Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
KELOMPOK 3
LAHAN MENTIMUN
Nabila Prilly K
Danang Arinofa
Nasrul Ardinan S
Mariana Rezyawati
Miftah Nur Rohmat
125040200111025
125040200111046
125040200111073
125040200111090
125040201111040
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2015
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pertanian kegiatan budidaya tanaman menjadi kegiatan utama yang
harus dilakukan. Kegiatan budidaya tanaman merupakan kegiatan inti dari semua
unsur-unsur pertanian. Kegiatan seperti bisnis makanan, mebel dan lain-lainnya
merupakan substansi lanjut dari kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya tanaman
tidak hanya terpacu pada sebuah penanaman komoditi akan tetapi dari sebuah
penanaman tersebut dipecah menjadi sub-sub kegiatan yang didalamnya memuat
syarat-syarat tertentu agar tanaman dapat tumbuh secara maksimal. Kegiatankegiatan tersebut meliputi bagaimana petani melakukan perawatan berupa
pemupukan, penyiangan, irigasi dan lain-lain.
Dalam kegiatan budidaya kegiatan penyiangan akan selalu tersu dilakukan
dalam setiap pertanaman. Pertumbuhan gulma yang akan secara terus-menerus
baik semusim, dua musim maupun tahunan pada setiap lahan pertanaman.
Keberadaan gulma pada setiap lahan pertanaman perlu kita identifikasi dan kita
cari tahu bagaimana hubungan gulma dengan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kita dapat ketahui bahwa beberapa spesies
gulma
menguntungkan dari tanaman. Beberapa spesies gulma juga dapat menjadi vektor
virus yang dapat menyebarkan penyakit pada tanaman.
1.2 Tujuam Praktikum
Mengetahui asosiasi gulma atau interaksi gulma dengan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi pertumbuhan sehingga kita ketahui gulma itu merugikan atau
bermanfaat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asosiasi
Asosiasi merupakan hubungan antar makhluk hidup dalam suatu lingkungan
tertentu. Asosiasi dapat dikatakan sebagai komunitas yang merupakan suatu istilah
yang dapat digunakan pada sembarang tipe vegetasi, sembarang ukuran dan
sembarang umur, komunitas dapat merupakan satu unit ekologi yang sangat luas
namun juga dapat merupakan satuan yang sangat sempit. Istilah komunitas juga
dapat digunakan untuk satuan yang paling kecil sekalipun seperti halnya
menempelnya lumut yang beraneka ragam di pohon tertentu. Ukuran, umur dan
stratum tumbuhan bukan merupakan batasan suatu komunitas tumbuhan demikian
juga dengan perubahan komponen vegetasi yang terdapat didalamnya. Komunitas
tetap berlaku untuk vegetasi yang mudah berubah ataupun yang lambat dalam
perubahan penyusun vegetasinya.
Asosiasi lebih merupakan kumpulan dari contoh dalam sebuah vegetasi.
Suatu komunitas besar dapat terdiri dari banyak asosiasi atau komunitas kecil
yang didalamnya terdapat banyak spesies tumbuhan penyusun vegetasi tersebut.
Asosiasi yang dapat merupakan bentuk komunitas dalam suatu formasi umumnya
terdiri dari banyak asosiasi penyusun dimana salah satu dan lainnya dapat sangat
berbeda dalam fisiognominya. Asosiasiasi dapat dikatakan juga sebagai
komunitas, namun tidak semua komunitas menunjukan suatu asosiasi. Komunitas
dapat dilabel sebagai asosiasi jika mempunyai ciri sebagai berikut:
Mempunyai komposisi floristik yang seragam
-
dapat
bermacam-macam.
Kecenderungan
dalam
kompetisi
bersama-sama tanpa adanya kompetisi sehingga apabila satu spesies tidak ada,
tidak mempengaruhi spesies yang lainnya.
