You are on page 1of 24

Asuhan Keperawatan

Infeksi Traktus Urinarius


(UTI)

KELOMPOK 8

Definisi
Infeksi Traktus Urinarius (UTI) atau Infeksi saluran kemih
adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di wanita maupun
wanita dari semua umur dan dari kedua jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering menderita daripada pria (Sudoro Aru, dkk,
2009).

Continue
Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang
disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa disertai
tanda dan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).

Etiologi
Organisme penyebab infeksi pada saluran kemih yang tersering
adalah Escherichia Coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari
80%

kasus.

Organisme

E.Coli
juga

merupakan

dapat

penghuni

menimbulkan

normal

infeksi

pada

kolon.

adalah golongan

Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dan Pseudomonas.

Continue
Faktor predisposisi dalam perkembangan
infeksi saluran kemih :
1.

Obstruksi aliran urin

2.

Jenis kelamin perempuan

3.

Umur yang lebih tua

4.

Kehamilan

5.

Refluks Vesikounrete

6.

Penyakit metabolic

Patofisiologi
Organisme gram positif kurang berperan dalam infeksi saluran kemih kecuali
Staphylococcus saprophyticus, yang menyebabkan 10% hinga 15% infeksi ini terjadi
pada perempuan muda. Organisme tersebut dapat mencapai vesika urinaria melalui
uretra. Infeksi dimulai dari sistitis, dapat terbatas di vesika urinaria saja atau dapat
pula merambat ke atas melalui ureter sampai ke ginjal. Mekanisme pertahanan
lainnya adalah kerja antibakteri yang dimiliki oleh mukosa uretra, sifat bakterisidal
dari cairan prostat pada laki-laki dan sifat fagositik epitel vesika urinaria (Price, 2005)
serta pembentukan selaput mucus dependen estrogen yang membungkus kandung
kemih yang memiliki fungsi antimikroba pada wanita. Pada kedua jenis kelamin,
proteksi terhadap infeksi saluran kemih terbentuk oleh sifat alami urin yang bersifat
asam dan berfungsi sebagai bahan antibakteria (Corwin, 2009).

PATHWAY

Manifestasi Klinis
1.

Biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih), peningkatan frekuensi


berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih.

2.

Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprarubis, khususnya pada pielonefritis.

3.

Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.

4.

Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan termasuk iritabilitas,
demam, kurang nafsu makan, muntah, dan bau popok yang menyengat.

5.

Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala samar seperti mual atau muntah, demam,
agitasi atau konfusi.

6.

Adapun tanda-tanda umum infeksi adalah rubor (merah), kalor (panas), dolor (nyeri) dan
tumor (bengkak).

Pemeriksaan Diagnostik
1.

Hitung koloni.

2.

Kultur urin.

3.

Hematuria mikroskopik .

4.

Urogram

intravena

ultrasonografi.

(IVU)

atau

pielografi

(IVP),

sistografi

dan

Komplikasi

1.

Pielonefritis

2.

Abses dan gagal ginjal

Tindakan Pencegahan
1.

Perbanyak minum air putih (8/10gelas /hari).

2.

Mengkonsumsi vitamin C secara teratur karena dapat mengurangi jumlah


bakteri dalam urine.

3.

Hindari konsumsi minuman beralkoho, makanan yang berempah, dan kopi,


karena semua makanan ini dapat mengiritasi kandung kemih.

4.

Berikan kompres hangat dengan bantal elektrik khusus atau botol berisi air
panas pada bagian abdomen untuk mengurangi rasa tegang pada kandung
kemih.

5.

Segera buang air kecil jika keinginan itu timbul.

6.

Cucilahh alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan kelamin.

Continue
7.

Jalani hidup bersih dengan mencuci bagian anus dan genetalia sekurangkurangnya sekali sehari.

8.

Untuk wanita :
a.

Basuh bagian kemaluan dari arah depan kebelakang (anus) agar bakteri
tidak bermigrasi dari anus ke vagina atau uretra.

b.

Ganti pembalut atau tampon, hindari pemakaian terlalu ketat.

c.

