You are on page 1of 21

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat


Pada Sistem Perkemihan Dengan Kolik Ginjal

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Pada Sistem Perkemihan Dengan Kolik Ginjal

OLEH:
TINGKAT III-C
KELOMPOK 1
IWAN NURHUDA
ABDUSSALAM
AHMAD ROSIDI
ANDI KURNIAWAN
AYU WANDIRA
BQ. KHUSNUL HOTIMAH
BQ. NILA EVIYANTARI
BQ. ROSNIANTI

BUDI SANTOSO
DEDY SETIAWAN
DESTARI HUDAYANI
DIANI SUSILAWATI
EKA ZAINURAINI
ELSA MANORA SALWA
FAUZUL AZMI
HAESULAYAH TASIB

DINAS KESEHATAN AKADEMI PERAWAT KESEHATAN


PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Tahun Akademik 2014/2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahhirobbilalamin, segala puji syukur kepada Allah SWT Azza Wajalla,
sang Khaliq Yang Maha Perkasa, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya kepada kita
sehingga kita tetap exis dalam menjalankan seluruh tugas kita sebagai seorang hamba-Nya
dan sebagai seorang Khalifah-Nya dimuka bumi ini. Shalawat dan salam selalu terucapkan
kepada Baginda Rasul SAW, yang revolusioner pertama yang telah membebaskan umat dari
tirani kebodohan menuju singgasana kebebasan dan kemerdekaan.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan
bimbingan, motivasi dan saran kepada kami sehingga makalah ini mampu kami selesaikan
tepat pada waktunya.
Sebagai seorang manusia yang selalu identik dengan sifat khilaf dan nisyan, kami
sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan pembaca.
Wallahulmuafiqu walhadi ila sabilirrosyad
Wassalamualaikum

Sakra, Oktober 2014

( penyusun )

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................
A. ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN ............................................................
B. ASUHAN KEPERAWATAN KOLIK RENAL ...............................................
C. KONSEP KEPERAWATAN ...........................................................................
BAB III : PENUTUP ..........................................................................................................
A. KESIMPULAN................................................................................................
B. SARAN............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme
otot polos organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari
gangguan pada ginjal misalnya batu pada ginjal
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, ada beberapa masalah pokok yang menjadi pusat
pembahasan bagi penulis adalah sebagai berikut:
1. Apa konsep kolik ginjal?
2. Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah keperawatan gawat darurat.
2. Untuk menjelaskan konsep kolik ginjal.
3. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat pada kolik ginjal.
4. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa/i keperawatan mengenai
kolik ginjal.

BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN

A.1. Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
A.2. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria
a. Ginjal (Renal)
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada
dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya
ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal
yang terkecil di sebut nefron. Tiap tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan
tubuler.
Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus
dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat
kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula.
Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler
secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur.Kapsula
bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari
korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang
berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian
menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan
tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus
kontortus distal.
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).
a.1. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan


penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini
banyak mengandung kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal
disebut glomerolus.
a.2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang
disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya
disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu
piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.
a.3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk
corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis
bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing
bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila
renis dari piramid.

Fungsi ginjal:
1. Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan
vitamin) dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan
asam atau basa.
b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh
ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempatmeninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
c. Vesikula Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih
seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika
umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian
ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan
ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium
(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa
(lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding
kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti
oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi


spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis.
Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi
kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing
keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter
masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi
lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior
berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah
kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri
umbilikalis.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
e. Urine (Air Kemih)
1. Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.
2. Komposisi air kemih
Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air
Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
Pigmen (bilirubin, urobilin)
Toksin
Hormon
Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui
glomerolus setiap menit terbentuk 120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati
celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 180L filtart. Namun dari jumlah

ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian
diserap kembali.
B. ASUHAN KEPERAWATAN KOLIK RENAL
B.1. Pengertian
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme
otot polos organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari
gangguan pada ginjal misalnya batu pada ginjal
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
B.2. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
1) Faktor intrinsik, meliputi:
Herediter

; Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

Umur

; Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

Jenis kelamin ; Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
2) Faktor ekstrinsik, meliputi:
Geografi

; Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi


daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu).
Iklim dan temperatur.

