You are on page 1of 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kebijakan di bidang akuntansi, salah satunya adalah penetapan standar
yang dilakukan oleh penyusun standar (standard setter) tentang pengungkapan
informasi keuangan perusahaan. Pengungkapan informasi keuangan ini berkaitan
dengan konsekuensi ekonomi dalam mengoperasionalkan perusahaan yaitu
analisis biaya dan manfaat (Boujelbene and Affes, 2013). Banyak peneliti (Barton
and Waymire, 2008; Erdianthy dan Djakman, 2014) mengatakan bahwa
pengungkapan informasi keuangan perusahaan juga sangat berkaitan dengan nilai
perusahaan dalam waktu jangka panjang.
Pengungkapan informasi keuangan perusahaan dalam laporan keuangan
dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan informasi
wajib merupakan pengungkapan yang diwajibkan pada batas minimum oleh
regulator. Adapun pengungkapan sukarela yang dimaksud adalah bahwa
manajemen perusahaan dapat mengungkapkan informasi tambahan yang relevan
untuk pengambilan keputusan dan bermanfaat bagi pasar modal.
Penelitian Barton dan Waymire (2008) tentang proteksi investor pada saat
adanya peraturan untuk laporan keuangan, yang menguji sejauh mana, pada
kondisi tanpa mandat peraturan, manajer menyediakan kualitas informasi yang
lebih tinggi secara sukarela, yang konsisten dengan kepentingan investor.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat reaksi manajer saat krisis keuangan. Hasil
penelitiannya memperlihatkan bahwa manajer mempunyai insentif untuk
melapotkan kualitas informasi keuangan yang lebih tinggi, di saat tidak ada

peraturan, dan pelaporan tersebut memberikan perlindungan yang menguntungkan


bagi investor. Bukti tersebut memperlihatkan bahwa manajer menanggapi insentif
ekonomi yang ada untuk memasok laporan keuangan yang berkualitas lebih
tinggi.
Pada

saat

ini

terdapat

kecendrungan

perusahaan

tidak

hanya

memperhatikan segala sesuatu yang berwujud saja, namun sudah mulai


memperhatikan hal yang tidak berwujud terkait dengan pengelolaan perusahaan.
Misalnya seperti pengukuran kinerja semula hanya faktor keuangan saja, sekarang
ditambah dengan non keuangan. Semula hanya memperhatikan aktiva berwujud
saja, saat ini telah diperluas kearah aktiva tidak berwujud. Perkembangan
teknologi informasi, aspek-aspek aktivitas dan kehidupan manusia mengarah pada
pengetahuan berdasarkan ekonomi, sosial, dan politik, begitu pula dibidang
akuntansi (Copper and Sherer, 1984). Strategi bisnis perusahaan telah beralih dari
sumber daya berdasarkan fisik menuju kearah sumber daya berdasarkan
pengetahuan juga menyoroti tentang pentingnya aset tidak berwujud..
Aset tidak berwujud dikatakan mempunyai keunggulan kompetitif
signifikan, yang berpengaruh pada kesuksesan dan kemampuan bertahan suatu
organisasi, sehingga pengetahuan, yang diidentifikasi sebagai modal intelektual,
pada suatu organisasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat dengan adanya nilai tambah yang
dihasilkan karena adanya penciptaan inovasi, sehingga perusahaan mempunyai
keunggulan bersaing. Banyak penelitian telah melakukan pengujian terkait dengan
isu modal intelektual, baik pengukuran modal intelektual (Chen, Cheng, and
Hwang, 2005; Yuniasih, Wirama, dan Badera, 2011; Soetedjo dan Mursida, 2014)

maupun pengungkapan modal intelektual (Purnomosidhi, 2005; Boujelbene and


Affes, 2013; Ghasempour and Yusof, 2014; Erdianthy dan Djakman, 2014).
Pengungkapan modal intelektual, yang merupakan salah satu aset tidak
berwujud, dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pemakai
informasi akuntansi. Menurut Rylader et. al. (2000) dalam Mousavi and Takhtaei
(2012) isu pengungkapan modal intelektual dapat diringkas sebagai berikut:
1. Gap informasi asimetri merupakan bagian dari atribut nilai perusahaan pada
2.

peningkatan asset tidak berwujud.


Informasi jangka panjang, khususnya maksud dan pelaksanaan strategi telah
gagal

dilihat

dari

pelaporan

perusahaan,

tetapi

mempertimbangkan

3.

kepentingan stakeholders, khususnya investor.


Standar-standar dan perbandingan yang berhubungan dengan modal

4.

intelektual menjadi isu utama.


Model-model value creation dapat melengkapi informasi tradisional sesuai
aturan hukum.
Definisi modal intelektual adalah kumpulan sumber daya berwujud dan

tidak berwujud, prinsip-prinsip, budaya, pola perilaku, kemampuan, kualitas,


struktur, hubungan, prosedur-prosedur, dan proses-proses yang muncul dari ilmu
pengetahuan Ghasempour dan Yusof (2014). Sedangkan literatur lain cenderung
mendefinisikan modal intelektual sebagai asset atau sumber daya non moneter
tanpa substansi fisik seperti inovasi, ilmu pengetahuan, penelitian, dan
pengembangan, pelatihan karyawan atau kepuasan pelanggan, yang mendasari
proses value creation perusahaan (Oren, Aerts, dan Lybaert, 2009). Adapun
pengungkapan modal intelektual disefinisikan oleh Abeysekera dan Guthrie
(2002) dalam Mousavi dan Takhtaei (2012) sebagai laporan yang dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan informasi umum bagi pemakai informasi yang tidak
dapat perintah penyusunan laporan tentang modal intelektual yang disesuaikan

untuk memenuhi semua kebutuhan informasi mereka. Pengungkapan modal


intelektual merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur asset
tidak berwujud dan menjelaskan hasil dari pengetahuan perusahaan berdasarkan
aktivitas.
Pengungkapan modal intelektual menurut Meritum Project (2002)
dikategorikan menjadi tiga yaitu: modal manusia, modal relasi, dan modal
struktural.
1. Modal manusia adalah pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan
kemampuan karyawan dari perusahaan, meliputi kemampuan inovatif,
keterampilan menyelesaikan masalah, keahlian, keterampilan manajerial,
motivasi, kemampuan pembelajaran, loyalitas, dan pelatihan formal karyawan
2.

organisasi.
Modal relasi mengacu pada hubungan dengan stakeholders internal dan
eksternal dari perusahaan, diantaranya

adalah pelanggan, pemasok,

franchisor, distributor dan joint venture. Modal relasi juga termasuk image
perusahaan, loyalitas dan kepuasan pelanggan, jaringan dan hubungan
3.

pemasok, jaringan distribusi, dan perjanjian lisensi.


