KET
kurang berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
+
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat
pada pergaulan mereka yang masih menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa sehari-hari.
Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam
ketaatannya dalam beribadah.
Penghasilan keluarga yang relatif tidak stabil
+
Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini kurang, dimana
+
Tn. S berpendidikan sampai SD, dan Ny. S hanya lulusan SD
Keluarga ini cukup mampu membiayai pelayanan kesehatan
(BPJS)

Kesimpulan
Keluarga Tn.S mempunyai fungsi patologis di bidang Social, economic, dan
educational.
2.4 POLA INTERAKSI KELUARGA
Diagram 1. Pola interaksi keluarga
Tn.S
Tn.
S, 50th

Ny. S, 47 th

13

Keterangan :
Hubungan baik
Hubungan tidak baik
Kesimpulan

: Hubungan antara Tn. S dengan keluarga baik

2.5 GENOGRAM KELUARGA


Alamat lengkap : Sitirejo Lemah duwur Rt.4 , Rw.1
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Diagram 2. Genogram keluarga Tn..S
Ny. MM

Tn. KK

Tn. K

Tn. A

Tn. L

Ny. MM

Tn. KK

Ny. M

Tn. I

An. B

Kesimpulan:

Riwayat Katarak senilis matur tidak ditemukan pada anggota keluarga


lainnya.

14

BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
3.1 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
3.1.1

Faktor Perilaku Keluarga


Tn. S adalah seorang laki -laki mengeluh penglihatan kedua mata kabur,

pasien kemudian berobat ke Pustu Parang Argo. Pasien dan istri belum
memiliki pengetahuan tentang kesehatan khususnya penglihatan kabur.
Dari luar, rumah tampak cukup, perabot rumah tertata rapi.
3.1.2

Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga cukup -

kurang. Sumber penghasilan berasal dari istri pasien dan terkadang dari
anaknya. Rumah yang dihuni keluarga ini cukup kurang memadai, karena
kurang memenuhi standar kesehatan. Pencahayaan ruangan kuang, ventilasi
kurang, fasilitas WC dan kamar mandi yang cukup bersih. Dapur memiliki akses
udara yang bebas dan pencahayaannya kurang. Fasilitas kesehatan yang sering
dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah puskesmas.
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Lingkungan:
Keluarga
cukup
memahami
pentingnya
kebersihan lingkungan terhadap kesehat
Pengetahuan :
Keluarga kurang mengetahui penyakit pasien

Sikap:
Pelayanan Kesehatan:
Keluarga Tn. S
Keluarga cukup memperhatikan penyakit pasien
Jika sakit Tn. S berobat ke puskesmas

15

3.2 Identifikasi Lingkungan Rumah


3.2.1

Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah

tetangganya. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri


dari

ruang tamu dan ruang keluarga, empt kamar tidur, satu dapur,dan

memiliki fasilitas jamban keluarga. Pintu masuk dan keluar ada dua, di bagian
depan rumah dan samping rumah. Jendela kaca ada. Lantai rumah sebagian
sudah memakai ubin. Ventilasi cukup, penerangan rumah kurang. Perabotan
rumah tangga cukup. Secara keseluruhan kebersihan rumah sudah cukup.
3.2.2

Denah Rumah

16

K.Mandi
K.Tidur

Dapur

R.makan

Bagian Belakang
B

R.tamu

17

Bagian Depan

Kesimpulan :Lingkungan rumah cukup memenuhi syarat kesehatan dan


kesehatan lingkungan terjaga.
BAB IV
DAFTAR MASALAH
4.1 MASALAH MEDIS :
1. ODS Katarak Senilis Matur
4.2 MASALAH NON MEDIS :
1.

Tingkat pengetahuan keluarga Tn. S tentang


kesehatan kurang.

2.

