Professional Documents
Culture Documents
BAB 5
TEKNIK-TEKNIK STUDI LIPATAN DI PANGKALAN KERJA ATAU LABORATORIUM
5.1 TINJAUAN UMUM
Pembahasan lipatan dalam bab-bab sebelumnya ditekankan pada masalah pengamatan dan analisisnya di lapangan atau di
pangkalan kerja. Dalam bab ini kita akan mempelajari metoda-metoda analitik lain yang terutama dapat dipakai di laboratorium,
meskipun sebenarnya dapat pula dilakukan di pangkalan kerja. Metoda-metoda yang dimaksud mencakup penggunaan diagram
pi (pi diagram) dan diagram beta (beta diagram) yang dirajahkan pada jaring sama-luas (equal-area net). Diagram-diagram
tersebut dapat dibuat secara manual atau dengan bantuan komputer.
Sebelum membahas tentang diagram pi dan diagram beta, terlebih dahulu kita harus memahami beberapa hal yang berkaitan dengan proyeksi stereografi (stereographic projection) dan proyeksi sama-luas (equal-area projection).
5.2 PROYEKSI SAMA-LUAS DAN PROYEKSI STEREOGRAFI
5.2.1 Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-prinsip dasar proyeksi stereografi dan proyeksi sama-luas dilukiskan pada gambar 5-1. Gambar 5-2 adalah jaring
stereografi (stereographic net), sedangkan gambar 5-3 adalah jaring sama-luas (equal-area net). Kedua jaring itu memiliki
beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan kedua jaring itu dapat terlihat dengan jelas dari gambar 5-2 dan 5-3.
Perbedaan antara kedua jaring itu akan dijelaskan nanti.
Gambar 5-1A memperlihatkan suatu bola, dimana AF adalah sumbu vertikal, BD sumbu horizontal barat-timur, dan CE
sumbu horizontal utara-selatan. BCDE adalah bidang horizontal, ACFE adalah bidang vertikal utara-selatan, dan BFDA adalah
bidang vertikal barat-timur.
Misalkan ada suatu garis yang menunjam 40o ke arah timur. Suatu titik yang terletak pada permukaan bola dan ditembus
oleh garis tadi disebut kutub (pole). Sekarang asumsikanlah, seperti yang akan selalu dilakukan apabila kita bekerja dengan
memakai proyeksi ini, bahwa garis tadi melalui titik O yang merupakan pusat bola. Karena menunjam ke timur, maka garis itu
akan terletak pada bidang BFDA dengan kutub-kutub berupa titik L (pada setengah bola bagian atas) dan G (pada setengah
bola bagian bawah). Apabila titik G itu diproyeksikan secara vertikal pada bidang BCDE, maka akan diperoleh titik proyeksi K.
Dalam proyeksi stereografi, garis-garis proyeksinya tidak ditarik vertikal pada bidang BCDE, melainkan ditarik dari titik G
menuju titik tertinggi yang dimiliki oleh bola itu (yakni titik A) sehingga kita mendapatkan titik proyeksi H.
OH OD tan
(5-1)
dimana: = sudut GOF.
Dalam proyeksi proyeksi sama-luas (untuk alasan yang akan dijelaskan nanti):
OH 2 0,707 OD sin
(5-2)
Jadi dalam proyeksi-proyeksi tersebut, HO mencerminkan GO, yaitu suatu garis yang menunjam 40 o ke arah timur (GOF =
50 ). Dengan demikian, jarak dari titik pusat proyeksi merupakan fungsi dari nilai tunjaman. Suatu garis yang berkedudukan
barat-timur dengan penunjaman nol akan ditampilkan sebagai garis OD (atau OB). Suatu garis yang berkedudukan utaraselatan dengan penunjaman nol akan ditampilkan sebagai garis OE (atau OC). Garis vertikal akan ditampilkan sebagai titik O.
Pembahasan yang lebih mendetil mengenai metoda pembuatan proyeksi sama-luas disajikan oleh Doell & Altenhofen (1960).
Dari pembahasan di atas jelas terlihat bahwa ternyata kita hanya menggunakan satu belahan bola saja. Apabila kita akan
menggunakan belahan atas, maka proyeksinya akan berperan sebagai cerminan dari proyeksi belahan bawah. Sudah barang
tentu akan timbul ketaksaan dalam merepresentasikan garis yang tunjamannya nol; garis itu dapat direpresentasikan sebagai
titik-titik pada ujung garis. Walau demikian, kita dapat memilih salah satu diantaranya. Dalam analisis statistik, seperti yang akan
diperlihatkan nanti, metoda penghitungan titik secara otomatis akan memecahkan masalah tersebut. Pada kebanyakan masalah
struktur, garis yang terlibat dalam permasalahan itu bukan merupakan vektor dalam arti kata garis itu tidak memiliki arah.
