You are on page 1of 20

BAB I

DASAR TEORI
1.1Modalitas Rasa di Rongga Mulut
Tubuh manusia mempunyai indera yang berfungsi sebagai reseptor
atau penerima rangsangan dari lingkungan sekitar. Manusia mempunyai dari
lima macam indera (panca indera) yaitu indera penglihatan (mata), indera
pendengaran

dan keseimbangan

(telinga),

indera

penciuman/pembau

(hidung), indera pengecap (lidah), serta indera peraba dan perasa (kulit).

Sistem indra manusia

Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang


membuat manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya dan
kebutuhan-kebutuhan jaringan, selain itu, dapat juga berfungsi untuk
menghindarkan tubuh dari substansi beracun. Lidah adalah alat indera yang
peka terhadap rangsangan berupa zat kimia larutan.

Anatomi indra pengecap

Lidah tersusun atas otot otot rangka yang berbentuk


longitudinal , transversal dan sirkuler, permukaannya dilindungi oleh lendir
dan penuh dengan bintil-bintil. Kita \rasa pada lidah karena terdapat reseptor
yang dapat menerima rangsangan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi
rasa, antara lain :
1. Sistem Indera seperti penglihatan, pembau, dan pendengar
2. Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan,
kandungan air, dan udara dalam makanan.
Menurut penelitian, terdapat sel pengecap yang berespon paling
baik terhadap rangsang pahit sedangkan yang lain terhadap asin, manis, atau
asam. Sebagian berespon terhadap lebih dari satu modalitas dan sebagian
terhadap keempatnya. MSG sebenarnya bukan merupakan rasa yang dapat
muncul sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga
diduga ada pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini
mengindrai rasa glutamat dan glutamat monosodium yang basah terdapat
pada masakan asia varian reseptor glutamat metatropik (Ganong.2003).
Taste buds (kuntum pengecapan), alat indera untuk pengecapan,
merupakan badan ovoid yang berukuran 50 70 m. Tiap-tiap kuntum
2

pengecap terbentuk oleh 4 jenis sel, yaitu sel basal; sel tipe 1 dan 2, yang
merupakan sel suspentakularis; dan sel tipe 3, yang merupakan sel reseptor
pengecap (gustatorik) yang membuat hubungan sinaps dengan serat saraf
sensorik. Leher dari sel-sel ini berhubungan satu sama lain dan dengan sel
epitel di sekitarnya melalui tight junction. Kuntum pengecap ini dipersarafi
oleh sekitar 50 serat saraf, dan sebaliknya, setiap serat saraf menerima
masukan dari rata-rata 5 kuntum pengecap. Sel-sel basal berasal dari sel
epitel yang mengelilingi kuntum pengecap. Sel-sel ini berdiferensiasi
menjadi sel reseptor baru, dan sel reseptor lama secara terus-menerus
diganti dengan waktu paruh sekitar 10 hari.
Pada manusia, kuntum pengecap terletak di mukosa epiglotidis,
palatum, dan pharinx serta di dinding papila fungiformis dan papila valata
lidah. Papila fungiformis merupakan struktur bulat yang paling banyak
ditemukan dekat ujung lidah; papila valata adalah struktur menonjol yang
tersusun membentuk huruf V di belakang lidah. Papila filiformis yang kecil
berbentuk kerucut, dan menutupi badan dorsum lidah biasanya tidak
mengandung kuntum pengecap. Serat-serat saraf sensorik dari kuntumkuntum pengecap di dua per tiga anterior lidah berjalan dalam cabang korda
timpani n. Fasialis, dan serat-serat dari sepertiga posterior lidah mencapai
batang otak melalui n. Glosofaringeus. Serat-serat dari daerah lain selain
lidah mencapai batang otak melalui n. Vagus. Serat-serat pengecap yang
bermielin tetapi menghantarkan impuls relatif lambat di ketiga saraf tersebut
bersatu di nukleus traktus solitarius medula oblongata.
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :
1. asin, terletak di ujung lidah;
Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas
rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain
karena garam juga membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa
asin.

