You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT

GAGAL GINJAL
KRONIK

PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi

untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh


dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Gagal ginjal kronik dapat terjadi pada semua umur dan
semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal ginjal
kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.
Di indonesia peningkatan penderita penyakit ini mencapai
angka 20%. Pusat data dan informasi Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah
penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang
per satu juta penduduk.berdasarkan data dari Indonesia
Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari perhimpunan
nefrologi Indonesia, pada tahu 2008 jumlah pasien
hemodialisa (cuci darah) mencapai 2260 orang dari 2146
orang pada tahun 2007.(Roderick, 2008).

DEFINISI

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit

ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi


ginjal yang menahun bersifat progresif dan
irreversibel. Dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB,
Vol 2 hal 1448).
Penyakit
gagal ginjal kronis bersifat
progresif dan irreversible dimana terjadi
uremia karena kegagalan tubuh untuk
mempertahankan
metabolisme
dan

ETIOLOGI
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis,
stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE,
poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal
polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout,
hiperparatiroidisme)7.Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
(Price & Wilson, 1994)

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 :
1449) antara lain :
Hipertensi, (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sisyem renin angiotensin aldosteron), gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan
tingkat
kesadaran,
tidak
mampu
berkonsentrasi).

PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak.
Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa.

Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien


menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit
atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme
protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun
dalam
darah.
Terjadi
uremia
dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin,
elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi
(Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein,
antibody
(kehilangan
protein
dan
immunoglobulin)
b. Pemeriksaan UrinWarna, PH, BJ,
kekeruhan,
volume,
glukosa,
protein,
sedimen, SDM, keton,
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan Radiologi

PENCEGAHAN dan PENATALAKSANAAN

Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan


penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang
membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok
adalah berkat peningkatan perhatian
terhadap
peningkatan
kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan
darah dan pemeriksaan urinalisis.
JIKA DILAKUKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN
SECARA RUTIN INSYAALLOH PENYAKIT
APAPUN BISA DICEGAH

1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah
dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk

2. Dialysis : peritoneal dilisis biasanya


dilakukan pada kasus kasus emergency.

ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
d. Eliminasi
e. Makanan/Cairan
f. Neurosensori
g. Nyeri/Kenyamanan
h. Pernafasan
i. Keamanan
j. Seksualitas
k. Interaksi Sosial

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
GGK adalah:
a. Penurunan curah jantung
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Perubahan nutrisi
d. Perubahan pola nafas
e. Gangguan perfusi jaringan
f. Intoleransi aktivitas
g. Kurang pengetahuan tentang tindakan medis
h. Resiko tinggi terjadinya infeksi

3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung
berhubungan dengan beban jantung
yang meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi
dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan
bukti tekanan darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi perifer kuat dan
sama dengan waktu pengisian kapiler

Intervensi:

1) Auskultasi bunyi jantung dan paru


R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
2) Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada
sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh
disfungsi ginjal)
3) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi,
rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
4) Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

b.Gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit berhubungan dengan edema
sekunder : volume cairan tidak
seimbang oleh karena retensi Na dan
H2O)
Tujuan:
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa
kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak
ada edema, keseimbangan antara input
dan output

Intervensi:

1) Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari,


keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tandatanda vital
2) Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran
urin, dan respon terhadap terapi
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan
cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan
4) Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan
cairan terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan

TERIMAKSIH

You might also like