Professional Documents
Culture Documents
HEMATURIA
A.
DEFINISI
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Penemuan klinis
sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5%
menjadi 20,0% . Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan
dalam 2 keadaan, yaitu:
Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai
urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya
yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong,
dkk, 2004) Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat
mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan
darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok
hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat
sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik
diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler,
2010) . Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di
dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria
mikroskopik. American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria
mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel
darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan
dengan selama 2 sampai 3 minggu.
penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal
menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan pandang besar.
ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem
urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling umum
dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran
kemih, pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi. Namun, diferensial lengkap
sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi
dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan
adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai
dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract.
genitourinari. Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,
sulit di identifikasikan penyebabnya. Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria
yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan
kemungkinan suatu keganasan.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
1. Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis
2. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor grawitz,
tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat
3.
4.
5.
1.
2.
jinak.
Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:
Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic),
SLE
3. Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung maupun
endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)
C.
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus dan
ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang neflogi dan urologi. Darah yang berasal dari
nefron disebut hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang
ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau
perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal.
Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada perempuan harus
disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ
genitalia, sedangkan pada laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak.
Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder eritrosit, merupakan
tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi lebih
lanjut. Diagnosis banding hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis
tubulointerstisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria menandakan
nefritis
tubulointerstisial.
Bila
disertai
hematuria
juga
merupakan
variasi
dari
glomerulonefritis. Pada kelompok faktor resiko penyakit ginjal kronik harus di lakukan
evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi dini.
Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya adalah uji dipstick
untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji penapisan yang baik untuk hematuria.
Uji dipstick mudah dilakukan sendiri oleh pasien untuk mengikuti perjalanan hematuria
selama pengobatan.
D.
PATHWAY
E.
KLASIFIKASI
Ada 3 tipe hematuria, yaitu:
1. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
2. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang membuat pembuluh darah
kecil melebar.
3. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal ini
kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti ureter atau
ginjal.
F.
MANIFESTASI KLINIS
Terjadi retensio urin akibat sumbatan di vesika urinaria olrh bekuan darah.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum dan
elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada
metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis
metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan
bila terdapat kemungkinan urolithiasis.
2. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan
sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan
oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat
menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya
autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibodi
antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan
oleh berkurangnya produksi trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi
trombosit (SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan
saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak
secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria.
3. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme
pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin
berhubungan dengan batu asam urat.
4. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel
urotelial.
5. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria & sering
digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya, menghasilkan
gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal
ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan
bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa
penyakit infeksi saluran kemih.
6. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau
kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau
urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan
untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih
sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang,
atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan
pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.
7. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan
prostat dan buli-buli
8. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai
vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan
informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd
atau punksi perkutan.
9. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi
dihilangkan
10. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas dan
kesempatan untuk mengadakan biopsy
11. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan
tekanan di buli-buli
12. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang
di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)
H.
DIAGNOSIS BANDING
1. BPH (benign hyperplasia prostate)
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Kencing tidak
pembesaran prostat
lampias, aliran
Pemeriksaan
penunjang
PSA
Pemeriksaan lainnya
USG transrectal
dari prostat: ukuran
prostat meningkat,
frekuensi kencing
volume> 40 g,
meningkat, urgensi,
meningkatkan
nokturia, riwayat
ukuran lobus
median prostat
uroflowmetry
prostat , riwaat
retensi urine
dengan
ultrasonografi
kandung kemih:
puncak laju aliran
sebelumnya
rendah, volume
residual tinggi
postvoid
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang
lainnya
dysuria, meningatnya
frekuensi berkemih,
volume aurine sedikit
saat berkemih,
nocturia, nyeri
suprapubic , pernah
menderita isk
sebelumnya dan
mendapatkan
pengobatan, riwayat
urinalysis: (+)
urine culture
and
suprapubic, bladder
leukocyte
distention pada
esterase, (+)
retensio urine,
nitrite, pyuria
cystocele pada
pemeriksaan panggul
HPF), bacteriuria
sensitivity:
>10,000
colony
forming
unit/mL urine
pyelonephritis,
riwayat gagal
pengobatan
3. Pyelonephritis, acute
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Nyeri pinggang,
demam,
kostovertebral,
positive
menggigil, mual,
nyeri suprapubik,
leukocyte
muntah, sakit
demam,
esterase,
loss of corticomedullary
perut, nyeri
penurunan bising
positive nitrite,
suprapubik, hx
usus
penunjang
urinalysis:
Pemeriksaan lainnya
fisik
Nyeri ketok
pyuria (>10
renal ultrasound :
differentiation
contrast CT abdomen:
dari nefrolitiasis,
WBC/HPF),
heterogeneous uptake of
bacteriuria
urine culture
and sensitivity:
parenchyma, perinephric
imunosupresi
oedematous renal
>10,000 colony
stranding, intraparenchymal
forming unit/mL
gas in emphysematous
urine
pyelonephritis
4. Alport Syndrome
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
Hematuria
mikroskopis
dysmorphic red
berulang, disertai
dengan episode
Hipertensi,
gross hematuria,
oedema,
proteinuria,
microalbuminuria
urea and
gangguan
sensorineuronal
pendengaran,
hearing loss,
creatinine:
riwayat keluarga
anterior
creatinine >2.0,
dengan kanker
lenticonus, erosi
dari hematuria,
kornea
urea >20
24-hour urine
gangguan
pendengaran, atau
immunohistochemistry
renal biopsy: diffuse
thickening and splitting
of the basement
membrane, focal
glomerulosclerosis and
tubular atrophy;
collection for
negative
protein : >1
immunohistochemistry
gram/24 hours
penyakit ginjal
5. Kanker Buli
Anamnesis
Pemeriksaan lainnya
penunjang
urinalysis:
Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang
fisik
hematuria tanpa
rasa sakit, disuria,
frekuensi, urgensi,
usia> 50, hx
iradiasi panggul,
hx merokok,
penurunan berat
badan, paparan
lingkungan / kimia
massa panggul,
nyeri tekan sudut
urinalysis: RBCs