Modal struktural (organisasional) terdiri dari komponen rutinitas organisasi,
prosedur, sistem, budaya, flrsibilitas organisasi, teknologi informasi,
kemampuan pembelajaran organisasi, dan hak kekayaan intelektual yang
dilindungi secara hukum.
Pengungkapan sukarela modal intelektual berhubungan positif signifikan

dengan nilai perusahaan, seperti hasil penelitian yang dikemukakan oleh


Ghasempour dan Yusof (2014). Penelitian Oren, Aerts, dan Lybaert (2009)
bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh pelaporan modal intelektual
berbasis web pada nilai perusahaan dan biaya keuangannya. Hasil penelitiannya
memperlihatkan bahwa pengungkapan modal intelektual berhubungan secara

positif dengan nilai perusahaan. Jadi dapat dikatakan bahwa pengungkapan modal
intelektual perusahaan adalah modal utama dalam meningkatkan nilai perusahaan
untuk memperkuat posisi persaingan yang dimiliki oleh perusahaan.
Pada sisi pandang yang lain, teori ekonomi mengatakan peningkatan
pengungkapan sukarela dapat menguntungkan perusahaan dilihat dari sisi
penurunan biaya modal. Semakin banyak pengungkapan sukarela, maka semakin
menurunkan asimetri informasi, menurunkan resiko informasi, memunculkan
transparansi, sehingga menurunkan biaya transaksi Oren, Aerts, dan Lybaert,
2009; Mousavi dan Takhtaei, 2012).
Penelitian yang dilakukan Botosan (1997) juga mengindikasikan bahwa
semakin besar pengungkapan berhubungan dengan semakin rendah biaya modal
ekuitas. Temuan penelitian tidak dapat membuktikan hubungan antara pengukuran
tingkat pengungkapan dengan biaya modal ekuitas.
Penelitian untuk menguji secara empiris pengaruh pengungkapan madal
intelektual pada biaya madal ekuitas dilakukan oleh Boujelbene dan Affes (2013).
Hubungan pengungkapan madal intelektual yang semakin luas terjadi dengan
munculnya biaya madal ekuitas yang semakin rendah didukung pada hasil
penelitian ini.

Botosan (1997) mempunyai dua kelompok pengikut dengan

pernyataan masing-masing. Kelompok pertama menyatakan bahwa pengungkapan


yang lebih banyak, meningkatkan likuiditas pasar saham sehingga mengurangi
biaya modal ekuitas, baik melalui pengurangan biaya transaksi atau meningkatkan
permintaan sekuritas suatu perusahaan. Kelompok kedua menyatakan bahwa
pengungkapan yang lebih banyak, mengurangi resiko estimasi yang timbul dari
perkiraan investor tentang parameter pengembalian hasil atau distribusi hasil.
Artinya, ketidakpastian semakin besar mengenai adanya parameter yang benar,
saat informasi rendah. Jika estimasi resiko tidak dapat dibedakan, investor

memerlukan kompensasi untuk elemen resiko tambahan tersebut. Jadi semakin


tinggi tingkat pengungkapan menyebabkan pengurangan biaya modal ekuitas,
sehingga meningkatkan permintaan sekuritas perusahaan dan meningkatkan harga
saham perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Oren, Aerts dan Lybaert (2009) adalah
menguji secara empiris pengaruh pelaporan modal intelektual berbasis web pada
nilai perusahaan dan biaya keuangan. Penelitian tersebut memberikan hasil yang
membuktikan bahwa luasnya pengungkapan modal intelektual berhubungan
positif dengan nilai perusahaan. Selain itu, banyaknya pengungkapan modal
intelektual berhubungan dengan asimetri informasi yang lebih rendah, yang
berimplikasi pada biaya keuangan dan tingkat pembayaran bunga yang lebih
rendah.
1.2. MOTIVASI PENELITIAN
Penelitian tentang pengungkapan sukarela modal intelektual telah banyak
dilakukan yang menguji hubungannya dengan berbagai variabel lain (biaya modal
ekuitas, nilai perusahaan, komisaris indepanden, dan lainnya).
Berdasarkan latar belakang dapat diketahui penelitian modal intelektual
dengan nilai perusahaan di Indonesia menemukan hasil yang tidak sesuai dengan
apa yang dihipotesiskan. Penelitian yang menguji hubungan pengungkapan modal
intelektual dengan kinerja bank di Indonesia diteliti oleh Erdianthy dan Djakman
(2014). Adapun hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengungkapan modal
intelektual berpengaruh negatif signifikan dengan kinerja bank pada studi di BEI
Indonesia. Secara teoritis dikemukakan bahwa pengungkapan sukarela termasuk
pengungkapan modal intelektual berhubungan positif dengan nilai perusahaan
(Oren, Aerts, dan Lybaert, 2009; Ghasempour dan Yusof, 2014).

Dalam kaitan antara pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal


ekuitas juga ditemukan hasil penelitian yang memperlihatkan hasil beragam,
seperti yang diuraikan di latar belakang. Konsistensi hasil tidak ditemukan pada
beberapa penelitian sebelumnya memungkinkan adanya faktor-faktor lain yang
dapat menyebabkan hasil yang berbeda tersebut atau dalam bentuk hubungan.
Penelitian Boujelbene dan Affes (2013) yang menguji ketiga kategori
modal intelektual menemukan bukti bahwa hubungan yang signifikan hanya
terdapat pada modal manusia dan modal struktural, sedangkan modal relasi
menghasilkan hubungan yang tidak signifikan dengan biaya modal ekuitas.
Pengujian pada industri perbankan di Indonesia (Sirait dan Siregar, 2012)
memperoleh bukti tidak signifikan pada hubungan antara biaya modal ekuitas dan
pengungkapan modal intelektual. Hasil penelitian Talaromi dan Nezhad (2013)
positif tidak signifikan, ditunjukkan pada hubungan antara modal manusia dan
modal struktural dengan biaya ekuitas umum, namun capital employed
memperlihatkan hasil yang positif signifikan. Selain itu, penelitian pengungkapan
modal intelektual kebanyakan dilakukan pada industri perbankan, sementara itu
terdapat aspek-aspek, yang dilihat pada pengungkapan modal intelektual, tidak
terdapat pada industri perbankan seperti patents, copyright, dan research project
(Erdianthy dan Djakman, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, banyak hal yang menjadi motivasi penelitian
tentang pengungkapan modal intelektual yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengungkapan modal intelektual perusahaan merupakan informasi tentang
kekayaan perusahaan yang sulit dihitung karena lebih banyak merupakan
aktiva tidak berwujud. Pengungkapan modal intelektual awalnya tidak pernah
dilaporkan, sehingga stakeholders tidak mempunyai informasi sepenuhnya
tentang perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Saat ini kebutuhan

informasi tentang modal intelektual perusahaan sudah semakin meningkat,


sehingga topik ini penting untuk dibahas saat ini.
2. Komponen proses penciptaan nilai perusahaan yang terpenting adalah
pengungkapan modal intelektual karena dapat memberi manfaat jangka
panjang bagi perusahaan.
3. Pengungkapan modal intelektual mempunyai peranan melengkapi informasi
laporan keuangan untuk meningkatkan nilai perusahaan dari kekurangan pada
laporan keuangan tradisional, yang hanya mengungkapkan laporan tentang
aset yang dapat dihitung dengan mudah saja, yaitu asset berwujud.
4. Pentingnya pengungkapan modal intelektual karena dapat mengurangi
asimetri informasi yang disampaikan pada pasar modal, yang selanjutnya
meningkatkan transparansi informasi kepada publik. Berkurangnya asimetri
informasi dapat mengurangi resiko informasi, seingga dapat menaikkan nilai
perusahaan pada pasar modal dan memperkecil biaya modal ekuitas.
1.3. MASALAH PENELITIAN
Informasi tentang asset tidak berwujud, khususnya, pengungkapan modal
intelektual merupakan topik dari penelitian ini. Peranan pengungkapan informasi
secara sukarela pada laporan keuangan perusahaan terhadap biaya modal ekuitas
dan nilai perusahaan, merupakan isu penting saat ini. Permasalah yang ingin pada
penelitian ini yaitu bagaimanakah hubungan diantara pengungkapan modal
intelektual dikaitkan dengan biaya modal ekuitas serta nilai perusahaan. Juga pada
masing-masing elemen yaitu elemen modal manusia, modal struktural, dan modal
relasional.
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui:
1. Hubungan variabel pengungkapan modal intelektual dan variabel biaya
modal ekuitas

2.

