You are on page 1of 13

QUINOLONE

Antibiotik Golongan Quinolone


A. Definisi Quinolone
Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Quinolone baru dengan atom Fluor
pada cincin Quinolone ( karena itu dinamakan juga Fluoroquinolone). Perubahan struktur
ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri,
memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.
Golongan Quinolone ini digunakan untuk infeksi sistemik.
Secara garis besar golongan quinolone dapat dibagi menjadi dua kelompok
1.

Quinolone : kelompok ini tidak punya manfaat klinik untuk pengobatan infeksi
sistemik karena kadarnya dalam darah terlalu rendah. Selain itu daya bekterinya agak
lemah dan resistensi juga cepat timbul. Indikasi kliniknya terbatas sebagai antiseptic
saluran kemih. Yang termasuk kelompok ini adalah asam nalidiksat dan asam
pipemidat.

2.

Fluoroquinolone : kelompok ini disebut demikian karena adanya atom fluor pada
posisi 6 dalam struktur molekulnya. Daya antibekateri fluoroquinolone jauh lebih
kuat dibandingkan quinolone lama. Selain itu kelompok obat ini diserap dengan baik
pada pemberian oral dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk parentreral
sehingga dapat digunakan unutk penanggulangan infeksi berat, khususnya yang
disebabkan oleh bakteri gram negatif. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
Spirofloksasin,

Moksifloksasin,

Pefloksasin,

Norfloksasin,

Sparfloksasin,

Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.


B. Mekanisme Kerja Obat
Pada saat perkembangbiakkan kuman ada yang namanya replikasi dan
transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas
DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix
DNA sebelum titik pisah.
Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase.
Peranan antibiotika golongan Quinolone & Fluroquinolone menghambat kerja enzim

DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.

C. Spektrum Antibakteri
Quinolone aktif terhadap beberapa kuman Gram-Negatif antara lain : E.
Coli, Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Quinolone ini bekerja dengan
menghambat subunit A dari Enzim DNA graise Kuman, Akibatnya reflikasi
DNA terhenti.
Fluroquinolone lama ( Siproflaksin, Ofoflaksin, Norfloksasin ) mempunyai
daya antibakteri yang sangat kuat terhadap E. Coli, Klebsiella, Enterobacter,
Proteus, H. Influenzae, Providencia, Serratia, Salmonelle, N. Meningitis, n.
Gonorrhoeae, B. Catarrhalis dan Yersinia Entericolitia, tetapi terhadap kuman
Gram-Fositif daya antibakteinya kurang baik.
Fluroquinolone Baru ( Moksifloksasin, Levloksasin ) mempunyai daya
antibakteri yang baik terhadap kuman Gram Positif dan kuman Gram-Negatif,
serta kuman atipik ( Mycoplasma, chlamdya ), Uji klinik menunjukan bahwa
fluroquinolone baru ini efektif untuk bakterial bronkitis kronis.
D. Resistensi
Resistensi terhadap quinolone dapat terjadi melalui 3 Mekanisme, yaitu :

Mutasi Gen gyr A yang menyababkan subunit A dari DNA graise kuman berubah

sehingga tidak dapat diduduki molekul obat lagi.

Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit penetrasi obat kedalam

sel.

Peningkatan Mekanisme Pemompaan obat keluar sel (efflux).

E. Farmakokinetik

Asam Nalidiksat

diserap baik melalui saluran cerna tetapi dengan cepat

dieksresikan dengan cepat melalui Ginjal. Fluroqinolone diserap lebih baik melalui
saluran

cerna

dibandingkan

dengan

asam

nalidiksat.

Pefloksasin

adalah

Fluroquinolone yang absorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling
panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian peroral sama dengan pemberian
parenteral. Penyerapan Siproflaksin dan Flurokiunolon lainnya akan terhambat bila
diberikan bersama Antasida. Sifat Flurokuinolon yang menguntungkan ialah bahwa
golongan obat ini mampu mencapai kadar tinggi dalam prostat, dan cairan
serebrospinalis bila ada Meningitis, Sifat lainnya yang mengunutngkan adalah masa
paruh eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan 2 kali dalam sehari.
F. Indikasi
Asam Nalidiksat hanya digunakan sebagai antiseptik saluran Kemih, sedangkan
Fluroquinolone digunakan untuk indikasi yang jauh lebih luas, antara lain :

Infeksi Saluran Kemih ( ISK )


Fluroquinilone Efektif untuk ISK yang disebabkan oleh
kuman-kuman yang multiresisten dan kuman P. Aeruginosa.
Siprofloksasin, Norfloksasin, dan floksasin dapat mencapai
kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat dan dapat diginakan
untuk terapi prostatitis bakterial akut maupun kronis.

