Professional Documents
Culture Documents
JURNAL
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
ERIKSON P SIBARANI
NIM : 090200165
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
JURNAL
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat - Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH:
ERIKSON P SIBARANI
090200165
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
Mengetahui:
Ketua Departemen Hukum Pidana
Editor Jurnal
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
ABSTRAKSI
Erikson P Sibarani *
Dr. Madiasa Ablisar S.H., M.S.**
Dr. Marlina S.H.,M.Hum.***
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa di masa
yang akan datang, yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara seimbang.
Dewasa ini kejahatan yang dilakukan oleh anak mengalami perkembangan seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu
banyak anak yang akhirnya harus memasuki proses peradilan pidana untuk
menyelesaikan tindak pidana yang dilakukannya. Anak pelaku tindak pidana yang
memasuki sistem peradilan pidana anak harus diperlakukan secara khusus
mengingat sifat anak yang belum mampu untuk dimintai pertanggungjawaban
sehingga perlu adanya perlindungan hukum istimewa terhadap setiap anak yang
mengalami pemeriksaan di peradilan pidana anak.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
adalah peraturan yang secara khusus mengatur hukum acara peradilan anak di
Indonesia sebagai bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara dalam
melindungi hak-hak anak.
Berdasarkan pokok pemikiran diatas maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yaitu bagaimana bentuk perlindungan hukum
yang diberikan oleh Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak serta apakah yang menjadi kelemahan dari Undang-undang ini
dalam memberikan perlindungan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum.
Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yang
menitikberatkan pada data sekunder dengan spesifikasi deskriptif analitis, yaitu
memaparkan tentang peraturan yang berlaku dalam memberikan perlindungan
bagi anak yang berkonflik dengan hukum. Analisis data yang digunakan adalah
metode analisis kualitatif.
Bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap anak mulai dari
tahap penyidikan hingga tahap pelaksanaan putusan di Lembaga Pemasyarakatan
tetap menjamin hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum. Penjatuhan
hukuman terhadap anak hanya merupakan sebagai upaya terakhir (ultimum
remedium), apabila tidak ada kesepakatan terhadap diversi yang diupayakan.
Undang-undang ini merupakan suatu kemajuan dalam pembaharuan hukum
terhadap anak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa undang-undang ini masih
banyak memiliki titik kelemahan dalam memberikan perlindungan terhadap anak
yang berkonflik dengan hukum.
A. PENDAHULUAN
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa di masa
yang akan datang, yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara seimbang.
Anak adalah masa depan suatu bangsa, oleh karena itu perlu dibina dan
dilindungi agar kelak anak-anak tersebut tumbuh menjadi manusia pembangunan
yang berkualitas tinggi. Salah satu cara pembinaan dan perlindungan adalah
dengan adanya hukum1. Peraturan yang telah ada yang diharapkan mampu
memberikan perlindungan terhadap anak pada kenyataannya masih belum
menggembirakan. Nasib anak yang berkonflik dengan hukum belum seindah
ungkapan verbal yang seringkali kerap kita dengar memposisikan anak bernilai,
penting, penerus masa depan bangsa dan sejumlah simbolik lainnya.
Hak-hak anak sebagaimana dimaksud dalam dokumen hukum mengenai
perlindungan hak-hak anak masih belum cukup ampuh bisa menyingkirkan
keadaan yang buruk bagi anak. Penegakan hak-hak anak sebagai manusia dan
anak sebagai anak ternyata masih memprihatinkan. problematika anak sampai saat
ini belum menarik banyak pihak untuk membelanya. Kenyataannya, tatanan dunia
dan perilaku kehidupan masyarakat masih menyimpan masalah anak. 2
Dewasa ini kenakalan dan kejahatan yang dilakukan anak terus mengalami
peningkatan seperti penyalahgunaan narkotika, perampokan, pencurian dan
pemerkosaan, perusakan barang dan sebagainya. Fakta-fakta sosial yang
belakangan ini terjadi dalam kehidupan bermasyarakat adalah permasalahan yang
terkait anak, dimana dalam kehidupan sosial yang sangat dipengaruhi oleh
Syafruddin Hasibuan (ed), Penerapan Hukum Pidana Formal Terhadap Anak Pelaku
Tindak Pidana Oleh Marlina dalam Bunga Rampai Hukum Pidana Dan Kriminologi Serta Kesan
Pesan Sahabat Menyambut 70 Tahun Muhammad Daud, Medan, Pustaka Bangsa Press, hlm. 78.
