Professional Documents
Culture Documents
DASAR TEORI
1.1Modalitas Rasa di Rongga Mulut
Tubuh manusia mempunyai indera yang berfungsi sebagai reseptor
atau penerima rangsangan dari lingkungan sekitar. Manusia mempunyai dari
lima macam indera (panca indera) yaitu indera penglihatan (mata), indera
pendengaran
dan keseimbangan
(telinga),
indera
penciuman/pembau
(hidung), indera pengecap (lidah), serta indera peraba dan perasa (kulit).
pengecap terbentuk oleh 4 jenis sel, yaitu sel basal; sel tipe 1 dan 2, yang
merupakan sel suspentakularis; dan sel tipe 3, yang merupakan sel reseptor
pengecap (gustatorik) yang membuat hubungan sinaps dengan serat saraf
sensorik. Leher dari sel-sel ini berhubungan satu sama lain dan dengan sel
epitel di sekitarnya melalui tight junction. Kuntum pengecap ini dipersarafi
oleh sekitar 50 serat saraf, dan sebaliknya, setiap serat saraf menerima
masukan dari rata-rata 5 kuntum pengecap. Sel-sel basal berasal dari sel
epitel yang mengelilingi kuntum pengecap. Sel-sel ini berdiferensiasi
menjadi sel reseptor baru, dan sel reseptor lama secara terus-menerus
diganti dengan waktu paruh sekitar 10 hari.
Pada manusia, kuntum pengecap terletak di mukosa epiglotidis,
palatum, dan pharinx serta di dinding papila fungiformis dan papila valata
lidah. Papila fungiformis merupakan struktur bulat yang paling banyak
ditemukan dekat ujung lidah; papila valata adalah struktur menonjol yang
tersusun membentuk huruf V di belakang lidah. Papila filiformis yang kecil
berbentuk kerucut, dan menutupi badan dorsum lidah biasanya tidak
mengandung kuntum pengecap. Serat-serat saraf sensorik dari kuntumkuntum pengecap di dua per tiga anterior lidah berjalan dalam cabang korda
timpani n. Fasialis, dan serat-serat dari sepertiga posterior lidah mencapai
batang otak melalui n. Glosofaringeus. Serat-serat dari daerah lain selain
lidah mencapai batang otak melalui n. Vagus. Serat-serat pengecap yang
bermielin tetapi menghantarkan impuls relatif lambat di ketiga saraf tersebut
bersatu di nukleus traktus solitarius medula oblongata.
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :
1. asin, terletak di ujung lidah;
Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas
rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain
karena garam juga membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa
asin.
adanya
rangsangan
sampai
terjadi
impuls
berupa
rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba
didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi (Guyton.1983:107).
serat-serat saraf dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui
saraf glosoparingeus. Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke
dalam medula oblongata harus bergabung dengan kedua sarafnya. Di sana
mereka bersinaps dengan neuron-neuron ordo kedua yang aksonnya
melintasi garis tengah dan bertemu dengan lemnikus medialis, berakhir di
nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada talamus bersama serat
untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan dari sini ke daerah
proyeksi pengecapan di kortek serebrum di kaki girus pasca sentralis.
Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi
digambarkan di bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulita
dan wajah.
Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan, dan
kesepuluh menuju batang otak, tempat mereka berakhir di dalam traktus
solitarius. Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum
insulaparietal korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus post
sentralis dalam fisura Sylvii yang erat berhubungan dengan atau malahan
bertindihan dengan daerah lidah area somatik 1.
Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap
dasar pada berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu.
Pengecapan memperlihatkan after -reaction dan fenomena kontras yang
serupa dalam beberapa hal dalam after- image dan kontras penglihatan.
Sebagian adalah tipuan kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar
merupakan fenomena sentral.
Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin
yang ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas
bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi sangat dingin (freezing
cold) dan sensasi panas yang menyengat (burning hot) (Guyton &
Hall.1997:774)
BAB II
HASIL PENGAMATAN
A. Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area
Wajah
Bentuk Spesimen
Segitiga (12 mm)
Lonjong (13 mm)
Persegi (7 mm)
Bulat (10 mm)
Segitiga (12 mm)
Persepsi
Orang Coba
Segitiga
Lonjong
Persegi
Bulat
Segitiga
Ukuran (mm)
Waktu (s)
8 mm
9 mm
5 mm
8 mm
9 mm
13 s
28 s
9s
19 s
18 s
Jarak 1 mm
2 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
1 titik
2 titik
2 titik
1 titik
1 titik
2 titik
Jarak 2 mm
2 titik
2 titik
2 titik
1 titik
1 titik
2 titik
1 titik
1 titik
2 titik
2 titik
2 titik
1 titik
2 titik
2 titik
Jarak 3 mm
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
2 titik
Air Es
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Air 80C
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Gusi
Dahi
Hidung
Cuping Telinga
Bibir Atas
Bibir Bawah
Leher
Pipi kiri kanan
Dagu
Tidak Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Dingin
Tidak Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Garam
Air Gula
Cuka
Kina
Umami
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Kedalaman
Area Paling
i
1
2
3
4
5
6
7
8
(mm)
3 mm
4 mm
4 mm
1,5 mm
4 mm
3 mm
2 mm
2 mm
Sensitif
2. Rangsangan Panas
Lokasi
1
2
70
-
80
+++
++
90
+++
++
Waktu- nyeri
(7 ,2 , 2)
(6 ,3 ,3)
3
4
5
6
7
8
+
++
++
+
+
+++
++
+
+
+
++
(- , - , 2)
(5 , 4 , 3)
(-, 3 , 4)
(-, 3, 4)
(-, 4, ,4)
(-, 4 , 3)
3. Rangsangan Dingin
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
0
++
+
++
++
++
++
++
+
5
+++
++
+
++
++
++
++
++
10
+++
++
++
++
+
++
++
+
20
+++
++
++
++
+
++
++
+
Waktu Nyeri
(2,1,1)
(3,2,2)
(2,3,2)
(2,2,2)
(2,2,3)
(2,2,2)
(2,2,2)
(3,2,2)
Panas
=1>2>4>5>6>8>7>3
Dingin
=1>4>7>6>5>2>3>8
2.
