Professional Documents
Culture Documents
datang
oleh
Departemen
Keuangan
(Depkeu).
Tahap berikutnya berdasarkan dokumen surat edaran (SE) bersama pagu indikatif
yang dikeluarkan Depkeu dan Bappenas, prioritas program K/L dan SE pagu sementara dari
Depkeu, K/L membuat Rencana Kerja Anggaran K/L (RKA-KL). Selanjutnya K/L membahas
konsistensi dengan prioritas anggaran dari RKA-KL yang telah dibuat bersama Depkeu dan
membahas konsistensi dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) bersama Bappenas.
Setelah RKA-KL dibahas bersama Depkeu, semua RKA-K/L dihimpun menjadi satu
untuk dijadikan lampiran RAPBN yang selanjutnya disampaikan kepada Presiden untuk
dibacakan pada sidang paripurna DPR yang biasanya diadakan pada tanggal 16 Agustus.
Sehari sebelum perayaan hari kemerdekaan.
Dalam penyusunan APBN ada tiga pendekatan yang digunakan berdasarkan UU No.
17 Tahun 2003 dan selanjutnya dijabarkan dalam PP No. 21 Tahun 2004 yaitu :
A. Unified Budget
Dalam pendekatan ini tidak dikenal pemisahan anggaran dalam bentuk anggaran rutin
dan anggaran pembangunan belanja dalam APBN secara ekonomi diklasifikasikan dalam
delapan klasifikasi sesuai dengan Government Finance Statistics (GFS) tahun 2001. Delapan
klasifikasi itu adalah:
Belanja Pegawai : Dialokasikan antara lain untuk membayar gaji, honorarium, lembur
dan vakasi PNS baik yang berada didalam negeri maupun di luar negeri;
Belanja Barang: Dialokasikan untuk pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan, dan
perjalanan dinas yang mendukung Tugas Pokok dan Fungsi (TOPUKSI) tiap-tiap
K/L;
Subsidi: Dialokasikan untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun swasta
yang memproduksi, menjual, mengimpor ataupun mengekspor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga harga jualnya terjangkau masyarakat.
Contonya adalah subsidi terhadap beras dan pupuk.
bantuan
kepada
lembaga
pendidikan,
kesehatan,
peribadatan
serta
menanggulangai kemiskinan.
Hibah: Dialokasikan bila ada negara sahabat memerlukan suntikan dana untuk
menanggulangi bencana, krisis nasional ataupun diberikan kepada lembaga
internasional untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan sosial lainnya.
akuntabilitas. Kinerja dan data yang terdapat dalam PBK mendorong pejabat publik untuk
bertanggungjawab terhadap kuliatas layananan, efisiensi, biaya dan efektifitas program yang
dijalankan.
memperhatikan
kemampuan.
Pedoman Pokok yang harus diperhatikan dalam mengelola APBN:
1. Tidak diperbolehkan melakukan tindakan yang mempunyai akibat bagi negara apabila
tidak tersedia dana dalam anggaran belanja negara serta tidak sesui dengan tujuan
pengeluaran negara;
2. Pengeluaran anggaran belanja negara harus didasarkan pada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA)/Dokumen sejenis lainnya -contohnya adalah SKPA- serta
berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
atau tanda bukti pembayaran lainnya yang sah.
a. Pengawasan Intern
Adalah alat pengawasan dari pimpinan organisasi yang bersangkutan untuk
mengawasi apakah keigatan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang ditentukan.
Pengawasan Intern dilaksanakan oleh:
1. BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan);
2. Inspektorat Jenderal Departemen;
3. Bawasda Propinsi;
4. Bawasda Kabupaten/Kota.
b. Pengawasan Ekstern
Dilaksanakan oleh masyarakat atau organisasi yang berkepentingan dengan lembaga
atau organisasi yang diawasi. Aparat pengawas ekstern adalah BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan). Kewenangan BPK dalam melakukan pemeriksaan anggaran meliputi:
1. Pemeriksaan Keuangan: adalah pemeriksaan keuagan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) maupun Laporan Keuagan Pemerintah Daerah (LKPD).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan opini tentang tingkat kewajaran
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
2. Pemeriksaan Kinerja: adalah pemeriksaan atas aspek dan efisiensi serta efektifitas
yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen. Secara khusus pemeriksaan ini
bertujuan untuk: Bagi Legislatif mengidentifikasi hal-hal yang perlu menjadi
perhatian lembaga legislatif dan bagi eksekutif bertujuan agar kegiatan yang dibiayai
dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis, efisien dan efektif.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu: adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk
dalam pemeriksaan ini ada pemeriksaan investigatif.
