You are on page 1of 7

ABSTRAK

Jurnal Gramatika Edisi Juni 2015


Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara
1.
KORESPONDENSI FONEMIS BAHASA MELAYU MAKASAAR, BAHASA
MANDAR, DAN BAHASA BUGIS
Bahasa Melayu Makassar, Bugis dan Mandar termasuk ke dalam proto Austronesia,
sehingga ketiga bahasa ini memiliki kekerabatan yang cukup dekat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya perubahan bunyi yang terjadi secara teratur pada ketiga bahasa tersebut melalui
korespondensi fonemisnya sehingga diketahui kedekatan hubungan kekerabatanya.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode hukum bunyi.
Metode ini bertujuan untuk menentukan hukum bunyi (korespondensi bunyi) dari 250 kosa
kata dasar bahasa Melayu Makasar, bahasa Bugis, dan bahasa Mandar dengan makna yang
sama (satu glos). Apabila terdapat lebih dari satu kata dalam satu glos (sinonim) dari salah satu
bahasa, maka kata yang diambil sebagai data dalam penelitian ini adalah kata yang
mempunyai bentuk yang sama atau mirip dengan bahasa protonya. Teknik yang digunakan
adalah penentuan perangkat korespondensi fonemis dan penentuan formula korenspondensi.
Berdasarkan 250 glos yang dipilih dapat dihasilkan 105 glos yang memiliki
korespondensi fonemis. Adapun korespondensi yang ditamukan melalui penelitian ini
adalah / ~ a/, /a ~ /, /u ~ /, dan /b ~ w/. Selain korespondensi yang dihasilkan, maka dapat
diketahui bahwa bahasa Melayu Makassar lebih dekat kekerabatannya dengan bahasa Mandar,
dibandingkan dengan bahasa Bugis.
Kata kunci: Korespondensi fonemis, perubahan bunyi, formula korespondensi.
PHONEMIC CORRESPONDENCE OF MALAY MAKASSAR, MANDAR, ANG BUGIS
LANGUAGE
Malay Makassar, Bugis and Mandar belong to the proto-Austronesian, so that all three
languages had a fairly close kinship. This can be evidenced by the sound changes that occur
regularly in all three languages by correspondence phonemic so that can be known the
proximity if the kinship.
The data in this research were analyzed using the laws of sound method. This method
aims to determine the laws of sound (sound correspondence) from 250 basic vocabulary of
Malay Makassar, Bugis, and Mandar languages with the same meaning (one glosses). In case
there is more than one word in the glosses (synonyms) from one of above languages, the word
taken as the data in this research is a word which had similar form with the Proto. The
technique used is determination of phonemic correspondence devices and correspondence
formula.
Based on 250 selected glosses can be generated to 105 glosses that have a phonemic
correspondence. The correspondence found through this study is the / ~ a/, /a ~ /, /u ~ /, and
/b ~ w/. In addition, besides the correspondence result above, can be known that Malay
Makassar language is more closely related to Mandar language, compared to the Bugis
language
Keywords: Correspondence phonemic, sound changes, the formula correspondence.

2.
SEJARAH DAN FIKSI DALAM DUA NOVEL KWEE TEK HOAY: SEBUAH
TINJAUAN SASTRA SEJARAH
Karya-karya Sastra Melayu Tionghoa awalnya sempat tidak dimasukkan ke dalam periodesasi
Sastra Indonesia. Di luar dugaan, setelah dilakukan pencatatn, karya-karya sastra Melayu
Tionghoa ternyata mencapai jumlah yang tidak terduga. Di Indonesia, terdapat ribuan karya
dan ratusan penulis yang berasal dari kalangan Tionghoa.Salah satunya yang banyak
menunjukkan kontribusinya dalam kesusastraan Indonesia adalah Kwee Tek Hoay. Karyakarya Kwee Tek Hoay merupakan karya-karya yang tanggap terhadap lingkungan, baik
lingkungan masyarakat Indonesia maupun masyarakat Tionghoa. Tercatat karya-karya
besarnya seperti Drama di Boven Digoel dan Drama dari Krakatau merupakan hasil
tanggapannya terhadap peristiwa pada masanya. Terdapat juga beberapa karya lainnya yang
berisikan peristiwa penting pada masa novel tersebut ditulis. Salah dua dari novel-novel
tersebut adalah Atsal Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa dan Berkahnya Malaise. Tulisan
ini akan menguraikan sejarah dan fiksi dalam dua novel karya Kwee Tek Hoay tersebut.
Penulis mencari berbagai informasi dari berbagai sumber pustaka dan sumber dalam jaringan
untuk mendukung penelitian ini. Secara lebih khusus, penulis mencari sumber pustaka yang
menyajikan informasi seputar kesusastraan Melayu Tionghoa. Penulis menganalisis Atsal
Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa dan Berkahnya Malaise dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif. Kedua novel tersebut pada dasarnya memang menyajikan sejarah, yaitu
peristiwa malaise dalam Berkahnya Malaise dan asal mula dibentuknya perkumpulan atau
pergerakan Tionghoa Hwee Koan dalam Atsal Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa. Akan
tetapi, terdapat pula fiksi yang berupa gagasan pengarang dalam kedua novel tersebut.
Gagasan tersebut merupakan bentuk komunikasi yang disajikan pengarang antara karya sastra
dengan pembaca.
Kata kunci: sastra, sejarah, sastra sejarah, teks, Kwee Tek Hoay, Sastra Melayu Tionghoa

