Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
rentan terhadap gangguan makan, seperti halnya remaja putri yang melakukan diet
yang sebenarnya tidak perlu dilakukan ( Proverawati, 2010: 5).
Berkaitan dengan perkembangan fisik, remaja adalah masa ketika seseorang
mulai memperhatikan keadaan tubuhnya dan sering gelisah jika mendapati tubuh
mereka ternyata tidak ideal. Banyak cara dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan
bentuk tubuh yang menurut mereka
tubuh,
sehingga
banyak
cara
dilakukan
untuk
merawat
dan
membuat mereka mengevaluasi tubuh diri sendiri, dimana akan memunculkan rasa
puas atau tidak puas terhadap kondisi raganya. Evaluasi terhadap diri ini merupakan
pengalaman psikologis yang terfokus pada persepsi atau gambaran individu terhadap
tubuhnya.
Masa remaja adalah masa coba-coba dan ini termasuk dalam perilaku makan,
dengan diiringi keinginan yang kuat dari remaja putri untuk menurunkan berat
badannya agar menjadi langsing. Pada hasil penelitian Deni (2008), remaja putri
SMA Negeri 1 Bogor sebanyak 40% merasa bahwa tubuhnya ideal atau normal,
sebanyak 50% merasa tubuhnya kurus, dan 10% merasa tubuhnya gemuk. Padahal
berdasarkan perhitungan antropometri, tidak ditemukan responden yang termasuk
dalam status gizi gemuk/overweight. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
responden memiliki persepsi yang kurang benar terhadap tubuhnya sendiri.
idealnya, maka dia akan merasa memiliki kekurangan secara fisik meskipun mungkin
dalam pandangan dan penilaian orang lain dia dianggap menarik secara fisik.
Keadaan yang demikian, seringkali membuat seseorang tidak dapat
menerima
keadaan fisiknya secara apa adanya sehingga citra raganya menjadi negatif.
Hasil penelitian Marasabessy (2006), sebagian besar remaja putri (87.5%)
menunjukkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya karena mereka merasa bentuk
tubuhnya belum ideal. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Briawan et al. (2008), bahwa 72.0% wanita mempunyai persepsi bahwa tubuhnya
masih belum ideal, dan kebanyakan merasa dirinya kegemukan.
Adanya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada remaja sehingga
sangatlah diperlukan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Disisi lain
perilaku yang salah banyak dijumpai pada remaja. Adanya kecenderungan untuk
mengikuti pola gaya hidup modern membuat remaja lebih memilih untuk memiliki
kebiasaan makan yang salah. Umumnya, jika remaja tahu berat badannya bertambah,
maka mereka akan mengurangi porsi makan untuk menurunkan berat badan dan
tidak makan pagi. Ada juga yang mengganti pola makan mereka dengan
mengkonsumsi makanan yang tidak berlemak dan rendah karbohidrat. Hal ini akan
menyebabkan keadaan gizi mereka tidak seimbang, bahkan bisa menimbulkan
gangguan kesehatan (Khomsan, 2003).
Banyak remaja puteri ingin mempunyai bentuk tubuh yang langsing dan
menarik. Sekitar 30% remaja putri berdiet secara aktif, tetapi sebagian besar akan
berdiet pada suatu waktu. Berbagai macam diet mereka ikuti, dan seringkali dalam
jangka waktu singkat. Semua diet ini memiliki masalah yang sama, yaitu tidak
mendidik pesertanya untuk menerapkan kebiasaan makan baru yang lebih sehat
(Barasi, 2007: 87). Studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 25 siswi di
SMA Negeri 3 Bukittinggi terdapat 64% siswi yang jarang makan pagi karena takut
tubuhnya menjadi gemuk dan tidak ideal. Berdasarkan hal yang tersebut diatas, maka
penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh hubungan persepsi remaja tentang
tubuh ideal dengan kebiasan makan siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan persepsi
remaja tentang tubuh ideal dengan kebiasan makan siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.
1.4.2.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
akhirnya terjebak pada pola makan yang tidak sehat. Mereka mengurangi porsi
makan, bahkan memangkas jadwal makan. Makan pun menjadi dua kali atau bahkan
hanya satu kali sehari.
WHO (2005) mengemukakan bahwa kerangka konseptual
dan faktor
penyebab masalah gizi pada remaja adalah kurang konsumsi pangan, faktor gaya
hidup, penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Kurang konsumsi pangan
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor psikologi dan faktor sosial ekonomi. Faktor
psikologi adalah pola makan, kebiasaan makan, gangguan makan dan faktor sosial
ekonomi seperti akses terhadap pangan dan ketersediaan pangan. Kurang konsumsi
pangan menyebabkan kekurangan zat gizi makro dan mikro serta berbagai penyakit
kronik yang menyertainya.