Hubungan variabel pengungkapan madal intelektual dan variabel nilai

3.

perusahaan.
Hubungan variabel-variabel penelitian pada tiga jenis madal intelektual yaitu

4.

madal manusia, modal struktural, serta modal relasi.


Hubungan variabel-variabel penelitian berdasarkan pembagian kelompok
industri yaitu industri intensif dan industri non intensif.

1.5. KONTRIBUSI PENELITIAN


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
perkembangan pengetahuan tentang pengungkapan sukarela pada laporan
keuangan perusahaan. Adapun secara lebih rinci, kontribusi penelitian ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Kontribusi teoritis bagi perkembangan pengetahuan tentang informasi
akuntansi bagi pasar modal, terutama pengungkapan sukarela modal
intelektual atau asset tidak berwujud perusahaan. Bukti tentang manfaat
pengungkapan yang lebih luas dapat mendukung teori stakeholders dan teori
legitimasi. Pada teori stakeholders manajemen perusahaan harus melaporkan
semua aktivitas perusahaan untuk memperoleh informasi keseluruhan tentang
perusahaan, temasuk pengungkapan modal intelektual perusahaan. Pada teori
legitimasi, perusahaan terikat dengan batas-batas dan norma-norma tempat
perusahaan beraktivitas. Pengungkapan modal intelektual dapat memberikan
informasi kepada masyarakat, yang membantu manajemen meningkatkan
2.

legalitas perusahaan tersebut dalam masyarakat.


Kontribusi praktis bagi manajemen perusahaan terkait dengan adanya
pengungkapan modal intelektual, dapat memperoleh informasi tentang modal
actual yang dimiliki perusahaan, sehingga manajemen lebih mudah mengelola
dan memberdayakan modal intelektual tersebut untuk meningkatkan kinerja
dan nilai perusahaan.

10

3.

Kontribusi bagi kebijakan di bidang akuntansi, penelitian pengungkapan


modal intelektual dapat mendorong penyusun standar (standard setter) lebih
memperhatikan tatacara pencatatan, pengukuran dan pelaporan pada
pengungkapan informasi sukarela yaitu modal intelektual dari sebelumnya.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PELAPORAN PERUSAHAAN YANG TIDAK DIREGULASI
Selain pengungkapan atau pelaporan perusahaan yang dilakukan sesuai
peraturan dan standar yang berlaku, terdapat alternatif lain untuk pelaporan
perusahaan. Alternatif kerangka konseptual pada penelitian akuntansi yang
relevan memberikan perhatian pada pemahaman bagaimana sistem akuntansi
dijalankan pada konteks sosial, politik, dan ekonomi (Cooper dan Sherer, 1984).
Konteks sosial, politik, dan ekonomi laporan keuangan pada penelitian akuntansi
menggagas adanya kesejahteraan sosial, yang berfokus pada masyarakat sebagai
agregatnya. Penekanannya pada distributif peraturan dimensi kesejahteraan dan
pentingnya kekuatan dan perhatian dari pandangan sosial.
Pada sistem berbasis perspektif, perusahaan diasumsikan dipengaruhi oleh
dan mempengaruhi masyarakat di mana sistem itu beroperasi (Deegan dan
Unerman, 2006). Kebijakan pengungkapan akuntansi (dalam laporan keuangan)
berdasarkan teori legitimasi, stakeholders, dan institusi merupakan strategi
perusahaan untuk mempengaruhi hubungan organisasi dengan pihak lain yang
berinteraksi dengannya.
Menurut Gray, Owen, dan Adams (1996) dalam Deegan dan Unerman,
(2006) teori legitimasi dan teori stakeholders berasal dari teori ekonomi politik.
Teori institusi juga dapat dihubungkan dengan teori ekonomi politik. Gray, Owen,
dan Adams mendefinisikan teori ekonomi politik sebagai kerangka sosial, politik,
dan ekonomi di mana kehidupan manusia berlangsung. Perspektifnya adalah
masyarakat, politik, dan ekonomi, yang tidak dapat dipisahkan. Masalah ekonomi

12

tidak mempunyai arti jika diselidiki tanpa adanya pertimbangan kerangka politik,
sosial, dan institusional di mana kegiatan ekonomi itu berlangsung.
Ada dua aliran teori ekonomi politik, yang dibagi oleh Gray, Owen, dan
Adams yaitu:
1. Teori Ekonomi Politik Klasik
Teori ini terkait dengan karya-karya Marx, secara eksplisit meletakkan
kepentingan kelas, konflik struktural, ketidakadilan dan peran negara pada jantung
analisis. Laporan akuntansi dan pengungkapan adalah suatu cara mempertahankan
posisi disukai orang-orang yang mengendalikan sumber daya yang langka. Teori
ini fokus pada konflik struktural dalam masyarakat.
2. Bourgeois Politik Teori Ekonomi
Tidak secara eksplisit mempertimbangkan konflik struktural dan perjuangan
kelas. Teori ini menekankan interaksi antara kelompok-kelompok di dunia yang
pada dasarnya pluralistik. Teori legitimasi dan theori stakeholders berasal dari
cabang ini. Tidak mempertanyakan atau mempelajari berbagai struktur kelas
dalam masyarakat.
Kecenderungan pengungkapan modal intelektual dapat dijelaskan dengan
teori legitimasi dan teori stakeholders, dengan menggunakan content analysis
(Gutrie et al, 2004 dalam Purnomosidhi, 2005).
3. Teori legitimasi
Teori legitimasi menegaskan bahwa organisasi harus berusaha memastikan
bahwa mereka beroperasi pada batas-batas dan morma-norma masyarakatnya,
mereka berusaha memastikan bahwa kegiatan yang mereka lakukan dianggap sah
oleh pihak luar. Perusahaan akan melaporkan secara sukarela aktivitasnya kepada
masyarakat, dapat digambarkan sebagai suatu kontrak sosial yang ada antara
organisasi dengan masyarakat di mana organisasi tersebut beroperasi.
Kontrak sosial merupakan sejumlah harapan masyarakat tentang
bagaimana seharusnya perusahaan beroperasi, yang bersifat fleksibel atau
berubah-ubah, sehingga perusahaan harus tanggap terhadap lingkungan tempatnya

