Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Di Indonesia banyak sekali kasus kejadian keracunan makanan yang terjadi
antara tahun 2014 dan tahun 2015 ini saja sudah banyak tercacat kejadian
keracunan makanan yang dilaporkan.
(SIKer) nasional antara bulan Oktober sampai bulan Desember 2014, terdapat 55
berita insiden keracunan di Indonesia yang terjadi di wilayah Indonesia yang
diperoleh dari 138 media massa online keracunan akibat pangan mendominasi
sebanyak 38 insiden.
Keracunan akibat pangan berturut-turut disebabkan oleh jasa boga sebanyak
15 insiden keracunan dengan jumlah korban 543 orang, 5 insiden keracunan
akibat pangan olahan rumah tangga dengan jumlah korban sebanyak 72 orang dan
5 korban diantaranya meninggal dunia. Dua insiden keracunan disebabkan oleh
campuran makanan minuman, yaitu 1 insiden yang terjadi di NTT dimana 300
anak menjadi korban keracunan setelah mengkonsumsi makanan dan minuman
yang disajikan saat acara. Insiden lain terjadi di qSumatera Utara dimana 9 orang
menjadi korban keracunan setelah mengkonsumsi ikan dan minuman keras.
Dan menurut salah satu media massa online liputan 6 publik health
mengatakan pada tahun 2015 sendiri udh tercatat 6 kasus keracunan makanan
besar yang terjadi antara minggu ke 11 sampai minggu ke 12 tahun 2015 yang
terjadi di berbagai daerah di Indonesia, antara lain :
1.
2.
3.
4.
RUMUSAN MASALAH
Apakah jenis-jenis makanan yang menjadi pemicu keracunan makanan?
C.
TUJUAN
Mengidentifikasi kemungkinan jenis makanan yang menjadi pemicu
keracunan makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh melalui saluran
pencernaan, inhalasi atau kontak langsung yang menimbulkan tanda dan
gejala klinis khas. Pada dasarnya semua zat kimia dapat menimbulkan
keracunan tergantung pada jumlah dan caranya masuk kedalam tubuh.
Gejala klinis yang timbul sesuai dengan pengaruh zat racun yang
terkandung pada sistem tubuh. Umumnya pada penyakit akibat keracunan
makanan, gejala-gejala terjadi tak lama setelah menelan bahan peracun
tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan beracun itu dan tidak
melebihi 24 jam setelah tertelannya racun. Salah satu penyebab keracunan
bisa disebabkan pengkonsumsian suatu makanan yang mengandung bahan
yang bersifat racun bagi tubuh.
Keracunan makanan adalah istilah yang diberikan kepada infeksi
dengan bakteri, parasit, virus, atau racun dari kuman yang mempengaruhi
manusia melalui terkontaminasi makanan atau air. Organisme kausatif yang
paling umum adalah Staphylococcus atau Escherechia coli.
Keracunan makanan ini bisa diakibatkan karena adanya bentuk
kerusakan
bahan
pangan
oleh
mikroorganisme.
Pertumbuhan
Sumber : Taking A Bite out of Food Poisoning, The Canadian journal of CME ,September 2005
C. Penatalaksanaan
Keracunan makanan dapat ditangani dengan cara :
Episode pendek muntah dan sejumlah kecil diare berlangsung kurang dari 24
jam biasanya dapat dirawat di rumah
1. Jangan
Minum cairan dengan sedikit dan sering untuk menjaga tubuh agar
tetap rehidrasi.
Obat untuk mengobati mual atau diare seperti teh dengan lemon
dan jahe dapat digunakan untuk mengobati gejala. Tidak ada obat
herbal yang terbukti mengobati keracunan makanan. Konsultasikan
dengan praktisi kesehatan sebelum minum obat herbal untuk
keracunan makanan.
perut
harus
dimulai
dalam
jumlah
kecil.
Awalnya
tubuh dengan air dan nutrisi penting jauh lebih cepat daripada larutan
oral.
