You are on page 1of 30

Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan


Fraktur Lumbal

Oleh: Kelompok 1 (A4-A):


1. Anak Agung Istri Gunawati

(10.321.0939)

2. I Nengah Dwipayana Putra

(10.321.0952)

3. Kadek Ayu Astri Novitasari

(10.321.0959)

4. Luh Putu Widiatmini

(10.321.0965)

5. Luh Yulia Adiningsih

(10.321.0966)

6. Komang Sulistyawati

(10.321.0972)

7. Ni Luh Gd Septiarini

(10.321.0974)

8. Ni Putu Widya Santika Dewi

(10.321.0979)

STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2012

25

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN FRAKTUR LUMBAL dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi
mahasiswa untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit yang berhubungan dengan Sistem
Muskuloskeletal sebelum dapat melaksanakan asuhan itu sendiri kepada pasien/klien, serta
dalam memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.
Saya menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan mengingat keterbatasan kami dalam penyusunan. Sehingga dengan
keterbatasan tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan semoga
sehingga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan yang luas bagi mahasiswa
dalam belajar.

Denpasar, 17 September 2012

Penulis

25

Daftar Isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II.......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
A. Konsep Dasar Teori................................................................................................ 3
1. Pengertian.......................................................................................................... 3
2. Etiologi............................................................................................................... 3
3. Manifestasi Klinik................................................................................................. 4
4. Patofisiologi........................................................................................................ 4
5. Jenis Fraktur....................................................................................................... 5
6. Proses Penyembuhan Tulang................................................................................6
7. Komplikasi.......................................................................................................... 7
8. Penatalaksanaan Medis........................................................................................ 9
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.......................................................................10
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................................... 10
2. Diagnosa keperawatan....................................................................................... 13
3. Perencanaan keperawatan.................................................................................. 13
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................20

25

5. Evaluasi Keperawatan........................................................................................ 22
BAB III....................................................................................................................... 25
PENUTUP.................................................................................................................. 25
A. Kesimpulan........................................................................................................ 25
B. Saran................................................................................................................ 25
Daftar Pustaka............................................................................................................ 26

25

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Diperkirakan 80 % populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada suatu
saat dalam hidup mereka. Kerusakan punggung dan tulang belakang, suatu maslah
kesehatan berat merupakan penyebab kecacatan pada orang usia kerja. Keterbatasan
yang diakibatkan oleh nyeri punggung bawah pada seseorang sangat berat. Jumlah
kunjungan ke dokter akibat nyeri punggung bawah merupakan yang kedua setelah
penyakit saluran napas atas ( Smeltzer, S 2001 ).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Kebanyakan fraktur
akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti
osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur patologis. Fraktur lumbal terjadi lebih
umum pada lansia, terutama wanita karena jatuh. Beberapa faktor utama yang
menimbulkan insiden tinggi pada wanita adalah peningkatan insiden osteoporosis
setelah menopause dan lebih besar harapan hidup wanita dibandingkan dengan pria
( Engram, B, 1998 )
Penyebab fraktur lumbal atara lain : benturan atau cedera ( jatuh pada
kecelakaan ), kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis, patah karena
keletihan, malnutrisi karena terjadi defisit kalsium pada tulang sehingga tulang rapuh.
Tanda dan gejala fraktur lumbal adalah rasa nyeri yang langsung dan menjadi lebih
hebat karena berjalan dan tekanan pada daerah yang terkena, hilangnya fungsi pada
daerah yang cidera, tampak deformitas bila dibandingkan dengan bagian yang normal.
Akibatnya akan menimbulkan komplikasi seperti emboli lemak, tromboemboli, syok
hipovolemik atau traumatik, sindrom kompertement dan koagulopati intravaskuler
diseminata ( KID ) ( Smeltzer, S, 2001 ).
Selain komplikasi, pasien yang mengalami fraktur akan muncul masalah lain
yang sangat berpengaruh pada proses kesembuhan. Baik itu masalah biologis,
psikologis, sosial dan ekonomi. Masalah biologis adalah kemungkinan terjadinya
ketergantungan pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya:
mandi, BAK, BAB, makan dan minum. Masalah psikologi sangatlah berkaitan dengan
25

kecemasan sehubungan dengan keadaan tubuh yang berubah dengan keadaan


semula.

