You are on page 1of 7

Asuhan keperawatan gawat darurat pada gigitan serangga dan

binatang berbisa (ular)


1.

Pengertian
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali

menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi


tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa
jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga
dibanding orang dewasa.
Sedangkan Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan
oleh gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll. Bisa adalah suatu
zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga
berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi,
yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu
modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di
belakang mata. Contoh: Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi
merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.
2.

Etiologi
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka

digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan.
Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat
menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin
memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan
dan bengkak dilokasi yang tersengat. Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan
semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka
dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka.
Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam
menyengat.

Sedangkan pada hewan berbisa atau ular, Bisa ular dapat menyebabkan perubahan
local, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local,
tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae
tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam . Daya toksik bisa ular yang telah
diketahui ada 2 macam :
a.

Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)


Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan
menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah
menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh
darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada
mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

b.

Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)


Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel
saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut
mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf
pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan
dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh
limphe.
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut

bersifat :
a) Neurotoksin : berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b) Haemotoksin : bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya
atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu
sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka
bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria,
hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.

c) Myotoksin : mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan


mhaemotoksin.

Myoglobulinuria

yang

menyebabkan

kerusakan

ginjal

dan

hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.


d) Kardiotoksin : merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e) Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f)

Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan

g) Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.


3.

Patofisiologi

4.

Manifestasi Klinik/Tanda Gejala


Tanda Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai

macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabkan


kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau
sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika
daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan
mengakibatkan peradangan akut.
Sedangkan gejala pada binatang berbisa (ular) dapat dibagi ke dalam beberapa kategori
mayor :
Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp)
menimbulkan rasa sakit dan perlukaan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak
hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat
mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen.
Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka
yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan
kematian.
Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem

saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan
otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya,
korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan
kesemutan.
Kematian otot : bisa dari Russells viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa
elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area
tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba
menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.
5.

Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan pada gigitan serangga
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling sering

ditemui. Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin. Jika terjadi infeksi,
sangat penting menjaga area gigitan supaya tidak meluas. Sedang orang yang tidak
mempunyai riwayat tergigit serangga juga harus ke bagian gawat darurat jika:
a. Mendesah
b. Sesak nafas
c. Dada sesak atau sakit
d. Tenggorokan sakit atau susah berbicara
e. Pingsan atau lemah
f. Infeksi
Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan
nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan
area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang
terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi
lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan. Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin
seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine
juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.

2) Penatalaksanaan pada gigitan binatang berbisa


Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit
a. Perawatan di Lapangan
Seperti

kasus-kasus

emergensi

lainnya,

tujuan

utama

adalah

untuk

mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering


penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada
memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap
dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.
Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life
support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC
(Airway, Breathing, Circulation).
Pertolongan Pertama :
a.

Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua.

b.

Buat korban tetap tenang

c.

Jika terdapat alat penghisap

d.

Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat

e.

Monitor tanda-tanda vital korban

f.

Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna

g.

Segera dapatkan pertolongan medis.

h.

Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat


darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit.

i.

Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor
dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan
tekanan.

b.

Manajemen di Rumah Sakit


Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi
pasien atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat,

perubahan status mental, hipotensi). Derajat envenomasi harus dinilai, dan


observasi 6 jam untuk menghindari penilaian keliru dan envenomasi yang berat.
Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat :
Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tandatanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema
lebih dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea,
vomitus dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan
jumlah hematokrit atau trombosit).
Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur
darah, hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin
time dan tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari
tes-tes lain yang menunjukkan koagulopati konsumtif.

You might also like