Professional Documents
Culture Documents
e. Serat
Serat yang laut seperti pectin, psylium dan beberapa
gums dapat menurunkan total kolesterol, LDL pada
pasien hiperkolesterolemia. Dan mungkin dapat
menurunkan kadar trigliserida puasa pada pasien
hipertrigliseridemia diserati diabetes mellitus. Pada saat
ini serat yang direkomendasikan sejumlah 25-30gr/ hari.
f. Fosfor10
Nilai normal : 2.5-4.8 mg/dL. Untuk pasien dialisis : 36 mg/dL. Ditemukan di produk susu, biji-bijian kering,
kacang, dan daging. Berpengaruh dalam pembentukan
tulang dan penghasil energi. Jumlah yang dapat
diterima tergantung berbagai faktor, yaitu jumlah
calsium, kadar pTH dan kadar fosfor dalam diet. Bila
jumlah calsium dan kadar PTH normal, jumlah fosfor
yang sedikit lebih tinggi diperbolehkan. Perubahan diet
jika kadar fosfor tinggi; Batasi konsumsi susu dan
produk susu menjadi 1 sajian perhari. Ingatkan pasien
menggunakan pengikat fosfor sesuai anjuran. Namun
jika rendah tambahkan 1 sajian produk susu atau
sumber tinggi fosfor lain perhari atau kurangi pengikat
fosfor. 5
Diet tinggi fosfor pada pasien dengan gagal ginjal
kronis dapat meningkatkan depot kalsium fosfat di
jaringan lunak termasuk pembuluh darah arteri.
Hiperfisfatemia juga dapat menurunkan kadar kalsium
serum sehinnga dapat menyebabkan hiperparatiroid.
Diet rendah fosfor dan kadar normal fosfor dalam serum
sudah dinyatakan oleh beberapa sumber dapat
menurunkan laju progresi dari gagal ginjal kronik.
Untuk mendapatkan kadar normal serum fosfat pada
pasien gagal ginjal kronis dengan stadium 3 sampai 5
biasanya membutuhkan diet rendah fosfat sekitar 8001000 mg/hari. Terutama pada saat kadar serum fosfat
4.6mg/dL pada stadium 3-4, dan 5.5mg.dL pada
stadium 5. Kadar fosfat dalam serum sebaiknya
cholecalciferos
atau
ergocalciferol
dan
sekitar
800mg/hari dari kalsium kecuali dalam vitamin D tinggi,
kecuali kalau diambil alih oleh hiperparatiroid.
kalsium, menurunkan PTH serum, menurunkan aktifitas alkali fosfatase serum, mengurangi
resopsi tulang, mengurangi fibrosis entosteal, dan sering memperbaiki osteomalasia. Terapi
kalsitriol atau vitamin D aktif lain diindikasikan untuk hiperparatiroidisme, osteitis fibrosa,
osteomalasia campuran dan hipokalsemia berat.
Sebagian pasien dengan CKD dan kekurangan vitamin D menimbulkan miopati
terutama pada otot proksimal anggota gerak, dan mungkin menyebabkan kelemahan umum.
Anak dengan CKD derajat 3-5 membutuhkan analog vitamin D untuk tumbuh. Dari studi
observasional mengindikasikan vitamin D dan analognya memiliki banyak keuntungan pada
populasi umum dan kemungkinan juga pada pasien dengan CKD. Efeknya termasuk
peningkatan kekuatan tulang dan otot. Mengurangi resiko CHD dan kemungkinan hipertensi
dan kanker.
Sekarang, suplemen vitamin D3 (cholecalciferol) 800 IU/hari, direkomendasikan
untuk pasien dengan CKD derajat 3-5. Pasien dengan CKD derajat 3-5 juga diperiksa serum
kalsitriolnya, jika rendah vitamin D aktif dapat diberikan.
Terapi dari nondialisispasien dengan CKD derajat 3-5 dengan kalsitriol atau vitamin
D lainnya biasanya dimulai 0,25-0,5 ug/hari. Serum kalsium harus dimonitor hati-hati, dan
jika rendah dan tidak melebihi 0,5 mg/dL dengan dosis tertentu, dosis dapat dinaikkan 0,250,5 ug/hari tiap 4-6 minggu.
Sindrom aplastik atau hipoplastik bone disease telah ditemukan pada pasien pengguna
dialisis kronik. Ditandai dengan rendahnya konsentrasi PTH serum, kurangnya osteoblas,
dan menandai reduksi dalam turnover tulang.
Magnesium
Orang dengan CKD derajat 5 memiliki absorbsi sekitar 50% magnesium dari usus.
Ekskresi magnesium terutama melalui ginjal. Hipermagnesemia dapat terjadi pada CKD.