Tubuh ideal ialah keseimbangan antara berat badan tubuh dengan tinggi
badan. Tubuh ideal secara fisik dapat terlihat dan ternilai dari penampilan luar. Postur
tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah komponen
tubuh tersebut sesuai dengan standard normal atau ideal. Pengukuran antropometri
yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan
(m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut (Damayanti,
2011: 15):
IMT
BB (kg)
TB x TB (m)
Tabel 2.1
Status Gizi
Normal
Kegemukan
Obesitas
Sumber : Damayanti, 2011
Wanita
17 -23
23 27
> 27
Laki-laki
18 25
25 27
> 27
Keterangan :
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan
Banyak remaja putri merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya, sehingga
berusaha memperbaikinya dengan berdiet. Sekitar 30% remaja putri berdiet secara
aktif, tetapi sebagian besar akan berdiet pada suatu waktu. Berbagai macam diet
mereka ikuti, dan seringkali dalam jangka waktu singkat. Semua diet ini memiliki
masalah yang sama, yaitu tidak mendidik pesertanya untuk menerapkan kebiasaan
makan baru yang lebih sehat (Barasi, 2007: 87)
Mendapatkan tubuh ideal juga harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang
sehat fisik atau jasmani. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan zat gizi yang
berasal dari konsumsi makanan sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
terdiri dari Hidrat-arang, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Hidrat-arang,
10
protein dan lemak disebut zat gizi makro dan vitamin serta mineral disebut sebagai
zat gizi mikro. Kebutuhan zat gizi sehari tergantung dari umur, jenis kelamin, jenis
aktivitas, suhu lingkungan dan kondisi tertentu.
Kegiatan yang harus dilakukan agar seseorang dapat hidup sehat dan
memperoleh tubuh ideal yang sehat adalah (Depkes RI 2005):
1. Makanlah aneka ragam makanan
Makanan beragam memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan,
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik
kualitas maupun kuantitasnya.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup hidangan mengandung
sumber tenaga agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti bekerja,
belajar, olahraga, berekreasi, kegiatan sosial. Kebutuhan energi dapat diperoleh
dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi
Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama seperti
nasi, jagung, ubi, dan sagu. Akan tetapi makanan sumber karbohidrat kompleks
ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh. Sekitar 50-60%
kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks atau setara dengan 3-4
piring nasi. Apabila energi yang melebihi 60% berasal dari karbohidrat
kompleks maka biasanya kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
Konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi
makanan lain, karena membuat mudah merasa kenyang. Akibatnya, kebutuhan
zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Dianjurkan konsumsi lemak dan minyak
dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi.
5. Gunakan garam beryodium
11
12
Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung
mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, telah
diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan gizinya tidak rusak, serta
tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.
12. Bacalah label pada makanan yang dikemas
Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap produk makanan yang
dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai bahan-bahan
yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadaluwarsa, dan
keterangan penting yang lain.
2.1.3. Persepsi Remaja tentang Tubuh Ideal
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera.
Namun proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan
dan proses selanjutnya merupakan persepsi, karena proses persepsi tidak dapat
terlepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses
pendahuluan dari proses persepsi (Walgito 2011: 99)
Proses persepsi berupa stimulus tidak hanya dapat datang dari luar, tetapi juga
dapat datang dalam diri individu sendiri. Namun demikian sebagian besar stimulus
datang dari luar individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi dapat melalui
macam-macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi sebagian besar persepsi
melalui alat indera penglihatan( Walgito, 2011: 100)
Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang
diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang
berssangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan
salah satu factor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan factor-faktor yang
berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa factor, yaitu (Walgito,
2011: 101):
13
14
mengkongretkan persepsi tubuh sehingga dapat diukur secara langsung. Alat ukur
yang digunakan menilai persepsi tubuh adalah dengan menggunakan metode Figure
Rating Scale (FRS). FRS merupakan metode penilaian persepsi tubuh yang
dikembangkan oleh Stunkard et al. pada tahun 1983. FRS meliputi sembilan skema
gambar yang memiliki interval dari sangat kurus (gambar 1) sampai sangat gemuk
(gambar 9). Skala tersebut digunakan untuk mengukur persepsi tubuh. Contoh
diminta untuk memilih nomor mana yang sesuai dengan persepsinya.
Definisi
Cara Ukur
Persepsi
remaja
tentang
tubuh ideal
Proses
penginderaan
oleh remaja
tentang
tubuhnya
apakah sudah
ideal atau
belum
Cara remaja
memilih
pangan apa
yang
dikonsumsi
sebagai reaksi
terhadap
Wawancara
Kebiassaan
makan
remaja
Wawancara
Alat Ukur
Hasil
Ukur
Kuesioner, Ideal
metode
Tidak
Figure
ideal
Rating
Scale
(FRS)
Skala Ukur
Kuesioner
Ordinal
Baik
Buruk
Ordinal
15
pengaruh
fisiologis,
psikologis dan
sosial budaya
BAB III
METODE PENELITIAN
Bukittinggi.
3.3.2
Sampel
Sampel penelitian untuk penelitian ini di ambil dari hasil perhitungan dengan
n=
Ket :
n
N
d
Z 2 xP( 1P)
2
2
D ( N1 ) +
(Z 2 1 ) P ( 1P ) N
2
(Z 2 1 )
2
= Besar sampel
= Besar populasi
= Presisi/ derajat akurasi 10%
= Nilai kurva normal pada CI sebesar 95%
16
1-P
populasi,
kemudian
menentukan
strata
atau
lapisan
dari
jenis
karakteristikunit-unit tersebut. Setelah ditentukan stratanya, kemudian dari masingmasing strata ini diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara Simple
Ramdom Sampling dimana dengan metode ini tiap unit dalam populasi, mempunyai
peluang yang sama terpilih sebagai sampel.
Pengambilan sampel kemudian diacak secara proporsional yang dihitung
pada tiap kelas dengan menggunakan rumus:
= n
N
ni
Ni
17
yang
sudah
dimasukkan
diteliti
kembali
untuk
menghindari
18
Bivariat
19
Oleh :
NELFI FITRIA
NIM 092113929
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2012