Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
saat
ini
terdapat
kecendrungan
perusahaan
tidak
hanya
dilihat
dari
pelaporan
perusahaan,
tetapi
mempertimbangkan
3.
4.
organisasi.
Modal relasi mengacu pada hubungan dengan stakeholders internal dan
eksternal dari perusahaan, diantaranya
franchisor, distributor dan joint venture. Modal relasi juga termasuk image
perusahaan, loyalitas dan kepuasan pelanggan, jaringan dan hubungan
3.
positif dengan nilai perusahaan. Jadi dapat dikatakan bahwa pengungkapan modal
intelektual perusahaan adalah modal utama dalam meningkatkan nilai perusahaan
untuk memperkuat posisi persaingan yang dimiliki oleh perusahaan.
Pada sisi pandang yang lain, teori ekonomi mengatakan peningkatan
pengungkapan sukarela dapat menguntungkan perusahaan dilihat dari sisi
penurunan biaya modal. Semakin banyak pengungkapan sukarela, maka semakin
menurunkan asimetri informasi, menurunkan resiko informasi, memunculkan
transparansi, sehingga menurunkan biaya transaksi Oren, Aerts, dan Lybaert,
2009; Mousavi dan Takhtaei, 2012).
Penelitian yang dilakukan Botosan (1997) juga mengindikasikan bahwa
semakin besar pengungkapan berhubungan dengan semakin rendah biaya modal
ekuitas. Temuan penelitian tidak dapat membuktikan hubungan antara pengukuran
tingkat pengungkapan dengan biaya modal ekuitas.
Penelitian untuk menguji secara empiris pengaruh pengungkapan madal
intelektual pada biaya madal ekuitas dilakukan oleh Boujelbene dan Affes (2013).
Hubungan pengungkapan madal intelektual yang semakin luas terjadi dengan
munculnya biaya madal ekuitas yang semakin rendah didukung pada hasil
penelitian ini.
2.
3.
perusahaan.
Hubungan variabel-variabel penelitian pada tiga jenis madal intelektual yaitu
4.
10
3.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PELAPORAN PERUSAHAAN YANG TIDAK DIREGULASI
Selain pengungkapan atau pelaporan perusahaan yang dilakukan sesuai
peraturan dan standar yang berlaku, terdapat alternatif lain untuk pelaporan
perusahaan. Alternatif kerangka konseptual pada penelitian akuntansi yang
relevan memberikan perhatian pada pemahaman bagaimana sistem akuntansi
dijalankan pada konteks sosial, politik, dan ekonomi (Cooper dan Sherer, 1984).
Konteks sosial, politik, dan ekonomi laporan keuangan pada penelitian akuntansi
menggagas adanya kesejahteraan sosial, yang berfokus pada masyarakat sebagai
agregatnya. Penekanannya pada distributif peraturan dimensi kesejahteraan dan
pentingnya kekuatan dan perhatian dari pandangan sosial.
Pada sistem berbasis perspektif, perusahaan diasumsikan dipengaruhi oleh
dan mempengaruhi masyarakat di mana sistem itu beroperasi (Deegan dan
Unerman, 2006). Kebijakan pengungkapan akuntansi (dalam laporan keuangan)
berdasarkan teori legitimasi, stakeholders, dan institusi merupakan strategi
perusahaan untuk mempengaruhi hubungan organisasi dengan pihak lain yang
berinteraksi dengannya.
Menurut Gray, Owen, dan Adams (1996) dalam Deegan dan Unerman,
(2006) teori legitimasi dan teori stakeholders berasal dari teori ekonomi politik.
Teori institusi juga dapat dihubungkan dengan teori ekonomi politik. Gray, Owen,
dan Adams mendefinisikan teori ekonomi politik sebagai kerangka sosial, politik,
dan ekonomi di mana kehidupan manusia berlangsung. Perspektifnya adalah
masyarakat, politik, dan ekonomi, yang tidak dapat dipisahkan. Masalah ekonomi
12
tidak mempunyai arti jika diselidiki tanpa adanya pertimbangan kerangka politik,
sosial, dan institusional di mana kegiatan ekonomi itu berlangsung.