5. Antibiotik jarang diperlukan untuk keracunan makanan. Dalam
beberapa kasus, antibiotik dapat memperburuk kondisi. Hanya
beberapa
penyebab
spesifik
dari
keracunan
makanan
dapat
h.
j.
k.
l.
Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam,
karena mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu
ruang.
o.
p.
q.
r.
10
11
berhubungan
dengan
penyidikan
dan
pengawasan.
12
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
ANALISIS
13
1. Skenario
Satu keluarga mengadakan pesta ulang tahun dengan mengundang
teman sekantornya, serta tetangga dekat untuk menghadiri makan malam
bersama di sebuah restoran yang cukup terkenal, sejumlah orang yang hadir
dalam pesta tersebut sebanyak 30 orang termasuk anggota keluarga.
Hidangan yang disajikan terdiri dari:
a. Nasi goreng
b. Nasi putih
c. Ayam panggang
d. Burung dara goreng
e. Sup kepiting
f. Salad
g. Gurami asam manis
h. Es cream
i. Air es
j. Es buah
k. Buah buahan
3 jam setelah pesta selesai ada berita bahwa ada keluarga yang
memberitahu tuan rumah bahwa salah satu keluarganya menderita muntah
dan berak sesampainyadi rumah, sehingga terpaksa di rawat di rumah sakit,
keluarga tuan rumahpun dua orang juga terserang mual mual serta sedikit
mules perutnya. Teryata beberapa keluarga lainya juga terserang muntah
berak tetapi sudah sembuh setelah berobat ke dokter praktek
Tuan rumah segera melaporkan kejadian tersebut ke puskesmas
setempat bahwa kemungkinan telah terjadi keracunan makanan setelah
makan di restoran X tersebut.
Puskesmas mengirim tim survailans untuk memeriksa restoran X
tersebut, juga mendata keluarga yang ikut pesta. Tim survailans sudah tidak
menemukan sampel makanan karena sudah di buang. Bahan muntahan dan
feses tidak di temukan. Periode inkubasi antara 3 jam sampai dengan 60
jam.
14
Jumlah
9
8
6
4
2
1
0
30
Nausea
Muntah
Kram perut
Mencret
Dehidrasi
Sub febril
Kejang/gg. Neurologi
Total
%
30
27
20
13
7
3
0
100 %
Jenis
makanan
1.Nasi
Goreng
2.Nasi Putih
3.Ayam
Panggang
4.Burung
Dara
5.Sup
Kepiting
6.Gurami
Makan makanan
Tidak makan
tertentu
makanan tertentu
Sakit
Tidak
AR
sakit
-1
Sakit
Tidak
AR
sakit
-2
10
11
Selisih
AR
RR
(1-2)
15
Asam
Manis
7.Salad
8.Es Cream
9.Es Buah
10.Air Es
3
2
3
2
5
6
1
6
5
1
4
10
7
11
14
2
Pengolahan
Petugas
Restoran
Kurangnya
hygiene pada
produk pangan
Makanan
Kurangnya
hygiene &
sanitasi
personal
Kematangan
yang kurang
sempurna
Keracuna
n
Makanan
Rendahnya
kualitas bahan
makanan
a.Kontaminasi
b.Pertumbuhan
c.Daya Hidup
Bakteri
Kualitas
Patogen
bahan
B. PEMBAHASAN
makanan
Penyimpanan
Produk Makanan
Tidak Sakit
16
A
C
a+b
b
d
b+d
a+b
c+d
Tabel perhitungan attack rate (AR) dan relavite risk (RR) dari masing-masing
makanan
Jenis
makanan
1.Nasi
Goreng
2.Nasi Putih
3.Ayam
Panggang
4.Burung
Dara
5.Sup
Kepiting
6.Gurami
Asam Manis
7.Salad
8.Es Cream
9.Es Buah
10.Air Es
Makan makanan
tertentu
tertentu
Sakit