urine cytology: atypical or malignant cells,
kostovertebral
dari obstruksi;
karsinogen
6. Kanker Prostate
Anamnesis
Pemeriksaan
lanjut usia,
fisik
Pada rectal
riwayat keluarga
toucher
Pemeriksaan
penunjang
PSA:
meningkat,
Pemeriksaan lainnya
transrectal
ultrasound-guided
ditemukan
dengan kanker,
pembesaran
PSA> 0,75
gejala obstruktif
prostat, dengan
mikrogram / L
prostate biopsy :
berkemih,
konsistensi keras
confirmed
penurunan berat
dan permukaan
ng / mL per
adenocarcinoma
badan
yang berbenjol-
tahun)
benjol
7. Batu Ginjal
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang
lainnya
urinalysis :
selangkangan,
haematuria, pyuria,
hematuria, mual,
crystalluria, cysteine
muntah, hx
Nyeri ketok
crystals, acidic or
sebelumnya kalkuli,
costovertebral
riwayat keluarga
angle
alkaline pH
non-contrast CT
abdomen:
nefrolitiasis, hx gout,
urolithiasis,
hx penyakit radang
hydronephrosis
BNO:
radiodense
stones
usus
8. Instrumentasi pada sal.kemih
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
Riwayat
Adanya kateter
cystoscopy,
uretra, kateter
diagnosis is clinical,
ureteroscopy,
suprapubik, stent
prostat biopsi
routinely
dalam uretra
recommended
jarum
9. Trauma Ginjal
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lainnya
penunjang
urinalysis:
Pemeriksaan
penunjang
CT abdomen: laserasi
Pemeriksaan lainnya
trauma tumpul
hypotension,
BNO IVP:
pada pinggang,
takikardia, nyeri
pada parenkim
menegaskan fungsi
menembus
panggul, memar
ginjal, sistem
ginjal kontralateral
panggul, nyeri
pengumpulan, dan
perut (tembakan
perut, perut
pembuluh ginjal;
hematoma
atau tikaman),
perinephric,
kembung
perdarahan aktif,
dan ekstravasasi
urin
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
retrograde cystogram:
extravasation of contrast
abdominal
ketidakmampuan berkemih
11. Trauma urethral
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lainnya
penunjang
Trauma genitalia
eksterna, straddle
injury, bilateral
pubic rami
fracture and
Malgaigne's
fracture, perineal
lacerations, tidak
bisa berkemih,
riwayat intervensi
Perdarahan OUE,
hematom scrotum,
floating prostat,
eimosis pada batang
penis, butterfly-
retrograde
abdomen: contrast
contrast
extravasation
urethra
cystoscopy: urethral
disruption
urethra
perineum
contrast CT
urethrogram:
from the
ecchymosis pada
kolorektal atau
ginekologi
12. Sickle cell anemia
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lainnya
penunjang
Keturunan
Afrika-Amerika,
hepatosplenomegaly,
riwayat keluarga
dengan kanker
testicular atrophy,
penyakit sel
oedema of
sabit, migrasi,
extremities
nyeri intermiten
peripheral blood
smear: sickle cells
Hb electrophoresis
(whole blood):
haemoglobin S
13. Coagulopathy
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
penunjang
Pemeriksaan lainnya
mudah memar,
LFTs: hypoalbuminaemia
von Willebrand factor
kecenderungan
untuk berdarah,
epistaksis
ecchymoses,
berulang,
perdarahan
riwayat keluarga
memanjang
dengan kanker
Normal atau
FBC:
thrombocytopenia
dari diastesis
disease
ristocetin cofactor activity
(whole blood): reduced in
perdarahan, hx
sirosis
Anamnesis
fisik
Nyeri tekan
sering tanpa
nyeri, diri terbatas
hematuria, infeksi
ginjal kolik
angle, panggul
Pemeriksaan lainnya
penunjang
costovertebral
gejala, panggul
saluran urin,
Pemeriksaan
renal
teraba massa
ultrasound : cystic
pada ginjal
lesions
serum creatinine:
elevated
CT abdomen:
well-defined, oval
lesions
polikistik,
Hipertensi
15. Arterial-venous malformation
Anamnesis
Pemeriksaan
fisik
Hipertensi,
Pemeriksaan
penunjang
contrast CT
gumpalan
cardiomegaly,
abdomen: massa
berbentuk ulat,
nyeri pinggang,
panggul dan
nephrogram
abdomen
16. Renal vein thrombosis
Anamnesis
terlambat pengisian
Pemeriksaa
Pemeriksaan
n fisik
penunjang
Pemeriksaan lainnya
renal angiography:
pengisian simultan dari
sistem arteri dan vena,
nephrogram tertunda
Pemeriksaan lainnya
CT abdomen: kehilangan
diferensiasi corticomedullary,
Doppler
Mendadak
nyeri
panggul, hx
of nephrotic
Trauma
ultrasonography:
panggul,
membesar, edema
oedema
ginjal, echogenic
syndrome
kekeruhan parenkim
BNO IVP: tertunda ekskresi
absent
Anamnesis
Pemeriksaan
fisik
Nyeri saat
berkemih, nokturia,
penunjang
urinalysis: pyuria
Pemeriksaan lainnya
IV urography:
(>10 WBC/HPF)
moth-eaten
orchalgia dengan
with no visualised
calyces with
hx cystitis tidak
reaktif hidrokel,
ulceration ,
responsif terhadap
rectal toucher
bacteria
urine culture,:
antibiotik, hx dari
prostat nodular
>10,000 colony
calyceal,
forming unit/mL
hidronefrosis,
epididimitis, ISK
obliterasi
urine
berulang
18. Benign familial haematuria (thin basement membrane nephropathy)
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
penunjang
urinalysis: dismorfik
kalsifikasi,
Pemeriksaan lainnya
Berulang dan
terus menerus
hematuria
oedema and
mikroskopik
hipertensi
atau gross