Asupan air

; Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat


meningkatkan insiden batu saluran kemih.

Diet

; Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu


saluran kemih.

Pekerjaan

; Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak


duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:


a. Teori Nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap

di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa
kristal atau benda asing saluran kemih.
b. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
c. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Penyebab lainnya:
-

Penyakit ginjal

Batu ginjal

Peradangan pada ginjal

Penggunaan narkoba

B.3. Pathofisiologi
Batu-batu bisa menyebabkab sakit perut yang akut, ginjal dan punggung. Pasien
merasa resah karena sakit. Terdapat kebimbangan dan pembakaran sensasi selama hajat
dan kadang-kadang pasien ada darah dalam air seni. Sakit ini juga dikenal sebagai renal
colic.
Sakit perut dari organ ginjal (renal colic) biasanya hadir karena sakit perut tiba-tiba
mulai akut, berselang perut mulas, sakit lambung (di samping tubuh, antara tulang rusuk
dan hip terakhir) yang dapat menyebar ke arah bawah perut atau selangkangan paha. Hal
ini sering dikaitkan dengan mual dan muntah-muntah. Ini insiden yang menahun sekitar 16
per 10.000 orang dan masa insiden 2-5%. Renal colic, bersama dengan haematuria,
merupakan gejala klasik dari urolithiasis, yang harus dipertimbangkan sebagai diagnosa
diferensial. Namun ada ketentuan lainnya yang memiliki gejala yang bisa meniru ginjal
karena sakit perut urolithiasis. Salah satu contohnya adalah perdarahan di dalam ginjal
yang dapat menghasilkan gumpalan, sementara yang tersangkut di saluran kencing.
Lainnya adalah kehamilan ectopic, tetapi ini biasanya akan dapat dijelaskan oleh
ultrasound imaging. Pasien dengan abdominal aortic gondok nadi dapat juga memiliki
gejala yang mirip renal colic karena urolithiasis. Pasien dengan gangguan usus akut juga
hadir dengan menyerupai renal colic, tetapi tidak seperti dengan urolithiasis itu tidak
berkaitan dengan haematuria. Selain itu, seseorang yang memakai narkoba berpretensi
untuk mengidap renal colic. Secara keseluruhan, bagaimanapun, misdiagnosis sebenarnya
sangat jarang.

Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai
inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A
yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin,
asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c.

Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada
urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat,
sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.

d. Teori berkurangnya factor penghambat


Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,
magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran
kencing.

B.4. Manifestasi/Gejala Klinis


Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi
nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab
nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut
kostovertebra. Apabila batu turun ke ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat,
kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat interminten dan disebabkan oleh spasme
(kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area

suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai dengan mual dan muntah,
serta akan mengarah kepada kelamahan. (Mary, 2008. Hal 60)
B.5. Komplikasi
a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran
kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter
membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas
tempat

ureter

keluar

dari

ginjal

dapat

menyebabkan

hidronefrosis

yaitu

pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat


menyebabkan

ginjal

tidak

dapat

memekatkan

urine

sehingga

terjadi

ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.


b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan
kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah
terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri
meningkat.
Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin,
2009. Hal 716).
B.6. Pemeriksaan Penunjang
Uji diagnostik :Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X ,
ultrasonografi, pemibdaian CT,. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat serum
juga diperiksa. Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine dipantau dengan
dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam untuk mengetahui
kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine. (Mary, 2008. Hal 61).
B.7. Penatalaksanaan
Tips Diet Renal Colic Makan makanan kaya vitamin A. Hindari makanan kaya
oxalate seperti kacang-kacangan, lobak, arbei, seledri, cokelat, anggur, cabe hijau, bayam,
strawberries, summer squash, dan teh. Makan apel dan semangka. Kurangi jumlah
makanan kaya kalsium-susu, keju, m entega, susu dan makanan lainnya.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis
batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang
terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
Obstruksi jalan kemih
Infeksi

Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang


Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi
nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk
mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul
dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita
gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini
meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong
pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi
kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan
batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekananbelakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di
kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa
batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau
nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang
sudah dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
e. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
f. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan
batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang
mudah larut (struvit).
g. Pengangkatan batu

Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi


(insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi
akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu
berada dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan
ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat
ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
C. KONSEP KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang di tegakkan di peroleh berdasarkan pengkajian primer dan
sekunder.
a. Pengkajian Primer
Pengkajian A, B, C, D
1) Airway

Jalan napas bersih

Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi

Tidak ada jejas badan daerah dada

2) Breathing

Peningkatan frekunsi napas

Napas dangkal

Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi

Menggunakan otot-otot pernapasan

Kesulitan bernapas : sianosis

3) Circulation

Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

4) Disability

Kesadaran : Compomentis.