Tidak
sakit
AR
-1
Sakit
(%)
Tidak
sakit
AR
Selisih
-2
AR
(%)
(1-2)
RR
10
66,6
60
6,6%
1,1
60
40
20 %
1,5
44,4
63,6
- 19,2 %
0,6
40
20
20 %
11
64,7
66,6
-1,9 %
33,3
50
-16,7 %
0,6
3
2
3
2
5
6
1
6
60
25
75
25
5
1
4
10
7
11
14
2
41,6
8,3
22,2
83,3
18,4 %
16,7 %
52,8 %
-58,3 %
1,4
3,0
3,4
0,3
0,9
7
Tabel urutan jenis makanan yang mempunyai relavite risk (RR) teringgi
Jenis
makanan
1.Es Buah
2.Es Cream
3.Burung
Dara
4.Nasi Putih
5.Salad
Makan makanan
tertentu
tertentu
Sakit
Tidak
sakit
AR
-1
Sakit
Tidak
sakit
AR
Selisih
-2
AR
RR
3
2
1
6
(%)
75
25
4
1
14
11
(%)
22,2
8,3
(1-2)
52,8 %
16,7 %
3,4
3,0
40
20
20 %
6
3
4
5
60
60
4
5
6
7
40
41,6
20 %
18,4 %
1,5
1,4
17
6.Nasi
10
Goreng
66,6
60
6,6%
1,1
keracunan
makanan.
Berdasarkan
Food
Poisoning
keracunan
Classification,keracunan
makanan.
Berdasarkan
Food
Poisoning
keracunan
Classification,keracunan
makanan.
Berdasarkan
ayam panggang
Food
Poisoning
keracunan
Classification,keracunan
makanan.
burung
Berdasarkan
dara
Food
disebabkan
Poisoning
oleh
bakteri
keracunan
makanan.
Berdasarkan
Food
Poisoning
keracunan
makanan.
Berdasarkan
Food
Poisoning
18
7. Salad dengan relative risk (RR) 1,4 merupakan faktor resiko terjadinya
keracunan
makanan.
Berdasarkan
Food
Poisoning
makanan.
Classification,keracunan
Berdasarkan
es cream
Food
Poisoning
makanan.
Berdasarkan
Food
Poisoning
makanan.
Berdasarkan
Food
Poisoning
19
BAB IV
RENCANA PROGRAM
Keracunan makanan masih merupakan gejala yang merajalela di Asia
Tenggara, termasuk di Indonesia, walaupun telah banyak menelan korban jiwa
dan para pejabat tidak henti-hentinya memperingatkan kepada para penjual
makanan untuk memperhatikan kebersihan. (Arisman, 2009).
Banyak orang yang bergerak dalam bisnis makanan dan konsumen sendiri
tidak menghiraukan kebersihan dan kesehatan. Masih banyak pula orang belum
menyadari bahwa mereka mempunyai hak utama sebagai konsumen untuk
menolak pengelolaan makanan yang tidak bersih dan sehat. (Arisman,2009).
Tindakan Preventif melalui komunikasi yaitu sesuaikan dengan metode
komunikasi sesuai dengan target grup dan situasi:
1. Informatif, mempengaruhi melalui penerangan. Misalnya penyuluhan untuk
memberikan wawasan dan pengetahuan.
2. Persuasif, mengubah kesadaran/sikap. Contoh penyuluhan keamanan pangan
terhadap target grup yang telah tersugesti terlebih dahulu.
3. Edukatif, mengubah perilaku secara teratur dan terencana dan butuh waktu
lama namun efektif.
4. Kuratif, mempengaruhi dengan cara memaksa. Contoh menyampaikan
pendapat, bahaya dan ancaman tentang kebersihan makanan. (Arisman,2009)
Banyak sekali kondisi atau faktor, yang memengaruhi insidens keracunan
makanan. Faktor-faktor tersebut adalah industrialisasi, urbanisasi, perubahan gaya
hidup, populasi yang padat, perdagangan bebas, higiene lingkungan yang buruk,
kemiskinan, dan ketiadaan fasilitas menyiapkan makanan (Arisman, 2009).