Pendapatan keluarga tidak stabil

4.3 PERMASALAHAN PASIEN


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Diagram 5. Permasalahan Tn. K
Tn. K th

ODS Katarak Senilis


Matur

Tingkat pengetahuan
keluarga Tn. k tentang
kesehatan kurang dan
pendapatan keluarga
tidak stabil

18

BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
V.1 ANATOMI

Gambar 1 : Anatomi lensa manusia(5)

Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada
saat terjadinya akomodasi. (1)
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus
menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di
dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Nukleus ini
bersifat lembek yang berangsur-angsur mengeras dengan bertambahnya usia. Di
bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut korteks
lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai
korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa
mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda.
Dibagian peifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di
seluruh ekuatornya pada badan siliar. (1)

19

V.2 DEFINISI
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun yang mengakibatkan gangguan penglihatan dengan gejala
karakteristik penebalan lensa secara perlahan dan progresif.
V.3 ETIOLOGI
Penyebab katarak senil sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Penyebab katarak senil sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun
beberapa sumber mengatakan bahwa katarak senil ini terkait dengan konsep
penuaan manusia seperti teori putaran biologik, teori mutasi spontan, teori a free
radical serta teori A cross link, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan pada lensa. Perubahan lensa pada usia lanjut :
Terjadi penebalan dan kurang elastisnya kapsul, mulai terjadi presbiopia,
bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, dan terlihat bahan granular.
1. Epitel makin tipis, sel epitel pada ekuator bertambah besar dan berat., dan
terjadi pembengkakan dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
2. Serat lensa lebih ireguler, pada korteks jelas terjadi kerusakan serat sel,
dan terjadi brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan
merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin).
protein lensa dirubah oleh modifikasi dan agregasi bahan kimia menjadi
molekul protein. Hasil dari terjadinya agregasi protein ini menyebabkan
berfluktuasinya indeks refraksi, penghamburan cahaya, serta lensa menjadi
kurang transparan.

(1)

V.4 GAMBARAN KLINIK


Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang dalam
beberapa bulan atau tahun merupakan gejala utama dari katarak termasuk katarak
senil. Silau juga merupakan salah satu masalah pada katarak senil, keluhannya
yaitu berupa silau ditempat terang atau apabila sedang mengendarai kendaraan
dan menghadapi sinar yang datang di malam hari. Adanya penglihatan ganda
(mononuklear diplopia) mungkin juga dapat terjadi. Pada stadium insipien
pembentukan katarak, penglihatan jauh kabur, penglihatan dekat mungkin sedikit

20

membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kacamata. Miopia
artifisial ini disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium
insipien (2,6)
Terdapat tiga tipe dari katarak senil ini yaitu tipe nuklear, kortikal dan
subskapsular posterior. Tidak jarang terjadi dua tipe atau lebih pada satu
penderita. (5,7)
1. Tipe nuklear
Katarak nuclear dimulai dengan adanya perubahan secara berlebihan yang
dialami oleh nucleus lensa yang diakibatkan karena bertambahnya umur. Tipe
ini berhubungan dengan myopia karena terjadi peningkatan indeks refraksi
dari nucleus lensa dan juga peningkatan abrasi sperikal. Katarak nuclear
cenderung untuk berkembang lambat. Walupun pada umumnya hanya terjadi
bilateral, namun bisa juga terjadi unilateral dan menyebabkan penderitanya
tidak dapat melihat jarak jauh dibandingkan dengan jarak dekat. Pada stadium
awal, mengerasnya nukleus lensa menyebabkan peningkatan index refraksi
dan kemudian menyebabkan terjadinya myopia lentikular. Pada beberapa
kasus, hal ini menimbulkan terjadinya second sight atau penglihatan ganda
perubahan index refraksi yang secara tiba-tiba antara nukleus sklerotik dan
korteks dapat menyebabkan diplopia monocular. Pada kasus lanjut usia,
nucleus lensa menjadi lebih keruh dan berwarna coklat yang dinamakan
katarak nulear brunescent. (5,8)

21

Gambar 2. Katarak Nuklear

(5)

2. Tipe kortikal
Katarak kortikal dapat termasuk pada daerah anterior, posterior dan equatorial
korteks. Kekeruhan dimulai dari celah dan vakoula antara serabut lensa oleh
karena hidrasi oleh korteks. Katarak kortikal disebabkan oleh perubahan
komposisi ion dari korteks dan hidarsi lensa. Katarak ini biasanya terjadi
bilateral namun

dapat juga terjadi asimetris. Dampak terhadap fungsi

penglihatan bervariasi tergantung pada lokasinya. Salah satu gejala yang


sering timbul adalah penglihatan yang menjadi silau, misalnya silau terhadap
lampu mobil. Selain itu monocular diplopia juga bisa terjadi. (5,8)

Gambar 3. Katarak kortikal (5)