Infeksi Saluran Cerna


Flurokuinilon juga Efektif untuk Diare yang disebabkan oleh shingela,

Salmonella, E. Coli, dan Campylobacter, Siploksasin dan ofloksasin


mempunyai efektifitas yang baik terhadap demam Tifoid.

Infeksi Saluran Nafas ( ISN )


Secara Umum Efektifitas Fluroquinolone ( Siproflaksin, Ofloksasin,

dan enoksasin ) cukup baik untuk bakterial saluran nafas bawah. Tetapi ada
lagi Fluroqinolone ( moksifloksasin, Gemifloksasin,dan Levloksasin )
mempunyai daya antibakteri yang cukup baik terhadap kuman Gram-Positif

maupun kuman Gram-Negatif, dan kuman atipik penyebab infeksi saluran


nafas Bawah.

Penyakit yang ditularkan Melalui Hubungan Seksual


Siprofloksasin oral dan levofloksasin oral merupakan obat pilihan

utama untuk pengobatan Uretritis dan Servitis oleh gonokukus.

Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak


Flurokinolon Oral mempunyai efektiitas sebanding dengan sealosporin

parenteral untuk pengobatan infeksi berat pada kulit atau jaringan lunak.
H.Efek Samping
Efek samping kuinolon meliputi mual, muntah, dispepsia, nyeri lambung, diare
(jarang, kolitis terkait antibiotik), sakit kepala, pusing, gangguan tidur, ruam
(sindroma Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik), dan pruritus. Efek
samping yang jarang terjadi antara lain anoreksia, peningkatan kadar urea dan
kreatinin dalam darah, mengantuk, restlessness, astenia, depresi, bingung,
halusinasi, kejang, tremor, paraestesia, hipoastesia, fotosensitivitas, reaksi hipersensitivitas termasuk demam, urtikaria, angioedema, artralgia, mialgia dan
anafilaksis

serta

gangguan

darah

(mencakup

eosinofilia,

leukopenia,

trombositopenia, selain itu dapat juga terjadi gangguan penglihatan, pengecapan,


pendengaran dan penciuman. Juga dilaporkan terjadinya inflamasi tendon dan
kerusakan tendon (terutama pada lansia dan penggunaan bersama kortikosteroid).
Efek samping lain yang juga dilaporkan anemia hemolitik, gagal ginjal, nefritis
interstisial dan disfungsi hati (termasuk hepatitis dan cholestatic jaundice). Obat
sebaiknya dihentikan bila terjadi reaksi hipersensitivitas (termasuk ruam berat),
reaksi neurologis atau reaksi psikiatrik. Secara Umum dapat dikatakan bahwa efek
samping golongan quinolone sepadan dengan antibiotik golongan lain. Beberapa
Efek samping yang dihubungkan dengan penggunaan obat ini adalah :
1.

Saluran Cerna : Efek samping ini paling sering timbul akibat penggunaan

golongan kuinolon, dan bermanifestasi dalam bentuk mual, dan rasa tidak enak
diperut.
2.

Susunan Saraf Pusat : Yang paling sering terjadi adalah Sakit kepala dan

Pusing. Bentuk yang jarang timbul ialah Halusinasi. Kejang dan delirium.

3.

Hepatotoksisitas : Efek samping ini jarang terjadi.

4.

Kardiotoksisitas : Akumulasi kalium dalam miosit, akibatnya terjadi

aritmia Ventrikel.
5.

Disglikemia : Dapat Menimbulkan hiper atau hipoglikemia. Akibatnya akan

memperparah penyakit diabetes Melitus.


H. Interaksi Obat
Golongan Quinolone dan Fluroquinolone berinteraksi dengan beberapa obat,
Misalnya :

Antasid

Absorpsi quinolone dan Fluroquinolone dapat berkurang hingga 50% jika diminum
bersamaan dengan Antasid.

Teofilin

Akan Menghambat Metabolisme Teofolin dan meningkatkan kadar teofilin dalam darah,
sehingga dapat terjadi intoksikasi.

