You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ABLASIO

RETINA
Download makalah
Link:http://www.ziddu.com/download/17418927/ABLASIORETINA.doc.html
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ABLASIO RETINA
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan cairan retina
antara lapisan basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium pigmen retina
(Vera H. Darling Magaret R. 1996 : 73).

B. ETIOLOGI
a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).
C. PATOFISIOLOGI
Pada Ablasio Retina cairan dari vitreus bisa masuk ke ruang sub retina dan bercampur dengan
cairan sub retina. Ablasio Retina dapat diklasifikasikan secara alamiah menurut cara
terbentuknya:

1.
Ablasio Rhegmatogen terjadi setelah terbentuknya tulang atau robekan dalam retina yang
menembus sampai badan mata masuk ke ruang sub retina, apabila cairan terkumpul sudah cukup
banyak dapat menyebabkan retina terlepas.
2.
Ablasio oleh karena tarikan, terjadi saat retina mendorong ke luar dari lapisan epitel oleh
ikatan atau sambungan jaringan fibrosa dalam badan kaca.
3.
Ablasio eksudatif, terjadi karena penumpukan cairan dalam ruang retina akibat proses
peradangan, gabungan dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular, jika cairan tetap
berkumpul, lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel pigmen.

D. MANIFESTASI KLINIS
Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya:
gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup.
Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya(fotopsia) / light flashes atau

keduanya.
Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina

benar-benar terlepas dari epitel berpigmen


Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa
adanya keterlibatan macula
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Tujuan operasi
adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup lubang atau robekan dan untuk
melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan jarang terjadi pertautan kembali secara spontan.
Apabila diagnosis ablasio retina telah ditegakkanmaka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk
menjalani operasi.
A. Persiapan pre-operatif
Sedikitnya 5 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah
baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di tutup
segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti:
Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat- Obat mata dalam bentuk salep mata karena akan
menghalangi Jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama dengan
persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina menggunakan anestesi umum tetapi bila
menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau
largactil (100 mg) IM, kemudian jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25
mg) IM.

B. Operasi
a) Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalui sclera untuk memasukkan cairan subretina dan
mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada retina.
b) Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana kekuatan
pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi
semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut
melingkar.
c) Photocoagulasi
Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan mengarahkan
sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi.
d) Cyro Surgery
Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan minimal
seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina.
e) Cerclage
Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina yang
cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sklera.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG
Pemeriksaan visus

Ophtalmoskop indirek

USG mata

Campur Visi

G. KOMPLIKASI
a. Komplikasi awal setelah pembedahan
Peningkatan TIO
Glaukoma
Infeksi
Ablasio koroid
Kegagalan pelekatan retina
Ablasio retina berulang

b. Komplikasi lanjut
Infeksi
Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)

Diplopia
Kesalahan refraksi
Astigmatisme
ILUSTRASI KASUS KASUS ABLASIO RETINA
ANAMNESIS
Identitas
Nama
: Ny. S
Usia
: 52 tahun
Alamat
: Jl. Budaya Batu Ampar, Jakarta Timur
Pekerjaan
: swasta
Pendidikan
: tamat SD
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan mendadak buram sejak 5 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien mendadak buram, tidak merah dan tidak nyeri. Tidak ada
riwayat trauma sebelumnya. Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada rambut atau
asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya
pinggir sebelah kanan. Pasien tidak melihat ada kilatan cahaya berulang. Tidak terdapat riwayat
penglihatan kabur sesaat yang hilang timbul sebelumnya. Pasien berobat ke dokter mata lalu
diperiksa dan dibilang ada masalah di retina kanan dan perlu dioperasi. Pasien kemudian dirujuk
ke RSCM.
Pasien menggunakan kacamata minus (-3 dioptri) di kedua mata sejak 10 tahun lalu. Pasien tidak
mengeluh ada gangguan pada mata sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu, namun pasien tidak berobat teratur. Riwayat
Diabetes Mellitus disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga dengan keluhan serupa dengan pasien.

PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum
: pasien tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Frekuensi nadi
: 84 x/menit
Frekuensi nafas
: 16 x/ menit
Suhu
: 36 oC
Lain-lain
: dalam batas normal
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS
Mata Kanan

Pemeriksaan

Mata Kiri

1/ 300 proyeksi baik

Visus

6/ 12

Tenang

Palpebra/ konjungtiva

Tenang

Jernih

Kornea

Jernih

Dalam

Bilik mata depan

Dalam

Bulat, sentral, middilatasi

Iris/ pupil

Bulat, sentral, refleks cahaya


(+)

Keruh, shadow test (+)

Lensa

Keruh, shadow test (+)

n/ p

Tekanan Intra Okular

n/ p

Baik ke segala arah

Pergerakan

Baik ke segala arah

Tobacco dust (+)

Badan kaca

Jernih

Papil bulat, batas tegas, CDR


0,3, aa/vv = 2/3
Ablasio retina (+) di superior
temporal meluas ke inferior
temporal. Corrugated
(+),Tear (+), macula on

Funduskopi

Papil bulat, batas tegas, CDR


0,3, aa/vv = 2/3

11 POLA FUNGSIONAL GORDON


1)
Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji : bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam
melaksanakan talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak.
Berdasarkan Kasus : Kemampuan merawat diri pasien menurun dan juga terjadi perubahan
pemeliharaan kesehatan.

2)
Pola nutrisi metabolik
Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah pola makan dan minum klien selama ini?, Kaji
apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?, Apakah klien menghabiskan makanan yang
diberikan oleh rumah sakit?, Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau
sebaliknya?
Biasanya klien dengan ablasio retina ini tidak mengalami perubahan nutrisi dan metabolisme.

3)
Pola eliminasi
Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien selama ini?, Apakah klien
menggunakan alat bantu untuk eliminasi?, Kaji konsistensi BAB dan BAK klien.
Biasanya klien dengan ablasio retina ini tidak mengalami gangguan dan perubahan eliminasi.

4)
Pola aktivas latihan
Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien?, Kaji aktivitas yang
dapat dilakukan klien secara mandiri, Kaji tingkat ketergantungan klien.
Berdasarkan kasus : Biasanya pada pola ini pasien mengalami ketidakaktifan diri dan
ganguankarena disini penglihatan klien mulai buram.
5)
Pola istirahat tidur
Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah pola tidur klien ?, Kaji frekuensi dan lama tidur
klien, Apakah klien mengalami gangguan tidur?, Apakah klien mengkonsumsi obat
tidur/penenang?, Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?.
Biasanya pola tidur klien berubah sampai berkurangnya pemenuhan kebutuhan tidur klien.

6)
Pola kognitif persepsi
Pada pola ini kita mengkaji: Kaji tingkat kesadaran klien, Bagaimanakah kondisi kenyamanan
klien?, Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?.
Berdasarkan Kasus : Pengelihatan klien buram, Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti
ada rambut atau asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin gelap hingga yang
kelihatan hanya pinggir sebelah kanan. Pasien tidak melihat ada kilatan cahaya berulang.
7)
Pola persepsi diri dan konsep diri
Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang
dialaminya?, Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?, Apakah klien merasa
rendah diri?
Biasanya klien merasa resah dan cemas akan terjadi kebutaan.
8)
Pola peran hubugan
Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?, Apakah terjadi
perubahan peran dalam keluarga klien?, Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap
masyarakat sekitarnya?.

Biasanya hubungan klien dengan orang disekitarnya menurun begitu juga dalam melaksanakan

perannya.
9)
Pola reproduksi dan seksualitas
Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah status reproduksi klien?.
Biasanya pola ini tidak mengalami gangguan.

10)
Pola koping dan toleransi stress
Pada pola ini kita mengkaji: Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat
ini?,Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?, Apakah klien
mengkonsumsi obat penenang?.
Biasanya klien sering bertanya kapan akan dilakukan tindakan operasi dan merasa cemas karena
takut terjadinya kecacatan pada penglihatan.
11)
Pola nilai dan kepercayaan
Pada pola ini kita mengakaji: Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien, Apakah terjadi
perubahan pola dalam beribadah klien?.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N
o

1.

Diagnosa Kep
(NANDA)
Ditandai dengan DS/ DO

Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan )

Tujuan dan
Kriteria Hasil
(NOC)

NOC : Kom
pensasi
Data Subjektif :
Tingkahlaku
Pengelihatan
klien buram, Pasien
merasa Penglihatan
pandangan menjadi gelap seperti ada rambut atau
asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan Defenisi:
semakin gelap hingga yang kelihatan hanya kegiatan
pinggir sebelah kanan. Pasien tidak melihat ada untuk
mengimbangi
kilatan cahaya berulang.
lemahnya
Data Objektif :
penglihatan
Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv = 2/3
Indikator :
Ablasio retina (+) di superior temporal meluas ke
Pantau
inferior temporal. Corrugated (+), Tear(+), macula
gejala dari
on
semakin

buruknya
Defenisi:
penglihatan
perubahan dalam jumlah maupun pola rangsangan
yang diterima yang disertai dengan penyusutan, Posisikan
diri
untuk
pelebihan, penyimpangan,
menguntung
atau gangguan tanggapan
kan
terhadap rangsangan
penglihatan
tersebut.