Meskipun demikian, dalam masalah-masalah paleomagnetisme, sifat vektor sangat penting artinya. Dalam kasus tersebut,
rajahan-rajahan dapat ditempatkan pada setengah bola bagian bawah, sedangkan titik-titik pada setengah bola bagian atas
diberi simbol khusus.
Pada gambar 5-1A diasumsikan bahwa ada suatu garis yang menunjam 25 o ke arah baratdaya. Kutub pada setengah bola
bagian bawah adalah I, sedangkan titik proyeksinya pada bidang horizontal adalah titik J.
o
31
Metoda untuk menampilkan bidang diperlihatkan pada gambar 5-1B dan 5-1C. Misalkan saja ada suatu bidang yang
menjurus ke utara-selatan dan miring 50o ke arah timur. Jika bidang itu dibayangkan melalui pusat bola O (gambar 5-1B), maka
garis potong bidang tersebut dengan bola bagian bawah adalah busur CGE. Proyeksi G pada bidang BCDE adalah H,
sedangkan proyeksi busur CGE adalah busur CHE. Gambaran busur CHE pada bidang BCDE inilah yang ditampilkan dalam
proyeksi stereografi dan proyeksi jaring sama-luas. Jadi, apabila suatu saat memperoleh data yang berupa proyeksi seperti itu,
kita akan membaca bidang tersebut memiliki jurus utara-selatan (karena garis yang melalui titik O berarah utara-selatan) dengan
kemiringan ke arah timur (karena busurnya terletak di sebelah timur titik O). Jarak HD sendiri mencerminkan nilai kemiringan
bidang tersebut, sedangkan nilai eksaknya tergantung pada proyeksi yang kita gunakan (ingat, besar OH untuk proyeksi stereografi dan proyeksi sama-luas tidaklah sama).
Dengan cara yang sama maka kita akan memperoleh bahwa proyeksi suatu bidang yang jurusnya baratlaut dan miring 50 o
ke arah baratdaya adalah garis HJI (gambar 5-1C).
Jaring stereografi dan jaring sama-luas sama-sama memberikan hasil yang memuaskan ketika digunakan dalam analisis
struktur. Walau demikian, jaring sama-luas dirancang sedemikian rupa sehingga luas suatu bidang pada permukaan bola akan
sebanding dengan luas bidang tersebut dalam bidang proyeksi. Sebagai contoh, semua bidang yang menempati 1 cm 2
permukaan bola akan menempati daerah seluas 0,5 cm 2 dalam bidang proyeksi karena
Ac
Ah
(5-3)
2r
1
2
32
33
hal itu masih belum memberi jawaban, mungkin pula kita perlu melakukan studi lapangan sekali lagi untuk mengambil data
tambahan. Jadi, cara terbaik untuk membuat dan menganalisis diagram pi adalah ketika pekerjaan lapangan baru dimulai.
5.4 DIAGRAM KONTUR
Data struktur juga sering ditampilkan dalam bentuk diagram kontur (contour diagram). Gambar 5-10 adalah diagram titik
(point diagram) hasil perajahan proyeksi titik-titik kutub dari 152 bidang perlapisan dalam sekis Devon pada Lembar Peta
Petersborough, New Hampshire (Greene, 1970). Dari diagram itu tampak bahwa sebagian besar jurus bidang perlapisan adalah
timur, timurlaut, dan utara dengan kemiringan 1060 o ke utara, baratlaut, dan barat. Gambar 5-11 merupakan diagram kontur
yang dibuat berdasarkan gambar 5-10. Daerah yang diberi tanda titik-titik rapat (daerah yang dibatasi oleh kontur kecil di
tengah) diberi nama 1214%, artinya bahwa 12-14% dari semua titik yang diperlihatkan oleh gambar 5-10 terletak pada suatu
daerah yang luasnya sama dengan 1% dari luas total diagram. Jadi, jika suatu lingkaran kecil yang luasnya 1% luas lingkaran
proyeksi diletakkan di atas daerah tersebut, maka jumlah titik yang terlingkupinya sama dengan 1214% dari jumlah semua titik
yan gada dalam diagram tersebut. Angka itu disebut angka maksimum. Suatu angka maksimum tidak perlu merupakan nilai
rata-rata atau mean dari titik-titiknya. Karena pada diagam tersebut diperlihatkan bahwa secara keseluruhan jurus perlapisannya
berarah timurlaut dengan kemiringan ke arah baratlaut, maka lapisan-lapisan yang diwakilinya mungkin merupakan sayap
tenggara dari sinklin, sayap baratdaya dari suatu sinklin yang telah terbalik, atau merupakan kumpulan siklin dan lipatan-lipatan
terbalik yang bidang sumbunya miring ke arah baratdaya.