Analisa Data
Data

Peningkatan
frekunsi
napas
Napas dangkal
Distress pernapasan :
pernapasan
cuping
hidung, takipneu, retraksi

Penyebab

Masalah

Kelainan pada ginjal

Adanya gangguan keseimbangan


asam basa

Menyebabkan darah menjadi

Gangguan pola napas

Menggunakan otot-otot
pernapasan
Kesulitan bernapas :
sianosis

asam (asidosis)

Kompensasi tubuh dengan cara


napas yang dalam dan cepat
untuk mengeluarkan asam di
dalam darah

Sesak

Gangguan pola napas

Diagnosa dan Perencanaan


Diagnosa
Tindakan

: Pola napas tak efektif


: Terapi oksigen

Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong

Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP)


atau PEEP

Diagnosa
Tindakan

Inhalasi nebulizer

Pemantauan hemodinamik/jantung

Pengobatan : Brokodilator, Steroid

: Penurunan curah jantung


: Kaji / pantau tekanan darah

Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi


apical, catat frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra

Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien


hindari situasi stress

Berikan oksigen tambahan

b. Pengkajian Sekunder
Pengumpulan Data
1) Aktivitas / Istrahat
Gejala

: Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

Tanda

; Klien nampak lemah

2) Makanan dan Cairan


Gejala

: Klien mengatakan merasa mual dan muntah

Tanda

; Klien nampak mual dan muntah

3) Nyeri dan Kenyamanan

Gejala

: Klien mengatakan nyeri pada perut

Tanda

; Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada daerah


abdomen

Pengelompokan Data
Data Subyektif

Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

Klien mengatakan merasa mual dan muntah

Klien mengatakan nyeri pada perut

Data Obyektif

Klien nampak lemah

Klien Nampak mual dan muntah

Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada daerah abdomen

Analisa Data
Data

Klien
mengatakan
tidak
mampu melakukan aktivitas
Klien nampak lemah

Klien mengatakan nyeri pada


perut
Nampak
ekspresi
wajah
meringis, nyeri tekan pada
daerah abdomen

Penyebab

Masalah

Intake nutrisi tidak adequat

Energi dalam tubuh berkurang

Kompenbsasi tubuh
menggunakan energi cadangan
dalam tubuh

Kelemahan otot
Factor penyebab

Penakanan pada saraf saraf di


ginjal

Merangsang pengeluaran zat


pirogen bradikinin, serotonin
dan progtaglandin

Impuls di sampai ke SSP


bagian korteks serebri

Thalamus

Nyeri dipersepsikan

Intoleransi aktivitas

Diagnosa dan perencanaan


Nyeri berhubungan dengan retensi urin

Nyeri

Tupan :
Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi
Tupen :
Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat
berkurang dengan kriteria :

Klien melaporkan tidak nyeri lagi

Ekspresi wajah tidak meringis

Intervensi
1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri
R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan
dalam menentukan tindakan selanjutnya
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien
untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup
R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup
sehingga mengurangi itensitas nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas
secara mandiri dengan kriteria :

Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri

Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan

Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga
perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemeuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien

R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi


support dalam pemulihan kesehatan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme
otot polos organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari
gangguan pada ginjal misalnya batu pada ginjal.
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
B. SARAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas penulis ingin memberikan beberapa


saran sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal
sehingga dapat menjadi pedoman baginya untuk terjun di dunia kesehatan.
2. Pentingnya penggunaan asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal menuntut
perawat agar mampu melakukan praktik keperawatan gawat darurat dan menyelesaikan
masalah keperawatan klien.

DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC,
Jakarta.
R. Syamsu Hidayat dan Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Buku kedokteran EGC Edisi 2,
Hlm 489.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

You might also like