2.2 Pengaruh Gulma Terhadap Mentimun
Meskipun mentimun sangat popular dan digemari, namun belum diusahakan
secara intensif dan hanya sebagai usaha sampingan sehingga rata-rata hasil
mentimun secara nasional masih rendah yaitu antara 3,5 4,8 Mg ha (Rukmana,
1994).
Rendahnya produksi ini diantaranya disebabkan oleh hama, penyakit
(termasuk penyakit pasca panen), dan persaingan dengan gulma. Meskipun
mentimun sangat popular dan digemari, namun belum diusahakan secara intensif
dan hanya sebagai usaha sampingan sehingga rata-rata hasil mentimun secara
nasional masih rendah yaitu antara 3,5 4,8 Mg ha (Rukmana, 1994).
Rendahnya produksi ini diantaranya disebabkan oleh hama, penyakit (termasuk
penyakit pasca panen), dan persaingan dengan gulma.
Pada sistem pertanian sederhana diperkirakan kehilangan hasil yang
diakibatkan gulma sekitar 25% (Djafaruddin, 1996). Pengetahuan mengenai cara
gulma berkembangbiak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan
dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda-beda sangat penting untuk
diketahui. Pengetahuan tersebut menentukan kegiatan pengendalian. Pengendalian
gulma pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mengubah suatu keseimbangan
ekologis yang bertujuan menekan pertumbuhan gulma, tetapi tidak berpengaruh
negatif terhadap tanaman budidaya (Sukman dan Yakup, 1995).
Besarnya kehilangan hasil panen tanaman pangan akibat kompetisi dengan
gulma sangatlah erat kaitannya dengan jumlah individu gulma yang turut berperan
dalam kompetisi dan ditambah berat gulma serta lamanya gulma tumbuh bersamasama tanaman pangannya akan memegang peranan penting di dalam kompetisi.
Tanaman budidaya sangatlah bervariasi dalam ketahannya tumbbuh bersama-sama
gulma, mulai dari 3 sampai 22 minggu. Juga untuk setiap jenis tanaman, periode
ketahannya sangat bergantung pada jenis-jenis gulmanya.
Kepadatan gulma semakin bertambahnya umur tanaman mentimun jelas
menyebabkan gangguan yang semakin meningkat. Pada tingkat kepadatan yang
tinggi, hasil panen biasanya ditandai oleh jenis tumbuhan yang kecil ukurannya
atau sebagai akibat adanya tingkat kepadatan yang tinggi, maka akan timbul
kematian yang menyebabkan hanya beberapa individu yang hidup (Sastroutomo,
1999)
2.3 Macam Interaksi Gulma
Menurut Kastono (2005), garis besar interaksi intraspesies dan interspesies
dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu:
-
Netralisme
yaitu
hubungan
antara
makhluk
hidup
yang
tidak
Menyuburkan tanah
Gulma yang dapat menyuburkan tanah yaitu Centrocema pubescens,
Rureuria Javanica.
2.
3.
4.
Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duriduri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang
diusahakan.
5.
Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia
hexandradan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur
pada padi.
6.
7.
8.
Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan
tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan
air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh
penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di
Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang
mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat
oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air.
Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar
Identifikasi Gulma
Dokumentasi
Buat Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, P. dan M. Syam. 1989. Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi. Bogor:
Puslitbangtan
Barbour, G.M., J.K. Busk and W.D. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. New
York: The Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc.
Basukriadi, A. 2005. Buku Materi Pokok: Pengendalian Hayati. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, Jakarta.
Djafaruddin, 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika . ITB : Bandung.
Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Budidaya Pertanian. UGM: Yogyakarta.
Kendeigh, S.C.1980. Ecology with Special Reference to Animal and Man.
Departement of Zoological Univercity of Illinoist at Urbana-Champaign.
New Delhi: Pretince-Hall of India Private Limited.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisisus. Yogyakarta
Sastroutomo, S. S., 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sukman Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tekhnik Pengendaliannya. Raja
Grafindo Persada, Palembang.
LAMPIRAN
Spesies Gulma
1. Eleusine indica
2. Portulaca oleracea
3.
Lahan Budidaya