Obat Anti Artimia

Akan mengakibatkan terjadinya Akumulasi kalium dalam miosit, akibatnya terjadi


aritmia Ventrikel.
I.

Sediaan di Pasaran

Siprofloksasin
Indikasi: infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Profilaksis pada

bedah saluran cerna bagian atas. Lihat juga keterangan di atas.


Peringatan: Hindari alkalinisasi urin berlebihan dan pastikan minum yang
cukup (risiko kristaluria); Hati-hati pada pengendara kendaraan bermotor, karena
dapat

menurunkan

kewaspadaan,

efeknya

meningkat

dengan

adanya

alkohol.Interaksi: lihat Lampiran 1 (kuinolon).


Efek Samping: flatulen, disfagia, pankreatitis, takikardia, hipotensi, udem,
kemerahan, berkeringat, gangguan dalam bergerak, tinnitus, vaskulitis, tenosinovitis,
eritema, nodosum, hemorrhagic bullae, petechiaedan hiperglikemia; nyeri dan flebitis
pada tempat penyuntikan.

Dosis: oral:infeksi saluran napas, 250-750 mg dua kali sehari.


Infeksi saluran kemih, 250-500 mg dua kali sehari (untuk akut tanpa
komplikasi, 250 mg dua kali sehari selam 3 hari). Gonore 500 mg dosis tunggal.
Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada cystic fibrosis750 mg dua kali
sehari; ANAK 5-17 tahun (lihat Peringatandi atas), sampai 20 mg/kg bb dua kali
sehari (maksimal 1,5g sehari). Infeksi lain, 500-750 mg dua kali sehari. Profilaksis
bedah, 750 mg 60-90 menit sebelum operasi. Injeksi intravena:(selama 30-60 menit),
200-400 mg dua kali sehari. Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada
cystic fibrosis400 mg dua kali sehari. ANAK 5-17 tahun (lihat Peringatandi atas),
sampai 10 mg/kg bb tiga kali sehari (maksimal 1,2 g sehari). Infeksi saluran kemih,
100 mg dua kali sehari. Gonore, 100 mg dosis tunggal.
ANAK: tidak dianjurkan (lihat Peringatandi atas). Tapi bila pertimbangan
manfaat risiko menguntungkan, oral: 10-30mg/kg bb/hari dibagi dua dosis; intravena:
8-16 mg/kg bb/hari dibagi dua dosis. Antraks (pengobatan dan profilaksis setelah
terpapar, lihat keterangan diatas), oral,500 mg sehari dua kali; ANAK 30 mg/kg
bb/hari dibagi dua dosis (maksimal 1 g per hari) Injekasi intravena,400 mg sehari dua
kali; ANAK 20 mg/kg bb/hari dibagi 2 dosis (Maksimal 800 mg per hari).

Ofloksasin
Indikasi: infeksi yang disebabkan strainyang rentan terhadap ofloksasin seperti

Staphylococcus sp., Streptococcuspneumoniae, Micrococcus sp., Corynebacterium


sp., Branhamella catarrhalis, Pseudomonas sp., Pseudomonas aeruginosa,
Haemophilus sp., (Haemophilus influenza, Haemophilus aegyptius) Moraxella sp
(Morax-Axenfeld diplo bacillus) Serratia sp. Klebsiella sp., Proteus sp., Acinobacter
sp., dan bakteri anaerob (Propionibacterium acne): blepharitis, dacryo-cystitis,
konjungtivitis, tarsadenitis, keratitis dan corneal ulcer.
Peringatan: gangguan fungsi hati; pasien dengan riwayat kelainan psikiatrik;
hindari penggunaan jangka panjang. Sedimentasi pada ulcerdapat terjadi pada
pengobatan untuk corneal ulcerdengan kuinolon topikal. Bila tidak hati-hati dapat
merusak (dijaringan kornea)Hati-hati pada pengendara kendaraan bermotor, karena
dapat menurunkan kewaspadaan.

