Professional Documents
Culture Documents
A. DEFINISI ANTIEMETIK
Antiemetik
adalah
obat-obatan
yang
digunakan
dalam
Of
Inappropriate
AntiDiuretik Hormone)
g. Meningkatkan produksi prolaksin
h. Mensupresi gejala skizofrenia dan kelainan skizoafektif
Contoh obat:
1. Fenotiazin Proklorperazin
Proklorperazin bekerja dalam waktu 10-20 menit setelah disuntikkan
intramuscular, dan kerja antiemetiknya ini berlangsung sselama 12 jam
(Joshua & King, 1997). Fenotiazin akan melintasi plasenta dan dapat
menimbulkan kelainan gerakan pada neonatus. Obat-obat ini dieliminsi
melalui metabolism dalam hati dan ekskresi oleh ginjal. Fenotiazin memasuki
ASI dalam jumlah yang kecil, dan mengakibatkan gejala mengantuk pada
bayi. Pemberian fenotiazin dalam waktu yang lama pada penelitian binatang
yang hamil atau menyusui dapat mempengaruhi sistem saraf janinnya.
Obat-obat golongan fenotiazin dieliminasi melalui cara yang kompleks
dengan variasi individual yang cukup besar. Sebagai contoh , waktu-paruh
fenotiazin bervariasi dari 2 hingga 30 jam.
1. Interaksi Obat
Berbagai macam obat dapat mengadakan
interaksi.
Beberapa
Metildifenhidramin : Neo-Benodin
Indikasi
Antihistamin
generasi
pertama
di-approve
untuk
mengatasi
Efek Samping
Terjadi pada 15 -25% pasien yang di beri antihistamin, dengan derajat intensitas
yang berada secara individual. (Imam Budi: 2008)
Depresi atau stimulasi susunan saraf pusat
Depresi susunan saraf pusat berupa sedasi bahkan sampai spoor sering
menggangu aktivitas sehari-hari, teqadi pada pemakaian golongan amino alkil
ether dan phenothiazine, tolerans terhadap efek sedasi dapat terjadi setelah
beberapa hari pemberian.
Efek terhadap susunan syaraf pusat yang lain dizinus, tinnitus, gangguan
koordinasi, konsentrasi berkurang dan gangguan penglihatan/ diplopia.
Stimulasi susunan saraf pusat berupa nervous, irritable, insomnia dan tremor dapat
terjadi pada pemakaian golongan alkylamine.
efek anti kolinergik berupa : retensi urine, disuri, impotensia dan mulut/ mukosa
kering dapat terjadi pada pemakaian golongan amino ethyl ether, phenothrazine
dan piperazine.
Hipotensi dapat terjadi pada pemberian anti histamine intravena yang terlalu
cepat.
Dermatitis, erupsi obat menetap, fotosensitisasi, urtikaria dan patechiae di kulit
terutama setelah pemakaian secara topical.
Keracunan akut terutama pada anak anak seperti keracunan atropine berupa
halusinasi, ataksia, gangguan koordinasi, konvulsi dan efek entikolinergik
(flusing, pupil lebar, febris).
d.
Dermatitis kontak alergi dapat terjadi pada pemakaian antihistamin H-1 secara
topical golongan ethylene diamine pada penderita yang telah mendapat obat lain
yang mempunyai struktur yang mirip( aminophiline).
Efek sedasi akan meningkat bila antihistsmine H1 diberikan bersama dengan obat
antidepresan obat anti alcohol.
Golongan phenothiazine dapat menghambat efek vasopressor dari epinephrine.
Efek anti kolinergik dari antihistamine akan menjadi lebih berat dan lebih lama di
berikan bersama obat inhibitor monoamine (procarbazine, furazolidone,
isocarboxazid).
Golongan
piperazine
pada
binatang
percobaan
dapat
menimbulkan
efekteratogenik.
Penggunaan antihistamin
Pengobatan antiemetic yang menyertai pemakaian opioid, obat anastesi
prometazin.
Peredaan batuk dan selesma dengan pemakaian obat yang dibeli bebas,
misalnya tripolidin, difenhidramin (Benylin).
Antiemetik lainnya
15-100 mg dua kali sehari yang berada diatas kebutuhan per hari terhadap
vitamin tersebut.
Dengan takaran 2 mg/hari, piridoksin akan menyebabkan neuropati
perifer (kebas, parestesia, cara berjalan yang goyah). Ini menunjukan bahwa
takaran yang dianjurkan itu tidak boleh dilampaui.
6. Kanabinoid
Kanabis digunakan oleh para penderita sklerosis diseminata untuk
meredakan rasa nyeri dan muntah. Nabilon dikembangkan untuk memasukkan
efek antiemetic yang dimiliki oleh kanabis tanpa mengikutsertakan kerja
euforianya. Semua preparat kanabinoid menimbulkan sedasi, mulut kering,
kehilangan selera makan, gangguan tidur, halusinasi, psikosis, vertigo dan
disorientasi.Penggunaan nabilon cenderung digantikan oleh dronabinol yang
memiliki insiden efek samping yang lebih rendah. Penggunaan semua jenis
kanabinoid (yang diberikan dengan atau tanpa resep) merupakan kontaindikasi
dalam kehamilan dan laktasi.
7. Derivat Phenotiazin
Nama obat: Perfenazin (trilafon)
Sediaan :Tablet.
Kelompok Obat: Antipsikotik(antiemetik)
Mekanisme Kerja: Tidak begitu jelas, diduga menghambat reseptor
dopamine pada mesokortikal-mesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel
mamotropi hipofise anterior.
Indikasi: Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai
depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca
operasi.
Kontraindikasi: Wanita hamil dan menyusui, depresiSSP atau koma,
sindrom Reye, anak-anak, MCI. Hati-hati pemberian pada penyakit hati.
Efek samping: Pandangan kabur, salivasi, hidung tersumbat, sakit kepala,
reaksi ekstrapiramidal, dikinesia tardif.
Interaksi Obat: Tidak boleh diberikan bersama penghambat MAO karena
menimbulkan hiperpiretik krisis. Epinefrin tidak boleh diberikan bersama
karena mengantagonis obat ini. Simetidin menurunkan metabolism