c. Pengawasan Preventif
Dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kesalahan atau penyimpangan dalam
pelaksanaan tugas, biasanya berbentuk prosedur yang harus ditempuh. Untuk keuangan
negara yang menjadi objek pengawasan adalah:
UU APBN
DIPA
d. Pengawasan Represif
Dilakukan dengan membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya
terjadi.
e. Pengawasan Dari Jauh (Pengawasan Pasif)
Siklus APBN
Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rangkaian kegiatan dalam
proses penganggaran yang dimulai pada saat anggaran negara mulai disusun sampai dengan
perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang[1]. Ada 5 tahapan pokok dalam satu
siklus APBN di Indonesia. Dari kelima tahapan itu, tahapan ke-2 (kedua) dan ke-5 (kelima)
dilaksanakan bukan oleh pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua
penetapan/persetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR (lembaga legislatif), dan tahap kelima
pemeriksaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sedangkan tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan kegiatan dalam siklus
APBN adalah sebagai berikut:
kebutuhan dananya
RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR; (9)
RKP ditetapkan.
Penetapan/Persetujuan APBN
Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar bulan OktoberDesember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan
Undang-undang APBN serta penetapannya oleh DPR. Selanjutnya berdasarkan persetujuan
DPR, Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN ini diikuti
dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN sebagai lampiran UU APBN dimaksud.
Pelaksanaan APBN
Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan pelaksanaan
APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun berjalan (APBN t). Dengan
kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2014 akan dilaksanakan mulai 1 Januari 2014 - 31
Desember 2014.Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini
kementerian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke
Kementerian Keuangan untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN.
Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran K/L (Pengguna Anggaran, Kuasa
Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna Anggaran) melaksanakan berbagai macam
kegiatan sesuai tugas dan fungsi instansinya.
Komisi II
Dep. Dalam Negeri, MeNeg. Pendayagunaan Aparatur Negara,
(Pemerintahan Dalam
Menteri Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Lembaga Admi
nistrasi
Negeri, Otonomi
Daerah,Aparatur Negara , Negara, Badan Kepegawaian Negara, Badan Pertanahan Nasio
Agraria)
nal,
Komisi Pemilihan Umum, Arsip Nasional.
Komisi III
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kejaksaan Agung,
(Hukum dan Perundang- Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan
undangan, HAM dan
Korupsi (KPK), Komisi Ombudsman Nasional, Komisi Hukum
Keamanan)
Nasional, Komisi Nasional HAM, SetJen Mahkamah Agung, Setj
en
Mahkamah Konstitusi, Setjen MPR, Setjen DPD, Pusat Pelapora
n dan
Analisis Transaksi Keuangan, Badan Pembinaan Hukum Nasion
al.
Komisi IV
Dep. Pertanian, Dep. Kehutanan, Dep. Kelautan dan Perikanan,
(Pertanian, Perkebunan, Badan urusan Logistik, Dewan Maritim Nasional.
Kehutanan, Kelautan,
Perikanan, dan Pangan)
Komisi V
Dep. Perhubungan, Dep. Pekerjaan Umum, Meneg. Perumahan
(Perhubungan,
Rakyat, Meneg. Pembangunan Daerah Tertinggal, Badan Mete
Telekomunikasi, Pekerjaan orologi
Umum, Perumahan Rakya dan Geofisika (BMG).
t,
Pembangunan Pedesaan
dan Kawasan Tertinggal)
Komisi VI
Dep. Perdagangan, Dep. Perindustrian, Menteri Negara Urusan
(Perdagangan,
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Badan Standarisasi
Perindustrian, Investasi, Nasional, Badan koordinasi Penanaman Modal, Menteri Negara
Koperasi, UKM dan BUMN) BUMN, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Badan
Perlindungan Konsumen Nasional.
Komisi VII
Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral, Kantor Menteri Negara
(Energi, Sumber Daya
Lingkungan Hidup, Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi,
Mineral, Riset dan
Badan Pengendali Dampak Lingkungan, Badan Pengkajian dan
Teknologi, Lingkungan
Penerapan Teknologi, Badan Tenaga Atom Nasional, Dewan Ris
Hidup)
et
Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Penga
was
Tenaga Nuklir, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasiona
l,
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Badan Pengatu
r
Kegiatan Hilir Migas, Badan Pelaksana Pengendalian Usaha Hul
u
Migas.