Preparasi diagram kontur dari diagram titik dilukiskan oleh gambar 5-12. Selembar tracing paper diletakkan di atas diagram
titik. Center counter, CC gambar 5-12, mempunyai lubang di bagian tengahnya. Luas lubang itu sama dengan 1% luas diagram.
Jadi, apabila jari-jari diagram itu 100 cm, maka jari-jari lubang itu adalah 1 cm. Ada 200 titik yang dirajahkan pada gambar 5-12
(beberapa titik tertutupi oleh counter). Enam diantaranya tersebut terletak di dalam CC; 6 titik sama dengan 3% dari 200 titik, lalu
angka 3 dituliskan pada pusat lubang tersebut. Dengan cara yang sama kita hitung prosentase seluruh diagram itu sedemikian
rupa sehingga akhirnya akan didapatkan titik-titik prosentase. Agar perhitungan dapat dilakukan secara sistematis, sebaiknya
kita meletakkan suatu jaring di atas diagram titik tersebut, dimana jarak antar garis-garis jaring adalah 1/10 jari-jari lingkaran
diagram. Perhitungan sistematis dilakukan dengan cara menggeserkan CC ke kanan, kiri, atas, dan bawah sejauh satu jaring.
Jadi, suatu titik yang ada dalam diagram itu mungkin akan terhitung lebih dari sekali.
Titik-titik yang terletak pada atau dekat garis lingkaran proyeksi dihitung dengan menggunakan metoda pendekatan khusus.
Suatu peripheral counter (PC, pada gambar 5-12) digunakan untuk menghitung titik-titik seperti itu. Setengah dari lingkaran PC
akan terletak pada posisi yang berlawanan. Perhitungannya sendiri adalah dengan cara menjumlahkan titik-titik yang terjaring
pada kedua lingkaran itu. Pada gambar 5-12, jumlah titik yang terjaring adalah 8 (3 dalam lingkaran baratlaut dan 5 dalam
lingkaran tenggara). Delapan titik sama dengan 4% dari jumlah total titik. Angka yang disebut terakhir ini kemudian dirajahkan
pada kedua titik tengah lubang PC.
Setelah semua bagian lingkaran terhitung, kita akan mendapatkan suatu gambar yang terdiri dari titik-titik nilai prosentase.
Selanjutnya kita dapat membuat garis-garis kontur yang mewakili nilai-nilai prosentase itu. Caranya sama dengan cara pembuatan kontur topografi. Gambar 7-5 dan 7-6 merupakan contoh dari diagram titik dan diagram kontur yang dibuat dari diagram titik
tersebut.
Perlu diketahui bahwa baik CC maupun PC dapat dibuat sendiri dari kertas, karton, celluloid, atau bahan lain. Satu syarat
dari material yang digunakan adalah dimensinya relatif tetap pada kisaran temperatur dan tekanan atmosfir (agar tidak berubah).
5.5 DIAGRAM BETA
Diagram beta menampilkan proyeksi bidang, bukan proyeksi titik yang tegak lurus terhadap bidang itu. Tunjaman lipatan
dapat dihitung bila kedudukan perlapisan pada sayap yang berlawanannya diketahui. Prinsip yang sama dapat diterapkan pada
jaring sama-luas, tentu saja dengan menggunakan belahan bola bagian bawah.
Gambar 5-13 adalah proyeksi dari tiga bidang perlapisan yang diperlihatkan pada gambar 4-6B. Ketiga busur itu saling
memotong pada suatu titik yang kemudian kita sebut titik . Perpotongan itu menunjukkan bahwa lipatannya menunjam ke
selatan. Sudut penunjaman itu sendiri ditentukan dengan cara memutarkan garis yang menghubungkan dengan pusat
diagram hingga sejajar dengan garis vertikal jaring. Dalam gambar itu, penunjaman adalah 26 o, suatu nilai jarak (dalam derajat)
dari lingkaran luar ke titik .
Jumlah titik potong dalam diagram itu adalah
n(n 1)
2
(5-4)
dimana n adalah jumlah bidang.