Gambar 4. Katarak kortikal (5)

22

3. Tipe subkapsular posterior


Katarak subkapsular posterior ini sering terjadi pada usia yang lebih muda
dibandingkan tipe nuklear dan kortikal. Katarak ini terletak di lapisan
posterior kortikal dan biasanya axial. Indikasi awal adalah terlihatnya
gambaran halus seperti pelangi dibawah slit lamp pada lapisan posterior
kortikal. Pada stadium lanjut terlihat granul dan plak pada korteks subkapsul
posterior ini. Gejala yang dikeluhkan penderita adalah penglihatan yang silau
dan penurunan penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga terjadi
penurunan penglihatan pada jarak dekat dan terkadang beberapa pasien juga
mengalami diplopia monocular. (5)

Gambar 7. Posterior Subcapsular Cataract (5)

Perbedaan stadium katarak senil (1)


Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

(air masuk)

(air + masa
lensa keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik mata

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

depan
Sudut bilik
mata
Shadow test

23

Penyulit

Glaukoma

Uveitis

Glaukoma

Katarak Insipien
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan
posterior.(1)
Katarak Imatur
Pada katarak intumesen, kekeruhan dari lensa disertai pembengakakan lensa
akibat lensa yang menyerap air. Pembengkakan ini mengakibatkan lensa
mendorong iris ke depan sehingga bilik mata menjadi dangkal. Katarak tampak
putih kebiruan dan terlihat seperti bintang. Iris shadow tampak pada penyinaran
dengan sinar dari samping. Katarak intumesen ini biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopa lentikuler. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah.(1)
Katarak Matur
Pada katarak matur lensa kehilangan cairan sehingga menyusut. Kekeruhan telah
mengenai seluruh masa lensa yang terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh
dengan warna kelabu atau amber (kuniing sawo) biasanya coklat tua dan disebut
black cataract. Lama-kelamaan kekeruhan seluruh lensa ini akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa. Bilik mata depan dalamnya normal, iris shadow tidak ada dengan
penyinaran samping. Pada stadium ini katarak dapat dipisahkan dari kapsul lensa
dan sudah masuk untuk dioperasi.(1)
Katarak Hipermatur
Pada katarak hipermatur permukaan lensa dapat menjadi lebih keras atau lembek
dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor.. Bila proses katarak
berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan
mencair tidak dapat keluar. Hal ini akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa
karena lebih berat.(1)
24

V.5 DIAGNOSIS
Diagnosis katarak senil dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
gejala klinik serta pemeriksaan visus.
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan yang merupakan gejala
utama yaitu : Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau
berkurang dalam beberapa bulan atau tahun merupakan gejala utama. (6)
b. Pemeriksaan dengan menggunakan Slit lamp
Pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp tidak hanya ditujukan
untuk melihat adanya kekeruhan pada lensa, tetapi juga untuk melihat
struktur okular yang lain seperti konjungtiva, kornea, iris dan segmen
anterior lainnya.(4)
V.6 DIAGNOSIS BANDING
1. Katarak traumatik : harus setelah mengalami trauma. Kontusi pada bola
mata tanpa perforasi dapat menyebabkan katarak dan timbul beberapa
hari/minggu setelah kontusio.
2. Uveitis Kronik : merupakan radang uvea yang mengenai hanya bagian
depan jaringan uvea atau selaput pelangi dengan gejala mata merah nyeri
tekan disertai spasme iris, fotofobia dan lakrimasi bila terkena sinar kuat,
visus menurun, kornea edem, dalam BMD terdapat penimbunan protein,
fibrin dan sel radang yang memberikan gambaran flare, iris edem, pupil
,miosis dan refleks pupil lemah. (4)
3. Degenerasi makula : degenerasi makula adalah suatu keadaan dimana
makula mengalami kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman
penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi
penglihatan sentral.Tanda utama dari degenerasi makula adalah didapatkan
adanya bintik-bintik abu-abu pada pusat lapang pandang. Kondisi ini
biasanya berkembang secara perlahan-lahan tetapi dapat berkembang
secara progresif sehingga menyebabkan kehilangan penglihatan yang
sangat berat pada satu atau kedua bola mata. (9)