Intervensi
Kep dan Aktivitas
(NIC)

NIC
:
Peningkatan
Komunikasi
:
Defisit
melihat
Defenisi:
membantu dalam
menerima
dan
mempelajari
metode alternatif
untuk
hidup
dengan gangguan
penglihatan.
Aktivitas :
Kenali diri sendiri
ketika
memasuki
ruang pasien
Catat reaksi pasien
terhadap rusaknya
penglihatan (misal,
depresi,
menarik
diri, dan menolak

Batasan Karaktristik :
Berubahnya pola
perilaku
Berubahnya ketajaman pancaindera
Distorsi pancaindera
Konsentrasi yang
lemah
Kegelisahan
Faktor-faktor yang berhubungan :
Pengintegrasian pancaindera yang
terganggu
Penerimaan terhadap pancaindera yang
terganggu

Ingatkan
yang
lain
untuk
menggunaka
n
teknik

yang
menguntung
kan
penglihatan
Gunakan
pencahayaan
yang cukup
untuk
aktivitas
yang sedang
dilakukan
Memakai
kacamata
dengan
benar
Memakai
kontak lens
dengan bear
Merawat
kacamata

dengan
benar
Menggunak
an alat bantu
penglihatan
yang lemah
Menggunak
an layanan
pendukung
untuk
penglihatan
yang lemah
Menggunak
an alat bantu
komputer
NOC
:
Kontrol
Kecemasan

kenyataan
Menerima
reaksi
pasien terhadap
rusaknya
penglihatan
Bantu pasien dalam
menetapkan tujuan
yang baru untuk
belajar bagaimana
melihat
dengan
indera yang lain
Andalkan
penglihatan pasien
yang
tersisa
sebagaimana
mestinya
Berjalan satu dua
langkah di depan
pasien, dengan siku
pasien berada di
sikumu
Rujuk
pasien
dengan
masalah
penglihatan ke agen
yang sesuai
Jangan
memindahkan
benda-benda
di
kamar pasien tanpa
memberitahu pasien
Bacakan
surat,
koran, dan informasi
lainnya pada pasien
Identifikasi
makanan yang ada
dalam baki dalam
kaitannya
dengan
angka-angka pada
jam
Gambarkan
lingkungan kepada
pasien
NIC : Manajemen
Lingkungan
Defenisi: memanip
ulasi
sekeliling

Defenisi:
tindakan
seseorang

untuk
menghilang
kan dan
mengurangi
perasaan
ketakutan
dan tertekan
yang
sumbernya
tidak
bisa
diidentifikas
i.
Indikator :

pasien
untuk
kebaikan terapeutik.
Aktivitas :

Ciptakan
lingkungan
yang
aman untuk pasien
Identifikasi
kebutuhan
rasa
aman pasien,
berdasarkan
tingkatan
fungsi
fisik dan kognisi
dan sejarah perilaku
di masa lalu
Hilangkan
objekobjek
yang
membahayakan dari
lingkungan
Memantau

Sediakan
kasur
intensitas
yang bersih lagi
kecemasan
Menghilangk nyaman
an pencetus Beri keluarga/orang
penting lainnya
kecemasan
Menurunkan informasi tentang
menciptakan
rangsang
lingkungan rumah
lingkungan
ketika cemas yang aman bagi
pasien
Mencari
informasi
untuk
mengurangi
kecemasan
koping
terhadap
situasi yang
menekan
Menggunaka
n
strategi
koping yang
efektif
Menggunaka
n
teknik
relaksasi
untuk
mengurangi
rasa cemas
Melaporkan
jangka waktu

penurunan
setiap episode

2.