3.
MERONIMI MULUT
Penelitian ini membahas mengenai meronimi mulut atau bisa dikatakan kosakata yang masih
tergabung dalam unsur pembentuk mulut. Dalam bahasa Indonesia, ada 25 kosakata yang
mengarah pada mulut, namun yang merupakan meronimi langsung dari mulut ada sembilan
kata. Semua kata yang dapat dimasukkan sebagai meronimi mulut adalah yang makna
leksikalnya menunjukkan unsur tersebut berada di atas epiglotis.
Kata kunci: meronimi, mulut, epiglotis, kosakata, dan leksikal
MERONYMY OF MOUTH
This research discuss about meronymys mouth or vocabulary that shaper element of mount. In
bahasa, there are 25 words which refer to element of mouth, but just only nine vocabulary that
include direct meronymy from mouth. All of them meronymy of mouth included lexical
meaning which show their position on epiglottis.
Key words: meronymy, mouth, epliglotic, vocabulary, dan lexical

4.
METAFORA BANJIR, GEMPA, DAN LETUSAN GUNUNG
(KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan metafora banjir, gempa, dan
letusan gunung dan bagaimana penggunaan metafora banjir, gempa dan letusan gunung
mencerminkan cara pandang masyarakat terhadap bencana tersebut. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif karena data dan cara penyajian data berupa kata-kata.
Seluruh data yang disajikan didapatkan dari pengamatan penggunaan metafora kata
banjir, gempa, dan letusan gunung pada media masa baik televisi dan internet yang
memuat pemberitaan bencana banjir, gempa, dan letusan merapi bulan JanuariMaret
2013. Data dianalisis dengan menggunakan teori metafora dan linguistik antropologi. Dari
hasil penelitian tampak bahwa penggunaan metafora pada berita banjir, gempa, dan
letusan gunung banyak digunakan, misalnya banjir melumpuhkan jalanan ibukota, letusan
Merapi memakan banyak korban, dan gempa menghancurkan beberapa bangunan tua.
Banjir, letusan gunung, dan gempa diibaratkan seperti makhluk hidup yang dapat
menyebabkan berbagai kerugian, yaitu melumpuhkan, memakan korban, dan
menghancurkan bangunan. Ditinjau dari sudut pandang pemakaian metafora dalam
masyarakat menunjukkan bahwa penggunaan metafora bencana alam (banjir, gunung
meletus, dan gempa) mencerminkan bagaimana bencana alam memiliki kuasa yang besar
terhadap kehidupan masyarakat sehingga bencana alam diidentikkan dengan kerugian
dalam kehidupan masyarakat.
Kata kunci: metafora, banjir, gempa, letusan gunung, bencana alam
METAPHOR OF FLOOD, EARTHQUAKE, AND VOLCANIC
(ANTHROPOLOGY LINGUISTIC RESEARCH)
This study aims to describe the use of metaphor of flood, earthquake, and volcanic
eruption and how the use of the metaphor of flood, earthquake, and volcanic eruption
reflect the way how society views the disaster. This research is qualitative research
because data and data display are in the form of words. The presented data are obtained
from observation of metaphor contained in flood, earthquake, and volcanic eruption news
in the media both television and internet from January to March 2013. Data are analyzed
using metaphor and linguistic anthropology theory. From the research, it appears that the
use of metaphor in flood, earthquake, and volcanic eruption news is widely used, such as
flood paralyzed capital streets, Merapi eruption had killed many victims and earthquake
destroyed several old buildings. Flood, volcanic eruption, and earthquake likened to
living things that can cause a variety of disadvantages, namely crippling, killing, and
destroying buildings. Viewed from the standpoint of the use of metaphor in society shows
that the use of metaphor of natural disasters (flood, volcanic eruption, and earthquake)
reflects how natural disasters have great power on people's lives; so that natural
disasters are identified with a loss in people's lives.
Keywords: metaphor, floods, earthquake, volcanic eruption, natural disaster