2
Muhammad Joni dan zulchaina Z Tanamas, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak
Dalam Perspektif Konvensi hak Anak, Bandung , PT Citra Aditya Bakti, hlm. 1.
NO.
PIDANA
11
TAHUN
ANAK
2012
TENTANG
DALAM
SISTEM
MEMBERIKAN
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain:
1.
2.
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian diperlukan agar tujuan tujuan penelitian dapat lebih
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ada 2 (dua) macam
tipologi penelitian hukum yang lazim digunakan yaitu penelitian hukum normatif
dan penelitian hukum empiris. Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian
yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis normatif atau penelitian
hukum kepustakaan atau penelitian hukum doktrinal yang dapat diartikan
sebagai penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka dan bahan
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta, Rajawali Press, hlm. 13-14.
5
Ibid, hlm, 22.
Bahan hukum tersier lebih dikenal dengan bahan acuan di bidang hukum
atau bahan rujukan di bidang hukum, misalnya abstrak perundangundangan, biografi hukum, direktori pengadilan, ensiklopedia hukum,
kamus hukum, indeks kumulatif dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi
pustaka (literature research).
4. Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan adalah analisa kualitatif, yaitu dengan :
a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tertier yang relevan
dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas
agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.
c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari
permasalahan.
d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,
yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.
D. HASIL PENELITIAN
1. BENTUK
BERKONFLIK
DENGAN
HUKUM
MENURUT
UNDANG-
a. Proses Penyidikan
Perlindungan hukum dalam proses penyidikan kepada anak terhadap
tindak pidana yang dilakukannya adalah sebagai bentuk perhatian dan perlakuan
khusus untuk melindungi kepentingan anak. Perhatian dan perlakuan khusus
tersebut berupa perlindungan hukum agar anak tidak menjadi korban dari
penerapan hukum yang salah yang dapat menyebabkan penderitaan mental, fisik
dan sosialnya.
yang
dilakukan
terhadap
anak
pelaku
tindak pidana
wajib
Maidin Gultom, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, Bandung , PT. Refika Aditama, hlm. 101
8
Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana. Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan
Anak dan orang tua/Walinya, korban dan/atau orang tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan,
dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif. Dengan tujuan antara
lain untuk : (a) mencapai perdamaian antara korban dan Anak; (b) menyelesaikan perkara Anak di
luar proses peradilan; (c) menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan; (d) mendorong
masyarakat untuk berpartisipasi; dan (e) menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.
Pembimbing
Kemasyarakatan,
dan
apabila
perlu
juga
dapat
meminta
pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama,
Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan tenaga ahli
lainnya.9Bila
penyidikan
dilakukan
tanpa
melibatkan
Pembimbing
Kemasyarakatan
akan
b. Penangkapan
Adapun bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada anak yang
berkonflik dengan hukum pada saat penangkapan antara lain:
a. Penangkapan Sebagai Upaya Terakhir
Pasal 3 huruf g Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa seorang anak berhak untuk tidak
ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam
waktu yang paling singkat. Ketentuan pasal ini jelas menunjukkan bahwa
perlindungan hukum yang diberikan terhadap seorang anak yang melakukan
tindak pidana tidak wajib untuk ditahan dalam proses peradilan pidana dan
walaupun dilakukan penahanan untuk kepentingan penyidikan terhadap anak
tersebut, hal tersebut hanyalah sebagai upaya terakhir atau tindakan terakhir
(ultimum remedium) dan dalam waktu yang sangat singkat yaitu paling lama 24
(dua puluh empat) jam.
b. Penempatan Pada Lembaga Khusus Anak
Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang No.11 tahun 2012 menyatakan bahwa
anak yang ditangkap harus ditempatkan dalam ruang pelayanan Khusus Anak dan
harus diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai
dengan umurnya. Penangkapan terhadap anak untuk kepentingan penyidikan
harus tetap melindungi anak dari hak-hak nya dalam proses peradilan pidana dan
berusaha untuk menghindarkan anak mendapat perlakuan yang kasar terhadap
anak selama penahanan berlangsung.