Efek Samping: Takikardia, hipotensi transient, reaksi vaskulitis, ansietas,


sempoyongan (unsteady gait), neuropati, gejala ekstrapiramidal, reaksi psikosis
(hentikan pengobatan- lihat keterangan di atas); sangat jarang terjadi: perubahan gula
darah dan reaksi vaskulitis, terdapat kasus pneumonitis. Pada pemberian intravena
dapat terjadi hipotensi dan reaksi lokal (tromboflebitis).
Dosis: oral: infeksi saluran kemih, 200-400 mg/hari, sebaiknya pagi hari. Pada
infeksi saluran kemih atas dapat dinaikkan sampai dua kali 400 mg/hari. Infeksi
saluran kemih bawah, 400 mg/hari, bila perlu dapat dinaikkan menjadi dua kali 400
mg/hari. Infeksi jaringan lunak, 400 mg dua kali sehari. Gonore tanpa komplikasi,
400 mg dosis tunggal. Infeksi Klamidia genital tanpa komplikasi, uretritis nongonokokus, 400 mg per hari dosis tunggal atau dosis terbagi selama 7 hari. Penyakit
radang pelvik 400mg dosis tunggal. Infus intravena:(200 mg/30 menit). Infeksi
saluran kemih dengan komplikasi, 200 mg/ hari. Infeksi saluran kemih bawah, 200
mg dua kali sehari. Septikemia, 200 mg dua kali sehari. Infeksi kulit dan jaringan
lunak, 400 mg dua kali sehari. Pada infeksi berat atau dengan komplikasi, dosis dapat
ditingkatkan menjadi 400 mg dua kali sehari.

Moksifloksasin
Indikasi: eksaserbasi akut bronkitis kronik; pneumonia dari lingkungan

(community-acquired pneumonia); sinusitis bakterial akut yang didiagnosis dengan


baik, infeksi kulit complicated atau infeksi struktur kulit yang memerlukan terapi
inisial parenteral dan dilanjutkan dengan oral.
Peringatan: lihat keterangan di atas; aritmia dengan kondisi pre-disposisi aritmia,
termasuk iskemia otot jantung; Hati-hati pada pengendara kendaraan bermotor,
karena dapat menurunkan kewaspadaan.
Kontraindikasi: lihat keterangan di atas; gangguan fungsi hati berat; memiliki
riwayat perpanjangan interval QT, bradikardia, memiliki riwayat aritmia simtomatik,
gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi ventrikular kiri, gangguan elektrolit,
pemberian bersama dengan obat yang diketahui dapat memperpanjang interval QT.
Efek Samping: lihat keterangan di atas; juga mulut kering, stomatitis, glossitis,
flatulens, konstipasi, aritmia, palpitasi, udem perifer, angina, perubahan tekanan
darah, dyspnoea, ansietas, dan berkeringat; jarang: hipotensi, hi- perlipidemia, agitasi,

mimpi yang tidak normal, inkordinasi, hiperglikemia dan kulit kering.


Dosis: 400 mg sekali sehari selama 10 hari untuk pneumonia yang didapat dari
lingkungan, 5-10 hari untuk eksaserbasi (akut) dari bronkitis kronik, 7 hari untuk
sinusitis. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada manula, pasien dengan berat badan
rendah atau pasien rawat jalan dengan gangguan fungsi ginjal ringan sampai sedang
(Bersihan kreatinin di atas 30 mL/menit/1,73 m2).

Levofloksasin
Indikasi: infeksi sinusitis maksilaris akut, eksaserbasi bakterial akut pada

bronkitis

kronik,

pneumonia

komunitas

(community-acquired

pneumonia),

uncomplicated skin dan skin structure infections, infeksi saluran kemih kompleks
(complicated urinary tract infection), dan pielonefritis akut karena mikroorganisme
yang sensitif.
Peringatan: kejang, psikosis toksik, peningkatan tekanan intrakranial, stimulasi
sistem saraf pusat, hipersensitifitas, reaksi anafilaksis, kolitis pseudomembran, kolitis
terkait dengan antibiotik, ruptur tendon, hidrasi yang adekuat harus dipertahankan,
insufisiensi ginjal, reaksi fototoksisitas sedang hingga berat, diketahui atau dicurigai
gangguan sistem saraf pusat, gangguan glukosa darah, diabetes.
Interaksi: berpotensi membentuk kelat bersama ion logam (Al, Cu, Zn, Mg, Ca),
antasida mengandung aluminium atau magnesium dan obat mengandung besi
menurunkan absorpsi levofloksasin, penggunaan bersama AINS dengan kuinolon
dapat meningkatkan risiko stimulasi SSP dan serangan kejang, gangguan glukosa
darah, termasuk hiperglikemia dan hipoglikemia jika diberikan bersama obat
antidiabetik, levofloksasin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium
tuberculosis, sehingga dapat memberikan hasil negatif palsu pada diagnosis bakteri
tuberkulosis.
Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap levofloksasin dan antimikroba
golongan kuinolon, epilepsi, riwayat

gangguan

tendon terkait

pemberian

florokuinolon, anak atau remaja, kehamilan, menyusui.