5.
NILAI DAN MANFAAT YANG TERKANDUNG DALAM SILASA I
Tulisan ini untuk mengungkapkan nilai budaya dan manfaat yang direfleksikan dalam Silasa I (nama
sebuah buku kumpulan petuah-petuah leluhur Bugis). Awal mula petuah-petuah ini hanya diucapkan
secara lisan atau dituturkan oleh orang-orang tua. Jenis sastra lisan ini masih hidup di tengah-tengah
masyarakat Bugis. Seiring dengan kegiatan inventarisasi yang dilakukan terhadap petuah-petuah Bugis
(Silasa) ini sudah banyak dibukukan. Namun, kajian-kajian terhadap petuah-petuah yang terkandung
dalam Silasa belum banyak dilakukan dan belum memadai harapan pemerhati sastra daerah Bugis.
Tulisan ini diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu sastra yang hasilnya mungkin dapat
memberikan gambaran mengenai model sistem sastra yang baru, dan selanjutnya diharapkan juga
berguna bagi pengajaran sastra untuk memperluas cakrawala penikmat sastra tentang dunia imajinasi.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan. Hasil
pembahasan ditemukan beberapa nilai budaya, yaitu (1) kejujuran, (2) sirik-berani-penakut, dan (3)
tanggung jawab., dan manfaat, yaitu (1) sebagai bahan nasihat, (2) sebagai falsafah hidup, dan (3)
sebagai hubungan antarindividu.
Kata kunci: kepatutan dan nilai budaya

VALUES AND BENEFITS REFLECTED IN SILASA II


This article is to express cultural values and benefits are reflected in Silasa I (name of a book
of advice Buginese ancestors). Beginning of this advices only verbally spoken or spoken by
older people. Type of oral literary is still alive in the midst of the Buginese community. Along
with an inventory of activities performed on the advice Buginese (Silasa I) are now widely
recorded. However, studies on the advices in Silasa I has not been done and adequately
observer expectations Buginese literary area. This paper is expected to be useful for the
development of literary knowledge that that the results may provide insight into new, and literary
system model further expected also useful for the teaching of literary and its useful for teaching
literary in order to broaden the horizon of the world of imagination literary connoisseur. This study
uses data collection techniques through library studies and field studies.The analysis found a number of
cultural values, namely (1) honesty, (2) ashamed-brave-coward, and (3) responsibility., and benefits,
namely (1) as a matter of advice, (2) as a philosophy of life, and (3) the relationship interindividual.
Keywords: appropriateness and cultural value

6.

FONEM SEGMENTAL BAHASA KANUM BARKARI


Tulisan ini membicarakan tentang fonem segmental bahasa Kanum Barkari. Bahasa Kanum
Barkari terletak di wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua New Guini. Bahasa Kanum
Barkari merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Papua yang dituturkan oleh
masyarakat di Kampung Kondo, Kabupaten Merauke. Penelitian ini mengunakan metode
deskriptif dengan tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap
penyajian hasil analisis data. Analisis data dilaksanakan sesudah data yang terjaring
diklasifikasikan. Analisis yang diterapkan menggunakan metode distribusional. Hasil kajian
menunjukan bahwa bahasa Kanum Barkari memiliki 16 buah fonem konsonan, yaitu /p/, /b/,
/t/, /d/, /j/, /k/, /g/, /m/, /n/, //, /l/, /s/, /r/, /h/, /w/, /y/ dan 6 buah fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/,
/e/, /E/, dan /o/.
Kata kunci: fonem, segmental, konsonan, vokal
SEGMENTAL PHONEMS OF KANUM BARKARI LANGUAGE
This writing discusses about segmental phonemes of Kanum Barkari language. This language
is spoken by people in Kampung Kondo, Merauke Regency, Papua. It is situated at the
territorial border of Indonesia and Papua New Guinea. This study uses descriptive method by
three stages; collecting data stage, data analysis stage and presentation of data analysis result
stage. Data analysis stage has done after classifying data collection. This analysis uses a
distributional method. This study result shows that Kanum Barkari language has 16 consonant
phonemes, namely, /p/, /b/, /t/, /d/, /j/, /k/, /g/, /m/, /n/, //, /l/, /s/, /r/, /h/, /w/, /y/ and 6 vowel
phonemes, /a/, /i/, /u/, /e/, /E/, dan /o/.
Key words: phonemes, segmental, consonant, vowel

7.