Hindari penggunaan parfume, deodorant, atau produk kebersihan wanita


lainnya pada bagian kelamin karena dapat berpotensi mengiritasi uretra.

Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Menurut Brunner & Suddarth ( 2002) yang perlu di kaji : riwayat tanda
dan gejala urinarius didapatkan dari pasien yang diduga mengalami infeksi
traktus urinarius. Adanya nyeri, sering berkemih, urgency (keinginan yang kuat
untuk berkemih) dan hesitancy (perasaan BAK yang tidak komplit) serta
perubahan dalam urine dikaji didokumentasikan, dan dilaporkan. Pola berkemih
pasien dikaji untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya infeksi traktus
urinarius. Pengosongan kandung kemih yang tidak teratur, hubungan antara
gejala infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual, praktek kontraseptik,
dan hygiene personal dikaji. Pengetahuan pasien tentang resep medikasi
antimikrobial dan tindakan pencegahan juga dikaji. Selain itu urine pasien dikaji
dalam hal volume, warna, konsentrasi, keabu-abuan dan bau yang semuanya itu
akan berubah dengan adanya bakteri dalam traktus urinarius.

Diagnosa Keperawatan

1.

Nyeri b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan


struktur traktus urinarius lain.

2.

Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kontraksi otot VU.

3.

Kekurangan volume cairan b.d mual dan muntah..

4.

Hipertermi b.d proses inflamasi mikroorganisme.

5.

Resiko infeski b.d gaya hidup yang kurang bersih dan


pertahanan tubuh yang tidak adekuat.

6.

Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi.

Diagnosa & Intervensi

1.

Nyeri b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lain.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang.
Kriteria Hasil :
a.

Mampu mengontrol nyeri, dan melaporkan nyeri berkurang.

b.

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda).

Intervensi :
c.

Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST).

d.

Observasi reaksi non verbal pasien.

e.

Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

f.

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

2.

Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kontraksi otot VU.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan gangguan
teratasi.
Kriteria Hasil :
a.

Kandung kemih kosong secara penuh.

b.

Tidak ada spasme bladder.

c.

Balance cairan seimbang.

Intervensi :
d.

Lakukan penilaian output urin.

e.

Lakukan pemasangan kateter.

f.

Memantau asupan dan keluaran.

g.

Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan melakukan palpasi dan


perkusi.

3.

Kekurangan volume cairan b.d mual dan muntah.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan
cairan terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a.

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.

b.

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

Intervensi :
c.

Pertahankan intake dan output yang akurat.

d.

Monitor status hidrasi.

e.

Monitar vital sign.

f.

Kolaborasikan pemberian cairan melalui IV.

g.

Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

4.

Hipertermi b.d proses inflamasi mikroorganisme.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu
tubuh kembali normal (36,5 37,5 0C).
Kriteria Hasil :
a.

Suhu tubuh dalam rentang normal

b.

Nadi dan RR dalam rentang normal

Intervensi :
c.

Monitor suhu sesering mungkin.

d.

Monitor tekanan darah, nadi dan RR.

e.

Monitor intake dan output.

f.

Kompres pasien pada bagian kening dan aksila.

g.

Berikan antipiretik.

5.

Resiko infeski b.d gaya hidup yang kurang bersih dan pertahanan tubuh
yang tidak adekuat.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan perilaku
pasien dan keluarga berubah.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, menunjukkan
perilaku hidup sehat
Intervensi :
a.

Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

b.

Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.

c.

Berikan terapi antibiotik.

d.

Instruksikan keluarga dan pengunjung untuk cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah berkunjung.

e.

Dorong masukan nutrisi yang cukup.

6.

Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah.
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan.
Intervensi :
a.

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien.

b.

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal tersebut


berhubungan dengan anatomi dan fisiologi tubuh pasien dengan tepat.

c.

Sediakan informasi tentang kondisi pasien..

d.

Diskusikan perubahan gaya hidup pada keluarga untuk mencegah terkena


penyakit yang sama.

Terima Kasih

You might also like