Ada dua aliran teori ekonomi politik, yang dibagi oleh Gray, Owen, dan
Adams yaitu:
1. Teori Ekonomi Politik Klasik
Teori ini terkait dengan karya-karya Marx, secara eksplisit meletakkan
kepentingan kelas, konflik struktural, ketidakadilan dan peran negara pada jantung
analisis. Laporan akuntansi dan pengungkapan adalah suatu cara mempertahankan
posisi disukai orang-orang yang mengendalikan sumber daya yang langka. Teori
ini fokus pada konflik struktural dalam masyarakat.
2. Bourgeois Politik Teori Ekonomi
Tidak secara eksplisit mempertimbangkan konflik struktural dan perjuangan
kelas. Teori ini menekankan interaksi antara kelompok-kelompok di dunia yang
pada dasarnya pluralistik. Teori legitimasi dan theori stakeholders berasal dari
cabang ini. Tidak mempertanyakan atau mempelajari berbagai struktur kelas
dalam masyarakat.
Kecenderungan pengungkapan modal intelektual dapat dijelaskan dengan
teori legitimasi dan teori stakeholders, dengan menggunakan content analysis
(Gutrie et al, 2004 dalam Purnomosidhi, 2005).
3. Teori legitimasi
Teori legitimasi menegaskan bahwa organisasi harus berusaha memastikan
bahwa mereka beroperasi pada batas-batas dan morma-norma masyarakatnya,
mereka berusaha memastikan bahwa kegiatan yang mereka lakukan dianggap sah
oleh pihak luar. Perusahaan akan melaporkan secara sukarela aktivitasnya kepada
masyarakat, dapat digambarkan sebagai suatu kontrak sosial yang ada antara
organisasi dengan masyarakat di mana organisasi tersebut beroperasi.
Kontrak sosial merupakan sejumlah harapan masyarakat tentang
bagaimana seharusnya perusahaan beroperasi, yang bersifat fleksibel atau
berubah-ubah, sehingga perusahaan harus tanggap terhadap lingkungan tempatnya
13
14
15
16
biaya ekuitas pada berbagai kasus yang berbeda termasuk keputusan capital
budgeting,
menentukan
struktur
optimal
pengambilan
keputusan
yang
memberikan
bukti
adanya
hubungan
positif
signifikan
antara
17
Pada
perusahaan
dengan
low
analyst
following,
hasil
18
dan mungkin tidak mempergunakan proksi yang kuat untuk seluruh tingkat
pengungkapan saat analis memainkan peran signifikan pada proses komunikasi.
Artinya hubungan tingkat pengungkapan pada laporan keuangan tahunan dengan
biaya modal ekuitas tergantung pada tinggi atau rendahnya analyst following.
Penelitian oleh Petrova, Georgakopoulos, Sotiropoulos, dan Vasileiou
(2012) bertujuan untuk menguji hubungan antara biaya modal ekuitas dan
pengungkapan sukarela korporat, dengan menggunakan 121 sampel perusahaan
terdaftar di Swiss. Hasilnya adalah perusahaan pada pasar Swiss dapat
mengurangi biaya modal ekuitas mereka dengan meningkatkan tingkat
pengungkapan sukarela mereka.
Purnomosidhi (2005) melakukan analisis empiris terhadap determinan
praktik pegungkapan modal intelektual pada perusahaan publik di BEJ. Temuan
penelitian ini menyatakan bahwa ukuran, leverage, dan kinerja modal intelektual
mempengaruhi jumlah pengungkapan modal intelektual.