2. manis, terletak di ujung lidah;


Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia
saja. Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini
mencakup gula, glikol, alcohol aldehid, keton, amida, ester, asam
amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi dan
garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang sangat
manis menjadi pahit.
3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini
hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen,
makin asam suatu asam makin kuat sensasi yang terbentuk.
4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia,
tetapi substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh
substansi organik. Dua golongan substansi tertentu cenderung
menimbulkan rasa pahit adalah (a) substansi rasa organik rantai
panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid, seperti yang
terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan,
seperti kina, kafein, striknin, dan nikotin.
5. umami, terletak di ujung lidah;
Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada
reseptor metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive
terhadap monosodium glutamate (MSG). Monosodium glutamate
umumnya ditambahkan pada makanan untuk menguatkan rasa (dan
berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat menstimulasi
reseptor umami.
Proses

adanya

rangsangan

sampai

terjadi

impuls

berupa

pengenalan bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik


yang mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi
pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan
bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor

rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba
didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi (Guyton.1983:107).

1.2Sensasi di Rongga Mulut

Sel reseptor pengecap adalah kemoreseptor yang berespon terhadap


bahan-bahan dalam cairan mulut yang membasahi reseptor-reseptor
tersebut. Reseptor pengecap (sekunder) dikumpulkan bersama pada tasted
bud, terutama pada lidah dan palatum. Bahan- bahan ini bekerja pada
mikrovili yang ada di pori-pori pengecap untuk mencetuskan potensial
generator di sel reseptor yang menimbulkan potensial aksi di neuron
sensorik.
Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf
yang bermielin kecil jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam
permukaan dasar sel basal epidermis. Dipihak lain reseptor hangat definitif
belum ditemukan. Mungkin reseptor ini merupakan satu jenis dari ujung
saraf bebas (Guyton.1996:452).
Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga
anterior lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervous facialis, dan

serat-serat saraf dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui
saraf glosoparingeus. Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke
dalam medula oblongata harus bergabung dengan kedua sarafnya. Di sana
mereka bersinaps dengan neuron-neuron ordo kedua yang aksonnya
melintasi garis tengah dan bertemu dengan lemnikus medialis, berakhir di
nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada talamus bersama serat
untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan dari sini ke daerah
proyeksi pengecapan di kortek serebrum di kaki girus pasca sentralis.
Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi
digambarkan di bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulita
dan wajah.
Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan, dan
kesepuluh menuju batang otak, tempat mereka berakhir di dalam traktus
solitarius. Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum
insulaparietal korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus post
sentralis dalam fisura Sylvii yang erat berhubungan dengan atau malahan
bertindihan dengan daerah lidah area somatik 1.
Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap
dasar pada berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu.
Pengecapan memperlihatkan after -reaction dan fenomena kontras yang
serupa dalam beberapa hal dalam after- image dan kontras penglihatan.
Sebagian adalah tipuan kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar
merupakan fenomena sentral.
Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin
yang ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas
bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi sangat dingin (freezing
cold) dan sensasi panas yang menyengat (burning hot) (Guyton &
Hall.1997:774)

BAB II
HASIL PENGAMATAN
A. Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area
Wajah
Bentuk Spesimen
Segitiga (12 mm)
Lonjong (13 mm)
Persegi (7 mm)
Bulat (10 mm)
Segitiga (12 mm)

Persepsi
Orang Coba
Segitiga
Lonjong
Persegi
Bulat
Segitiga

Ukuran (mm)

Waktu (s)

8 mm
9 mm
5 mm
8 mm
9 mm

13 s
28 s
9s
19 s
18 s

B. Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah


Lokasi
Anterior Lidah
Samping ka ki Lidah
Posterior Lidah
Palatum
Mukosa Pipi
Gusi
Dahi
Hidung
Cuping Telinga
Bibir Atas
Bibir Bawah
Leher
Pipi kiri kanan
Dagu

Jarak 1 mm
2 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
2 titik
2 titik
1 titik
1 titik
2 titik

Jarak 2 mm
2 titik
2 titik
2 titik
1 titik
1 titik
2 titik
1 titik
1 titik
2 titik
2 titik
2 titik
1 titik
2 titik
2 titik

Jarak 3 mm
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik

C. Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah


Lokasi
Anterior Lidah
Samping ka ki Lidah
Posterior Lidah
Palatum
Mukosa Pipi

Air Es
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin

Air 80C
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat

Gusi
Dahi
Hidung
Cuping Telinga
Bibir Atas
Bibir Bawah
Leher
Pipi kiri kanan
Dagu