25

V.7 PENGOBATAN
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa dan mengganggu
kehidupan sosial sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini
menimbulkan penyulit. Terdapat dua jenis pembedahan pada katarak yaitu
Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular dan
Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.
1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular
Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat
lensa in toto, yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya,
melalui insisi limbus superior 140 hingga 160 derajat. Pembedahan ini
dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan
mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan terjadi katarak sekunder. (2,4)
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.
Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana
dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul
lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui
robekan tersebut. Jenis pembedahan ini sejak beberapa tahun silam telah
menjadi operasi pembedahan katarak yang paling sering dilakukan karena
apabila kapsul posterior utuh, maka lensa intraokuler dapat dimasukkan ke
dalam kamera posterior. Insidensi komplikasi pasca-operatif lebih kecil
terjadi jika kapsul posteriornya utuh.

(2,4)

3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah
teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran - getaran ultrasonik
untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (25 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. (2)
4. Small incision cataract surgery (SICS)
Pembedahan teknik Insisi kecil digunakan untuk merestorasi kehilangan
visus yang disebabkan karena katarak-katarak. Lensa yang berawan
dikeluarkan dan digantikan dengan suatu lensa plastik ( IOL) implan.
26

Pembedahan Insisi kecil tidak hanya mempercepat penyembuhan dan


proses pemulihan tetapi juga mereduksi risiko dari penyulit-penyulit yang
mungkin terjadi. Bedah katarak Insisi kecil dilakukan pada suatu basis
pasien rawat jalan. Sebelum pembedahan, pasien diberikan

anestetik.

Walaupun tidak ada cara untuk mencegah perkembangan dari katarakkatarak, kehilangan penglihatan dari penyakit adalah sebagian besar dapat
dicegah. Dengan teknologi modem, katarak-katarak dapat dikeluarkan dan
visus bisa direstorasikan. Bedah katarak dapat dilakukan ketika hilangnya
visus/ vision mulai mengganggu dengan aktivitas harian. (10)
V.8 KOMPLIKASI
1. Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat
timbul akibat intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini
muncul dengan komplikasi glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa
secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang terjadi setelah adanya operasi
katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya
bakteri patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis (2,5)
Beberapa penyulit yang biasa didapatkan pada post operasi katarak:
1. Edema kornea. Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea. Edema kornea akan memberikan keluhan
penglihatan kabur dn terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber
cahaya yang dilihat.Korne akan terlihat keruh, dengan uji plasidompositif.
Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan M.
Descement ang lama sehingga memberikan keluhan rasa sakit dan
menurunkan tajam penglihatan.(1)
2. Iriodialisis.Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris
sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan
matanya. (1)
3. Ruptur koroid. Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang
dapat merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di
polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf

27

optik. Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea
maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat. (1)
2. Endoftalmitis akut. Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan
mata dalam, cairan dalam bola mata (humor vitreus), dan bagian putih
mata (sklera). Gejalanya dapat berupa nyeri mata, kemerahan pada sklera,
fotofobia, dan gangguan penglihatan. (1)
V.9 PROGNOSIS
Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan
pasien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan.. Namun jika
katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan
pembedahan katarak yang tepat maka 95 % penderita dapat melihat kembali
dengan normal. (2)

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ilyas, S. Katarak (Lensa Mata Keruh). Jakarta: Fakultas kedokteran


Universitas Indonesia; 2003. hal 44-52.

2.

Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya


Medika; 2000. hal 175-177.

28

3.

Anonym.

Cataracts.

Available

on:

URL:http://www.metagenics.com.

Accessed on Februari 2015


4.

Victor

V.

Cataract

Senile.

Available

on:

URL:http://www.emedichine.copm/cataract.senile.htm. Accessed on Februari


2015
5.

Jhons Kj, Feder RS, Hamill MB. Fundamentals and Principles of


Ophthalmology. San Fransisco : American Academy of Ophtalmology; 2004.
page 40-48,81-104,173.

6.

Palay DA, Krachmer JH. Primary Care Ophthalmology. Second Edition.


Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005. page 128.

7.

Pavan D, Langston. Manual of Diagnosis and Therapy. Fifth Edition.


Philadelphia: lippincott Willams & Wilkins; 2002. page 146.

8.

Kanski JJ. Clinical Ophtalmology. Fifth Edition. Philadelphia: Butterworth Heinemann; 2003. page 163 - 164.

LAMPIRAN

29

30

You might also like