B.

Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

C.

Apa pengertian dari fraktur lumbal ?


Apa saja etiologi dari fraktur lumbal ?
Bagaimana manifestasi klinik dari fraktur lumbal ?
Bagaimana patofisiologi dari fraktur lumbal ?
Apa saja jenis jenis fraktur lumbal ?
Bagaimana proses penyembuhan tulang ?
Bagaimana komplikasi dari fraktur lumbal ?
Bagaimana penatalaksanaan medis dari fraktur lumbal ?
Bagaimana askep dengan pasien fraktur lumbal ?

Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Untuk mengetahui pengertian dari fraktur lumbal ?


Untuk mengetahui etiologi dari fraktur lumbal ?
Untuk mengetahui manifestasi klinik dari fraktur lumbal ?
Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur lumbal ?
Untuk mengetahui jenis jenis fraktur lumbal ?
Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan tulang ?
Untuk mengetahui komplikasi dari fraktur lumbal ?
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari fraktur lumbal ?
Untuk mengetahui bagaimana askep dengan pasien fraktur lumbal ?

25

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis
dan luasnya. Faktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
putir, mendadak bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya
juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan
sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah.
(Brunner and Suddarth, 2001).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Gejala gejala fraktur tergantung
pada sisi, beratnya dan jumlah kerusakan pada struktur lain, biasanya terjadi pada orang
dewasa laki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan. (Marilyn,
E. Doengoes, 1999).
Fraktur adalah deformasi atau dekontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi
kekuatan tulang. (http://www.medicastore.com/med/detail=patah;tulang/).
Dari ketiga pengertian diatas kami menyimpulkan fraktur lumbal adalah kerusakan
pada tulang belakang berakibat trauma, biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki yang
disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan.
2. Etiologi
Adapun penyebab dari fraktur menurut Brunner and Suddart, 2001 adalah sebagai
berikut :
a. Trauma langsung merupakan utama yang sering menyebabkan fraktur. Fraktur
tersebut terjadi pada saat benturan dengan benda keras.
b. Putaran dengan kekuatan yang berlebihan (hiperfleksi) pada tulang akan dapat
mengakibatkan dislokasi atau fraktur.
c. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian,
25
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.

d. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang
menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang.
e. Postur Tubuh (obesitas atau kegemukan) dan Body Mekanik yang salah seperti
mengangkat benda berat.
3. Manifestasi Klinik
a. Manifestasi

klinik

fraktur

adalah

nyeri,

hilangnya

fungsi,

deformitas,

pemendekkan deformitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.


b. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
c. Setelah terjadi fraktur, bagian bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas yang bisa diketahui dengan ekstermitas
normal.
d. Terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
bawah tempat fraktur.
e. Saat ekstermitas diperiksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus akibat
gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.
f.

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
4. Patofisiologi

Fraktur tulang belakang dapat terjadi di sepanjang kolumna vertebra tetapi lebih
sering terjadi di daerah servikal bagian bawah dan di daerah lumbal bagian atas. Pada
dislokasi akan tampak bahwa kanalis vertebralis di daerah dislokasi tersebut menjadi
sempit, keadaan ini akan menimbulkan penekanan atau kompresi pada medulla spinalis
atau rediks saraf spinalis.
Dengan adanya penekanan atau kompresi yang berlangsung lama, mengakibatkan
jaringan terputus akibatnya daerah sekitar fraktur mengalami oedema atau hematoma.
Kompresi sering mengakibatkan iskemia otot. Tanda dan gejala yang menyertai peningkatan
tekanan compartmental mencakup nyeri, kehilangan sensasi, dan paralisis. Hilangnya
tonjolan tulang yang normal, pemendekan atau pemanjangan tulang, dan kedudukan yang
khas untuk dislokasi tertentu menyebabkan25
terjadinya perubahan bentuk (deformitas).