13

beroperasi (Purnomosidhi, 2005). Berdasarkan pandangan tersebut, perusahaan


perlu melakukan komunikasi melalui pengungkapan informasi perusahaan pada
laporan keuangannya, juga untuk menunjukkan perhatian manajemen terhadap
lingkungan sosialnya dan nilai-nilai masyarakat yang berlaku di tempat tersebut.
Pengungkapan modal intelektual adalah salah satu informasi yang
dilaporkan secara sukarela oleh perusahaan. Informasi yang ada pada modal
intelektual, seperti pengetahuan, ketrampilan, budaya, dan lainya, yang dimiliki
perusahaan, dapat dikomunakasikan kepada masyarakat untuk memperoleh
dukungan legalitas.
2. Teori stakeholders
Teori stakeholders berfokus pada interaksi organisasi dengan stakeholders,
berbeda dengan teori legitimasi yang berfokus pada interaksi dengan masyarakat.
Teori ini dibedakan menjadi dua cabang yaitu cabang etika dan cabang manajerial
(Deegan dan Unerman, 2006). Perspektif moral dari teori stakeholders
berpendapat bahwa semua stakeholders mempunyai hak diperlakukan oleh
organisasi dan secara tidak langsung relevan dengan isu-isu kekuasaan. Semua
stakeholders mempunyai hak minimum tertentu yang tidak boleh dilanggar, juga
mempunyai hak untuk diberikan informasi tentang organisasi serta pengaruhnya
pada stakeholders itu sendiri.
Pada perspektif manajerial dari teori stakeholders, organisasi mengelola
kepentingan tiap kelompok stakeholders untuk kepentingan organisasi, semakin
penting kedudukan stakeholders itu, semakin banyak usaha untuk mengelola
hubungan tersebut. Elemen utama yang digunakan organisasi untuk mengelola
dan memanipulasi stakeholders adalah informasi, untuk mendapat dukungan dan
persetujuan, ataupun untuk mengalihkan oposisi dan penolakan mereka (Deegan
dan Unerman, 2006).

14

Teori stakeholders juga berkaitan dengan pengungkapan modal intelektual.


Dengan pengungkapan modal intelektual, yang merupakan pengungkapan
sukarela dari perusahaan dapat mengurangi kesenjangan informasi yang diperoleh
stakeholders tentang perusahaan, sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas
perusahaan.
2.2 MODAL INTELEKTUAL
Usaha pertama menghubungkan dengan konsep modal intelektual
dilakukan pada penelitian Mchlap tahun1962, namun sejarahnya mengatakan
bahwa inovasi konsep modal intelektual dikembangkan oleh Galbrays pada tahun
1969. Galbrays percaya bahwa modal intelektual adalah sesuatu yang lebih jauh
dari pemikiran dan terdiri dari tindakan intelektual (Talaromi dan Nezhad, 2013).
Definisi modal intelektual salah satunya dikemukakan oleh Viedma (2007) dalam
Lina (2013) adalah pengetahuan dan aset tidak berwujud lainnya yang
menghasilkan atau menciptakan nilai saat ini maupun masa datang. Beberapa
definisi modal intelektual dikutip oleh Talaromi dan Nezhad, (2013) diuraikan
berikut ini. Modal intelektual adalah jumlah semua hal yang diketahui staff
organisasi dan menciptakan keunggulan persaingan di pasar (Stewart, 1997).
Serangkaian sumber daya berwujud dan tidak berwujud yang unik dari perusahaan
(Gupta, 2001). Istilah untuk kombinasi dari pasaraset tidak berwujud, kekayaan
intelektual, asset manusia, dan asset structural yang mampu mendukung aktivitas
organisasi (Brooking, 2001). Modal intelektual adalah seperangkat pengetahuan
dan asset yang spesifik untuk sebuah organisasi dan dianggap sebagai salah satu
karakteristik organisasi dan memberikan nilai tambah pada stakeholders kunci dan
organisasi dapat meningkatkan posisi kompetitifnya (Mer, 2004).

15

Berdasarkan Meritum Project (2002) modal intelektual dibedakan menjadi


modal manusia, modal struktural dan modal relasi yang didefinisikan berikut ini.
Modal manusia didefinisikan sebagi pengetahuan yang dimiliki karyawan saat
mereka meninggalkan perusahaan. Di dalamnya termasuk pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, dan kemampuan karyawan. Modal struktural
didefinisikan sebagai penyatuan pengetahuan yang ada di perusahaan saat akhir
hari kerja, terdiri atas rutinitas organisasi, prosedur, sistem, budaya, database, dan
lainnya. Diantaranya mungkin dilindungi secara legal dan menjadi hak kekayaan
intelektual yang secara legal dimiliki oleh perusahaan. Modal relasi didefinisikan
sebagai semua sumber daya yang berhubungan dengan hubungan eksternal dari
perusahaan seperti pelanggan, pemasok, atau patner R & D, investor, kreditor,
termasuk persepsi yang dimilki tentang perusahaan.
2.3 BIAYA MODAL EKUITAS DAN NILAI PERUSAHAAN
Berdirinya suatu perusahaan tentu memerlukan modal untuk memenuhi
biaya-biaya kegiatan opersionalnya. Modal tersebut dapat diperoleh melalui utang
ataupun ekuitas. Biaya modal dapat diartikan keseluruhan jumlah yang harus
dibayar perusahaan untuk modal yang diperolehnya. Biaya modal dapat dibedakan
menjadi dua yaitu biaya utang dan biaya modal ekutitas. Biaya modal ekuitas
adalah tingkat pengembalian yang dibayar perusahaan kepada pemegang saham
yang telah menanamkan modal di perusahaan (Sirait dan Siregar, 2012).
Biaya ekuitas adalah tingkat minimum pengembalian modal investor untuk
pemberian modalnya kepada perusahaan. Dari sudut pandang shareholders,
manajer seharusnya meminimalkan biaya ekuitas dan memaksimalkan nilai
perusahaan serta kesejahteraan shareholders. Biaya ekuitas adalah faktor penting
dan efektif pada banyak keputusan manajemen keuangan. Manajer menggunakan

16

biaya ekuitas pada berbagai kasus yang berbeda termasuk keputusan capital
budgeting,

menentukan

struktur

optimal

pengambilan

keputusan

yang

berhubungan dengan penggantian obligasi dan manajemen modal kerja jangka


panjang.
Secara teoritis, pengungkapan dapat mengurangi asimetri informasi,
sehingga mengurangi biaya modal ekuitas. Perusahaan yang memberikan
informasi tambahan tentang kegiatan operasional perusahaan mengurangi asimetri
pasar modal. Hubungan pengungkapan dan biaya modal ekuitas didukung oleh
dua aliran (Boujelbene dan Affes, 2013) yaitu:
1. Pengungkapan yang baik dapat meningkatkan likuiditas saham di pasar modal,
sehingga mengurangi biaya modal ekuitas melalui pengurangan biaya
transaksi atau meningkatkan permintaan terhadap surat berharga perusahaan.
2. Pengungkapan yang lebih baik dapat mengurangi biaya modal ekuitas dengan
mengurangi estimasi resiko non-diversifiable.
Pengungkapan sukarela modal intelektual dihubungkan dengan biaya
modal ekuitas juga dapat mengurangi informasi asimetri dan resiko informasi,
yang selanjutnya dapat menurunkan biaya modal ekuitas. Selain itu pengungkapan
modal intelektual meningkatkan transparasi yang juga dapat menurunkan biaya
modal (Mousavi dan Takhtaei, 2012).
Banyak peneliti menemukan bukti adanya peningkatan nilai perusahaan
akibat pengungkapan modal intelektual. Hasil penelitian Ghasempour dan Yusof
(2014)

memberikan

bukti

adanya

hubungan

positif

signifikan

antara

pengungkapan sukarela modal intelektual dan nilai perusahaan. Perusahaan dan


korporasi besar dengan tingkat pengungkapan sukarela dari modal intelektual
yang tinggi dan pengetahuan informasi aset dipandang lebih bernilai oleh investor,
dan investor mungkin bersedia membayarkan sejumlah uang yang lebih banyak