Selain itu perlu juga perlu juga pengawasan dalam hal mutu dan hiegene
produk makanan yang berdasarkan pada peraturan peraturan yang berlaku
seperti UU Nomor 7 Tahun 1996 yang mengatur tentang pangan dan pengaturan
tentang kesehatan pangan dan keselamatan manusia, UU Nomor 10 Tahun 1961
mengenai susunan bahan pangan, pembungkusnya, pemakaian alat bungkus, sifat
dan bahan pembungkus, dan labeling.
20
untuk
mempertinggi
No.329/Men.Kes/Per/XII/1976
yang
derajat
memuat
kesehatan.
peraturan
Serta
ketentuan
Menkes
pokok
Jangan makan makanan padat saat masih mual atau muntah tapi minum
banyak cairan.
a. Minum cairan dengan sedikit dan sering untuk menjaga tubuh agar tetap
rehidrasi.
b. Hindari alkohol, kafein, atau minuman manis.
c. Obat untuk mengobati mual atau diare seperti teh dengan lemon dan jahe
dapat digunakan untuk mengobati gejala. Tidak ada obat herbal yang
terbukti mengobati keracunan makanan. Konsultasikan dengan praktisi
kesehatan sebelum minum obat herbal untuk keracunan makanan
2.
3.
Sebagian besar keracunan makanan tidak memrlukan penggunaan obatobatan untuk menghentikan diare, tetapi mereka umumnya aman jika
digunakan sesuai petunjuk. Hal ini tidak dianjurkan bahwa obat-obat ini
21
digunakan
untuk mengobati
anak-anak.
Jika ada
pertanyaan
atau
5.
6.
ditengarai dan sulit dicegah. Dengan mengetahui rantai produksi pangan, mulai
dari tempat pembiakan, tempat penangkapan hingga tersaji di meja makan, tempat
kontaminan menyusup cukup mudah dianalisis. Pada tataran pengelola makanan
dalam jumlah besar (misalnya, pabrik dan jasa boga), adanya kemungkinan celah
tempat kontaminan menyusup ke dalam rantai makanan perlu dicermati untuk
selanjutnya dicari pemecahannya. Pada tingkat perorangan, resiko keracunan
makanan dapat diperkecil dengan jalan menjaga makanan agar tidak tercemar,
mencegah pertumbuhan bakteri yang terlanjur mencemari makanan, dan
membasmi bakteri dalam makanan. (Arisman, 2009)
22
b.
c.
d.
e.
Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan bahan
pangan mentah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
f.
g.
Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak enak.
h.
Tidak memberikan madu pada anak yang berusia di bawah satu tahun untuk
mencegah
botulinum.
i.
j.
Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar bakteri dapat
terbunuh. Proses pemanasan harus dilakukan sampai suhu di bagian pusat
pangan mencapai suhu aman (>70C) selama minimal 20 menit.
k.
Menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari pendingin
(sebaiknya suhu penyimpanan di bawah 50C).
l.
Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam, karena
mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang.
o.
p.
23
q.
r.
2.
3.
4.
24
makanan yang sudah dimasak dengan hati-hati, karena makanan yang disiapkan
lebih cepat atau sisa harus disimpan baik dalam keadaan panas atau dingin,
memanaskan kembali makanan sepenuhnya, karena cara ini merupakan
perlindungan paling baik terhadap mikroba yang mungkin berkembang biak
selama penyimpanan dan menjaga agar semua peralatan dapur selalu bersih.
Pasca Kejadian Keracunan Makanan sangat perlu untuk dilakukan :
1. Pelatihan
a. Pelatihan Asisten Epidemiologi Lapangan (PAEL) yang diikuti oleh
petugas dinas kesehatan propinsi, kab/kota
b. Hazard Analisys Critical Control Point (HACCP)
c. Pelatihan/Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman
2. Pembelian alat
Untuk menunjang penanggulangan keracunan makanan diperlukan
peralatan pengambilan dan pemeriksaan sampel makanan dan specimen bagi
BBTKLPM, KKP dan Dinas Kesehatan.