Tidak Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin

Tidak Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat

D. Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah


Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Garam

Air Gula

Cuka

Kina

Umami

x
x
x
x
x

x
x

x
x
x
x
x
x
x

x
x
x

x
x
x
x

x
x
x

E. Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah


1. Rangsangan Tekan
Lokas

Kedalaman

Area Paling

i
1
2
3
4
5
6
7
8

(mm)
3 mm
4 mm
4 mm
1,5 mm
4 mm
3 mm
2 mm
2 mm

Sensitif

2. Rangsangan Panas
Lokasi
1
2

70
-

80
+++
++

90
+++
++

Waktu- nyeri
(7 ,2 , 2)
(6 ,3 ,3)

3
4
5
6
7
8

+
++
++
+
+

+++
++
+
+
+
++

(- , - , 2)
(5 , 4 , 3)
(-, 3 , 4)
(-, 3, 4)
(-, 4, ,4)
(-, 4 , 3)

3. Rangsangan Dingin
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8

0
++
+
++
++
++
++
++
+

5
+++
++
+
++
++
++
++
++

10
+++
++
++
++
+
++
++
+

20
+++
++
++
++
+
++
++
+

Waktu Nyeri
(2,1,1)
(3,2,2)
(2,3,2)
(2,2,2)
(2,2,3)
(2,2,2)
(2,2,2)
(3,2,2)

Urutan Tingkat Sensitivitas


Tekan

= 4 > 7 > 8 >1 > 6 > 5 > 2 > 3

Panas

=1>2>4>5>6>8>7>3

Dingin

=1>4>7>6>5>2>3>8

F. Pemeriksaan Vitalitas Gigi


1.

Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin


Lokasi
Labial 1/3 incisa
insisiv
Mesio bukal cups
molar

2.

Respon yang Dirasakan


Dingin dan Ngilu
Sejuk , tidak ngilu

Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas


Lokasi
Labial 1/3 incisa
insisiv

Air Panas

Suhu kamar

Guttap

Ngilu

Ngilu

Burnishe
r
Ngilu

Mesio bukal cups


molar
3.

Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan


Lokasi
Labial 1/3 incisa insisiv
Mesio bukal cups molar

4.

Respon yang Dirasakan


Tekanan Terasa
Tekanan Tidak Terasa

Test Perkusi Gigi dan Palpasi


Lokasi
Labial 1/3 incisa
insisiv
Mesio bukal cups
molar

Respon yang Dirasakan


Merasa ketukan , tidak ngilu
Merasa ketukan , tidak ngilu

PERTANYAAN
1.

Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap
pengenalan bentuk benda?

2.

Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap
mengenali jarak antar dua titik? Jelaskan mengapa?

3.

Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan


mengapa!

4.

Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan


mengapa!

5.

Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?

6.

Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin,
pahit, asam, dan umami?

7.

Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?

8.

Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?

JAWAB

10

1.

Bagian lidah bagian anterior merupakan bagian paling sensitif


terhadap pengenalan bentuk benda karena disana terdapat lebih
banyak serabut saraf sensoris dan taste bud. Sedangkan bagian wajah
yang sensitive terhadap pengenalan bentuk benda yaitu bibir dan pipi .
Bagian bibir sensitive untuk deskriminasi dan pipi sensitive pada
suhu.

2.

permukaan kulit di daerah wajahlebih peka karena pada lapisan kulit


terdapat reseptor yang bertugas menerima rangsangan tekanan dari
luar baik tekanan yang ringan maupun berat. Sedangkan bagian mulut
adalah anterior lidah karena terdapat reseptor tekan yang tinggi

3.

Dari percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap
suhu baik suhu panas ataupun dingin adalah lidah bagian anterior.
Karena terdapat banyak resepror Ruffini dan Krause

4.

Bagian anterior lidah. Karena pada bagian tersebut terdapat serabut


saraf sensori dan juga taste bud yang akan menstimulasi rangsangan
nyeri ke sistem saraf pusat serta lapisan terluar dari ujung lidah
merupakan lapisan tertipis dibandingkan dengan daerah lidah yang
lain. Sehingga apabila ada tekanan yang menimbulkan rasa nyeri
bagian ujung lidah merupakan daerah paling sensitive terhadap nyeri.

5.

Ya, percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami
peroleh.

6.

Ujung lidah sebab di sana memiliki lebih banyak taste bud


dibandingan di bagian lain.

7.

Test vitalitas gigi sangat penting karena untuk memastikan terdapat


suatu keadaan nekrosis pada sekitar daerah pulpa atau jaringan
sekitarnya.. Dan juga untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan
baik ataupun tidak baik.

