You are on page 1of 5

Minyak Atsiri

2.1 Bunga, daun, dan akar dari berbagai tumbuhan mengandung


bahan yang mudah menguap dan berbau wangi yang disebut minyak atsiri.
Minyak atsiri merupakan bahan yang mudah menguap sehingga mudah
dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat pada tumbuhan. Cara yang
umum digunakan untuk memisahkan minyak atsiri adalah destilasi uap.
Cara ini dilakukan dengan mengalirkan uap air kedalam tumpukan
jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan
uap air.
Minyak arsiri atau disebut juga minyak eteris adalah minyak yang
terdiri dari campuran zat yang mudah menguap. Zat-zat yang terkandung
dalam minyak arsiri mmempunyai komposisi dan titik didih yang berbedabeda. Setiap zat yang mudah enguap memiliki titik didih dan tekanan uap
tertentu, hal ini dipengaruhi oleh suhu. Untuk persenyawaan yang
memiliki titik didih sangat tinggi pada umumnya tekanan uapnya sangat
rendah. Intensitas suatu bau yang dihasilkan merupakan hasil sifat mudah
menguap dari persenyawaan yang menghasilkan bau harum tersebut pada
kondisi tertentu.
Minyak atsiri bukan senyawa murni, akan tetapi merupakan
campuran senyawa organik yang terdiri dari berbagai macam komponen
yang berlainan. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian komponen
minyak atsiri adalah senyawa yang mengadung atom C dan atom H atau
atom C, H, dan O yang tidak bersifat aromatik dan secara umum disebut
terpenoid.
(Anonim, 1990)
2.2 Kegunaan Minyak Atsiri
Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan
pewangi atau penyedap (flavoring). Beberapa minyak atsiri dapat
digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, sebagai bahan
analgesik, haemolitik atau sebagai anti zymatik, sebagai sedativ,

stimulatis, untuk obat sakit perut, obat cacing. Minyak atsiri mempunyai
sifat membius, merangsang, atau memuakkan. Industri minyak atsiri
merupakan suatu sektor yang dapat menunjang ekonomi suatu negara.
Dalam setahun, sirkulasi penjualan minyak atsiri dapat mencapai hasil
beberapa juta dolar sedangkan sirkulasi barang-barang yang menggunakan
minyak atsiri dapat mencapai hasil beberapa milyar per tahun.
(Guenther, 1987)
2.3 Penyulingan Minyak Atsiri
Salah satu cara untuk meng-isolasi minyak atsiri dari bahan
tanaman penghasil minyak atsiri adalah dengan penyulingan, yaitu
pemisahan komponen yang berupa cairan dua macam campuran atau lebih
berdasarkan perbedaan titik didih. Proses tersebut dilakukan terhadap
minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Berdasarkan kontak antara uap air
dan bahan yang akan disuling, metode penyulingan minyak atsiri
dibedakan atas tiga cara, yaitu:
(1) Penyulingan dengan air,
Bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih.
Mengapung atau terendamnya bahan tersebut tergantung dari bobot
jenis dan jumlah bahan yang disuling. Metode ini dilakukan dengan
panas langsung,mantel uap,pipa uap yang berlingkar tertutup tatau
dengan memakai pipa uap berlingkar terbuka atau berlubang
(2) Penyulingan dengan uap dan air,
Bahan olah diletakkan di ata rak-rak atau saringan berlubang. Ketel
suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di
bawah saringan. Air juga dapat dipanaskan dengan ap jenh yang basah
dan bertekanan rendah. Ciri khas metode ini yaitu uap selalu dalam
keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas;bahan yang disulng
hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.
(3) Penyulingan dengan uap.

Air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap
jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap
dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori dan terletak di
bawah bahan dan uap bergeerak ke atas melalui bahan yang terletak di
atas saringan.
Proses utama yang terjadi pada peristiwa hidro destilasi yaitu
- difusi minyak atsiri dan air panas melalui membran tanaman
(hidrodifusi)
- Hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri
- Dekomposisi yang biasanya disebabkan oleh panas
(Guenther,1987)
Penyulingan dengan air serta penyulingan dengan uap dan air lebih
sesuai bagi industri kecil karena lebih murah dan konstruksi alatnya
sederhana. Namun penyulingan dengan uap dan air memiliki kelemahan,
yaitu membutuhkan uap air yang cukup besar. Hal ini karena sejumlah
besar uap akan mengembun dalam jaringan tanaman sehingga bahan
bertambah basah dan mengalami aglutinasi. Untuk mengatasi kelemahan
ini, telah dikembangkan model pe-nyulingan uap dan air yang
dikombinasikan dengan sistem kohobasi. Pada sistem ini pemanasan air
dalam ketel penyulingan dilakukan secara langsung terhadap dasar ketel.
Dengan sistem ini, bahan bakar dapat dihemat sampai 25%, karena air
yang digunakan hanya 40% dari yang normal.
Untuk penyulingan minyak atsiri dengan kapasitas 1.000 liter,
sistem pemanasan air dalam ketel harus ditambah dengan pemanasan air
semiboiler. Pemanasan air semi- boiler dapat dilakukan dengan cara
memasang pipa-pipa kecil yang mengalirkan panas dari asap sisa bakar
(flue gas) pada air dalam ketel.
(www.atsiri-indonesia.com)

2.4 Komponen Minyak Atsiri

Walaupun minyak atsiri mengandung bermacam-macam komponen


kimia yang berbeda, namun komponen-komponen tersebut dapat
digolongkan ke dalam empat kelompok besar yang dominan menentukan
sifat minyak atsiri, yaitu:
1. Terpen, yang ada hubungan dengan iso prena atau iso pentana
2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang
3. Turunan benzena
4. Bermacam-macam persenyawaan lain
(Guenther, 1987)
2.5 Kandungan kimia minyak atsiri
Kandungan yang terdapat dalam essential oil dari Alpinia
purpurata antara lain adalah
1. -pinene,

2. 1,8-cineole

3. -pinene

(Zoghbi,1999)
(www.wikipedia.com)

You might also like