Resiko cedera sehubungan denganpenurunan tajam pe


nglihatan.
Definisi : Suatu kondisi individu yang berisiko untuk
mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi
lingkungan yang berhubungan dengan sumber-sumber
adaptif dan pertahanan.
b. Faktor Risiko :
Eksternal :
Biologis ( tingkat imunisasi komunitas,
mikroorganisme)

Kimia (misalnya, racun,polutan, obat-obatan,


agen farmasi,alkohol, nikotin,pengawet, kosmetik,
pewarna)

Orang (agen nosokomial, pola pemupukan,


pola-pola kognitif, afektif dan psikomotor)

Jenis transportasi

Nutrisi (vitamin, jenis makanan)

Fisik (desain, struktur, dan penataan


komunitas, bangunan, dan /perlengkapan)
Internal :
Profil darah yang abnormal (leukositosis atau
leukopenia, perubahan faktor penggumpalan darah,
trombosiopenia, menurunnya kadar hemoglobin)

Disfungsi biokimia

Usia perkembangan (psikologis,psikososial)

Disfungsi efektor

Penyakit imun/ autoimun

Disfungsi integratif

Malnutrisi

Fisik (kulit terkelupas, perubahan mobilitas)

Psikologis (orientasi afektif)

Disfungsi sensori

Hipoksia jaringan
Data Subjektif : Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien
mendadak buram
Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada

NOC : Kontr
ol Risiko :
Pelemahan
Penglihatan
Definisi
:
tindakan
untuk
menghilangk
an
atau
mengurangi
kemungkinan
perubahan
fungsi
penglihatan

Pantau gejala
kemunduran
penglihatan
Pantau
lingkungan
yg
membahayak
an mata

Hindari
bahaya
utk
mata
Gunakan
penerangan
yg
cukup
selama
beraktivitas
Istirahat dari
kegiatan yg

menegangkan
mata
Pantau gejala
penyakit mata
Gunakan
resep
obat
mata
dg
benar
Gunakan alat
pelindung
mata
Dapatkan
pemeriksaan
mata

NIC : Manajemen
Keamanan
Aktifitas :
Ciptakan
lingkungan yang
nyaman bagi klien
Identifikasi
kebutuhan
keamanan klien
Pindahkan bendabenda berbahaya
dari sekitar klien
Pindahkan bendabenda
berisiko
dari
lingkungan
klien
Sediakan tempat
tidur yang nyaman
dan bersih
Posisikan tempat
tidur agar mudah
terjangkau
Kurangi stimulus
lingkungan
NIC : Pencegahan
jatuh
Aktifitas :
Identifikasi deficit
fisik
yang
berpotensi untuk
jatuh
Identifikasi
karakteristik
lingkungan yang
meningkatkan
potensi
jatuh
( seperti lantai
yang licin)
Berikan peralatan
yang menunjang

rambut atau asap berterbangan di matanya. Lama


kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya
pinggir sebelah kanan
Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu

Data Objektif :

Keadaan Umum
:
pasien tampak sakit
TD
: 140/80 mmHg
nadi : 84 x/menit
nafas : 16 x/ menit

Lensa : Keruh, shadow test (+)

PERSIAPAN
YANG
DILAKUKAN
SESUDAHDILAKUKAN OPERASI

OLEH

untuk
mengokohkan
jalan
Ajarkan
klien
bagaimana
berpindah untuk
meminimalisir
trauma
Hindari barangbarang berserakan
di lantai
Ajarkan keluarga
tentang
faktor
resiko
yang
berkontribusi pada
jatuh
dan
bagaimana
mengurangi resiko
jatuh
Kaji
keluarga
dalam
mengidentifikasi
bahaya di rumah
dan
bagaimana
memodifikasikann
ya

PERAWAT

SEBELUM DAN

a. Persiapan penderita sebelum operasi


Mengatasi kecemasan

Membatasi aktivitas

Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata

Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan
kontriksi.

b. Persiapan penderita setelah operasi


Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.

Evaluasi penutup mata

Bantu semua kebutuhan ADL

Perawatan dan pengobatan sesuai program

PENDIDIKAN KESEHATAN YANG DIBERIKAN PADA KLIEN DENGAN ABLASIO


RETINA
Pada klien ablasio retina baik sebelum pembedahan maupun setelah pembedahan, perlu
diberikan pendidikan kesehatan dalam merawat matanya, antara lain :
Diberikan pengetahuan mengenai perawatan diri setelah dioperasi
Dianjurkan untuk menjaga kebersihan mata
Setelah pembedahan retina perawat menekankan untuk menjaga posisi yang benar untuk

memfasilitasi perekatan kembali lapisan retina.