Karena pembatasan diet pada pasien CKD adalah rendah magnesium (100-300 mg/hari
untuk setiap 40 gr protein), serum magnesium biasanya normal atau sedikit meningkat
kecuali kalau mengkonsumsi antasid atau laksatif. Pasien non-dialisis dapat diberikan
sekitar 200 mg/hari dari magnesium.
dan makanan berpengawet). Ginjal normal dapat memfiltrasi 99% garam. Diet tinggi
natrium menyebabkan rasa haus hingga pasien meminum banyak air (nilai normal : 135-145
mEq/L). Akibat tinggi natrium dan air berupa peningkatan tekanan darah, dapat terjadi
volume overload, udem pulmonal dan CHF (perubahan diet : periksa status hidrasi). Bila
tinggi anjurkan pasien mengurami konsumsi garam. Bila rendah anjurkan pasien
mendapatkan cairan sebanyak <4% BB.
Kerusakan ginjal dan penurunan GFR menyebabkan penurunan juga dari reabsorbsi
tubular secara progresif. Ketika End Stage Renal Disease pasien tidak dapat
mengekskresikan garam dengan cukup sehingga terjadi edem, hipertensi, gagal jantung
kongestif. Sindrom ini terjadi jika GFR 4-10 mL/menit.
Pasien dengan CKD derajat 4-5 non dialisis sering tidak dapat mempertahankan kadar
garam normal. Asupan rendah garam tidak cukup untuk mengganti kehilangan garam secara
urinari dan eksternal. Pada pasien non dialisis dengan gagal ginjal tingkat lanjut, asupan
harian garam antara 1000-3000 mg (40-130 mEq) dan air sekitar 1500-3000 mL akan
mempertahankan keseimbangan garam dan air. Pasien dengan CPD lebih toleransi terhadap
garam, karena setiap hari dapat di bersihkan melalui dialisis harian.
Kalium
Normalnya, ginjal mengadakan rute ekskresi mayor dari kalium (nilai normal : 3,5-5,5
mEq/L dan kalium dapat ditemukan pada makanan tinggi protein, buah-buahan dan sayur).
Mempengaruhi kontraksi otot terutama otot jantung. Jumlah yang tinggi dapat
menyebabkan jantung berhenti berkontraksi. Jumlah rendah dapat menyebabkan gejalagejala kelemahan otot dan fibrilasi atrial. Setelah perubahan diet jika tinggi pastikan tidak
ada penyebab lain yang menyebabkan kadar kalium tinggi seperti perdarahan saluran cerna,
trauma atau obat. Anjurkan pasien menghindari makanan dengan kandungan kalium >250
mg/sajian dan batasi asupan harian <2000mg. Pertimbangkan menurunkan kadar kalium.
Jika rendah tambahkan 1 makanan tinggi kalium per hari.
Sumber makanan yang mengandung kalium :
o Buah-buahan
Tinggi kalium : alpukat, pisang, belewah, melon, kiwi, mangga, jeruk,
pepaya
Rendah kalium : apel, beri, anggur, lemon, persik,pir, nanas, semangka
o Sayuran
Tinggi kalium : kacang-kacangan, labu, kentang, bayam, ubi, tomat
Rendah kalium : wortel, kol, kembang kol, timun, kacang hijau,
bawang
o Lain-lain
Tinggi kalium : susu, yoghurt, coklat, sirup, kacang, garam, kecambah
Rendah kalium : donat, nondairy creamer, sorbet, dll
Dalam CKD, potasium terjadi retensi dan dengan cepat membuat hiperkalemia. Ada 2
faktor yang mempengaruhinya dalam gagal ginjal. Pertama, selama urin keluar 1000
mL/hari atau lebih, sekresi kalium di tubular dalam sisa fungsi nefron cenderung meningkat,
dan karena itu pembersihan kalium tidak jatuh seiring dengan GFR. Kedua, ekskresi kalium
fekal meningkat karena sekresi usus besar meningkat. Jadi pasien dengan CKD biasanya
tidak menjadi hiperkalemi kecuali dalam keadaan intak kalium yang besar, acidemia,
oliguri, atau hipoaldosteron. Pasien dengan CKD derajat 4 atau 5 (GFR <29 mL/menit)
termasuk dalam penggunaan MHD.
Elemen Trace
Anemia dapat terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronik karena gangguan
pada ginjal dapat menyebabkan gangguan produksi EPO yang berguna untuk menstimulasi
sumsum tulang belakang untuk memproduksi sel darah merah. Terapi oral biasanya
diberikan ferrosus sulfat 300 mg sampai 3x perhari, satu setengah jam sehabis makan.
Namun asupan zat besi saja umumnya tidak cukup untuk mengatasi anemia pada ESRD.