Sonnier (2008) mempunyai tujuan penelitian membandingkan tingkat
pengungkapan modal intelektual pada sektor ekonomi teknologi tinggi dengan
yang tradisional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan dengan
teknologi tinggi mempunyai frekuensi lebih tinggi pada pengungkapan modal
pelanggan, modal organisasi, modal manusia, dan kekayaan intelektual daripada
perusahaan tradisional. Pada modal pemasok data yang dimiliki, tidak
meyakinkan.
Mousavi dan Takhtaei (2012) menyampaikan pandangan tentang dampak
pengungkapan modal intelektual pada pasar modal. Artikel ini menyatakan
kegagalan laporan keuangan menyediakan informasi dan mereview isu-isu utama
terkait dengan pengungkapan modal intelektual. Selain itu disampaikan juga
keterkaitan antara pengungkapan modal intelektual dengan komponen pasar
19
modal lainnya yaitu: asimetri informasi, informasi harga saham, resiko, efisiensi,
volatilitas saham, likuiditas, dan biaya modal.
Penelitian Oren, Aerts, dan Lybaert, (2009) menguji tentang pengaruh
pelaporan modal intelektual berbasis web terhadap nilai perusahaan dan biaya
keuangan. Pada temuannya, data menunjukkan perbedaan cross-sectional pada
luasnya pengungkapan modal intelektual secara positif berhubungan dengan nilai
perusahaan. Semakin baik pengungkapan modal intelektual berhubungan dengan
rendahnya asimetri informasi, berimplikasi pada rendahnya biaya modal ekuitas
dan rendahnya tarif bunga yang dibayar.
Penelitian yang dilakukan oleh Sirait dan Siregar (2012) menguji
hubungan antara biaya modal ekuitas dengan tingkat pengungkapan tanggung
jawab sosial dan modal intelektual pada sektor perbankan Indonesia. Hasil
penelitian memperlihatkan tidak adanya hubungan signifikan antara biaya modal
ekuitas tahun berjalan dan tingkat pengungkapan CSR dan modal intelektual pada
sektor perbankan di Indonesia.
Talaromi dan Nezhad (2013) melakukan penelitian dengan tujuan
menginvestigasi dampak pengungkapan modal intelektual terhadap biaya modal
umum. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan positif antara
pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal umum. Pada komponen
modal struktural dan modal manusia terindikasi tidak signifikan, namun pada
komponan modal karyawan menunjukan hubungan positif signifikan.
Boujelbene dan Affes (2013) melakukan penelitian untuk menguji secara
empiris pengaruh pengungkapan modal intelektual pada biaya modal ekuitas.
Temuan penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan negatif signifikan antara
pengungkapan modal intelektual (modal manusia dan modal struktural) dengan
20
3.
kinerja bank.
Pengungkapan modal intelektual dan proporsi komisaris independen bersama-
4.
21
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
3.1.
RERANGKA KONSEPTUAL
Penelitian ini mengembangkan penelitian Botosan (1997) yang melakukan
penelitian tentang hubungan tingkat pengungkapan dan biaya modal ekuitas. Efek
22
23
sumber
daya
keuangannya
dapat
meningkatkan
karena
H2
BIAYA MODAL
EKUITAS (COEC)
H2
a
H2
b
3.2.
PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
H2
Pengungkapan modal cintelektual sukarela dan nilai perusahaan.
NILAI
MODAL INTELEKTUAL (IC)
Selain bersifat wajib, pengungkapan ada pula yang bersifat
sukarela
dan
PERUSAHAAN
(FV)
terkadang
berbeda pada setiap perusahaan karena sifat-sifat
khusus yang dimiliki
H1
MODAL STRUKTURAL (SC)
MODAL
RELASI (RC)
H1 dapat mengurangi asimetri
perusahaan.