Menkonsumsi anti oksidan (Vit C, Vit A, Vit E, Zinc, Cooper dan Lutein) menjaga agar dapat

mencegah komplikasi lebih lanjut.


Hindari ekspose berlebih terhadap sinar ultraviolet misalnya dengan menggunakan kaca mata

hitam agar mata tidak berkontak langsung dengan sinar matahari.


Pemeriksaan berkala dengan Amsler Grid

Amsler Grid adalah cara pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita untuk memeantau
progresitifitas penyakit.
Menberikan penguatan psikologi kalau usaha operasi dapat mengembalikan fungsi penglihatan.
Preoperasi, Perawat perlu memberikan informasi secara akurat dan tenangkan hati klien untuk

mengurangi kecemasan klien.


Post Operasi, Hindari gerakan menghentakkan kepala (menyisir rambut, membungkuk,
mengejan, bersin, batuk, muntah) dan batasi aktivitas yang berlebihan hingga tercapai
penyembuhan. Perawat perlu membantu aktivitas sehari-hari klien untuk mencegah hentakan
atau pergerakan kepala yang berlebihan.

CONTOH Kasus
Kasus 7
Tn.F 50 tahun mengeluh pandangannya seperti melihat benda beterbangan dan juga kadang-kadang
melihat ada kilatan pada mata kirinya, nyeri tidak ada. Pasien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu tidak
bisa melihat benda yang jauh
Diagnosa : Ablasio retina
1.

Apa sajakah penyebab ablasio retina ?

2.

Apa sajakah penatalaksanaan untuk mengatasi keluhan?

3.

Apakah diagnose keperawatan dan intervensi pada kasus diatas?

4.

Bagaimanakah monitoring pelaksanaan tindakan dan edukasi selanjutnya?


JAWABAN
PENGERTIAN ABLASIO RETINA

Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan cairan retina
antara lapisan basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium pigmen retina
(Vera H. Darling Magaret R. 1996 : 73).
1.

PENYEBAB ABLASIO RETINA :

a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).

2. Karena pada ablasio retina tidak mengalami nyeri, maka untuk mengatasi keluhan-keluhan yang
dirasakan penderita seperti kasus diatas adalah dengan cara :
a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan
sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
d. Pasien tidak boleh terbaring terlentang
e. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
Cara Pengobatannya:
Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan
dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel
berpigmen.
Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk
mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat
robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa
silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan
mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan
robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi
fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan. (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
f.

Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Tujuan operasi
adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup lubang atau robekan dan untuk
melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan jarang terjadi pertautan kembali secara spontan.
Apabila diagnosis ablasio retina telah ditegakkanmaka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk
menjalani operasi.
A. Persiapan pre-operatif
Sedikitnya 5 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus
tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di
tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik
seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat- Obat mata dalam bentuk salep mata karena
akan menghalangi Jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama

dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina menggunakan anestesi umum tetapi bila
menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau
largactil (100 mg) IM, kemudian jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25
mg) IM.

B. Operasi
a) Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalui sclera untuk memasukkan cairan subretina
dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada retina.
b) Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana kekuatan
pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi
semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut
melingkar.
c) Photocoagulasi
Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan
mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi.
d) Cyro Surgery
Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan
minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina.
e) Cerclage
Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina
yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sclera
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG ( REVISI )
1. Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
a. Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan
di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu
sendiri.
b. Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang
umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian
seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah
lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang

menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula
lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup
tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina,
pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan
fotopsia.
c. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis
ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada
pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan
pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran
vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada
retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen
atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan
untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya
seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu
ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan
ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.
c. Pemeriksaan angiografi fluoresin akan terlihat:
1) Kebocoran didaerah parapapilar dan daerah yang berdekatan dengan
tempatnya ruptur, juga dapat terlihat
2) Gangguan permeabiltas koriokapiler akibat rangsangan langsung badan kaca
pada koroid.
3) Dapat dibedakan antara ablasi primer dan sekunder
4) Adanya tumor atau peradangan yang menyebabkan ablasi

DIAGNOSA DAN INTERVENSI SEBELUM OPERASI ( Menurut NIC & NOC)


( REVISI )
DIAGNOSA yang mungkin muncul :
1. Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan )
2. Resiko cedera sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
g.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DAN MONITORING


N

Diagnosa Kep

Tujuan dan

Intervensi

(NANDA)

Kriteria Hasil

Kep dan Aktivitas (NIC)

Ditandai dengan DS/ DO

(NOC)

1.

Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan )

NOC : Kompe
nsasi
Data Subjektif :
Tingkahlaku
Klien mengeluh pandangannya seperti melihat Penglihatan
benda beterbangan dan juga kadang-kadang melihat
ada kilatan pada mata kirinya.

NIC : Peningkatan
Komunikasi
:
Defisit
melihat
Defenisi: membantu
dalam
menerima
Defenisi:
dan
mempelajari
kegiatan untuk
Data Objektif :
metode
alternatif
mengimbangi
Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv = 2/3
untuk hidup dengan
Ablasio retina (+) di superior temporal meluas ke lemahnya
inferior temporal. Corrugated (+), Tear(+), macula penglihatan
gangguan
on
penglihatan.
Indikator :
- Pantau gejala Aktivitas :
dari semakin - Kenali diri sendiri
Defenisi:
ketika memasuki ruang
buruknya
perubahan dalam jumlah maupun pola rangsangan
pasien
penglihatan
yang diterima yang disertai dengan penyusutan,
- Catat reaksi pasien
- Posisikan diri
pelebihan, penyimpangan,
terhadap
rusaknya
untuk
atau gangguan tanggapan
penglihatan
(misal,
menguntungka depresi, menarik diri,
terhadap rangsangan
tersebut.
n penglihatan dan menolak kenyataan
Batasan Karaktristik :
- Menerima
reaksi
- Ingatkan
Berubahnya pola
pasien
terhadap
yang
lain
rusaknya penglihatan
perilaku
untuk

Bantu pasien dalam


Berubahnya ketajaman pancaindera
menggunakan
menetapkan
tujuan yang
Distorsi pancaindera
teknik
yang baru untuk belajar
Konsentrasi yang
menguntungka bagaimana melihat
lemah
n penglihatan dengan indera yang lain
Kegelisahan
- Gunakan
- Andalkan penglihatan
Faktor-faktor yang berhubungan :
pasien yang tersisa
pencahayaan
Pengintegrasian pancaindera yang
yang
cukup sebagaimana mestinya
terganggu
untuk aktivitas - Berjalan satu dua
Penerimaan terhadap pancaindera yang
langkah di depan pasien,
yang sedang
terganggu
dengan siku pasien
dilakukan
berada di sikumu
- Memakai - Rujuk pasien dengan
kacamata
masalah penglihatan ke
agen yang sesuai
dengan benar
- Jangan memindahkan
Memakai

kontak
lens
dengan bear
- Merawat

kacamata
dengan benar
- Menggunaka
n alat bantu
penglihatan
yang lemah

- Menggunaka
n
layanan
pendukung
untuk
penglihatan
yang lemah
- Menggunaka
n alat bantu
komputer

benda-benda di kamar
pasien
tanpa
memberitahu pasien
- Bacakan surat, koran,
dan informasi lainnya
pada pasien
- Identifikasi
makanan
yang ada dalam baki
dalam kaitannya dengan
angka-angka pada jam
- Gambarkan lingkungan
kepada pasien
NIC : Manajemen
Lingkungan
Defenisi: memanipula
si

sekeliling

untuk

pasien
kebaikan

terapeutik.
Aktivitas :
- Ciptakan

lingkungan

yang aman untuk pasien


NOC : Kontrol - Identifikasi kebutuhan
Kecemasan
rasa aman pasien,

Defenisi:
tindakan
seseorang
untuk

menghilangka
n dan
mengurangi
perasaan
ketakutan
dan tertekan
yang
sumbernya
tidak
bisa
diidentifikasi.
Indikator :

- Memantau

intensitas
kecemasan
- Menghilangkan

berdasarkan

tingkatan

fungsi fisik dan kognisi


dan sejarah perilaku di
masa lalu
- Hilangkan objek-objek
yang

membahayakan

dari lingkungan
- Sediakan kasur yang
bersih lagi nyaman
- Beri keluarga/orang
penting lainnya
informasi tentang
menciptakan lingkungan
rumah yang aman bagi
pasien

pencetus

kecemasan
- Menurunkan
rangsang
lingkungan

ketika cemas
- Mencari
informasi

untuk

mengurangi
kecemasan
koping terhadap
situasi

yang

menekan
- Menggunakan
strategi

koping

yang efektif
- Menggunakan
teknik

relaksasi

untuk
mengurangi rasa
cemas

Melaporkan
jangka

waktu

penurunan setiap
episode

2.