Imobilisasi membentuk terapi awal pasien fraktur. Imobilisasi harus dicapai sebelum pasien
ditransfer dan bila mungkin bidai harus dijulurkan paling kurang satu sendi diatas dan
dibawah tempat fraktur, dengan imobilisasi mengakibatkan sirkulasi darah menurun
sehingga

terjadi perubahan

perfusi jaringan primer. (Markam, Soemarmo, 1992;

Sabiston,1995; Mansjoer, 2000).

25

25

5. Jenis Fraktur
Adapun klasifikasi menurut Brunner and Suddarth, 2001 adalah sebagai berikut:
1.Berdasarkan garis patah yang terdapat pada tulang, fraktur dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
2. Berdasarkan robekan yang terdapat pada kulit, fraktur dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Fraktur tertutup (fraktur simple) adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya
kulit.
b. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ kompleks) adalah fraktur dengan luka pada
kulit atau membran mukosa sampai patahan tulang.
3. Berdasarkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang dibedakan menjadi tulang
bergeser dan fraktur tidak bergeser.
4. Berbagai jenis khusus fraktur adalah sebagai berikut :
a. Greenstick adalah fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
b. Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang.
c. Oblik adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
d. Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang.
e. Kominutif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
f. Depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam.
g. Kompresi adalah fraktur di mana tulang mengalami kompresi.
25

h. Patologik adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit.


i. Avulsi adalah tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada
perlekatannya.
6. Proses Penyembuhan Tulang
a. Tahap Hematoma, Pada tahap terjadi fraktur, terjadi kerusakan pada kanalis
Havers sehingga masuk ke area fraktur setelah 24 jam terbenutk bekuan darah
dan fibrin yang masuk ke area fraktur, terbenuklah hematoma kemudian
berkembang menjadi jaringan granulasi.
b. Tahap Poliferasi, Pada aerea fraktur periosteum, endosteum dan sumsum
mensuplai sel yang berubah menjadi fibrin kartilago, kartilago hialin dan jaringan
panjang.
c. Tahap Formiasi Kalus atau Prakalus, Jaringan granulasi berubah menjadi
prakalus. Prakalus mencapai ukuran maksimal pada 14 sampai 21 hari setelah
injuri.
d. Tahap Osifikasi kalus, Pemberian osifikasi kalus eksternal (antara periosteum dan
korteks), kalus internal (medulla) dan kalus intermediet pada minggu ke-3 sampai
dengan minggu ke-10 kalus menutupi lubang.
e. Tahap consolidasi, Dengan aktivitas osteoblasi dan osteoklas, kalus mengalami
proses tulang sesuai dengan hasilnya.

Faktor faktor yang mempengaruhi proses pemulihan :


a. Usia klien
b. Immobilisasi
c. Tipe fraktur dan area fraktur
d. Tipe tulang yang fraktur, tulang spongiosa lebih cepat sembuh dibandingkan
dengan tulang kompak.
25

e. Keadaan gizi klien


f. Asupan darah dan hormon hormon pertumbuhan yang memadai
g. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang
h. Komplikasi atau tidak misalnya infeksi biasa menyebabkan penyembuhan lebih
lama.
i. Keganasan lokal, penyakit tulang metabolik dan kortikosteroid.
7. Komplikasi
a. Syok
Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke
jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar
akibat trauma.
b. Mal union
Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan mal union,
sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit diantara
fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling beradaptasi dan
membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan (non union).
c. Non union
Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal
ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.
d. Delayed union
Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam
waktu lama dari proses penyembuhan fraktur.
e. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID).
Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau
pada saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat
seperti plate, paku pada fraktur. 25

f. Emboli lemak
Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum
tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan
trombosit dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah
kecil, yang memsaok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.
g. Sindrom Kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas
permanen jika tidak ditangani segera.
h. Cedera vascular dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia, dan
gangguan syaraf. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya injuri atau keadaan
penekanan syaraf karena pemasangan gips, balutan atau pemasangan traksi.

8. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan dan Terapi Medis
a. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest, Fisioterapi
2. Konservatif
Pembedahan dapat mempermudah perawatan dan fisioterapi agar mobilisasi dapat
berlangsung lebih cepat. Pembedahan yang sering dilakukan seperti disektomi dengan
peleburan yang digunakan untuk menyatukan prosessus spinosus vertebra; tujuan
peleburan spinal adalah untuk menjembatani discus detektif, menstabilkan tulang belakang
dan mengurangi angka kekambuhan. Laminectomy mengangkat lamina untuk memanjakan
elemen neural pada kanalis spinalis, menghilangkan kompresi medulla dan radiks.
Microdiskectomy atau percutaeneus diskectomy untuk menggambarkan penggunaan
25
operasi dengan mikroskop, melihat potongan yang mengganggu dan menekan akar syaraf.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan dilakukan secara
sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual. Langkah awal dari pengkajian
ini adalah pengumpuln data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan keluarga,
observasi pemeriksaan fisik, konsultasi dengan anggota tim kesehatan lainnya dan meninjau
kembali catatan medis ataupun catatan keperawatan. Pengkajian fisik dilakukan dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien fraktur menurut Brunner and
Suddarth, 2002 adalah sebagai berikut :
a. Data demografi/ identitas klien
Antara lain nama, umur, jenis kelamin, agama, tempat tinggal, pekerjaan, dan
alamat klien.
b. Keluhan utama
Adanya nyeri dan sakit pada daerah punggung
c. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk menentukan hubungan genetik perlu diidentifikasi misalnya adanya
predisposisi seperti arthritis, spondilitis ankilosis, gout/ pirai (terdapat pada fraktur
psikologis).
d. Riwayat spiritual
Apakah agama yang dianut, nilai-nilai spiritual dalam keluarga dan bagaimana
dalam menjalankannya.
e. Aktivitas kegiatan sehari-hari
Identifikasi pekerjaan klien dan aktivitasnya sehari-hari, kebiasaan membawa
benda-benda berat yang dapat menimbulkan strain otot dan jenis utama lainnya.
Orang yang kurang aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau
trauma dapat timbul pada orang yang suka berolah raga dan hockey dapat
25
menimbulkan nyeri sendi pada tangan.

f. Pemeriksaan fisik
1) Pengukuran tinggi badan
2) Pengukuran tanda-tanda vital
3) Integritas tulang, deformitas tulang belakang
4) Kelainan bentuk pada dada
5) Adakah kelainan bunyi pada paru-paru, seperti ronkhi basah atau kering,
sonor atau vesikuler, apakah ada dahak atau tidak, bila ada bagaimana
warna dan produktivitasnya.
6) Kardiovaskuler: sirkulasi perifer yaitu frekuensi nadi, tekanan darah, pengisian
kapiler, warna kulit dan temperatur kulit.
7) Abdomen tegang atau lemas, turgor kulit, bising usus, pembesaran hati atau
tidak, apakah limpa membesar atau tidak.
8) Eliminasi: terjadinya perubahan eliminasi fekal dan pola berkemih karena
adanya immobilisasi.
9) Aktivitas adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur
10) Apakah ada nyeri, kaji kekuatan otot, apakah ada kelainan bentuk tulang dan
keadaan tonus otot.
g. Tes Diagnostik
Pada klien dengan trauma tulang belakang, biasanya dilakukan beberapa tes
diagnostik untuk menunjang diagnosa medis, yaitu :
1) Foto Rontgen Spinal, yang memperlihatkan adanya perubahan degeneratif
pada tulang belakang, atau tulang intervetebralis atau mengesampingkan
kecurigaan patologis lain seperti tumor, osteomielitis.
2) Elektromiografi, untuk melokalisasi lesi pada tingkat akar syaraf spinal utama
yang terkena.
25

3) Venogram Epidural, yang dapat dilakukan di mana keakuratan dan miogram


terbatas.
4) Fungsi Lumbal, yang dapat mengkesampingkan kondisi yang berhubungan,
infeksi adanya darah.
5) Tanda Le Seque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas) untuk
mendukung diagnosa awal dari herniasi discus intervertebralis ketika muncul
nyeri pada kaki posterior.
6) CT - Scan yang dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya
protrusi discus intervetebralis.
7) MRI, termasuk pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya
perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat adanya herniasi
discus.
8) Mielogram, hasilnya mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari
ruang discus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan secara teoritis menurut Doengoes, 2002 untuk klien
dengan gangguan tulang belakang, yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, dan
cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri: ketidaknyamanan; spasme
otot; kerusakan neuromuscular.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan sensori dan mobilitas
permanen.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan imobilisasi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi, tidak
mengenal sumber informasi

25

f.