Efek Samping: diare, mual, vaginitis, flatulens, pruritis, ruam, nyeri abdomen,
genital moniliasis, pusing, dispepsia, insomnia, gangguan pengecapan, muntah,
anoreksia, ansietas, konstipasi, edema, lelah, sakit kepala, palpitasi, parestesia,

sindrom Stevens-Johnson, vasodilatasi tendon rupture.


Dosis: oral dan parenteral, 250 mg 750 mg sekali sehari selama 7-14 hari,
tergantung pada jenis dan keparahan penyakit serta sensisitifitas patogen yang
dianggap penyebab penyakit, sinusitis akut, 500 mg per hari selama 10-14 hari,
eksaserbasi dari bronkitis kronik, 250-500 mg per hari selama 7-14 hari, pneumonia
yang didapat dari lingkungan, 500 mg sekali atau dua kali sehari selama 7-14 hari,
infeksi saluran kemih, 250 mg selama 7-10 hari (selama 3 hari untuk infeksi tanpa
komplikasi), prostatitis kronik, 500 mg sekali selama 28 hari. Infeksi kulit dan
jaringan lunak, 250 mg sehari atau 500 mg sekali atau dua kali sehari selama 7-14
hari, intravena (500 mg selama paling tidak 60 menit), pneumonia yang didapat dari
lingkungan, 500 mg sekali atau dua kali sehari, infeksi saluran kemih dengan
komplikasi, 250 mg sehari, dapat ditingkatkan pada infeksi parah, infeksi kulit dan
jaringan lunak, 500 mg dua kali sehari.

Pefloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan

Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin
400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.

Norfloksasin
Efek Samping: lihat keterangan di atas. Dapat menimbulkan anoreksia, depresi,

ansietas, tinitus, nekrolisis epidermal tosik, dermatitis eksfoliatif, eritema multiforme


(sindrom Stevens-Johnson)
Dosis: infeksi saluran kemih, 400 mg dua kali sehari selama 7-10 hari (3 hari
untuk kasus tanpa komplikasi). Infeksi saluran kemih kronis dan berulang, 400 mg
dua kali sehari sampai 12 minggu. dapat dikurangi menjadi 400 mg sekali sehari jika
respons baik pada 4 minggu pertama.

Sparfloksasin
Indikasi: pneumonia akut berasal dari komunitas (CAP/Community-acquired

pneumonia) yang diduga disebabkan oleh bakteri pneumokokus dan nonpneumokokus; eksaserbasi dari penyakit obstruksi paru menahun (COPD); sinusitis
purulen akut; infeksi yang sudah resisten terhadap penisilin atau antibiotik betalaktam lain.

Peringatan: reaksi fototoksisitas; penderita dengan riwayat pemanjangan QTc,


kongenital atau didapat (misal infark miokard akut); penderita dengan riwayat
hipokalemia (periksa kadar kalium sebelum pengobatan dengan sparfloksasin);
bradiaritmia; tendinitis dan/atau ruptur tendon (terutama mempengaruhi tendon
Achilles); rasa nyeri atau inflamasi; pasien yang diduga menderita tuberkulosis
(perhatikan aktivitas potensial sparfloksasin terhadap mikobakteria); negatif palsu
pada biakan mikobakteria; efek terhadap sistim saraf pusat (dianjurkan untuk tidak
mengendarai atau menjalankan mesin); pasien hemodialisis atau dialisis peritoneum;
hindari pemaparan terhadap sinar matahari, sinar terang dan sinar ultraviolet selama
masa pengobatan ditambah lima hari setelah pengobatan selesai.
Interaksi: penggunaan bersama amiodaron, sotalol dan bepridil menimbulkan
risiko

torsades

elektrofisiologis);