Komisi VIII
Dep. Agama, Dep. Sosial, Menteri Negara Pemberdayaan
(Agama, Sosial, dan
Perempuan, Komisi Perlindungan Anak, KOMNAS Perempuan.
Pemberdayaan Perempua
n)
Komisi IX
Dep. Kesehatan, Dep. Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BKKBN,
(Kependudukan,
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Kesehatan, Tenaga Kerja
dan Transmigrasi)
Komisi X
Dep. Pendidikan Nasional, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata,
(Pendidikan, Pemuda,
Badan Pengembangan Kebudayaan Pariwisata,
Olahraga, Pariwisata,
Menteri Negera Pemuda dan Olah Raga,
Kesenian dan Kebudayaan Perpustakaan Nasional.
)
Komisi XI
Dep. Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan
(Keuangan, Perencanaan Nasional/Kepala BAPPENAS, Gubernur Bank Indonesia, Lembag
Pembangunan Nasional, a
Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Badan Pengawasan Keuangan dan
Keuangan Bukan Bank)
Pembangunan (BPKP), Badan Pusat Statistik (BPS), Setjen BPK
RI
sumber : //www.dpr.go.id/humas/komisi.htm
2. Tahap Penetapan UU APBN
Nota Keuangan dan Rancangan APBN beserta RKA-KL yang telah dib
ahas
dalam Sidang Kabinet disampaikan pemerintah kepada DPR selambatlambatnya
pertengahan Agustus untuk dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN s
elambatlambatnya pada akhir bulan Oktober. Pembicaraan antara pemerintah d
engan
DPR terdiri dari beberapa tingkat, yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat I
Pada tingkat ini disampaikan keterangan atau penjelasan pemerintah
tentang
Rancangan Undang-undang APBN (RUU APBN). Pada kesempatan ini
Presiden
menyampaikan pidato pengantar RUU APBN di depan sidang paripu
rna DPR.
b. Tingkat II
Dilakukan pandangan umum dalam rapat paripurna DPR dimana mas
ingmasing fraksi di DPR mengemukakan pendapatnya mengenai RUU A
PBN dan
keterangan pemerintah. Jawaban pemerintah atas pandangan umu
m tersebut
biasanya diberikan oleh Menteri Keuangan.
c. Tingkat III
Dilakukan pembahasan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi,
atau
rapat panitia khusus. Pembahasan dilakukan bersama dengan pemer
intah
yang diwakili oleh Menteri Keuangan.
d. Tingkat IV
Diadakan rapat paripurna kedua. Pada rapat ini disampaikan kepada f
orum
tentang hasil pembicaraan pada tingkat III dan pendapat akhir dari tia
p-tiap
fraksi di DPR. Setelah itu, DPR dapat menggunakan hak budgetnya un
tuk
dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN yang diajuka
n
pemerintah, pemerintah dapat melakukan pengeluaran maksimal sebes
ar jumlah
APBN tahun anggaran sebelumnya.
Sedangkan mengenai siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daer
ah
(APBD) menurut waktunya adalah sebagai berikut (Atep Adya Barata & Ba
mbang
Trihartanto, 2004):
a. Selambat-lambatnya pada pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjal
an,
pemerintah derah menyampaikan kebijakan umum APBD dengan Renca
na Kerja
Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD tahun anggaran berikutny
a
kepada DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Kemudian dibahas dal
am
pembicaraan pendahuluan RAPBD.
b. Pada
minggu
pertama
bulan
Oktober,
pemerintah daerah
mengajukan
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang APBD disertai penjelasa
n
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD. Kemudian Raperda te
ntang
APBD tersebut dibahas DPRD sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dal
am
pembahasan
ini, DPRD dapat mengajukan
usul
perubahan
yang dapat
mengakibatkan
perubahan-perubahan
dalam
jumlah
pen
erimaan
dan
pengeluaran dalam RAPBD tersebut.
c. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersa
ngkutan
dilaksanakan, DPRD mengambil keputusan tentang Raperda APBD. Apa
bila DPRD
tidak menyetujui RAPBD, maka pemerintah daerah melakukan pengelua
ran
maksimal sebesar pengeluaran tahun anggaran sebelumnya.