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


primer:kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan secara teoritis menurut Doengoes, 2002 adalah
sebagai berikut :
No.
Dx
1

Tujuan & Kriteria Hasil


Setelah

dilakukan

keperawatan

Intervensi

tindakan Mandiri :

x24

jam

diharapkan

nyeri

berkurang/terkontrol,

dengan

criteria hasil :

1.

Pertahankan

tirah

1. Tirah baring dalam

selama

fase

posisi yang nyaman

akut.

Letakkan

klien

memungkinkan

dalam

posisi

semi

untuk

baring

klien

menurunkan

Klien melaporkan nyeri

fowler dengan tulang

penekanan

hilang atau terkontrol

spinal, pinggang dan

bagian tubuh tertentu

Klien

lutut

dan intervertebralis.

dapat

mengungkapkan

yang

dapat menghilangkan

Rasional

Klien

dapat

mendomenstrasikan
penggunaan intervensi
terapeutik

seperti

dalam

keadaan

fleksi; posisi telentang


dengan

atau

meninggikan

tanpa
kepala

10 - 30 atau pada
posisi lateral.
2.

Batasi

aktivitas

keterampilan relaksasi,

selama

modifikasi

sesuai kebutuhan

untuk

perilaku

pada

fase

akut

menghilangkan

2. Menurunkan gaya
gravitasi

dan

yang

gerak
dapat

menghilangkan

nyeri

spasme

otot

menurunkan
dan

tekanan

dan
edema
pada

struktur sekitar discus


intervertebralis

yang

terkena.
3. 25
Letakkan

semua

3. Menurunkan resiko

kebutuhan,

termasuk

bel panggil dalam batas

peregangan

saat

meraih

yang mudah dijangkau


atau diraih klien.
4.

Ajarkan

teknik

distraksi dan relaksasi

4.

Memfokuskan

perhatian

klien

dan

membantu
menurunkan
tegangan

otot

dan

meningkatkan proses
penyembuhan.

5. Berikan kesempatan
untuk

berbicara

atau

mendengarkan

5.

Berbicara

menurunkan
atau

rasa

selama

masalah klien

dapat
strees
takut
dalam

keadaan

sakit

dan

dirawat.
6. Berikan tempat tidur

6.

Memberikan

ortopedik atau letakan

sokongan

papan dibawah kasur

menurunkan

fleksi

atau matras.

spinal

yang

dan

menurunkan spasme.

Observasi :
7. Kaji adanya keluhan
nyeri, catat lokasi, lama

7.

Membantu

serangan,

faktor

menentukan

pencetus

atau

intervensi

dan

memperberat.

Minta

memberikan

dasar

klien
25
mendapatkan

untuk

untuk

skala

dan evaluasi terhadap

perbandingan

nyeri 1 10.

terapi.

Health Education :
8.

Instruksikan

anjurkan

klien

atau
untuk

melakukan mekanisme

8.

tubuh

stress pada otot dan

atau

gerakan

Menghilangkan

mencegah

yang tepat.

trauma

lebih lanjut.
Kolaborasi :
9. Berikan obat sesuai
relakskan 9. Merelaksasikan otot
otot seperti Diazepam dan menurunkan nyeri
kebutuhan:

Setelah

dilakukan

(Valium)
tindakan Mandiri :

keperawatan

x24

diharapkan

Berikan
kerusakan 1.
tidak terjadi, pengamanan

mobilitas

fisik

jam
tindakan 1.

sesuai bagian

yang spesifik.
Klien
situasi

atau

faktor

resiko

dan

aturan

Mendemonstrasikan
teknik

atau

meningkatkan kekuatan
fungsi

jenis

berhati-hati
meningkatkan

kerusakan spinal.