8.

Tes Palpasi
Fungsi : mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau
fluktuasi / pergerakan jaringan, mengecek ada atau tidaknya kelainan
periapikaldan

mengetahui

ada

atau

tidaknya

limfadenopati

Tes Perkusi

11

Fungsi : mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi


periapikal, biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidak atau
sensasi ngilu. Bila positif sakit, maka memang adanya kelainan pada
jaringan di sekitarnya.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut
Pada percobaan ini , hal pertama yang dilakukan yaitu menutup mata
orang coba , kemudian memasukkan manik ke atas lidah orang coba
menggunakan

pinset

Subjek

diminta

untuk

mengenali

dengan

menyebutkan bentuk serta ukuran benda menggunakan seluruh organ dalam


mulutnya . Percobaan ini diulang dengan jenis manik yang berbeda hingga
seluruh bentuk manik terpakai.
Percobaan ini dilakukan oleh satu orang coba dengan lima variasi
bentuk spesimen. Dari hasil percobaan didapatkan waktu bervariasi oleh
orang coba dalam mengenali berbagai bentuk benda. Dimana , variasi dari
kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada luas
permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah.
Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan
lidah rangsangan yang diberi pada lidah akan semakin kuat dan reseptor
yang terangsan akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari SSP juga
semakin cepat, maka semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan
bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim
sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan

12

sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda.


Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada
lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba didapatkan pada
jaringan subkutan, otot dan sendi (Guyton.1983:107)

3.2 Two point Discrimination di rongga mulut dan area wajah.


Hal pertama yang dilakukan pada percobaan ini , yakni menutup mata
orang coba ,kemudian meletakkan jangka dengan jarak 1 mm pada lidah
bagian bagian ujung depan , samping kiri dan kanan , dorsal/ atas anteroposterior , dan posterior lidah. Kemudian subjek diminta untuk
menyebutkan berapa titik yang dia rasakan . Percobaan diulangi pada
beberapa bagian lain yang ada pada tabel. Percobaan diulangi lagi dengan
jarak jangka ukur 2 mm dan 3 mm.
Pada hasil percoban yang didapatkan, pada orang coba didapatkan
bahwa daerah yang paling sensitif adalah bagian bibir atas, bibir bawah,
dagu, dan anterior lidah. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung
pada reseptor dari rangsangan tekan ini. Rangsangan tekan tekan umumnya
disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam
(Guyton.1996:430). Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil
ujung saraf bebas. Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah,
wajah dan leher memiliki reseptor yang lebih banyak pada daerah lain.

3.3 Pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajah


Percobaan dilakukan dengan meletakkan sonde yang telah direndam
dengan air es pada bagian rongga mulut dan area wajah. Kemudian ,setelah
pengenalan suhu dingin , dilanjutkan dengan suhu panas (80 O C) pada
daerah yang sama juga.
Hasil percobaan memperlihatkan bahwa terdapat daerah peka-dingin
dan daerah peka-panas yang terpisah di rongga mulut dan area wajah. Organ
indera suhu adalah ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap suhu
mutlak, bukan terhadap gradien suhu di rongga mulut. Reseptor dingin

13

berespon terhadap suhu 10 - 38 C, dan reseptor panas berespon terhadap


suhu dari 30 -45 C.
Dari percobaan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tubuh
berespon lebih sensitif terhadap dingin dari pada panas. Kemampuan
seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi sensasi suhu didapat
dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-macam tipe ujung saraf.
Secara khusus hendaknya diperhatikan bahwa respon yang dikeluarkan
sesuai dengan tingkat tingginya suhu. Perbedaan sensitivitas dingin dan
hangat ini dikarenakan jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai sepuluh
kali reseptor hangat, dan pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor
bervariasi, 15 sampai 25 titik dingin per sentimeter persegi pada daerah
permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit.
(Guyton & Hall,1997 : 774)

