You are on page 1of 2

Deret dan Barisan Logika

Karya: Gita Cahyaningtyas

Waktu itu,
Seorang gadis kecil meraba tiap segi sudut hidupnya
Menerawang gugusan langit berdiagonal
Dibawah rangkaian persegi panjang
Disatukan oleh segitiga sama kaki
Ah, bukan !
Sebut saja segitiga sembarang
Layang-layangnya telah lama ia terbangkan
Namun tak kunjung pulang
Mungkin tak mau pulang
Memori masa lalunya ia putar
Bak bioskop masa kini
Munculah satu-persatu bayang-bayang oval, lingkaran, bahkan persegi
Dulu, aku bersedekap dalam tarian peri
Sekarang, aku hanya bersedekap malam berujung pagi
Keluhnya meringis entah meratap
Seiring sang bola menari indah di sumbunya
Mengitari angka satu hingga dua belas
Kini gadis kecil itu telah sampai
Tatapannya nanar
Vektor kehidupan menggenggam besaran waktu
Memintas masa kearah positif tanpa pernah kembali
Beribu syukur tak pernah henti teruntai
Kala deretan kaum kuartil ketiga meghempasnya

Ia tak goyah, tetap tegak


Menggenggam balok-balok kemenangan yang lama diterbangkan sang layang-layang
Barisan logika menggerogoti
Benarkah?
Ia tetap berdiri, lurus 1800
Cibir para kaum kuartil ketiga dulu,
Kini mampu ia patahkan
Premis-premisnya dulu,
Kini mampu ia buktikan
Beribu tetes keringatnya dulu,
Kini ekuivalen dengan grafik hidupnya yang bergerak naik
Angka-angka yang ia hitung dulu mulai dari satu hingga tak berujung
Kesimpulan-kesimpulan minus dimuntahkan
Ia tak ambil pusing
Senyum setengah lingkarannya ia taburkan ke semua
Lalu melambaikan tangan pada lingkaran tanpa batas yang penuh benci

Muntok, 26 Mei 2015

You might also like