Pengungkapan
modal intelektual sukarela
a
24
25
mengurangi
biaya
modal
ekuitasnya
dengan
menaikkan
tingkat
26
27
cukup tinggi bagi keputusan investor. Berdasarkan uraian tersebut maka diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H2. Pengungkapan modal intelektual mempunyai hubungan negatif dengan biaya
modal ekuitas.
H2a. Pengungkapan modal manusia mempunyai hubungan negatif dengan biaya
modal ekuitas.
H2b. Pengungkapan modal struktural mempunyai hubungan negatif dengan biaya
modal ekuitas.
H2c. Pengungkapan modal relasi mempunyai hubungan negatif dengan biaya
modal ekuitas.
BAB IV
METODE PENELITIAN
28
sedangkan item yang tidak diungkapkan pada laporan keuangan diberi skor 0.
Selanjutnya indeks dihitung dengan cara membagi jumlah item yang diungkapkan
dengan jumlah total item pengungkapan dikali seratus persen. Dalam penelitian
ini digunakan komponen pengungkapan modal intelektual seperti yang
dikemukakan oleh Li, et al (2008), dalam Boujelbene dan Affes (2013), yang
terdiri dari 61 item, dikurangi dengan item-item pengungkapan modal intelektual
yang bersifat wajib diungkapkan di Indonesia. Selanjutnya, item-item tersebut
dikelompokkan berdasarkan tiga komponen pengungkapan modal intelektual,
yaitu modal manusia, modal struktural, dan modal relasional.
Variabel dependen biaya modal ekuitas (COEC), menurut Botosan (1997)
adalah tingkat minimum pengembalian investasi investor yang diperlukan, karena
memberikan modal kepada perusahaan. Menurut Botosan (1997) CAPM adalah
salah satu cara untuk mengukur biaya modal ekuitas. CAPM menghubungkan
antara tingkat pengembalian minimum yang diharapkan investor atas sekuritas
tertentu yang terukur dalam beta (Jones, 2007 dalam Sirait dan Siregar, 2012).
Pada penelitian biaya modal ekuitas diukur menggunakan CAPM, seperti yang
dilakukan oleh beberapa peneliti (Sirait dan Siregar, 2012; Boujelbene dan Affes,
2013).
Variabel dependen nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Price to
Book Value (PBV), yang mencerminkan kinerja perusahaan dari pandangan
stakeholders. Adapun perhitungannya dilakukan dengan cara membagi harga per
lembar saham akhir tahun dengan nilai bukunya.
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol ukuran (SIZE), leverage
(LEV) dan industri (IND). Ukuran perusahaan dapat memberikan pengaruh pada
jumlah
29
30
2.
FV
FV
FV
FV
Pengujian hipotesis 2
DAFTAR PUSTAKA
31
32
33
1. Intellectual Property
2. Process
3. Management Philosophy
4. Organizational Felxibility
5. Organizational Learning
6. Research and Develapoment
7. Innvation
8. Technology
9. Financial Relations
10. Knowledge-Based Infratructure
11. Quality Management
12. Accreditations
13. Overall Infrastructure
14. Networking
15. Distribution Network
16. Customer relationships
17. Customer Acquistitions
18. Customer Retention
19. Customer Training & Education
20. Customer Involvement
21. Company Image/Reputation
22. Diffusion and Networking
23. Brands
24. Distribution Channels
25. Relationship with Suppliers
26. Bussines Collaborations
27. Bussines aggrements
28. Favourable Contracts
29. Research Collaborations
30. Relationship with Stakeholders
31. Market Leadership
32. Employee Age
33. Employee Diversity
34. Employee Quality
35. Employee Relationship
36. Skills/Know-How
37. Employee Work-Related Competences
38. Employee Work-Related Knowledge
39. Employee Attitudes/Behaviour
40. Employee Commitments
41. Employee Motivations
42. Employee Productivity
43. Vocational Qualification
44. Employee Flexibility
45. Entrepreneurial Spirit
46. Employee Capabilities
47. Employee Teamwork
48. Other Employee Features
34