2. Catat respon-respon
emosi

atau

perilaku

immobilisasi,

berikan

Mempertahankan atau
dan

akan

perilaku pada

yang mungkin

atau

kurang

tentang

pengobatan individu.

yang

prosedur, aktivitas yang

mengungkapkan

pemahaman

pada

tubuh

indikasi dengan situasi terkena

dengan criteria hasil :

Tergantung

aktivitas

disesuaikan
klien.

bagian

yang

dengan

2.

Immobilisasi

dipaksakan

yang
dapat

memperbesar
kegelisahan,

peka

rangsangan.

Aktivitas

pengalihan

dapat

membantu

dalam

memfokuskan

tubuh yang sakit atau

perhatian

kompensasi.

meningkatkan
dengan
25

dan
koping
batasan

tersebut.
3.
3.

Bantu

klien

melaksanakan

Memperkuat

otot

abdomen dan fleksor


untuk tulang
belakang,
latihan memperbaiki mekanika

rentang gerak aktif dan tubuh.


pasif
4.

Keterbatasan

aktivitas
4. Bantu klien dalam
melakukan

ambulasi

progresif

Health Education :

pada

tergantung
kondisi

yang

khusus, tapi biasanya


berkembang

dengan

lambat sesuai toleransi.

5. Stimulasi sir vena

5. Anjurkan klien untuk atau arus balik vena


melatih
kaki
bagian menurunkan keadaan
bawah dan lutut

vena yang statis dan


kemungkinan
terbentuknya trombus

Setelah

dilakukan

keperawatan

tindakan Mandiri :

x24

jam

kerusakan 1. Masase kulit dan 1. Menurunkan tekanan


tulang, pada area yang peka
integritas kulit dapat teratasi, penonjolan
pertahankan
tempat dan
risiko
dengan criteria hasil:
diharapkan

tidur kering dan bebas abrasi/kerusakan kulit

Menunjukan
untuk

perilaku kerutan.
25
mencegah

kerusakan

kulit
2. Ubah posisi dengan

memudahkan

sesuai sering

penyembuhan

2. Mengurangi tekanan

indikasi.

konstan
yang

Mencapai
penyembuhan

sama

dan
risiko

kerusakan kulit

waktu/ Observasi :

penyembuhan

area

meminimalkan

luka

sesuai

pada

lesi
3. Kaji kulit untuk luka

terjadi

terbuka,

benda

asing, 3.
kemerahan, perdarahan, informasi

Memberikan

perubahan warna.

kulit

sirkulasi

tentang
dan

masalah yang mungkin


disebabkan

oleh

alat

traksi/ gibs.

Kolaborasi :
4. Gunakan tempat tidur
busa,

bulu

domba,

bantal apung atau kasur


udara sesuai indikasi.

4.

Karena imobilisasi

bagian tubuh, tonjolan


tulang lebih dari area
yang sakit oleh pen
mungkin sakit karena
penurunan sirkulasi

Setelah

dilakukan

keperawatan
diharapkan
pasien

tindakan Mandiri :

x24

jam

perawatan

diri

dapat

terpenuhi,

dengan criteria hasil :

Pasien

dapat

berpartisipasi

dalam

kegiatan
untuk

sehari-hari
meningkatkan

kemampuan diri

Pasien

dapat

1. Untuk

1. Bekerjasama
dengan klien untuk

meningkatkan

memprioritaskan

kemampuan dalam

tugas-tugas merawat

merawat diri
2. Mendukung

diri

kemandirian

2. Pertahankan
mobilitas,

control

terhadap nyeri dan


program latihan

ikut

25

fisik/emosional

berpartisipasi

dalam

3. Menyiapkan untuk
Observasi :

perawatan dirinya

meningkatkan

3. Kaji

kemandirian, yang

hambatan

akan

terhadap partisipasi
dalam

meningkatkan

perawatan

harga diri

diri.
Identifikasi/rencana
untuk

modifikasi

lingkungan
4. Agar

Health Education :

perawatan

diri dapat terpenuhi


4. Ajarkan

klien

keluarga

dan

tentang

cara-cara

untuk

memodifikasi
perubahan
5

Setelah

dilakukan

keperawatan

x24

diharapkan
memahami

perawatan diri
tindakan Mandiri :

klien
dan

jam
dapat

mengerti

1.