17

untuk saham perusahaan tersebut. Jadi, keputusan investasi para investor


seharusnya berdasarkan perhitungan pengungkapan sukarela.
2.4 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang menguji tentang pengungkapan telah sejak dahulu
dilakukan di bidang akuntansi. Akuntansi adalah proses untuk menghasilkan
informasi, dan informasi itu dikomunikasikan kepada pemakainya dengan
melakukan pengungkapan pada laporan keuangan perusahaan. Pengungkapan
modal intelektual adalah salah satu pengungkapan yang bersifat sukarela, selain
itu ada juga pengungkapan lain yang bersifat wajib. Pengungkapan modal
intelektual tersebut sangat berkaitan dengan faktor biaya (biaya modal ekuitas)
dan manfaat (nilai perusahaan).
Penelitian Barton dan Waymire, (2008) memberikan bukti bahwa manajer
mendapat insentif untuk melaporkan informasi keuangan dengan kualitas yang
lebih baik, walaupun tanpa adanya mandat peraturan, dan peloporan tersebut
dapat memberikan keuntungan dari sisi perlindungan investor. Dengan kata lain,
manajer membuat laporan keuangan yang berkualitas berdasarkan insentif,
walaupun tidak ada aturan yang mengharuskannya, dan kualitas laporan yang baik
dapat memberikan perlindungan kepada investor.
Botosan (1997) menguji hubungan antara tingkat pengungkapan dan biaya
modal ekuitas dengan meregresi estimasi spesifik perusahaan dari biaya modal
ekuitas pada beta pasar, ukuran perusahaan, dan konstruksi pengukuran tingkat
pengungkapan.

Pada

perusahaan

dengan

low

analyst

following,

hasil

menunjukkan semakin baik pengungkapan berhubungan dengan semakin rendah


biaya modal ekuitas. Pada perusahaan dengan high analyst following, ditemukan
tidak ada hubungan antara pengukuran tingkat pengungkapan dengan biaya modal
ekuitas, mungkin karena pengukuran pengungkapan terbatas pada laporan tahunan

18

dan mungkin tidak mempergunakan proksi yang kuat untuk seluruh tingkat
pengungkapan saat analis memainkan peran signifikan pada proses komunikasi.
Artinya hubungan tingkat pengungkapan pada laporan keuangan tahunan dengan
biaya modal ekuitas tergantung pada tinggi atau rendahnya analyst following.
Penelitian oleh Petrova, Georgakopoulos, Sotiropoulos, dan Vasileiou
(2012) bertujuan untuk menguji hubungan antara biaya modal ekuitas dan
pengungkapan sukarela korporat, dengan menggunakan 121 sampel perusahaan
terdaftar di Swiss. Hasilnya adalah perusahaan pada pasar Swiss dapat
mengurangi biaya modal ekuitas mereka dengan meningkatkan tingkat
pengungkapan sukarela mereka.
Purnomosidhi (2005) melakukan analisis empiris terhadap determinan
praktik pegungkapan modal intelektual pada perusahaan publik di BEJ. Temuan
penelitian ini menyatakan bahwa ukuran, leverage, dan kinerja modal intelektual
mempengaruhi jumlah pengungkapan modal intelektual.
Sonnier (2008) mempunyai tujuan penelitian membandingkan tingkat
pengungkapan modal intelektual pada sektor ekonomi teknologi tinggi dengan
yang tradisional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan dengan
teknologi tinggi mempunyai frekuensi lebih tinggi pada pengungkapan modal
pelanggan, modal organisasi, modal manusia, dan kekayaan intelektual daripada
perusahaan tradisional. Pada modal pemasok data yang dimiliki, tidak
meyakinkan.
Mousavi dan Takhtaei (2012) menyampaikan pandangan tentang dampak
pengungkapan modal intelektual pada pasar modal. Artikel ini menyatakan
kegagalan laporan keuangan menyediakan informasi dan mereview isu-isu utama
terkait dengan pengungkapan modal intelektual. Selain itu disampaikan juga
keterkaitan antara pengungkapan modal intelektual dengan komponen pasar

19

modal lainnya yaitu: asimetri informasi, informasi harga saham, resiko, efisiensi,
volatilitas saham, likuiditas, dan biaya modal.
Penelitian Oren, Aerts, dan Lybaert, (2009) menguji tentang pengaruh
pelaporan modal intelektual berbasis web terhadap nilai perusahaan dan biaya
keuangan. Pada temuannya, data menunjukkan perbedaan cross-sectional pada
luasnya pengungkapan modal intelektual secara positif berhubungan dengan nilai
perusahaan. Semakin baik pengungkapan modal intelektual berhubungan dengan
rendahnya asimetri informasi, berimplikasi pada rendahnya biaya modal ekuitas
dan rendahnya tarif bunga yang dibayar.
Penelitian yang dilakukan oleh Sirait dan Siregar (2012) menguji
hubungan antara biaya modal ekuitas dengan tingkat pengungkapan tanggung
jawab sosial dan modal intelektual pada sektor perbankan Indonesia. Hasil
penelitian memperlihatkan tidak adanya hubungan signifikan antara biaya modal
ekuitas tahun berjalan dan tingkat pengungkapan CSR dan modal intelektual pada
sektor perbankan di Indonesia.
Talaromi dan Nezhad (2013) melakukan penelitian dengan tujuan
menginvestigasi dampak pengungkapan modal intelektual terhadap biaya modal
umum. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan positif antara
pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal umum. Pada komponen
modal struktural dan modal manusia terindikasi tidak signifikan, namun pada
komponan modal karyawan menunjukan hubungan positif signifikan.
Boujelbene dan Affes (2013) melakukan penelitian untuk menguji secara
empiris pengaruh pengungkapan modal intelektual pada biaya modal ekuitas.
Temuan penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan negatif signifikan antara
pengungkapan modal intelektual (modal manusia dan modal struktural) dengan

20

biaya modal ekuitas, namun pengaruh negatif pengungkapan modal intelektual


lainnya, yaitu modal relasional, tidak dapat divalidasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ferchichi dan Paturel (2013) menguji
mengenai efek pengungkapan modal intelektual pada value creation, merupakan
penelitian empiris yang menggunakan laporan tahunan Tunisia. Hasilnya
memperlihatkan bahwa pengungkapan modal intelektual berkorelasi positif dan
signifikan dengan firm creation value. Pelaporan modal intelektual dapat
mengatasi ketidakpastian tentang perusahaan, sehingga mendorong peningkatan
nilai.
Erdianthy dan Djakman (2014) melakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh pengungkapan modal intelektual dan proporsi komisaris
independen, sebagai kecenderungan praktik good corporate governance, terhadap
kinerja perbankan di Indonesia. Secara umum hasil penelitiannya adalah:
1. Pengungkapan modal intelektual secara signifikan berhubungan negatif
2.

dengan kinerja bank.