Resiko cedera sehubungan denganpenurunan tajam penglihata

NOC

n.

Risiko

: Kontrol
:

Pelemahan

Definisi : Suatu kondisi individu yang berisiko untuk

Penglihatan

mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang

Definisi

berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan.

tindakan

untuk

b. Faktor Risiko :

menghilangkan

Eksternal :

Biologis

atau mengurangi
(

tingkat

imunisasi

komunitas,

kemungkinan

mikroorganisme)

perubahan fungsi

penglihatan
Pantau
gejala

Kimia (misalnya, racun,polutan, obat-obatan, agen

farmasi,alkohol, nikotin,pengawet, kosmetik, pewarna)

Orang (agen nosokomial, pola pemupukan, pola-

kemunduran

NIC : Manajemen
Keamanan
Aktifitas :
- Ciptakan
lingkungan
yang
nyaman bagi klien
- Identifikasi
kebutuhan
keamanan klien
- Pindahkan bendabenda
berbahaya
dari sekitar klien
- Pindahkan benda-

pola kognitif, afektif dan psikomotor)

Jenis transportasi

Nutrisi (vitamin, jenis makanan)

Fisik (desain, struktur, dan penataan komunitas,

penglihatan
Pantau

yg

lingkungan

bangunan, dan /perlengkapan)

membahayakan
mata
Hindari

bahaya

Internal :
utk mata

Profil darah yang abnormal (leukositosis atau- Gunakan


leukopenia, perubahan faktor penggumpalan darah, penerangan
yg

trombosiopenia, menurunnya kadar hemoglobin)


cukup
selama

Disfungsi biokimia

Usia perkembangan (psikologis,psikososial)

Disfungsi efektor

Penyakit imun/ autoimun

Disfungsi integratif

Malnutrisi

Fisik (kulit terkelupas, perubahan mobilitas)

Psikologis (orientasi afektif)

Disfungsi sensori

Hipoksia jaringan

beraktivitas
Istirahat
dari
kegiatan

yg

menegangkan

mata
Pantau

penyakit mata
Gunakan resep
obat

gejala

dg

mata

benar
Gunakan

alat

pelindung mata

Data Subjektif : Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien-

Dapatkan

mendadak buram

pemeriksaan

Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada rambut

mata

atau asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin


gelap hingga yang kelihatan hanya pinggir sebelah kanan
Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu
Data Objektif :

Keadaan Umum
:
pasien tampak sakit
TD
: 140/80 mmHg
nadi : 84 x/menit
nafas : 16 x/ menit

Lensa : Keruh, shadow test (+)

benda berisiko dari


lingkungan klien
- Sediakan
tempat
tidur yang nyaman
dan bersih
- Posisikan
tempat
tidur agar mudah
terjangkau
- Kurangi
stimulus
lingkungan
NIC : Pencegahan
jatuh
Aktifitas :
- Identifikasi deficit
fisik
yang
berpotensi
untuk
jatuh
- Identifikasi
karakteristik
lingkungan
yang
meningkatkan
potensi
jatuh
( seperti lantai yang
licin)
- Berikan
peralatan
yang
menunjang
untuk mengokohkan
jalan
- Ajarkan
klien
bagaimana
berpindah
untuk
meminimalisir
trauma
- Hindari
barangbarang berserakan di
lantai
- Ajarkan
keluarga
tentang faktor resiko
yang berkontribusi
pada
jatuh
dan
bagaimana

mengurangi resiko
jatuh
- Kaji keluarga dalam
mengidentifikasi
bahaya di rumah
dan
bagaimana
memodifikasikanny
a

DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI MENURUT DONGOES


Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori
dari retina.
Tujuan:
Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.
Kriteria:
Klien memahami pentingnya perawatan yang intensif / bedrest total.
Klien mampu menjelaskan rresiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya.
Intervensi:
Ajarkan klien untuk bedrest total. Rasional : agar lapisan saraf yang terlepas tidak bertambah
parah.
Berikan penjelasan tujuan bedrest total. Rasional: agar klien mematuhi dan mengerti maksud
perlakuan bedrest total.
Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, batuk, bersin, muntah. Rasional :
mencegah bertambah parahnya lapisan saraf retina yang terlepas.
Jaga kebersihan mata. Rasional: mencegah terjadinya infeksi.
Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter. Rasional:
dengan pemberian obat-obatan diharapkan kondisi penglihatan dapat dipertahankan / tidak
tertambah parah.

Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan


Tujuan:
Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan.

Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya bila dilakukan
operasi.
Intervensi :
Kaji tingkat ansietas klien (ringan, sedang, berat, panik). Rasional: untuk mengetahui sejauh
mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan / pemberian askep
selanjutnya.
Berikan kenyamanan dan ketenteraman hati. Rasional: agar klien tidak terlalu memikirkan
penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit dan prognosenya.
Rasional: agar klien mengetahui / memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
Berikan / tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien. Rasional: agar klilen
merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietasnya. Rasional: untuk mengetahui cara yang
efektif menurunkan / mengurangi ansietas klien.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan / ketegangan. Rasional: agar klien dengan
senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginanya dan tidak bertentangan
dengan program perawatan.
Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan
dan yang dibatasi, obat-obatan, komplikasi danperawatan tindak lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan / dilakukan untuk
pengobatan akibat dari penyakit dan penurunan situasi beresiko (tidak aman, polusi).
Kriteria:
Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan
kontrol dan kesalahan persepsi.
Menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan untuk
penyakit atau kontrol gejala.
Mengungkapkan maksud / tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan
keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Intervensi:
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penatalaksanaan program terapeutik yang
efektif. Rasional: agar diketahui penyebab yang menghalangi sehingga dapat segera diatasi
sesuai prioritas.
Bangun rasa percaya diri. Rasional: agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri / dengan
bantuan orang lain tanpa mengganggu program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif. Rasional: agar klien mampu
dan mau melakukan / melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi
peran sertanya dalam pengobatan / perawatan dirinya.

Jelaskan dan bicarakan : proses penyakit, aturan pengobatan / perawatan, efek samping prognosis
penyakitnya. Rasional : agar klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan
suatu tindakan dan perlakuan yang tidak menyenagkan.
4.MONITORING PELAKSANAAN TINDAKAN DAN EDUKASI
PERSIAPAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN OPERASI
a. Persiapan penderita sebelum operasi

Mengatasi kecemasan

Membatasi aktivitas

Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola

mata

Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan

kontriksi.
b. Persiapan penderita setelah operasi

Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.

Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.

Evaluasi penutup mata

Bantu semua kebutuhan ADL

Perawatan dan pengobatan sesuai program

PENDIDIKAN KESEHATAN YANG DIBERIKAN PADA KLIEN DENGAN ABLASIO


RETINA
Pada klien ablasio retina baik sebelum pembedahan maupun setelah pembedahan, perlu
diberikan pendidikan kesehatan dalam merawat matanya, antara lain :
Diberikan pengetahuan mengenai perawatan diri setelah dioperasi
Dianjurkan untuk menjaga kebersihan mata
Setelah pembedahan retina perawat menekankan untuk menjaga posisi yang benar untuk

memfasilitasi perekatan kembali lapisan retina.


Menkonsumsi anti oksidan (Vit C, Vit A, Vit E, Zinc, Cooper dan Lutein) menjaga agar dapat
mencegah komplikasi lebih lanjut.

Hindari ekspose berlebih terhadap sinar ultraviolet misalnya dengan menggunakan kaca mata

hitam agar mata tidak berkontak langsung dengan sinar matahari.


Pemeriksaan berkala dengan Amsler Grid

Amsler Grid adalah cara pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita untuk memeantau
progresitifitas penyakit.
Menberikan penguatan psikologi kalau usaha operasi dapat mengembalikan fungsi penglihatan.
Preoperasi, Perawat perlu memberikan informasi secara akurat dan tenangkan hati klien untuk

mengurangi kecemasan klien.


Post Operasi, Hindari gerakan menghentakkan kepala (menyisir rambut, membungkuk,
mengejan, bersin, batuk, muntah) dan batasi aktivitas yang berlebihan hingga tercapai
penyembuhan. Perawat perlu membantu aktivitas sehari-hari klien untuk mencegah hentakan
atau pergerakan kepala yang berlebihan

DAFTAR PUSTAKA ( KLIK DISINI )


C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8.
Volume 3. EGC. Jakarta
Brooker, Christine. 2001. Buku Saku Keperawatan Edisi 31. Jakarta: EGC.
Hazil, Maryadi. 2009. Askep Ablasio Retina.
Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI.
Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA
McCloskey, Joanne C and Gloria M.Bulecheck.1996. Nursing Interventions
http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-ablasio.html

You might also like