3.4 Persepsi rasa pada beberapa lidah.


Dari percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan
menyebutkan apa yang dirasakan pada setiap bagian lidah setelah beberapa
bagian lidah ditetesi dengan beberapa larutan menggunakan syringe .
Didapatkan hasil yaitu pada persepsi rasa manis, hampir semua lidah
dapat merasakan rasa manis sehingga bagian yang paling sensitif terhadap
rasa manis adalah bagian 1 atau anterior lidah dan bagian yang tidak dapat
merasakan rasa manis adalah bagian 4 atau posterior lidah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rasa manis lebih dominan dirasakan pada bagian ujung
lidah dan dorsal anterior lidah.
Pada persepsi rasa asin, tidak semua bagian lidah dapat merasakan
rasa asin. Rasa asin lebih dominan dirasakan pada daerah ujung, samping
kiri dan dorsum lidah serta posterior lidah. Pada persepsi rasa pahit, hanya
bagian anterior dan posterior lidah yang dapat merasakan.
Pada persepsi rasa asam semua bagian lidah dapat merasakan rasa
asam, kecuali pada bagian lateral kiri lidah. Sedangkan pada persepsi rasa
umami , hanya bagian anterior lidah yang merasakannya. Berdasarkan teori
dapat diketahui bahwa rasa tertentu dapat dirasakan dibeberapa bagian lidah.

14

4.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
4.5.1. Rangsangan tekanan
Untuk mengetahui adanya rasa nyeri pada jaringan rongga mulut
dan area wajah , maka dilakukan percobaan sebagai berikut . Sonde
besar ditekan pada bagian beberapa daerah lidah. Kemudian sonde
ditekan sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan
pengukuran seberapa dalam sonde dapat menekan beberapa jaringan
rongga mulut dan area wajah sampai menimbulkan rasa sakit.
Didapatkan

bahwa

daerah-daerah

tersebut

mempunyai

kedalaman yang berbeda sampai dapat merasakan nyeri. Perbedaan ini


disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya. Semakin
tebal lapisan epitelnya seperti pada dahi akan dalam reseptor nyeri
yang dapat diterima.
Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis reseptor
berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk
jaringan yang lebih dalam. (Guyton, 1996 : 430)
4.5.2. Rangsangan panas
Percobaan ini menggunakan sonde yang telah direndam dengan
suhu 70oC , 80oC dan 90oC. Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang
oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim, karena itu bersama
reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab terhadap
terjadinya sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi panas
yang menyengat (burning hot) (Guyton & Hall.1997:774).
Dari hasil yang dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu,
maka rangsangan nyeri juga semakin bertambah. Diketahui bahwa
serabut nyeri mulai terngsang pada suhu sekitar 45C dan rasa nyeri
itu bertambah seiring kenaikan suhu. Adapun tingkat perbedaan dalam
penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor kecap yang
terdapat pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil percobaan yang

15

dilakukan diketahui bahwa tingkat sensivitas terhadap nyeri akibat


panas adalah pada dorsal anterior lidah.
4.5.3. Rangsangan dingin
Pada percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0C,10C dan
20C. Pada Percobaan ini semakin dingin suhunya maka reseptor
semakin cepat dalam menerima rangsang. Pada percobaan tersebut
dapat diketahui pada beberapa bagian lidah tidak sama dalam tingkat
kecepatan menerima rangsang dingin. Misalnya pada suhu 0C,
Daerah anterior lidah lebih cepat menerima rangsang dibandingkan
pada daerah posterior lidah. Hal ini disebabkan oleh perbedaaan
reseptor kecap pada beberapa daerah di lidah sehingga terdapat
perbedaan dalam menerima rangsang dingin.
Pada suhu yang terlalu dingin (0C) yang terangsang hanyalah
serabut saraf rasa nyeri. Bila suhu meningkat hingga 10C sampai
15C maka rasa sakitnya akan menghilang, namun pada saat itu
reseptor dingin mulai terangsang. Pada percobaan ini orang coba
merasakan rasa nyeri pada suhu 0C, pada suhu 5C terasa dingin dan
pada 20C rasa dingin sudah tidak terasa.

4.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi.


4.6.1 Pemeriksaan vitalitas gigi dengan suhu dingin
Tes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive
pertama kanan rahang bawah dan gigi molar pertama kanan rahang
bawah dengan menggunakan pinset serta cotton pellet yang telah
diberi chlorethyl sehingga diperoleh suhu dingin (-5 C).
Test pada gigi incisive pertama kanan rahang bawah dilakukan
pada permukaan labial 1/3 incical. Sedangkan pada gigi molar
pertama dilakukan pada permukaan mesio bukal cups. Dilakukan pada
bagian ini karena bagian ini mendekati tanduk pulpa dimana inervasi
saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan diterima lebih
cepat.