Proporsi komosaris independen secara signifikan berhubungan positif dengan

3.

kinerja bank.
Pengungkapan modal intelektual dan proporsi komisaris independen bersama-

4.

sama berpengaruh pada kinerja bank.


Interaksi antara proporsi komisaris independen pada pengaruh pengungkapan
modal intelektual terhadap kinerja menghasilkan hasil yang beragam.
Ghasempur dan Yosuf (2014) meneliti kualitas pengungkapan modal

intelektual dan sumber daya manusia pada penilaian perusahaan. Hasilnya


menyatakan pengungkapan sukarela modal intelektual dan informasi sumber daya
manusia mempunyai pengaruh positif signifikan pada nilai peusahaan.

21

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

3.1.

RERANGKA KONSEPTUAL
Penelitian ini mengembangkan penelitian Botosan (1997) yang melakukan

penelitian tentang hubungan tingkat pengungkapan dan biaya modal ekuitas. Efek

22

tingkat pengungkapan pada biaya modal ekuitas adalah masalah yang


mempertimbangkan kepentingan dan pentingnya komunitas pelaporan keuangan.
Penelitiannya memberikan bukti hubungan antara biaya modal ekuitas dengan
tingkat pengungkapan. Pada perusahaan dengan analyst following yang relatif
rendah, semakin banyak pengungkapan berhubungan dengan biaya modal ekuitas
yang semakin rendah, namun pada perusahaan dengan analyst following tinggi
tidak terdapat hubungan signifikan.
Penelitian tersebut kemudian dikembangkan oleh Boujelbene dan Affes
(2013) yang lebih lanjut menguji hubungan tingkat pengungkapan modal
intelektual dengan biaya modal ekuitas. Pengujian modal intelektual dibedakan
menjadi tiga yaitu: modal manusia, modal struktural, dam modal relasi, selain
juga menguji hubungan secara keseluruhan. Pengujian juga dilakukan dengan
membedakan industry yang high tech (intensif) dan trasisional (tidak intensif).
Peneliti juga melakukan analisis tambahan dengan menambahkan pengelompokan
industry berdasarkan tinggi atau rendahnya analyst following.
Hasil penelitian memperlihatkan total pengungkapan modal intelektual,
modal manusia, dan modal struktural mempunyai dampak negative signifikan
pada biaya modal ekuitas, dengan sampel keseluruhan dan sub sampel tradisional.
Namun, dampak negatif tersebut tidak signifikan pada sub sampel high tech.
Modal relasi menunjukkan hubungan negative tetapi tidak signifikan dengan
seluruh sampel ataupun pada semua sub sampel.
Pengujian dengan tambahan analyst following menunjukkan bahwa total
pengungkapan modal intelektual, modal manusia, modal struktural, dan modal
relasi memiliki efek negative terhadap biaya modal ekuitas pada sub sampel
analyst following rendah, namun tidak signifikan dapa sub sampel analyst
following tinggi.

23

Penelitian lain tentang tingkat pengungkapan modal intelektual sukarela


yang dilakukan oleh Oren, Aerts, dan Lybaert, (2009) yang dikaitkan dengan
kinerja pasar. Pengujian tentang pengungkapan modal intelektual berbasis web
memisahkan pengujian antara hubungan dengan biaya keuangan dan hubungan
dengan nilai perusahaan. Luasnya pengungkapan modal intelektual berhubungan
dengan nilai perusahaan, karena asimetri informasi yang terjadi menjadi lebih
rendah sehingga berakibat pada rendahnya biaya keuangan. Kepercayaan investor
menyerahkan

sumber

daya

keuangannya

dapat

meningkatkan

karena

pengungkapan modal intelektual yang semakin banyak.


Uraian di atas dapat digunakan mengembangkan penelitian ini dengan
menyusun model penelitian berikut ini.

Gambar 3.1. Model Penelitian

H2

BIAYA MODAL
EKUITAS (COEC)

H2
a
H2
b

3.2.
PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
H2
Pengungkapan modal cintelektual sukarela dan nilai perusahaan.
NILAI
MODAL INTELEKTUAL (IC)
Selain bersifat wajib, pengungkapan ada pula yang bersifat
sukarela
dan
PERUSAHAAN

MODAL MANUSIA (HC)

(FV)

terkadang
berbeda pada setiap perusahaan karena sifat-sifat
khusus yang dimiliki
H1
MODAL STRUKTURAL (SC)
MODAL
RELASI (RC)
H1 dapat mengurangi asimetri
perusahaan.
Pengungkapan
modal intelektual sukarela
a

informasi dan ketidakpastian tentang perusahaan.


Pengungkapan modal
H1
b
H1
c

24

intelektual sukarela akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Erdianthy dan


Djakman, 2014; Ferchichi dan Paturel, 2013; Ghasempur dan Yosuf, 2014).
Kualitas laporan sukarela berupa modal intelektual diuji terhadap nilai
perusahaan dilakukan oleh Ghasempur dan Yosuf (2014). Populasi terdiri dari 65
perusahaan di Teheran Stock Exchange periode 2005 sampai 2012. Pengujian
hipotesis memperlihatkan bahwa pengungkapan modal intelektual berpengaruh
positif signifikan pada nilai perusahaan.
Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Erdianthy dan Djakman,
(2014) pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap kinerja perbankan
memperoleh hasil negatif dan signifikan. Penelitian ini membahas juga
komponen-komponen dari pengungkapan modal intelektual, yaitu modal manusia,
modal struktural, dan modal pelanggan.
Jadi secara rasional dapat dikatakan bahwa adanya pengungkapan sukarela
modal intelektual perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya asimetri informasi yang diperoleh pemakai
(investor). Dengan demikian, investor tidak akan ragu menginvestasikan
modalnya, karena informasi yang dimilki memberikan keyakinan yang lebih baik
tentang perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H1. Pengungkapan modal intelektual mempunyai hubungan positif dengan nilai
perusahaan.
H1a. Pengungkapan modal manusia mempunyai hubungan positif dengan nilai
perusahaan.
H1b. Pengungkapan modal struktural mempunyai hubungan positif dengan nilai
perusahaan.
H1c. Pengungkapan modal relasi mempunyai hubungan positif dengan nilai
perusahaan.
Pengungkapan modal intelektual dan biaya modal ekuitas

25

Penelitian Botosan (1997)

menguji hubungan tingkat pengungkapan

dengan biaya modal ekuitas. Pengungkapan yang diukur adalah jumlah


pengungkapan sukarela yang ada pada laporan tahunan 1990 dengan sampel 122
perusahaan manufaktur. Setelah melakukan kontrol terhadap beta pasar dan
ukuran perusahaan, diperoleh hasil semakin banyak pengungkapan berhubungan
dengan semakin sedikit biaya modal ekuitas, pada low analyst following.
Sedangkan pada high analyst following tidak terbukti adanya hubungan tersebut.
Pada penelitian Petrova, Georgakopoulos, Sotiropoulos, dan Vasileiou (2012)
pengujian yang dilakukan berdasarkan teori ekonomi yang mengatakan
menaikkan tingkat pelaporan perusahaan tidak hanya meningkatkan likuiditas
pasar saham tapi juga menurunkan estimasi resiko investor, mengurangi
ketidakpastian pengembalian masa datang dan distribusi pembayaran. Sampel
yang digunakan 121 perusahaan yant terdaftar di Swiss. Pasar Swiss ternyata
dapat

mengurangi

biaya

modal

ekuitasnya

dengan

menaikkan

tingkat

pengungkapan sukarelanya, dengan melakukan kontrol pada ukuran perusahaan,


leverage keuangan, dan membedakan strategi pelaporan (agresif atau konservatif).
Penelitian pengungkapan sukarela modal intelektual dan biaya modal
ekuitas dilakukan oleh Sirait dan Siregar (2012), Boujelbene dan Affes (2013),
dan Talaromi dan Nezhad (2013). Pengujian biaya tahun sebelumnya dan
pengungkapan dilakukan oleh Sirait dan Siregar (2012) serta menguji perubahan
tingkat pengungkapan dan perubahan biaya. Sampel penelitiannya adalah 49
perusahaan perbankan Indonesia tahun 2007 sampai dengan 2009 yang terdaftar
di pasar modal. Hasil pada pengujian tahun sebelumnya tidak berhasil
mendapatkan bukti yang signifikan, namun pada pengujian perubahannya
diperoleh korelasi negatif signifikan.