hematuria,
mikroalbuminuria
urea and creatinine:
membran basal
>20
24-hour urine
glomerulus (150-225
nM)
collection for
protein : >1 gram/24
hours
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
penunjang
urinalysis:d ismorfik
lainnya
kelemahan, malaise,
merah, proteinuria,
periorbital
kepala, 1 sampai 2
minggu postpharyngitis,
2 sampai 4 minggu
and peripheral
oedema,
hipertensi,
setelah dermatitis
streptokokus, yang paling
rash kulit
mikroalbuminuria
urea and creatinine:
creatinine >2.0, urea
serum
>20
24-hour urine
O titer : elevated
antistreptolysin
collection for
10 tahun
hours
Anamnesis
Pemeriksaan penunjang
fisik
tiba-tiba
timbuledema
urinalysis: dysmorphic
red cells, red cell casts,
periorbital and
oedema,
kelelahan,
Hipertensi,
hematuria
konjungtiva
gross, sakit
pucat, drusen
kepala,
retina
serum complement
proteinuria,
Pemeriksaan lainnya
microalbuminuria
urea and creatinine:
mesangium diperluas,
>20
24-hour urine
imunofluoresensi
oliguria
hypercellular glomeruli,
Pemeriksa
Pemeriksaan penunjang
an fisik
Hipertensi,
nodules
kulit yang
nyeri,
tis, uveitis,
oliguria
lainnya
renal bx:
microalbuminuria
hypercellular,
conjunctivi
Pemeriksaan
sklerotik
glomeruli dengan
inklusi bulan
sabit
Anamnesis
Pemeriksa
Pemeriksaan penunjang
an fisik
rulang
makroskopik
Pada
hematuria terkait
umumnya
dengan infeksi
saluran
proteinuria
urea and creatinine:
Pemeriksaan lainnya
asimtomatik
,hipertensi
hours
berat
pernapasan
proliferative
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
penunjang
urinalysis:
arthralgias,
demam ringan,
kelelahan,
malaise,
anoreksia,
mual,
penurunan berat
badan, kejang,
fotosensitifitas
Pemeriksaan lainnya
pyuria, RBCs,
kupu-kupu
atau ruam
diskoid, borok
mulut atau
renal bx :
granular casts,
glomerulitis ringan
proteinuria
urea and
deposisi imunoglobulin
dan pembentukan bulan
creatinine: creatinine
>2.0, urea >20
24-hour urine
sabit
proliferatiflupus
retina, murmur
collection for
serologies: elevated
serum complement
sistolik
vagina,
vaskulitis
hours
Pemeriksaan fisik
HTN, panggul massa,
adenopati, varikokel
kiri, edemas ekstremitas
bawah
Pemeriksaan
fisik
bisa
diraba/dirasakan
Pemeriksaan penunjang
renal ultrasound: solid or
Pemeriksaan penunjang
PIV biasanya dikerjakan atas indikasi
adanya hematuria tetapi jika diduga ada
massa pada ginjal, pemeriksaan
hilang-timbul, anemi ,
Varikokel akut ,
hipertensi
atau kistik
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
penunjang
Pemeriksaan lainnya
tumor abdomen,
Hematuri
(makroskopis)
Hipertensi
anemia, penurunan
berat badan, infeksi
saluran kencing,
Massa abdomen
kadar lactic
sistem pielokalises
dehydrogenase (LDH
mengetahui fungsi
ginjal.
pemeriksaan USG,
anoreksia
nyeri perut yang
bersifat kolik
daerah ginjal.
Anamnesis
n fisik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
Teraba
massa,
stricture
mass voiding
cystourethrogram:
urethroscopy:
visible urethral
mass
obstruktif
28. Penile cancer
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
penunjang
skin biopsy:
hx lesi penis,
eritematosa patch,
hx dari
squamous cell
kondiloma
29. Bladder stone
limfadenopati inguinal
carcinoma
Anamnesis
Pemeriksaa
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
MRI/CT pelvis
Pemeriksaan
n fisik
lainnya
suprapubik nyeri,
hematuria, gejala
saluran kandung
kemih obstruktif,
urinalysis: haematuria,
Nyeri tekan
suprapubic
operasi sebelumnya
30. Cytotoxic medications
Pemeriksaan
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang
fisik
lainnya
hx dari penggunaan
analgesik atau
urinalysis: dismorfik
penyalahgunaan,
aminoglikosida,
merah, proteinuria,
cyclophosphamide,
cyclosporine, penisilin,
sulfonamid, non-steroid
hypotension,
oedema,
mikroalbuminuria
FBC: peripheral blood
eosinophilia
serum creatinine:
suprapubic pain
anti-inflamasi,
cystoscopy:
amyloid
deposits,
haemorrhagic
inflammation
elevated
hematuria berulang,
nyeri pinggang, disuria
31. Anticoagulation
Anamnesis
hx fibrilasi atrium, katup
mekanik, stroke, memar,
perdarahan gusi
Pemeriksaan fisik
panggul massa, nyeri
tekan sudut
kostovertebral, memar,
Pemeriksaan penunjang
perdarahan gusi
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
normal
urinalysis: RBCs
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
low-grade fever
Anamnesis
penggunaan obat seperti
Pyridium, rifampin,
fenitoin, levodopa,
Pemeriksaan fisik
normal
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang
fisik
normal
I.
PENATALAKSANAAN
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine, coba
dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis,
tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi
bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi
eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah.
Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010) .
Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan
selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada
penyebabnya:
1. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.
2. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat dilakukan
ESWL atau pembedahan.
3. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
4. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau kemoterapi.
J.
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir bersamaan
dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema terkait dengan
sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma,
dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan
dengan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan
nodularitas prostat atau pembesaran
sebagai penyebab potensial.
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan
manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin
disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda perdarahan
di tempat lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat
sistemik.
1. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan anemia.
2. Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan
hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.
3. Cachexia mungkin menunjukkan keganasan.
4. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis atau
dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.
5. Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau
obat sitotoksik.
6. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan
200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat dalam
kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa diraba dan
dapat dirasakan hingga tingkat umbilikus.
7. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal
akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis
mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
8. Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui
adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat. Setelah
prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga
pada colok dubur memberikan kesan prostat masih membesar. Lobus medial
prostat yang mungkin menonjol ke kandung kemih umumnya tidak dapat
dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan asimetri dan perubahan
konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui biopsy jarum transrektal.
9. Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat dari
karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat dalam
berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut; yang biasa ialah bentuk Foley
yang pada ujungnya berbentuk balon yang dapat dikembangkan. Untuk
Rencana keperawatan
dengan:
pain control,
Agen injuri (biologi, kimia,
comfort level
fisik, psikologis), kerusakan
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama . Pasien
jaringan
manajemen nyeri
tampak capek, sulit atau
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
gerakan
kacau,
tanda nyeri)
menyeringai)
NIC :
Lakukan peng
lokasi, kara
faktor presip
Observasi rea
Bantu pasie
menemukan
Kontrol lingk
seperti suhu
Kurangi fakto
Kaji tipe dan s
Ajarkan tenta
relaksasi, dis
Berikan analg
- Terfokus pada diri sendiri Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Fokus
menyempit Tanda vital dalam rentang normal
(penurunan
persepsi Tidak mengalami gangguan tidur
waktu, kerusakan proses
berpikir,
penurunan
interaksi
dengan
orang
dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh
jalan-jalan,
menemui
orang
dan/atau
lain
aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis,
perubahan
otot
(mungkin
ekspresif
gelisah,
menangis,
Tingkatkan is
Berikan infor
berapa lam
ketidaknyam
Monitor vita
analgesik pe
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
NIC :
Pertahanka
Batasi peng
Cuci tanga
keperawata
Gunakan ba
Ganti letak
petunjuk um
Gunakan k
lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
batas normal
kandung ke
Tingkatkan
Berikan ter
Monitor tan
Pertahanka
Inspeksi
kemerahan
Monitor ad
Dorong ma
Dorong isti
Ajarkan pa
Kaji suhu b
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko trauma
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Knowledge : Personal Safety
Faktor-faktor risiko
Safety Behavior : Fall Prevention
Internal:
Safety Behavior : Fall occurance
Kelemahan, penglihatan
Safety Behavior : Physical Injury
menurun, penurunan sensasi Tissue Integrity: Skin and Mucous Membran
taktil, penurunan koordinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.klien
tidak mengalami trauma dengan kriteria hasil:
otot, tangan-mata,
- pasien terbebas dari trauma fisik
kurangnya edukasi
keamanan, keterbelakangan
mental
Eksternal:
Lingkungan
NIC :
Environmenta
Sediakan l
Identifikas
dengan ko
riwayat pe
Menghinda
memindah
Memasang
Menyediak
Menempat
dijangkau
Membatas
Memberik
Menganjur
Mengontro
Memindah
membahay
Berikan p
pengunjun
penyebab p
Diagnosa Keperawatan/
Rencana keperawatan
Stress, Setelah
dilakukan
asuhan
selama
klien
NIC :
Anxiety Redu
Gunakan
Nyatakan
pasien
Jelaskan
selama pr
Temani p
menguran
Berikan
tindakan
Libatkan
Instruksik
relaksasi
Dengarka
Identifika
Bantu pa
kecemasa
Dorong
ketakutan
Kelola pe
DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Moore L Keith, Anne M. 2003. Anatomi klinis Dasar.Jakarta: Hipocrates
Setyohadi, Bambang (dkk). 2006. Ilmu penyakit Dalam (edisi keempat). Jakarta.
Departememen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta: EGC
Junqueir, Luiz carlos. 2007. Histologi Dasar teks dan atlas. Jakarta: EGC.
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Silvia and Wilson. 2006. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.