Professional Documents
Culture Documents
tua. Faktor internal yang mempengaruhi kebiasaan makan remaja yaitu persepsi tubuh
remaja tersebut (Worthington, Robert, 2000 dalam FKMUI, 2008: 182)
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang
dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan pengetahuan gizi menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena
ketidaktahuan atau kurang informasi gizi yang memadai. Pendidikan orang tua yang tinggi
diharapkan akan memberi dampak terhadap konsumsi anaknya (FKMUI, 2008: 186-187).
Pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan makan keluarga. Orang tua
yang bekerja mengakibatkan terjadi peningkatan ketergantungan terhadap makanan cepat
saji (fast food) dari luar rumah yang cara penyediaannya dilakukan dengan pemanasan
tinggi dan waktu masak yang singkat. Makanan semacam ini cenderung tinggi lemak
sehingga merugikan remaja yang mengkonsumsi makanan tersebut (Subardja, 2005 dalam
Manurung, 2009: 43).
Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi gizi didasarkan atas tiga kenyataan
yaitu; (1) status gizi yang cukup penting bagi kesehatan dan kesejahteraan; (2) setiap orang
akan cukup gizi jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi; (3) ilmu gizi memberikan
fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik
bagi pebaikan gizi (Suhardjo, 1986 dalam FKMUI, 2008: 187).
Berkaitan dengan perkembangan fisik, remaja adalah masa ketika seseorang mulai
memperhatikan keadaan tubuhnya dan berpengaruh terhadap persepsi mereka tentang
tubuh. Hasil penelitian Deni (2008), remaja putri Kota Bogor sebanyak 40% merasa bahwa
tubuhnya ideal atau normal, sebanyak 50% merasa tubuhnya kurus, dan 10% merasa
tubuhnya gemuk. Padahal berdasarkan perhitungan antropometri, tidak ditemukan remaja
yang termasuk dalam status gizi gemuk/overweight. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
remaja memiliki persepsi yang kurang terhadap tubuh sendiri. Mengenai kepuasan terhadap
tubuh, sebanyak 60 % remaja merasa kurang puas dengan bentuk tubuhnya sekarang.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap
kebiasaan makannya. Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi
kebutuhan akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan perilaku dalam memilih
makanan. Kebiasaan makan dalam kelompok memberi dampak pada distribusi makanan
bagi anggota kelompok (Khumaidi (1994) dalam Manurung 2008: 39).
Studi pendahuluan yang penulis lakukan terhadap 20 orang siswi R-SMA BI Negeri 3
Teladan Bukittinggi didapatkan 56,6% siswi yang memiliki kebiasaan makan yang kurang
baik. Sebanyak 55% siswi memiliki frekuensi makan yang kurang dari 3 kali sehari, 55%
siswi memiliki kebiasaan makan pagi kurang dari 3 kali dalam seminggu dan 60% siswi
memiliki kebiasaan makan jajanan cepat saji 4 sampai 7 kali dalam seminggu. Berdasarkan
hal yang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh faktor-faktor
yang berhubungan dengan kebiasan makan siswi R-SMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasan makan siswi RSMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi.
Tinjauan Pustaka
Remaja
Menurut Marat (2009) dalam Isnani (2011: 19) istilah remaja menunjukkan suatu
tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, ditandai oleh perubahanperubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang
umum digunakan oleh para ahli adalah antara usia 12-21 tahun. Rentang waktu usia remaja
ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun
masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir.
Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak
dan dewasa. Masa ini merupakan sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik,
psikis, sosial, dan gizi. Pertumbuhan yang disertai dengan perubahan fisik, memicu berbagai
kebingungan (Arisman 2004: 63).
Kebiasaan Makan Remaja
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan
makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan perilaku dalam memilih makanan.
Kebiasaan makan dalam kelompok memberi dampak pada distribusi makanan bagi anggota
kelompok (Khumaidi (1994) dalam Manurung 2008: 39).
Karakteristik Keluarga
Menciptkan suatu lingkungan yang sehat dan membentuk perilaku masyarakat yang
sehat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pekerjaan, pengetahuan dan
pendidikan, besar keluarga, serta lingkungan sosial budaya. Keluarga adalah suatu
kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh hubungan perkawinan,
hubungan darah (keturunan), maupun karena adopsi (pengangkatan) dan tinggal dalam
satu rumah tangga (Effendy, 1995 dalam Isnani, 2011: 5).
Pengetahuan merupakan hasil tahu atas sesuatu yang diperoleh dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2003: 121).
Persepsi tubuh
Persepsi tubuh tidak hanya berkaitan dengan aspek penampilan fisik, daya tarik
maupun kecantikan tetapi lebih dari itu, yaitu berkaitan dengan gambaran mental, pikiran,
perasaan, kesadaran remaja mengenai tubuhnya. Penelitian Kim 2001 menemukan bahwa
remaja putri yang memiliki gambaran mental negatif mengenai berat badannya cenderung
mengalami depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki
gambaran mental positif terhadap tubuhnya (Naimah dan Rahardjo, 2008 dalam Isnani,
2011: 13).