Bentuk sintesis dari EPO, recombinant human EPO (rHuEPO), biasanya digunakan untuk
mengatasi anemia ESRD. Tranfusi darah tidak dianjurkan pada pasien ESRD karena anemia
yang terjadi disebabkan oleh depresi EPO pada sumsum tulang, dapat menyebabkan
overekspansi dari volume darah, resiko trafusi, mempengaruhi kadar potasium, resiko
terjadi hemokromatosis dan hemosiderosis yang menyebabkan peningkatan penyaluran besi.
Serum feritin merupakan indikator yang akurat untuk menilai kadar besi pada paien dengan
gagal ginjal. Pasien yang mendapat tranfusi umumnya memiliki nilai feritin serum sekitar
800-5000 ng/ml (normalnya 68ng/ml untuk wanita dan 150ng/ml untuk laki-laki). Bila
kadar feritin <100 ng/ml, zat besi IV umumnya diberikan.
Banyak elemen trace yang dikeluarkan terutama dari urin, dan akan terakumulasi
karena gagal ginjal. Elemen seperti besi, zinc dan copper dimana berikatan dengan protein,
dapat kehilangan kuantitas ketika sebagian besar protein hilang, contohnya pada sindrom
nefrotik.
Suplemen besi oral, sering diberikan pada pasien dengan defisiensi besi atau sebagai
rutinitas terapi kepada pasien yang berkecenderungan defisiensi besi. Dosis ferrosus sulfat
300 mg sampai 3x perhari, satu setengah jam sehabis makan.
Zinc mengisi kebanyakan jaringan normal dalam gagal ginjal. Pada pasien nondialisis
dengan CKD, pecahan ekskresi zinc di urin meningkat, namun karena GFR berkurang, total
ekskresi dari zinc di urin cenderung normal atau berkurang. Fekal zinc meningkat dan
asupan dietary zinc lebih besar dari referensi Dietary Reference Intake (DRI) mungkin
penting untuk mempertahankan persediaan normal zinc tubuh.
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, pada pasien dengan CKD nondialisis dan pada
mereka yang menerima maintanance dialisis, peningkatan beban tubuh alumunium telah
terlibat sebagai penyebab sindrom progresif demensia, osteomalasia, kelemahan otot-otot
tungkai proksimal, dan anemia. Sekarang pengikat fosfat dari alumunium kemungkinan
menjadi masalah utama kelebihan alumunium dalam tubuh. Banyak nefrologi sekarang
menggunakan pengikat alumunium terpisah dan mengandalkan diet rendah fosfor dan
pengikat fosfat nonalumunium untuk mengontrol serum level fosfor. Alumunium toksisitas,
tidak lagi menjadi masalah serius, mungkin pengobatan pengurangan asupan alumunium
dan IV infusion desferrioxamine (sebuah chelator dari alumunium). Chelator ini dapat
dilepaskan dari tubuh dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.
IV infusion desferrioxamine (sebuah chelator dan alumunium). Chelator ini dapat dilepaskan
dari tubuh dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.
n. Vitamin (Selain Vitamin D)10
Pasien dengan CKD lanjut (stage 3-5) cenderung kekurangan vitamin larut air kecuali jika
diberikan suplemen. Defisiensi vitamin terjadi karena beberapa alasan, yakni:
I.
Asupan vitamin sering rendah karena anoreksia dan asupan makanan rendah dan juga
karena banyak makanan dengan tinggi vitamin larut air sering merestriksi elevasi
II.
III.
kalium.
Metabolisme vitamin larut air tertentu cenderung berubah pada CKD.
Banyak obat-obatan yang mengganggu penyerapan di usus, metabolisme, atau aksi
IV.
dari vitamin.
Terapi dialisis mengurangi vitamin larut air.
Vitamin B6, vitamin C dan asam folat adalah larut air paling banyak kekkurangan pada pasien
dengan CKD nondialisis dan pasien dalam terapi maintenance dialisis. Defisiensi vitamin B12
tidak biasa pada CKD karena kebutuhan perharinya kecil (2,4 ug/ hari pada non hamil, nonmenyusui), penyimpanan B12 relatif besar dalam tubuh, dan B12 berikatan dengan protein
plasma sehingga sedikit terdialisis. Umumnya suplemen vitamin A tidak direkomendaiskan.
Suplementasi vitamin E pada gagal ginjal kronik diduga dapat melindungi sel darah merah
pada pasien uremik, namun fungsi ini belum jelas maka suplementasi vitamin E juga tidak
terlalu dianjurkan. Suplemen
Asidosis metabolik sering terjadi pada pasien CKD nondialisis karena kemampuan ginjal
mengeksresikan asam metabolik terganggu. Akibat asidosis metabolik:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
NKF KDOQI Clinical Practice Guidelinespada nutrisi dalam penyakit ginjal dan
metabolisme tulang dan mineral dalam gangguan ginjal merekomendasikan bikarbonat
dipertahankan pada 22 mEq/L atau lebih.3,14
Mengkonsumsi diet rendah nitrogen dapat mencegah atau mengurangi keparahan dari
asidosis dengan mengurangi generasi endogen dari produk asam dari metabolisme protein.
