Professional Documents
Culture Documents
2.
SEJARAH DAN FIKSI DALAM DUA NOVEL KWEE TEK HOAY: SEBUAH
TINJAUAN SASTRA SEJARAH
Karya-karya Sastra Melayu Tionghoa awalnya sempat tidak dimasukkan ke dalam periodesasi
Sastra Indonesia. Di luar dugaan, setelah dilakukan pencatatn, karya-karya sastra Melayu
Tionghoa ternyata mencapai jumlah yang tidak terduga. Di Indonesia, terdapat ribuan karya
dan ratusan penulis yang berasal dari kalangan Tionghoa.Salah satunya yang banyak
menunjukkan kontribusinya dalam kesusastraan Indonesia adalah Kwee Tek Hoay. Karyakarya Kwee Tek Hoay merupakan karya-karya yang tanggap terhadap lingkungan, baik
lingkungan masyarakat Indonesia maupun masyarakat Tionghoa. Tercatat karya-karya
besarnya seperti Drama di Boven Digoel dan Drama dari Krakatau merupakan hasil
tanggapannya terhadap peristiwa pada masanya. Terdapat juga beberapa karya lainnya yang
berisikan peristiwa penting pada masa novel tersebut ditulis. Salah dua dari novel-novel
tersebut adalah Atsal Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa dan Berkahnya Malaise. Tulisan
ini akan menguraikan sejarah dan fiksi dalam dua novel karya Kwee Tek Hoay tersebut.
Penulis mencari berbagai informasi dari berbagai sumber pustaka dan sumber dalam jaringan
untuk mendukung penelitian ini. Secara lebih khusus, penulis mencari sumber pustaka yang
menyajikan informasi seputar kesusastraan Melayu Tionghoa. Penulis menganalisis Atsal
Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa dan Berkahnya Malaise dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif. Kedua novel tersebut pada dasarnya memang menyajikan sejarah, yaitu
peristiwa malaise dalam Berkahnya Malaise dan asal mula dibentuknya perkumpulan atau
pergerakan Tionghoa Hwee Koan dalam Atsal Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa. Akan
tetapi, terdapat pula fiksi yang berupa gagasan pengarang dalam kedua novel tersebut.
Gagasan tersebut merupakan bentuk komunikasi yang disajikan pengarang antara karya sastra
dengan pembaca.
Kata kunci: sastra, sejarah, sastra sejarah, teks, Kwee Tek Hoay, Sastra Melayu Tionghoa
3.
MERONIMI MULUT
Penelitian ini membahas mengenai meronimi mulut atau bisa dikatakan kosakata yang masih
tergabung dalam unsur pembentuk mulut. Dalam bahasa Indonesia, ada 25 kosakata yang
mengarah pada mulut, namun yang merupakan meronimi langsung dari mulut ada sembilan
kata. Semua kata yang dapat dimasukkan sebagai meronimi mulut adalah yang makna
leksikalnya menunjukkan unsur tersebut berada di atas epiglotis.
Kata kunci: meronimi, mulut, epiglotis, kosakata, dan leksikal
MERONYMY OF MOUTH
This research discuss about meronymys mouth or vocabulary that shaper element of mount. In
bahasa, there are 25 words which refer to element of mouth, but just only nine vocabulary that
include direct meronymy from mouth. All of them meronymy of mouth included lexical
meaning which show their position on epiglottis.
Key words: meronymy, mouth, epliglotic, vocabulary, dan lexical
4.
METAFORA BANJIR, GEMPA, DAN LETUSAN GUNUNG
(KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan metafora banjir, gempa, dan
letusan gunung dan bagaimana penggunaan metafora banjir, gempa dan letusan gunung
mencerminkan cara pandang masyarakat terhadap bencana tersebut. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif karena data dan cara penyajian data berupa kata-kata.
Seluruh data yang disajikan didapatkan dari pengamatan penggunaan metafora kata
banjir, gempa, dan letusan gunung pada media masa baik televisi dan internet yang
memuat pemberitaan bencana banjir, gempa, dan letusan merapi bulan JanuariMaret
2013. Data dianalisis dengan menggunakan teori metafora dan linguistik antropologi. Dari
hasil penelitian tampak bahwa penggunaan metafora pada berita banjir, gempa, dan
letusan gunung banyak digunakan, misalnya banjir melumpuhkan jalanan ibukota, letusan
Merapi memakan banyak korban, dan gempa menghancurkan beberapa bangunan tua.
Banjir, letusan gunung, dan gempa diibaratkan seperti makhluk hidup yang dapat
menyebabkan berbagai kerugian, yaitu melumpuhkan, memakan korban, dan
menghancurkan bangunan. Ditinjau dari sudut pandang pemakaian metafora dalam
masyarakat menunjukkan bahwa penggunaan metafora bencana alam (banjir, gunung
meletus, dan gempa) mencerminkan bagaimana bencana alam memiliki kuasa yang besar
terhadap kehidupan masyarakat sehingga bencana alam diidentikkan dengan kerugian
dalam kehidupan masyarakat.