Dorong

untuk

pasien

melanjutkan

1.

Mencegah

kekauan

sendi,

tentang penyakitnya, dengan

latihan aktif untuk sendi

kontraktur

dan

criteria hasil :

di atas dan di bawah

kelelahan

otot,

fraktur

meningkatkan

Pasien

kembalinya

dapat

sehari-hari secara dini

menyatakan
pemahaman
prognosis

kondisi,
dan

pengobatan

Pasien
melakukan

2.
dapat
dengan

2.

Beri

penguatan

metode mobilitas dan

benar prosedur yang

ambulasi

diperlukan

intruksi dengan terapis

menjelaskan
tindakan

aktivitas

dan
alasan

sesuai

fisik bila diindikasikan


25

Banyak

fraktur

memerlukan

gips,

bebat atau penjepit


selama
penyembuhan

proses

3.

Memberikan

dasar

dimana pasien dapat

Observasi :
3.

membuat

Kaji

ulang

patologi,

prognosis

dan

pengetahuan

harapan

pilihan

informasi

yang
4.

akan datang

Menurunkan

risiko

trauma

tulang/jaringan
infeksi
4.

Kaji

ulang

perawatan

yang

berlanjut

pen/luka

dan
dapat

menjadi

osteomielitis

yang tepat

5.

Memberikan

tempat

untuk

membawa

artikel

tertentu
Helath Education :
5.

Berikan

penjelasan
pasien
6

Setelah

dilakukan

keperawatan
diharapkan
mengalami

risiko

untuk

penggunaan backpack
tindakan Mandiri :

x24
klien

kepada

jam
Pen/kawat
tidak
tidak 1. Inspeksi kulit untuk 1.
iritasi
atau harus
dimasukkan
infeksi, adanya
robekan kontinuitas

dengan criteria hasil :

melalui

kulit

terinfeksi,

Mencapai
penyembuhan
sesuai

waktu,

atau
luka

kemerahan

abrasi

menimbulkan

bebas

yang
(dapat
infeksi

tulang)

drainase purulen atau


2

eritema dan demam


2.

Berikan
25

Dapat

mencegah

perawatan kontaminasi silang dan

pen/kawat steril sesuai kemungkinan infeksi


protocol

dan

latihan

mencuci tangan
Observasi :
Dapat
3. Kaji sisi pen atau kulit, 3.
perhatikan
keluhan mengindikasikan
peningkatan nyeri atau timbulnya infeksi local
rasa
terbakar
atau atau nekrosis jaringan,
adanya edema, eritema, yang
drainase atau bau tak menimbulkan

dapat

osteomilitis

enak

Kolaborasi :
4.

Pemeriksaa

laboratorium contoh :
- Hitung darah lengkap

Anemia

dapat

terjadi

pada

osteomilitis,
leukositosis
biasanya
dengan

ada
proses

infeksi

5. Berikan obat sesuai


indikasi contoh :
-

Antibiotik
IV/Topikal

Antibiotik
spectrum

luas

dapat digunaka
secara profilaktif
25

atau

dapat

ditujukan

pada

mikroorganisme
khusus

Tetanus toksoid

Diberikan
secara
profilaktik
karena
kemungkinan
adanya tetanus
pada

luka

terbuka

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Drs. Nasrul Effendi,
2000). Ada tiga fase dalam tindakan keperawatan, yaitu :
1. Fase Persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan
keterampilan menginterpretasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan.
2. Fase Intervensi
Merupakan puncak dari implementasi yang berorientasi pada tujuan dan fokus
pada pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien termasuk reaksi
fisik,

psikologis,

sosial

dan

spiritual.