Alat
ukur
yang
digunakan
untuk
menilai
persepsi
tubuh
adalah
dengan
menggunakan metode Body Shape Quesionnaire (BSQ). BSQ merupakan metode penilaian
persepsi tubuh yang dikembangkan oleh Cooper et al. pada tahun 1987. Kuesioner ini
terdiri dari 34 pertanyaan mengenai persepsi tubuh dan penampilan seseorang selama 4
minggu terakhir. Skala rentang yang digunakan dalam BSQ adalah rentang 1 (tidak pernah)
sampai rentang 6 (selalu) (Goodheart et al., 2011: 84).
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional
study karena variabel independen dan dependen diukur dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian ini dilaksanakan di R-SMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi, penelitian
dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai bulan Agustus 2012.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X dan XI R-SMA BI Negeri 3
Teladan Bukittinggi sejumlah 347 orang siswi. Hal ini dengan pertimbangan bahwa siswi
kelas XII tidak diambil sebagai subjek penelitian karena mereka harus mempersiapkan
berbagai ujian sebagai syarat kelulusan.
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus finit diperoleh jumlah sampel sebanyak
75 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Stratified Random Sampling
yaitu dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi,
kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut.
Berdasarkan rumus didapatkan jumlah sampel pada kelas X sebanyak 36 orang
siswi dan jumlah sampel pada kelas XI sebanyak 39 orang siswi. Setelah ditentukan jumlah
sampel pada masing-masing kelas, dilakukan pengambilan sampel secara Simple Ramdom
Sampling dimana dengan metode ini tiap unit dalam populasi, mempunyai peluang yang
sama terpilih sebagai sampel.
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masingmasing variabel yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pengetahuan gizi, persepsi
tubuh dan kebiasaan makan.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
variable dependen yaitu hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kebiasaan
makan uji statistik yang digunakan adalah uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Apabila p value < 0,05 maka mendapat hubungan yang bermakna antara variable dependen
dengan variable independen.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Lokasi Penelitian
SMA Negeri 3 Bukittinggi terletak di Jalan Prof. M. Yamin, SH Bukittinggi. Sekolah ini
dibangun tahun 1957 dengan luas tanah 8008 m2. SMA Negeri 3 Bukittinggi terletak di
samping Terminal Aur Kuning yang merupakan pusat keramaian kota Bukittinggi. Posisi
SMA 3 Bukittinggi yang bersebelahan langsung dengan terminal ini membuat pihak sekolah
memberi julukan kepada SMA Negeri 3 Bukittinggi sebagai Berlian di Sisi Terminal.
Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang dibantu oleh 56 guru dan 13
orang tata usaha. R-SMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi memiliki murid sebanyak 654
murid dengan rincian:
Tabel 1
Jumlah Siswa R-SMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi Tahun Ajaran 2011/2012
Kelas
Laki- Perempua
Jumla
laki
n
h
X
68
164
232
XI
35
183
218
XII
47
157
204
Jumlah 150
504
654
Hasil Penelitian
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Siswi Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua di R-SMA BI Negeri 3
Teladan Bukittinggi Tahun 2012
Kategori Pekerjaan Orang Tua
n
%
Tidak tetap
47 62,
7
Tetap
28 37,
3
Jumlah
75 100
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pekerjaan orang tua siswi yang paling banyak adalah
kategori tidak tetap yaitu tidak bekerja, buruh, tani dan wiraswasta (62,7%).
4.2.2.1
Pengetahuan gizi siswi dikategorikan menjadi dua yaitu baik (80%) dan tidak baik
(<80%) yang dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Siswi Berdasarkan Pengetahuan Gizi di R-SMA BI Negeri 3
Teladan Bukittinggi Tahun 2012
Kategori Pengetahuan Gizi Siswi
n
%
Kurang Baik
2
37,
8
3
Baik
4
62,
7
7
Jumlah
7 100
5
Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebaian besar (62,7%) siswi memiliki pengetahuan
gizi yang baik.
Persepsi tubuh siswi
Persepsi tubuh siswi dikategorikan menjadi dua yaitu baik (mean) dan tidak baik
(<mean) yang dapat dilihat pada tabel 6
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Siswi Berdasarkan Persepsi Tubuh di R-SMA BI Negeri 3 Teladan
Bukittinggi Tahun 2012
Kategori Persepsi Tubuh Siswi
N
%
Kurang Baik
33 44,
0
Baik
42 56,
0
Jumlah
75 100
Tabel 6 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh (56,0) persepsi tubuh siswi yang
paling banyak adalah kategori baik.
tua tetap. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
pekerjaan orang tua dengan kebiasaan makan siswi (p>0,05).
orang tua persepsi terhadap tubuh sendiri baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan bermakna antara pendidikan orang tua dengan kebiasaan makan siswi (p<0,05).
Pembahasan
Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian kebiasaan makan siswi banyak yang kurang baik(69,3%).
Kebiasaan makan yang kurang baik meliputi frekuensi makan sehari (60,0%) dan frekuensi
makan jajanan (84,0%). Hal ini sejalan dengan penelitian Indriani (2009: 134) ditinjau dari
frekuensi makan per hari, cukup banyak remaja yang makan kurang dari tiga kali per hari,
yakni sebanyak 45,85% dan mengkonsumsi jajanan yang lebih dari 4 kali seminggu yaitu
sebesar 84,75%.
Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Mereka sering menggantikan
makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi
lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak. Berdasarkan hasil penelitian
Djoyonegoro (1995) yang dikutip Khomsan (2003), bahwa ada sekitar 60% anak Indonesia
tidak sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah dan itu menjadi perhatian penuh, sebab
sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan
tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral.
Berdasarkan penelitian pendidikan orang tua siswi banyak yang tinggi yaitu
pendidikan SMA sampai perguruan tinggi (85,35%). Menurut Purwaningrum (2008)
karakteristik orang tua
SMPN 4 Tompobulu pada umumnya baik(77,1%). Kelompok remaja yang yang memiliki
pengetahuan gizi yang cukup akan memiliki konsep ilmu gizi yang cukup juga.
Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan saling berinteraksi membentuk
pola perilaku yang khas. Pengetahuan gizi pada remaja sangat penting karena setiap orang
akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, karena pengetahuan gizi memberikan
informasi yang berhubungan dengan gizi, makanan dan hubungannya dengan kesehatan.
Berdasarkan penelitian, persepsi tubuh siswi banyak yang baik (56,0%), hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Setyorini (2008) sebanyak 51,6% siswi SMAN 4 Semarang
memiliki persepsi tubuh yang baik. Ketidakpuasan dan kepuasan terhadap bentuk tubuh
serta penampilan biasanya berimplikasi kepada tingkat kepercayaan diri remaja. Data
penelitian menunjukkan persepsi tubuh yang negatif akan. dapat mempengaruhi tindakan
seseorang untuk melakukanupaya pengurangan konsumsi makan.
Secara psikologis, individu yang mempunyai persepsi tubuh yang baik mempunyai
kepercayaan diri yang baik pula, sehingga dapat berpikir dengan baik dan dapat
mengarahkan perilakunya ke arah yang positif dalam rangka memenuhi kebutuhan
fisiologisnya. Dengan demikian remaja tersebut memiliki kemampuan untuk memilih
kebiasaan yang tepat untuk dirinya. Sebaliknya individu yang mempunyai persepsi tubuh
yang kurang baik,
kebiasaan makan yang baik kepada anaknya, sama halnya dengan pendidikan orang tua
rendah. Faktor yang menyebabkan kurang baiknya kebiasaan makan remaja adalah
keterpaparan mengenai kebiasaan makan melalui media elektronik maupun media cetak.
).
Tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan orang tua dengan kebiasaan makan
siswi R-SMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi dengan nilai p value sebesar 0,57 (p> ).
3. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi siswi dengan kebiasaan makan siswi
R-SMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi dengan nilai p value sebesar 0,008 (p< ).
4. Ada hubungan bermakna antara persepsi tubuh siswi dengan kebiasaan makan siswi RSMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi dengan nilai p value sebesar 0,02 (p> ).
Saran
1. Pihak R-SMA BI Negeri 3 Teladan Bukittinggi perlu meningkatkan kegiatan UKS (Unit
Kesehatan Sekolah) sehingga pengetahuan dan kesadaran kebiasaan makan yang baik
pada remaja dapat ditingkatkan melalui kegiatan di UKS tersebut seperti penyuluhan dan
membuat media tentang gizi dan kesehatan. Peningkatan kesadaran akan persepsi
tubuh yang baik bisa dilakukan dengan memberikan pendidikan gizi.
2. Sebaiknya orang tua memberikan pengetahuan gizi kepada anaknya agar dapat
meningkatkan kebiasaan makan yang baik pada anaknya.
3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kebiasaan makan pada remaja.
Daftar Pustaka
Arisman. 2004
Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC: Jakarta.
Arum, Puspito.2008
Perbedaan Pengetahuan Gizi, Body Image dan Perilaku Makan Remaja Putri.
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. [Online]. Dari:
http://www.undip.ac.id/. [6 Desember 2011]
Barasi, Mary E. 2009
At a Glance Ilmu Gizi. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Damayanti, Denidya. 2011
Makan Enak Tanpa Takut Gemuk. Araska: Yogyakarta.
Deni. 2008
Pentingnya Pendidikan Gizi dalam Pembentukan Persepsi Positif Body Image pada
Remaja Puteri di Kota Bogor. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. [Online]. Dari:
http://www.ipb.ac.id/. [6 Desember 2011].
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007
Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2008
Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Depkes RI. 1997
Di Pertro, Monico; Da Silveira. 2008
Internal Validity Dimensionality and Performance of the Body Shape Questionnaire
in a Group of Brazillian Collage Students. Sao Paulo: Departement of Psychiatry
Universidade
Federal
de
Sao
Paulo.
[Online].
Dari:
http://
repository.upi.edu/operator/upload/. [8 Februari 2012].
Goodheart et al. 2011
Eating Disorders in Women and Children. New York: CRC Press.
Hendrayati. 2010
Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Siswa SMP Negeri 4 Tompobulu
Kabupaten Banteang. Jakarta: Media Pangan Gizi.