Air Panas
Suhu kamar
Guttap
Ngilu
Ngilu
Burnishe
r
Ngilu
4.
PERTANYAAN
1.
Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap
pengenalan bentuk benda?
2.
Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap
mengenali jarak antar dua titik? Jelaskan mengapa?
3.
4.
5.
6.
Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin,
pahit, asam, dan umami?
7.
8.
JAWAB
10
1.
2.
3.
Dari percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap
suhu baik suhu panas ataupun dingin adalah lidah bagian anterior.
Karena terdapat banyak resepror Ruffini dan Krause
4.
5.
Ya, percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami
peroleh.
6.
7.
8.
Tes Palpasi
Fungsi : mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau
fluktuasi / pergerakan jaringan, mengecek ada atau tidaknya kelainan
periapikaldan
mengetahui
ada
atau
tidaknya
limfadenopati
Tes Perkusi
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut
Pada percobaan ini , hal pertama yang dilakukan yaitu menutup mata
orang coba , kemudian memasukkan manik ke atas lidah orang coba
menggunakan
pinset
Subjek
diminta
untuk
mengenali
dengan
12
13
14
4.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
4.5.1. Rangsangan tekanan
Untuk mengetahui adanya rasa nyeri pada jaringan rongga mulut
dan area wajah , maka dilakukan percobaan sebagai berikut . Sonde
besar ditekan pada bagian beberapa daerah lidah. Kemudian sonde
ditekan sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan
pengukuran seberapa dalam sonde dapat menekan beberapa jaringan
rongga mulut dan area wajah sampai menimbulkan rasa sakit.
Didapatkan
bahwa
daerah-daerah
tersebut
mempunyai
15
16
dan
17
pertama rahang bawah terasa sakit namun pada gigi molar rahang
bawah tidak terasa sakit. Hal ini menunjukkan dimungkinkan adanya
keradangan jaringan periodontal pada gigi insisiv pertama rahang
bawah.
4.6.4. Tes perkusi gigi dan palpasi
Pada percobaan ini , orang coba diusahakan berbeda dengan
sebelumnya. Test ini dilakukan dengan mengetukkan handle kaca
mulut pada gigi yang akan di test dengan arah vertikal. Kemudian
dilakukan palpasi (perabaan) pada gusi gigi yang bersangkutan.
Percobaan ini dilakukan 3 kali.
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler
positif yang jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Perkusi
merupakan indikator paling baik yang dapat menunjukkan dengan
tepat adanya penyakit periapeks (Walton.1997:79).
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses
inflamasi telah meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi
menandakan
adanya
inflamasi
periradikuler
(Walton
&
Torabinejad.1997:79)
Pada percobaan ini test perkusi dan palpasi dilakukan pada gigi
insisive pertama rahang bawah .
18
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda
dan banyaknya reseptor yang terangsang. Reseptor rasa nyeri hanya
dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim.
2. Lidah bagian anterior adalah bagian paling sensitif terhadap berbagai
rangsangan karena disana terdapat lebih banyak serabut saraf sensoris dan
taste bud serta lapisan terluar dari ujung lidah merupakan lapisan tertipis
dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada tekanan
yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan daerah paling
sensitive terhadap nyeri..
3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dari pada suhu
panas. Dikarenakan jumlah reseptor dingin 4-10 kali reseptor panas.
4. Persepsi rasa terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin terletak pada
bagian ujung lidah, rasa manis terlatak pada ujung lidah, rasa asam terletak
pada dua pertiga bagian samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian
posterior lidah dan palatum mole, umami terletak pada bagian ujung lidah.
5. Test vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat vitalitas gigi.
6. Test perkusi, tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
keradangan pada jaringan periodontal.
19
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Bence, Richard.1990. Endodontik Klinik. Jakarta : UI Press.
Brossman, Louis.1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGC
Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta
20