de

pointeskarena

tidak

dianjurkan

perpanjangan
kombinasi

interval
dengan

Q-T (efek
obat

yang

aditif
dapat

memperpanjang interval Q-T dan/atau menimbulkan torsades de pointesseperti


antiaritmia (bretilium, disopiramid, prokainamid, kuinidin), dan obat-obat lain seperti
astemisol, eritromisin, kuinin, klorokuin, halofantin, cisaprid, pentamid, probukol,
terfenadin, vinkamin, beberapa antidepresan trisiklik, neuroleptik tertentu (seperti
sulfoprid, fenotiasin) karena menimbulkan risiko torsades de pointesakibat
pemanjangan interval Q-T (efek aditif elektrofisiologi); diperlukan pemantauan klinis
dan elektrokardiografi secara seksama; hati-hati kombinasi bersama dengan garam
magnesium, aluminium dan kalsium oksida dan hidroksida (dapat menurunkan
penyerapan sparfloksasin sehingga selang waktu (lebih dari 4 jam) harus diberikan
antara pemberian antasida dan sparfloksasin), garam besi dan seng (dosis oral > 30
mg per hari) harus diberikan minimal 2 jam setelah pemberian sparfloksasin; hati-hati
pemberian pada kondisi hipokalemia yang disebabkan diuretik, laksatif, stimulan,
amfoterisin B (intravena), kortikosteroid dan tetrakosaktid yang menyebabkan
torsades de pointes, pada kondisi ini hipokalemia sebaiknya diatasi dahulu sebelum
memulai pengobatan dengan sparfloksasin; hati-hati pemberian pada kondisi
bradikardi yang disebabkan obat-obat seperti digoksin dan beta-bloker (dapat
menyebabkan torsades de pointes); penggunaan dengan Anti Inflamasi Non Steroid
(AINS) dan teofilin mengurangi ambang batas kejang.

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap sparfloksasin atau golongan kuinolon


lainnya; penggunaan bersama dengan amiodaron, sotalol dan bepridil (lihat interaksi);
kehamilan dan menyusui; anak-anak hingga akhir masa pertumbuhan; penderita
dengan riwayat penyakit tendon berhubungan dengan floroluinolon; penderita dengan
defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase; riwayat pemanjangan interval Q-T (faktor
kongenital atau non-kongenital); penggunaan bersama dengan obat anti-aritmia atau
obat lain yang menimbulkan aritmia.
Efek Samping: fototoksisitas termasuk manifestasi terbakar sinar matahari,
eritema, dan lesi lepuh, (gejala fototoksik masih timbul setelah pengobatan dihentikan
beberapa minggu); kemerahan, pruritus, bengkak, lepuh, gejala Steven-Johnson
Syndrome, nyeri otot dan sendi, tendinitis, ruptur/ kerusakan tendon, gangguan irama
jantung, termasuk torsades de pointes, aritmia, bradikardi, takikardi, takikardi
ventrikel, mual, muntah, diare, nyeri perut, gastralgia, peningkatan enzim hati,
ikterus, tremor, rasa mabuk, paraestesia, gangguan sensorik, sakit kepala, vertigo,
halusinasi, gangguan tidur awal pengobatan, hipersensitifitas, urtikaria, angioedema,
shok anafilaktik,

edema

quincke, trombositopenia

yang

sporadis, purpura

trombositopenia, konjungtivis, uretritis, peningkatan transaminase sedang atau untuk


sementara.
Dosis: Fungsi ginjal normal : dosis awal 400 mg sebagai dosis tungggal pada hari
pertama, dilanjutkan 200 mg per hari dalam dosis tunggal, lama pengobatan rata-rata
10 hari untuk infeksi saluran pernafasan bagian bawah dan 4 hari untuk sinusitis,
peningkatan dosis per hari tidak akan menambah manfaaat pengobatan; Gangguan
fungsi ginjal: bersihan kreatinin lebih besar dari atau sama dengan 30 mL/menit, tidak
diperlukan penyesuaian dosis, bersihan kreatinin lebih kecil dari 30 mL/menit, 400
mg dosis awal pada hari pertama, pada hari kedua pengobatan tidak diberikan,
dilanjutkan dengan 200 mg pada hari ketiga, kemudian diberikan setiap 48 jam
selama 10 hari; Tidak terdapat data untuk pasien gangguan hati berat. Obat ini dapat
digunakan dengan atau tanpa makanan.

Gatifloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga

tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.

Tambahan aja siapa tau mau dimasukkin, kalo gak dimasukkin jg gpp kok hehehe :

You might also like