c. Penahanan
Penahanan anak merupakan pengekangan fisik sementara terhadap seorang
anak berdasarkan putusan pengadilan atau selama anak dalam proses peradilan
pidana.
a. Penahanan Tidak Dilakukan Dalam Hal Adanya Jaminan
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak menentukan bahwa penahanan terhadap anak tidak boleh
dilakukan apabila anak tersebut memperoleh jaminan dari orang tua/wali dan /atau
lembaga bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau
merusak barang bukti, dan atau tidak akan mengulangi tindak pidana.
b. Syarat Penahanan Anak
Ketentuan tentang keringanan untuk tidak dilakukan penahanan terhadap
anak pelaku tindak pidana tidak selamanya berlaku, dengan kata lain bahwa anak
yang melakukan tindak pidana tertentu dapat ditahan dengan syarat bahwa:
a) Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih; dan
b) Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7
(tujuh) tahun atau lebih
c. Lamanya Waktu Penahanan
Tabel 1
Jangka waktu penahan terhadap anak dalam SPPA
No
Tingkat Pemeriksaan
Waktu Penahanan
1.
2.
3.
Penyidikan12
Penuntutan13
Pengadilan14
Perpanjangan
Penahanan
8 hari (oleh JPU)
5 hari (oleh Hakim PN)
15 hari (oleh ketua PN)
d. Penuntutan
Bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada anak yang berkonflik
dengan hukum pada saat penangkapan antara lain:
a. Penuntut Umum Anak
Penuntutan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum hanya dapat
dilakukan oleh Penuntut Umum Anak atau Jaksa Penuntut Umum Anak.
Kedudukan jaksa dalam menjalankan tugas dalam penuntutan anak, diartikan oleh
Undang-Undang No. 11 tahun 2012 dengan mengelompokkan secara umum,
bahwa penuntutan yang dilakukan jaksa hanya dilakukan kepada anak nakal.
b. Kewajiban Pelaksanaan Diversi
Bentuk perlindungan hukum yang juga jelas terlihat dalam ketentuan
Undang-Undang No. 11 tahun 2012 ini pada tahap penuntutan adalah bahwa
12
Pasal 33 Undang-Undang No. 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 34 Undang-Undang No. 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
14
Pasal 35 Undang-Undang No. 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
13
dalam setiap tahap pemeriksaan anak dalam sistem peradilan pidana anak
diwajibkan untuk melakukan diversi. Ketentuan ini diatur secara tegas dalam
Pasal 42 ayat (1).
e. Pemeriksaan di Pengadilan
Keistimewaan peradilan anak ini terlihat dari bentuk perlindungan hukum
yang diberikan terhadapa anak antara lain yaitu :
a. Pemeriksaan Dengan Hakim Tunggal
Pemeriksaan sidang anak dilakukan dengan Hakim Tunggal. Ketentuan ini
terdapat pada Pasal 44 ayat (1) Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Pemeriksaan dengan Hakim Tunggal tujuannya agar sidang perkara anak dapat
diselesaikan dengan cepat.
b. Kewajiban Mendampingi Anak
Keadaan persidangan berbeda dengan terdakwa yang sudah dewasa, untuk
perkara anak selama persidangan digelar Pasal 55 ayat (1) UndangUndang
Sistem Peradilan Pidana Anak menghendaki terdakwa didampingi oleh penasehat
hukum, orang tua, wali atau orang tua asuh, dan pembimbing kemasyarakatan.
c. Peranan Pembimbing Kemasyarakatan
Pasal 58 ayat (1) menyatakan bahwa setelah dakwaan dibacakan, maka
Hakim memerintahkan agar pembimbing kemasyarakatan menyampaikan laporan
hasil penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan yang dapat
digunakan hakim dalam mempertimbangkan putusan yang akan dijatuhkan.
d. Putusan
Penjatuhan Pidana terhadap anak terdapat pada Pasal 71 UU No. 11 tahun
2012 antara lain yaitu :
(1) Pidana pokok bagi Anak terdiri atas:
1. pidana peringatan;
2. pidana dengan syarat:
a. pembinaan di luar lembaga;
b. pelayanan masyarakat; atau
c. pengawasan.