16

Pada test vitalitas dengan suhu dingin ini, didapatkan hasil


bahwa gigi orang coba merasakan sensasi dingin dan lama-kelamaan
menjadi ngilu. Hal ini menunjukkan gigi masih bisa menghantarkan
rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa gigi yang di test masih
vital. Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya
menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika material pengetesnya
diangkat. (Waltan.1997:80)

4.6.2 Tes Vitalitas dengan suhu panas


Pada test vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan dua kali
perlakuan, yaitu menggunakan air dengan suhu kamar

dan

menggunakan air panas. Percobaan dilakukan menggunakan bahan


guttap perch dan burnisher yang dipanaskan . .
Kemudian didapatkan hasil bahwa orang coba merasa hangat.
Hal ini memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan
sensasi panas meski tidak terlalu sensitiv. Dan ketika di test
menggunakan guttap terasa nyeri adanya rasa nyeri ini disebabkan
karena ekspansi isi pulpa.
Sedangkan ketika dilakukan pada mesio bukal cusp mular
rahang bawah, orang coba tidak merasakan apapun meski di test
menggunakan air panas, air suhu kamar dan guttap. Hal ini
memperlihatkan dari gigi tersebut tidak bisa menghantarkan sensasi
panas.
4.6.3. Tes vitalitas gigi dengan tekan
Test ini dilakukan dengan menggunakan kaca mulut. Handle
kaca mulut ditekankan pada gigi tang akan di test. Test tekan ini
digunakan untuk mengetahui keradangan jaringan periodontal. Test
tekan ini dilakukan 3 kali. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan
orang coba merasakana adanya tekanan pada gigi. Pada gigi insisiv

17

pertama rahang bawah terasa sakit namun pada gigi molar rahang
bawah tidak terasa sakit. Hal ini menunjukkan dimungkinkan adanya
keradangan jaringan periodontal pada gigi insisiv pertama rahang
bawah.
4.6.4. Tes perkusi gigi dan palpasi
Pada percobaan ini , orang coba diusahakan berbeda dengan
sebelumnya. Test ini dilakukan dengan mengetukkan handle kaca
mulut pada gigi yang akan di test dengan arah vertikal. Kemudian
dilakukan palpasi (perabaan) pada gusi gigi yang bersangkutan.
Percobaan ini dilakukan 3 kali.
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler
positif yang jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Perkusi
merupakan indikator paling baik yang dapat menunjukkan dengan
tepat adanya penyakit periapeks (Walton.1997:79).
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses
inflamasi telah meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi
menandakan

adanya

inflamasi

periradikuler

(Walton

&

Torabinejad.1997:79)
Pada percobaan ini test perkusi dan palpasi dilakukan pada gigi
insisive pertama rahang bawah .

Dari percobaan yang dilakukan

didapatkan bahwa gigi insisive pertama rahang bawah merasa ada


ketukan tetapi sedikit sakit. Hal ini dimungkinkan terdapat keradangan
pada jaringan periodontal. Pada gigi molar pertama rahang bawah
tersana ketukan dan tidak terjadi ngilu. Dari pemeriksaan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada pembengkakan pada
gingiva. Hal ini menunjukkan jaringan periodontal normal.

18

BAB IV
KESIMPULAN
1. Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda
dan banyaknya reseptor yang terangsang. Reseptor rasa nyeri hanya
dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim.
2. Lidah bagian anterior adalah bagian paling sensitif terhadap berbagai
rangsangan karena disana terdapat lebih banyak serabut saraf sensoris dan
taste bud serta lapisan terluar dari ujung lidah merupakan lapisan tertipis
dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada tekanan
yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan daerah paling
sensitive terhadap nyeri..
3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dari pada suhu
panas. Dikarenakan jumlah reseptor dingin 4-10 kali reseptor panas.
4. Persepsi rasa terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin terletak pada
bagian ujung lidah, rasa manis terlatak pada ujung lidah, rasa asam terletak
pada dua pertiga bagian samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian
posterior lidah dan palatum mole, umami terletak pada bagian ujung lidah.
5. Test vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat vitalitas gigi.
6. Test perkusi, tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
keradangan pada jaringan periodontal.

19

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Bence, Richard.1990. Endodontik Klinik. Jakarta : UI Press.
Brossman, Louis.1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGC
Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta

20

You might also like