UANGKAPAN GAYA BAHASA DALAM KRITIK SOSIAL PADA LAGU-LAGU


KARYA IWAN FALS
Lirik lagu Iwan Fals sering menyajikan realitas sosial yang dialami oleh masyarakat. Ini
merupakan cara untuk menyampaikan kritikannya atas ketidakadilan pemerintah terhadap
rakyat. Penelitian menggunakan pendekatan teori semantik untuk menganalisis lirik lagu karya
Iwan Fals. Bertujuan agar dapat mendeskripsikan makna kritik sosial yang ada pada lirik lagu
tersebut. Metodenya adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasilnya
penelitian ini bahwa, kritik sosial dalam lirik lagu karya Iwan Fals di tahun 1981-1995
mendeskripsikan tentang maasalah korupsi, penegak hukum, kemiskinan, pengangguran, dan
kolusi. Cara mengungkapkannya, pengarang menggunakan gaya bahasa kiasan seperti
metafora, personifikasi. Salah satu kritiknya terlihat pada lirik lagu, Tikus-tikur Kantor (1984),
Galang Rambu Anarki (1981), Sarjana Muda (1981), Orang Pinggiran (1995)Dan Surat Buat
Wakil Rakyat (1987).
Kata Kunci: Gaya Bahasa, Lirik Lagu dan Kritik
LANGUAGE EXPRESSION IN SOCIAL CRITIC OF IWAN FALS SONGS
Iwan Fals song lyrics often present social realities experienced by the community. This is a
way to express criticism of the injustice of the government against the people. Research using
semantic theory approach to analyze the lyrics of songs by Iwan Fals. Aiming to be able to
describe the meaning of social criticism in the lyrics of the song. The method is a qualitative
method with descriptive approach. The results of this study that, social criticism in the lyrics
of songs by Iwan Fals in the years 1981-1995 describes the maasalah corruption, law
enforcement, poverty, unemployment, and collusion. How to express it, the author uses the
style of figurative language such as metaphor, personification. One criticism seen in the lyrics,
Rat-mistreat Office (1984), Galang signs Anarchy (1981), Bachelor (1981), People Suburbs
(1995) and Letters Create Representatives (1987).
Key words: Language Style, lyrics and criticism

8.
POTRET PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM NOVEL ANAK
TERBITAN BALAI PUSTAKA TAHUN 1976-1996
Kehadiran Balai Pustaka sebagai salah satu penerbit bagi buku-buku sastra di Indonesia sejak
zaman kolonial hingga Indonesia merdeka tidak dapat dilepaskan dari persoalan sosial budaya
dan politik yang ada di sekitarnya. Telah banyak karya sastra kanon yang diterbitkan oleh
Balai Pustaka, di antaranya adalah sejumlah novel dengan genre roman karya para pengarang
yang digolongkan sebagai Angkatan Balai Pustaka dalam sejarah sastra Indonesia. Penelitian
ini mengkaji novel-novel dengan label novel anak terbitan Balai Pustaka tahun 1976-1996
dengan genre sejarah. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui formula novel anak genre
sejarah terbitan Balai Pustaka tahun 1976-1996. Kajian berpijak pada tinjauan genre John G.
Cawelti.
Kata Kunci: Balai Pustaka, novel anak, sejarah kolonial, genre, formula
`The presence of Balai Pustaka as one of the books publisher in Indonesian literature from
colonial times until the independence of Indonesia can not be separated from the social,
cultural and political issues around it. There have been many canon literatures published by
Balai Pustaka, such as romance novel genre written by authors who are classified as
Angkatan Balai Pustaka in the history of Indonesian literature. This study examines the novels
which are labeled children novel which genre is history published by Balai Pustaka in 19761996. This study was conducted to determine how these children novels' story formulas are.
This study stand on a review genre by John G. Cawelti.
Key words: Balai Pustaka, children novel, colonial history, genre, formula

You might also like