3. pelatihan kerja;
4. pembinaan dalam lembaga; dan
5. penjara.
(2) Pidana tambahan terdiri atas:
1. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau
2. pemenuhan kewajiban adat.
Pasal 82 Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tindakan yang dijatuhkan
kepada anak nakal, dapat berupa yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
15
Nikolas Simanjuntak, 2009, Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum, Jakarta,
Ghalia Indonesia, hlm. 314
berdasarkan
penelitian
pembimbing
kemasyarakatan
untuk
16
Darwan Prints, 2003, Hukum Anak Indonesia, Bandung, Penerbit Citra Aditya Bakti,
hlm. 58.
17
Pasal 85 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Marlina, Marlina, 2009, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Medan, PT Refika
Aditama, hlm. 157.
18
kemasyarakatan
juga
bertugas
mendampingi,
melakukan
UNDANG
NO.
11
TAHUN
2012
DALAM
ANAK YANG
Pasal 65 huruf e Undang-Undang No. 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak
menegaskan bahwa pada setiap tingkat pemeriksaan, anak yang berkonflik dengan
hukum wajib diberikan bantuan hukum dan didampingi oleh Pembimbing
Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Keberadaan pengaturan pemberian Bantuan Hukum dari
Advokat harus diperluas, dengan alasan antara lain, yaitu:
a) Advokat harus juga advokat yang memiliki kualifikasi (misalnya
mempunyai
pengalaman
menangani
masalah-masalah
anak,
Tentang
Sistem
Peradilan
Anak
dengan
E. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a) Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang No. 11
tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terhadap anak yang
berkonflik dengan hukum mulai dari tahap penyelidikan hingga akhirnya
pelaksanaan putusan di lembaga pemasyarakatan anak telah menunjukkan
adanya perlindungan yang khusus terhadap hak-hak anak. Hal ini terlihat
dengan diwajibkannya Pejabat Khusus Anak untuk menangani perkara
anak dalam setiap tahap pemeriksaan dan juga penahanan terhadap anak
hanya akan dilakukan sebagai ultimum remedium serta selama penahanan
kebutuhan anak harus tetap dipenuhi. Pemeriksaaan juga harus dilakukan
dalam suasana kekeluargaan sehingga anak tidak terganggu kejiwaan atau
psikologisnya karena merasa tertekan dan frustasi dengan kasus yang
sedang dialaminya. Semua proses pemeriksaan pada sistem peradilan anak
harus
dilakukan
dengan
pendekatan
restoratif
justice
dengan
apabila tidak
Konstitusi
oleh
pihak-pihak
yang
merasa
hak
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Darwan Prints, 2003, Hukum Anak Indonesia, Penerbit Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Gultom, Maidin, 2008, Perlindungan Hukum terhadap Anak Dalam Sistem
Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, PT Refika Aditama,
Bandung.
Hasibuan, Syafruddin (ed), Penerapan Hukum Pidana Formal Terhadap Anak
Pelaku Tindak Pidana Oleh Marlina dalam Bunga Rampai Hukum
Pidana Dan Kriminologi Serta Kesan Pesan Sahabat Menyambut 70
Tahun Muhammad Daud, Pustaka Bangsa Press, Medan.
Joni, Muhammad., dan zulchaina Z Tanamas, 1999. Aspek Hukum Perlindungan
Anak Dalam Perspektif Konvensi hak Anak, Bandung Prinst,
Darwin S.H., 1997, Hukum Anak Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Marlina, 2009, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Pengembangan Konsep
Diversi dan Restoratif Justice, Refika Aditama, Medan.
Simanjuntak, Nikolas, 2009, Acara Pidana Indonesia Dalam sirkus Hukum,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat,, Rajawali Press, Jakarta.
_________, 1994, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,
Depok
A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang pengadilan Anak
Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
B. WEBSITE
http://www.google.com/undang-undang-sistem-peradilan-pidana-anak-perundangundangan. http//:www.google.com. Beberapa Catatan Tentang UU Sistem
Peradilan Pidana Anak
http//: www.google.com/ Maruarar Siahaan/ Uji Materi Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Independensi Hakim
Sebagai Prinsip Konstitusi.