Tindakan

keperawatan

dibedakan

berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab secara professional, yaitu :


a. Secara Mandiri (Independen)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien
dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya
stressor (penyakit), misalnya :
1) Membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari hari
25

2) Melakukan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus


3) Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
secara wajar.
4) Menciptakan lingkungan terapeutik
b. Saling ketergantungan/ kolaborasi (Interdependen)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama sesama tim perawatan
atau kesehatan lainnya seperti dokter, fisiotherapy, analisis kesehatan, dsb.
c. Rujukan/ Ketergantungan
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain diantaranya
dokter, psikologis, psikiater, ahli gizi, fisiotherapi, dsb.
Pada penatalaksanaanya tindakan keperawatan dilakukan secara :
1). Langsung : Ditangani sendiri oleh perawat
2). Delegasi : Diserahkan kepada orang lain/ perawat lain yang dapat dipercaya
3. Fase Dokumentasi
Merupakan terminasi antara perawat dan klien. Setelah implementasi dilakukan
dokumentasi terhadap implementasi yang dilakukan. Ada tiga sistem pencatatan
yang digunakan :
a. Sources Oriented Record
b. Problem Oriented Record
c. Computer Assisted Record

5. Evaluasi Keperawatan
Adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Teknik penilaian
yang didapat dari beberapa cara, yaitu :
25

1. Wawancara : Dilakukan pada klien dan keluarga


2. Pengamatan : Pengamatan klien terhadap sikap, pelaksanaan, hasil yang dicapai
dan perubahan tingkah laku klien.
Jenis evaluasi ada dua macam, yaitu :
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi Sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada saat
tertentu berdasarkan tujuan rekapitulasi dari hasil yang direncanakan pada tahap
perencanaan. Ada tiga alternatif yang dapat dipergunakan oleh perawat dalam
memutuskan/ menilai :
1) Tujuan tercapai : Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian : Jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai : Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan akan timbul masalah baru.

Diagnosa
1

Evaluasi

Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Klien dapat mengungkapkan yang dapat menghilangkan

Klien

dapat

mendomenstrasikan

penggunaan

intervensi

terapeutik seperti keterampilan relaksasi, modifikasi perilaku


2

untuk menghilangkan nyeri


Klien mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor
resiko dan aturan pengobatan individu.
25

Klien dapat mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang


mungkin

Klien dapat Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan

fungsi bagian tubuh yang sakit atau kompensasi.


Klien dapat menunjukan perilaku untuk mencegah kerusakan
kulit memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.

Klien dapat mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/

penyembuhan lesi terjadi


Pasien dapat berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari untuk
meningkatkan kemampuan diri

Pasien dapat ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya


Pasien dapat menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan
pengobatan

Pasien

diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan


Klien dapat mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas

dapat melakukan

dengan

benar

prosedur

yang

drainase purulen atau eritema dan demam

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Fraktur lumbal adalah kerusakan pada tulang belakang berakibat trauma,
biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan,
jatuh, dan perilaku kekerasan.
Penyebab dari fraktur lumbal adalah trauma, kompresi atau tekanan pada
tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian, gangguan spinal bawaan atau cacat
sejak lahir dan postur tubuh ( obesitas atau kegemukan ).
Manifestasi klinik dari fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekkan deformitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna
25

Komplikasi dari fraktur yaitu syok, Tromboemboli, infeksi, kaogulopati


intravaskuler diseminata (KID), emboli lemak.
Asuhan keperawatan dari peritonitis yaitu dimulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi serta evaluasi.

B.

Saran
Sebagai seorang perawat kita harus menngetahui apa itu fraktur, jenis jenis
fraktur, lokasi, luas dan apa yang penyebab dari fraktur itu sendiri. Selain itu perawat
juga harus mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
sehingga perawat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk menangani
pasien dengan fraktur agar pasien dengan fraktur lumbal bisa menjalani kehidupan
secara wajar sehingga aktivitas pasien tidak terganggu.

Daftar Pustaka

Brunner and Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2.
Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9.Jakarta : EGC

25

You might also like