Suplemen alkali seringnya penting untuk mencegah atau mengobati asidosis pada CKD.
Berikan Sodium citrate tang setara dengan 1,0 mEq dari bikarbonat/kgBB/hari dan terbagi
dalam 3 dosis. Studi yang lain mengatakan keperluan rata-rata sodium bikarbonat sekitar 22
mmol/hari terbagi dalam 3 dosis.11,14
E. Tujuan Prioritas Diet
Kecenderungan target dari terapi diet adalah seringkali terdaftar menurut prioritas. Kontrol
asupan garam, kalium, protein, fosfor, energi, kalsium, dan magnesium umumnya ditekan.
Kebutuhan asupan kalsium dan magnesium dapat direstriksi dengan mudah pada pasien yang
diet rendah protein, terkadang juga diperlukan pengikat kalsium fosfat. Kebutuhan vitamin
dapat dengan mudah dipenuhi dengan suplemen vitamin. Pengecualian, jika pasien memiliki
gangguan lipid yang berisiko tinggi terhadap penyakit atherosklerosis, rekomendasi tentang
kebutuhan karbohidrat dan lemak biasanya memiliki prioritas rendah. Diet tinggi serat juga
menjadi prioritas bawah.10,11
F. Indikasi Inisiasi Dialisis Berdasarkan Status Nutrisi
Inisiasi dialisis biasanya disepakati bila klirens telah mencapai 5 cc/menit. Tetapi untuk
menghindari telah terjadinya malnutrisi sebelum inisiasi dialisis, maka Bonomini dkk (1970)
menganjurkan inisiasi dialisis lebih awal, yaitu pada saat klirens kreatinin 10-15 cc/menit.15
Berdasarkan panduan dari national kidney foundation/ dialysis outcomes quality initiative,
inisiasi program dialisis bila telah tercapai nPNA (protein equivalent of total nitrogen
appearance normalized to bodyweight) kurang dari 0,8 g/kgBB/hari atau kira-kira bila telah
mencapai Kt/V urea kurang dari 2,0/ minggu (ekuivalen dengan klirens kreatinin 14 cc/menit
nPNA dikalkulasi dari besarnya urinary nitrogen output dan non-urea nitrogen losses. Dialisis
sebaiknya dimulai sebelum terjadi malnutrisi. Bila kadar albumin menurun sampai 40 g/liter
pada saat inisiasi survival pasien akan menurun.15
G. Terapi Nutrisi Pada GGK Dengan Dialisis
Bila terapi konservatif pada pasien GGK tidak berhasil, maka perlu dimulai terapi pengganti
ginjal yang dapat berupa dialisis atau cangkok ginjal. Tujuan terapi nutrisi pada dialisis
adalah:16
1. mengurangi akumulasi toksin uremi, cairan, elektrolit diluar waktu dialisis.
2. memperbaiki status nutrisi, mencegah defisiensi asam amino, vitamin, dan lain-lain.
Hasil terapi nutrisi untuk jangka pendek adalah membantu meregulasi dan menghindari
akumulasi dari zat toksin maupun ekses air dan elektrolit yang seharusnya dieksresi oleh
ginjal. Akumulasi air dalam tubuh dapat mengakibatkan edema paru akut, sedangkan
hiperkalemi dapat menimbulkan aritmia jantung. Kedua komplikasi ini adalah yang paling
sering menimbulkan kematian pasien. Untuk jangka panjang diharpkan terapi nutrisi dapat
menghindarikan terjadinya malnutrisi atau gangguan metabolisme lain. Adanya melnutrisi
menurunkan daya tahan dan mempermudah komplikasi infeksi. Gangguan metabolisme
lemak anatara lain hipertrigliseridemia mempermudah terjadinya arterosklerosis pada pasien.
Terjadinya defisiensi kalsium dan kelebihan fosfat akan menimbulkan kelainan tulang
(osteodistrofi renal).16
Protein
30-40%
1:1
20-25 gr
1000-3000 mg/hari
40-70 mEq/hari
5-10 mg/kg/hari
800 mg/hari
200-300 mg/hari
10-18 mg/hari
15 mg/hari
3000 ml/hari sesuai toleransi
750-1000 mg/hari
40-70 mEq/hari
8-17 mg/kgBB/hari
800 mg/hari
200-300 mg/hari
Lihat teks
15 mg/hari
750-1500 ml/hari
1,5 mg/hari
1,8 mg/hari
5 mg/hari
20 mg/hari
5 mg/hari
3 mikrogram/ hari
70 mg/hari
1 mg/hari
Tidak ada tambahan
Lihat teks
15 IU/hari
Tidak ada