3. Menyusun Pedoman dan Peraturan
Untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan dalam menunjang
investigasi keracunan makanan, maka sangat diperlukan adanya pedoman dan
peraturan.
Langkah-langkah dalam menghadapi informasi/berita KLB keracunan
makanan dari media cetak / elektronik:
1. Menghubungi Petugas Dinas Kesehatan (Propinsi, Kab/Kota) tempat
terjadinya KLB keracunan Makanan melalui Telpon, HP/SMS
2. Mencatat data/informasi tentang :
a.
Penderita
b.
Waktu Kejadian
c.
Tempat kejadian
d.
Upaya yang dilakukan
e.
Solusi / Pemecahan masalah
3. Meminta hasil investigasi lapangan dikirim ke Ditjen PPM & PL (SD-HSMM
& SD SE) melalui fax, surat, e-mail
4. Kunjungan ke lokasi KLB untuk investigasi/ Pasca KLB Keracunan Makanan
(Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2013)
Perlengkapan yang dibutuhkan dalam penanganan kasus keracunan
makanan meliputi seperangkat alat untuk pemeriksaan, perlengkapan transportasi,
25
perkakas pengumpul sampel makanan sisa, serta alat penunjang yang mungkin
diperlukan. Alat pemeriksaan terdiri dari: kuesioner tentang penyakit, kotak
plastik untuk menyimpan materi, kemasan sampel steril, lembar informasi tentang
pengambilan sampel, sarung tangan plastik sekali pakai, sendok plastik, dan
kantung aluminium foil.
Perlengkapan transportasi mencakup freezer kecil, label, data barang,
jadwal perjalanan, dan catatan pengiriman barang. Jika media khusus dibutuhkan,
segera konsultasikan dengan ahli mikrobiologi.
Pengumpul sampel makanan terdiri atas sendok, tongue depressor,
kemasan steril, kantung plastik, swab media tube, termometer digital, kapas
alkohol, sarungan tangan disposable, dan buku catatan tentang segala sesuatu
yang berkenaan dengan sampel.
Perlengkapan penunjang berupa peralatan fotografi, senter, petunjuk jalan,
kartu identitas petugas, buku catatan sampel dan segel pemerintah, buku catatan
petugas, dan buku peraturan perundang-undangan. (Arisman, 2009)
Masalah utama penanganan keracunan makanan:
1.
2.
26
3.
27
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang ada, maka kami menyimpulkan bahwa:
1.
2.
3.
4.
5.
B.
SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan untuk mencegah terjadinya kasus
yang serupa, antara lain :
1.
2.
28
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, Dr. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan, cetakan I, Jakarta 2009.
Berita Liputan 6 online, 2015. Di unduh : http://
health.liputan6.com/read/2208781/2015-ini-dia-6-kasus-keracunanmakanan-besar diakses tgl 15 mei 2015 pukul 20.30 WIB
BPOM.2015.peraturan-peraturan pangan dan obat-obatan di unduh :
http://perkosmi.com/wp-content/uploads/2010/12/logo-bpom.jpg
Cunha,
John,
et
all.
2013.
Food
Poisoning.
tersedia
http://www.emedicinehealth.com/food_poisoning/article_em.htm
Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan
Bagi Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, Jakarta
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pencegahan Keracunan Makanan
pada Industri Katering, wwwnakertrans.go.id/Kkhiperkes.
Dharwiyanti,
2004,
Bahaya
pencemaran
timbal
pada
makanan
dan
pangan
Gizi
Buruk
Serta
Dampak
Sosio-Ekonominya,
http://www.gizi.net/makalah/Food_Safety_Dadi.pdf
Pratiknjo, Laksomono. 2007. Keracunan Makanan Merupakan Salah Satu
Indikator Lemahnya Kontrol Pemerintah dan Masyarakat terhadap Produk
Makanan yang Beredar. Dalam Jurnal Ilmiah
halaman.
http://elib.fk.uwks.ac.id/jurnal/edisi/Volume.I.Nomor.2.Januari.2007
[20
Mei 2013]
29
30