26

Boujelbene dan Affes (2013) melakukan penelitian dengan membedakan


pengungkapan modal intelektual menjadi komponen-komponennya (modal
manusia, modal struktural, dan modal relasional) serta totalnya. Sampel yang
digunakan 102 perusahaan yang pada tahun 2009 terdaftar di indeks pasar saham
SBF 120 Prancis. Pengujiannya dilengkapi dengan analisis tambahan tinggi
rendahnya analyst following. Penelitian ini memberikan bukti hubungan negatif
signifikan pada modal manusia dan modal struktural, namun tidak pada modal
relasional.
Tahun 2008-2012 penelitian Talaromi dan Nezhad (2013) dilakukan pada
Tehran Stock Exchange dengan 80 sampel. Efek dua komponen pengungkapan
modal intelektual (modal manusia dan modal structural ) pada biaya ekuitas
umum tidak signifikan, namun pada modal karyawan diperoleh hasil positif
signifikan.
Penelitian Oren, Aerts, dan Lybaert, (2009) menguji hubungan
pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal ekuitas, dan hubungan
pengungkapan modal intelektual dengan nilai perusahaan secara terpisah.
Penelitiannya dilakukan pada pengungkapan yang berbasis web dengan sampel
267 perusahaan non keuangan yang terdaftar di continental Europe. Penelitiannya
memperoleh bukti bahwa pengungkapan modal intelektual berhubungan dengan
nilai perusahaan dan biaya modal ekuitas.
Beberapa hasil penelitian tentang hubungan pengungkapan modal
intelektual menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Namun, secara teoritis
semakin banyak pengungkapan dilakukan dapat memperkecil estimasi resiko dan
investor dapat mengestimasi pengembalian saham dengan lebih baik, maka
semakin sedikit biaya modal yang dikeluarkan karena adanya kepastian yang

27

cukup tinggi bagi keputusan investor. Berdasarkan uraian tersebut maka diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H2. Pengungkapan modal intelektual mempunyai hubungan negatif dengan biaya
modal ekuitas.
H2a. Pengungkapan modal manusia mempunyai hubungan negatif dengan biaya
modal ekuitas.
H2b. Pengungkapan modal struktural mempunyai hubungan negatif dengan biaya
modal ekuitas.
H2c. Pengungkapan modal relasi mempunyai hubungan negatif dengan biaya
modal ekuitas.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. PENGUKURAN VARIABEL


Pada penelitian ini variabel independen, pengungkapan modal intelektual
(ICD) diukur menggunakan angka indeks pengungkapan modal intelektual. Setiap
item modal intelektual yang diungkapkan pada laporan keuangan diberi skor 1,

28

sedangkan item yang tidak diungkapkan pada laporan keuangan diberi skor 0.
Selanjutnya indeks dihitung dengan cara membagi jumlah item yang diungkapkan
dengan jumlah total item pengungkapan dikali seratus persen. Dalam penelitian
ini digunakan komponen pengungkapan modal intelektual seperti yang
dikemukakan oleh Li, et al (2008), dalam Boujelbene dan Affes (2013), yang
terdiri dari 61 item, dikurangi dengan item-item pengungkapan modal intelektual
yang bersifat wajib diungkapkan di Indonesia. Selanjutnya, item-item tersebut
dikelompokkan berdasarkan tiga komponen pengungkapan modal intelektual,
yaitu modal manusia, modal struktural, dan modal relasional.
Variabel dependen biaya modal ekuitas (COEC), menurut Botosan (1997)
adalah tingkat minimum pengembalian investasi investor yang diperlukan, karena
memberikan modal kepada perusahaan. Menurut Botosan (1997) CAPM adalah
salah satu cara untuk mengukur biaya modal ekuitas. CAPM menghubungkan
antara tingkat pengembalian minimum yang diharapkan investor atas sekuritas
tertentu yang terukur dalam beta (Jones, 2007 dalam Sirait dan Siregar, 2012).
Pada penelitian biaya modal ekuitas diukur menggunakan CAPM, seperti yang
dilakukan oleh beberapa peneliti (Sirait dan Siregar, 2012; Boujelbene dan Affes,
2013).
Variabel dependen nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Price to
Book Value (PBV), yang mencerminkan kinerja perusahaan dari pandangan
stakeholders. Adapun perhitungannya dilakukan dengan cara membagi harga per
lembar saham akhir tahun dengan nilai bukunya.
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol ukuran (SIZE), leverage
(LEV) dan industri (IND). Ukuran perusahaan dapat memberikan pengaruh pada
jumlah

pengungkapan modal intelektual

(Purnomosidhi, 2005). Ukuran

perusahaan diukur dengan natural log total asset perusahaan. Sedangkan,

29

leverage berhubungan dengan

proporsi penggunaan utang untuk membiayai

perusahaan. Tingginya tingkat leverage semakin tinggi resiko yang dihadapi


perusahaan. Leverage dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas.
Industri dikelompokkan menjadi industri intensif (1) dan non intensif (2).
4.2. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Sampel yang digunakan adalah semua
sektor industri, yang pada tahap selanjutnya akan dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu industri yang intensif dan non intensif. Pengelompokan yang
digunakan oleh Botosan (1997) dan Boujelbene dan Affes (2013) juga digunakan
pada penelitian ini. Industri intensif terdiri dari perusahaan penyediaan aplikasi
internet, bioteknologi, hiburan, IT, distribusi, manufaktur berteknologi tinggi,
media, ritel, perangkat lunak, integrasi sistem, telekomunikasi, dan layanan web.
Sedangkan industry non intensif terdiri dari perusahaan makanan, mobil, bahan
kimia, konstruksi, elektronik, manufaktur, minyak, utilitas, tekstil/pakaian, dan
pariwisata/rekreasi.
Metode penyampelan dilakukan dengan purposive sampling. Adapun yang
dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria berikut ini:
1. Perusahaan terdaftar di BEI paling tidak sejak 2009 sampai 2014.
2. Peusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dengan lengkap.
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode pelaksanaan penelitian.
4. Perusahaan memperdagangkan sahamnya secara aktif.
5. Data yang ada pada laporan keuangan tahunan dapat memenuhi data yang
diperlukan dalam penelitian.
4.3. METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini merupakan penelitian archival yang menggunakan data
sekunder. Data untuk menguji hipotesis dikumpulkan dari laporan tahunan

