Professional Documents
Culture Documents
laki-laki,
sehingga
diduga
hormon
sex
berperan
dalam
Gambar 1. Alur sitokin yang terlibat dalam artritis reumatoid (Choy, 2001)
Pengendapan kompleks imun pada membran sinovial akan menyebabkan
aktivasi
sistem
komplemen
dan
membebaskan
komplemen
C5a.
cairan sendi serta merusak jaringan kolagen dan proteoglikan rawan sendi
(Choy, 2001).
DMARD
yang
paling
umum
digunakan
adalah
menurunkan
konsentrasi
TNF-,
yang
yang sakit
Modalitas fisik : panas superfisial dengan parafin, diatermi
ultrasonografi, untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan gerak
sendi
Latihan sendi : metode blok untuk sendi PIP (proximal
interphalangeal) dan DIP (distal interphalangeal), latihan ambil
Katekin utama yang paling banyak ditemukan dalam teh hijau yaitu
epigallocatechin-3-gallate (EGCG), terhitung 50-80% berat kering dari total
katekin teh hijau. Epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG),
dan epicatechin (EC) juga merupakan komponen katekin yang terkandung
di dalam teh hijau (gambar 4). Di antara keempat jenis katekin tersebut,
EGCG merupakan senyawa yang paling aktif dan merupakan antioksidan
yang lebih potensial dibandingkan dengan vitamin C dan E (Singh, 2011).
hasil
dari
stress
oksidatif,
seperti
artritis,
penyakit
menyusui.
Konsumsi
teh
hijau
selama
kehamilan
dapat
meningkatkan resiko malformasi janin, seperti spina bifida, karena teh hijau
memiliki aktivitas antifolat yang merupakan salah satu mekanisme anti
kanker, sedangkan asam folat sangat dibutuhkan untuk membantu
perkembangan janin yang normal (Pham-Huy, 2008).
2.3. Peran Teh Hijau Dalam Menghambat Penyakit Artritis Reumatoid
Pada penyakit reumatik, kehilangan keseimbangan antara pembentukan
dan resorpsi tulang dapat menyebabkan abnormalitas tulang yang
mempengaruhi kualitas hidup. IL-6 yang diroduksi oleh sel-sel stroma dan
osteoblas dalam menanggapi rangsangan seperti lipopolisakarida, IL-1, dan
TNF, menstimulasi resoprsi tulang dan pembentukan osteoklas. Sebuah
studi terbaru oleh Kamon menunjukkan bahwa EGCG mengurangi
pembentukan osteoklas dengan menghambat diferensiasi osteoblas tanpa
mempengaruhi viabilitas dan proliferasinya. Studi terbaru lain yang
menangani mekanisme molekuler yang tepat dimana EGCG menghambat
diferensiasi osteoblas menunjukkan bahwa EGCG menghasilkan efek antiosteoklastogenik dengan menghambat aktivasi receptor activator of nuclear
sehingga
mencegah
penghapusannya
dari
osteoblas