Kata kunci: metafora, banjir, gempa, letusan gunung, bencana alam
METAPHOR OF FLOOD, EARTHQUAKE, AND VOLCANIC
(ANTHROPOLOGY LINGUISTIC RESEARCH)
This study aims to describe the use of metaphor of flood, earthquake, and volcanic
eruption and how the use of the metaphor of flood, earthquake, and volcanic eruption
reflect the way how society views the disaster. This research is qualitative research
because data and data display are in the form of words. The presented data are obtained
from observation of metaphor contained in flood, earthquake, and volcanic eruption news
in the media both television and internet from January to March 2013. Data are analyzed
using metaphor and linguistic anthropology theory. From the research, it appears that the
use of metaphor in flood, earthquake, and volcanic eruption news is widely used, such as
flood paralyzed capital streets, Merapi eruption had killed many victims and earthquake
destroyed several old buildings. Flood, volcanic eruption, and earthquake likened to
living things that can cause a variety of disadvantages, namely crippling, killing, and
destroying buildings. Viewed from the standpoint of the use of metaphor in society shows
that the use of metaphor of natural disasters (flood, volcanic eruption, and earthquake)
reflects how natural disasters have great power on people's lives; so that natural
disasters are identified with a loss in people's lives.
Keywords: metaphor, floods, earthquake, volcanic eruption, natural disaster
5.
NILAI DAN MANFAAT YANG TERKANDUNG DALAM SILASA I
Tulisan ini untuk mengungkapkan nilai budaya dan manfaat yang direfleksikan dalam Silasa I (nama
sebuah buku kumpulan petuah-petuah leluhur Bugis). Awal mula petuah-petuah ini hanya diucapkan
secara lisan atau dituturkan oleh orang-orang tua. Jenis sastra lisan ini masih hidup di tengah-tengah
masyarakat Bugis. Seiring dengan kegiatan inventarisasi yang dilakukan terhadap petuah-petuah Bugis
(Silasa) ini sudah banyak dibukukan. Namun, kajian-kajian terhadap petuah-petuah yang terkandung
dalam Silasa belum banyak dilakukan dan belum memadai harapan pemerhati sastra daerah Bugis.
Tulisan ini diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu sastra yang hasilnya mungkin dapat
memberikan gambaran mengenai model sistem sastra yang baru, dan selanjutnya diharapkan juga
berguna bagi pengajaran sastra untuk memperluas cakrawala penikmat sastra tentang dunia imajinasi.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan. Hasil
pembahasan ditemukan beberapa nilai budaya, yaitu (1) kejujuran, (2) sirik-berani-penakut, dan (3)
tanggung jawab., dan manfaat, yaitu (1) sebagai bahan nasihat, (2) sebagai falsafah hidup, dan (3)
sebagai hubungan antarindividu.
Kata kunci: kepatutan dan nilai budaya
6.
7.
8.
POTRET PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM NOVEL ANAK
TERBITAN BALAI PUSTAKA TAHUN 1976-1996
Kehadiran Balai Pustaka sebagai salah satu penerbit bagi buku-buku sastra di Indonesia sejak
zaman kolonial hingga Indonesia merdeka tidak dapat dilepaskan dari persoalan sosial budaya
dan politik yang ada di sekitarnya. Telah banyak karya sastra kanon yang diterbitkan oleh
Balai Pustaka, di antaranya adalah sejumlah novel dengan genre roman karya para pengarang
yang digolongkan sebagai Angkatan Balai Pustaka dalam sejarah sastra Indonesia. Penelitian
ini mengkaji novel-novel dengan label novel anak terbitan Balai Pustaka tahun 1976-1996
dengan genre sejarah. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui formula novel anak genre
sejarah terbitan Balai Pustaka tahun 1976-1996. Kajian berpijak pada tinjauan genre John G.
Cawelti.
Kata Kunci: Balai Pustaka, novel anak, sejarah kolonial, genre, formula
`The presence of Balai Pustaka as one of the books publisher in Indonesian literature from
colonial times until the independence of Indonesia can not be separated from the social,
cultural and political issues around it. There have been many canon literatures published by
Balai Pustaka, such as romance novel genre written by authors who are classified as
Angkatan Balai Pustaka in the history of Indonesian literature. This study examines the novels
which are labeled children novel which genre is history published by Balai Pustaka in 19761996. This study was conducted to determine how these children novels' story formulas are.
This study stand on a review genre by John G. Cawelti.
Key words: Balai Pustaka, children novel, colonial history, genre, formula