30

keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian


dapat diperoleh dari situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id.
4.4. METODE ANALISIS DATA
Pada awalnya data diuji dengan pengujian asumsi klasik yaitu uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Selain
itu, juga dilakukan analisis deskriptif untuk data yang akan diuji pada penelitian.
Pengujian berikutnya adalah uji F, untuk mengetahui apakah variabel independen
besama-sama mempengaruhi variabel dependen. Uji koefisien diterminasi juga
dilakukan untuk mengetahui besarnya variasi variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi (R2) mempunyai nilai yang
berkisar antara 0 sampai 1 (0% - 100%). Semakin mendekati 1 atau 100% berarti
model regresi semakin baik, begutu pula sebaliknya.
Metode analisis data untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi
berganda. Adapun model empiris yang bisa diajukan adalah sebagai berikut:
1. Pengujian hiotesis 1
COEC 0 1IC 2 SIZE 3LEV 4 IND
COEC 0 1HC 2 SIZE 3LEV 4 IND
COEC 0 1SC 2 SIZE 3 LEV 4 IND
COEC 0 1RC 2 SIZE 3LEV 4 IND

2.
FV
FV
FV
FV

Pengujian hipotesis 2

0 1IC 2 SIZE 3LEV 4 IND


0 1HC 2 SIZE 3LEV 4 IND
0 1SC 2 SIZE 3LEV 4 IND
0 1RC 2 SIZE 3LEV 4 IND

Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi variabel independen terhadap


variabel dependen, dengan perbandingan probabilitas (t-stat). Kriteria pengujian
hipotesis yang digunakan adalah:
Ho diterima ketika probabilitas (p-value) > 0,05 ().
H0 ditolak ketika probabilitas (p-value) > 0,05 ().

DAFTAR PUSTAKA

31

Barton, J. and Waymire, G. 2008. Investor Protection Under Regulated Financial


Report. Journal of Accounting and Economics.38, 65-116.
Botosan, C. A. 1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The
Accounting Review. Vol. 72. No. 3. Juli 1997. pp 323-349.
Boujelbene, M.A. and Affes, A. 2013. The Impact of Intellectual Capital
Disclosure on Cost of Equity Capital: A Case of French Firm. Journal of
Economic, Finance, and Administrative Science.18 (34), 45-53.
Chen, M. C. Cheng, S. J. and Hwang, Y. 2005. An Empirical Investigation of The
Relationship Between Intellectual Capital and Firms Market Value and
Financial Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6. No. 2. pp.
159-176.
Cooper, D. J. and Sherer, M. J. 1984. The Value of Corporate Accounting Reports:
Arguments For Political Economy of Accounting. Accounting, Organization,
and Society. Vol 9. No. 3 / 4. pp. 207-232.
Deegan, C. dan Unerman, J. 2006. Financial Accounting Theory. European
Edition, McGraw-Hill.
Erdianthy, D. dan Djakman, C.D. 2014. Pengungkapan Modal Intelektual,
Proporsi Komisaris Independen dan Kinerja Bank Di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XVII Lombok.
Ghasempour, A. and Yusof, M. A. M. 2014. Quality of Intelectual Capital and
Human Resources Disclosure on The Firm Valuation. Open Journal of
Accounting. 3. 59-70.
Rerchichi, J. and Paturel, R. 2013. The Effect of Intellectual Capital Disclosure on
The Value Creation: An Empirical Study Using Tunisian Annual Report.
International Journal of Accounting and Financial Report. Vol. 3. No. 1.
Lina. 2013. Faktor-Faktor Penetu Pengungkapan Modal Intelektual. Media Riset
Akuntansi. Vol. 3. No. 1. Februari 2013.
Meritum Project. 2002. Guidelines for Managing and Reporting on Intangibles
(Intellectual Capital Report). Fundacion Airtel Movil, Madrid.
Mousavi, Z and Takhtaei, N. 2012. The Impact of Intellectual Capital Disclosure
on Capital Market: An Overview. Business Intelligence Journal. July. Vol. 5.
No. 2. 267-270.
Oren, R., Aerts, W. and Lybaert, N. 2009. Intellectual Capital Disclosure, Cost of
Finance and Firm Value. Management Decision. Vol.47. No. 10. pp. 15361747.
Petrova, E., Georgakopoulos, G., Sotiropoulos, I., and Vasileiou, K., Z. 2012.
Relationship Between Cost of Equity Capital and Voluntary Corporate

32

Disclosure. International Journalof Economics and Finance. Vol. 4. No. 3.


March 2012. pp. 83-96.
Purnomosidhi, B. 2005. Analisis Empiris Terhadap Diterminan Praktik
Pengungkapan Modal Intelektual Pada Perusahaan Publik di BEJ. Tema.
Volume 6. Nomor 2. September 2006. 111-149.
Sirait, S. D. Y. dan Siregar, S. V. 2012. Hubungan Antara Biaya Modal Ekuitas
dengan Tingkat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Modal
Intelektual pada Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Auditing. Volume 9. Nomor 1. November 2012.70-85.
Soetedjo, S. dan Mursida, S. 2014. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan. Simposium Nasional
Akuntansi XVII Lombok.
Sonnier, B. M. 2008. Intellectual Capital Disclosure: High-tech Versus
Traditional Sector Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol. 9. No. 4.
pp. 705-722.
Talaromi, M. Y. and Nezhad, S. H. S. 2013. The Impact of Intellectual Capital
Disclosure on Common Cost of Equity in The Companies Listed in Tehran
Stock Exchange. European Online Journal of Natural and Social Sciences.
Vol. 2. No. 3. Special Issue on Accounting and Management. pp 3368-3383.
Yuniasih, NW, Wirama, DG, dan Badera, IDN. 2011. Pengaruh Modal Intelektual
Pada Kinerja Pasar Perusahaan. http://download.portalgaruda.org.
(Diakses tanggal 24 Januari 2015).

Lampiran: Daftar Item Pengungkapan Modal Intelektual (Li et al.,2008).

33

1. Intellectual Property
2. Process
3. Management Philosophy
4. Organizational Felxibility
5. Organizational Learning
6. Research and Develapoment
7. Innvation
8. Technology
9. Financial Relations
10. Knowledge-Based Infratructure
11. Quality Management
12. Accreditations
13. Overall Infrastructure
14. Networking
15. Distribution Network
16. Customer relationships
17. Customer Acquistitions
18. Customer Retention
19. Customer Training & Education
20. Customer Involvement
21. Company Image/Reputation
22. Diffusion and Networking
23. Brands
24. Distribution Channels
25. Relationship with Suppliers
26. Bussines Collaborations
27. Bussines aggrements
28. Favourable Contracts
29. Research Collaborations
30. Relationship with Stakeholders
31. Market Leadership
32. Employee Age
33. Employee Diversity
34. Employee Quality
35. Employee Relationship
36. Skills/Know-How
37. Employee Work-Related Competences
38. Employee Work-Related Knowledge
39. Employee Attitudes/Behaviour
40. Employee Commitments
41. Employee Motivations
42. Employee Productivity
43. Vocational Qualification
44. Employee Flexibility
45. Entrepreneurial Spirit
46. Employee Capabilities
47. Employee Teamwork
48. Other Employee Features

34

You might also like