Gambar 5-14 adalah contoh dari New Zealand (Robinson dkk, 1963). Gambar 5-14A adalah diagram pi untuk titik-titik kutub
yang tegak lurus terhadap 22 bidang perlapisan dan skistositas. Girdle relatif berarah timurlaut-baratdaya dan melalui pusat
34
diagram. Hal itu mengindikasikan bahwa sumbu lipatannya horizontal dengan arah relatif baratdaya-tenggara. Gambar 5-14B
memperlihatkan jejak 22 bidang itu pada jaring sama-luas. Pada gambar itu terdapat 231 titik potong. Gambar 5-14C merupakan
diagram kontur dari 231 titik potong. Pada gambar itu terlihat bahwa 25% titik potong terkonsentrasi pada sudut baratdaya dan
tenggara. Hal itu mengindikasikan bahwa sumbu lipatannya berarah baratlaut-tenggara dan horizontal (tidak menunjam).
Diagram beta juga memiliki beberapa keterbatasan dalam hal penafsirannya. Keterbatasan itu sama dengan keterbatasan
yang dimiliki oleh diagram pi.
5.6 PEMAKAIAN KOMPUTER DALAM GEOLOGI
Banyak masalah geologi dapat dianalisis dengan komputer (Smith, 1966; Merriam, 1969). Ada empat teknik analisis geologi
yang menggunakan komputer, yaitu statistika, korelasi dan klasifikasi, trend analysis, dan simulasi (Merriam, 1969). Banyak
teknik tersebut, meskipun telah diperkenalkan sebelum 1960, sukar dilaksanakan karena pada waktu itu komputer tidak dapat
ditemukan semudah masa sekarang.
Dalam geologi struktur, statistika sebagian besar digunakan utnuk menganalisis unsur-unsur terarah dan kebenaannya.
Korelasi dan klasifikasi terkait dengan geologi struktur karena stratigrafi, dalam banyak hal, merupakan dasar bagi analisis
struktur. Trend analysis dalam geologi struktur terutama diarahkan pada penentuan bentuk dan bidang, baik sebelum maupun
setelah deformasi. Simulasi merupakan analisis matematis model-model dengan menggunakan komputer. Model-model seperti
itu lebih lengkap dan lebih cepat diperoleh dibanding model fisika yang dibuat secara manual.
Dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan bagaimana komputer dapat digunakan dalam geologi struktur. Penyusunan
programnya sendiri berada di luar lingkup buku ini; saudara dapat mencari sendiri dalam buku-baku rujukan yang banyak
beredar. Jadi, disini penulis hanya akan menunjukkan beberapa contoh yang diperoleh dari hasil pemakaian komputer.
Tujuan utama penggunaan komputer adalah untuk menghemat waktu dalam menganalisis sesuatu, terlebih untuk masalahmasalah yang tidak jarang sukar atau bahkan tidak mungkin dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Sebaliknya,
kadang-kadang ada juga permasalahan yang justru lebih cepat dikerjakan dengan menggunakan metoda aljabar atau grafik
sederhana.
Data yang menjadi masukan bagi program adalah data struktur, berupa data kedudukan, yang diubah menjadi sandi. Hasilhasil pengolahan data komputer dapat ditampilkan dalam bentuk angka, peta, penampang, atau gambar yang bergerak. Berikut
ini akan dikemukakan suatu contoh pemakaian komputer tersebut.
5.7 PEMBUATAN DIAGRAM PI DAN DIAGRAM BETA DENGAN KOMPUTER
Diagram pi dapat dibuat dengan komputer (Warner, 1969). Bahan dasar yang digunakan sebagai masukan adalah data jurus
dan kemiringan gejala planar. Salah satu contoh dapat dilihat pada gambar 5-15. Data yang dimasukkan pada contoh itu adalah
162 pengukuran bidang perlapisan. Masalah yang ingin dipecahkannya adalah: ada tidaknya pengarahan dari bidang-bidang
perlapisan tersebut. Seperti yang diperoleh dari hasil penyusunan diagram pi secara manual, rajahan-rajahan didasarkan pada
titik-titik yang tegak lurus terhadap bidang itu. Hasil analisis itu dapat berupa:
1. Jaring sama-luas yang dibagi menjadi seratus atau lebih daerah kecil yang luasnya sama. Cetakan akan dibuat dalam
bentuk deretan angka-angka kutub untuk setiap daerah kecil. Angka-angka itu selanjutnya diubah menjadi jaring secara
manual dan dibuat garis konturnya secara manual.
2. Jaring sama-luas seperti di atas, namun angka yang ditampilkan berupa nilai prosentase.
3. Angka-angka prosentase itu dicetak dalam suatu jaring oleh komputer. Contohnya gambar 5-15. Huruf A hingga F menyatakan angka 10 hingga 15. Pembuatan konturnya sendiri dilakukan secara manual.
4. Kontur dicetak langsung oleh komputer.
Gambar 5-15 memperlihatkan jurus rata-rata adalah utara, tetapi kemiringannya bervariasi, dengan konsentrasi terbesar
pada arah 60B.
Diagram beta juga dapat dibuat dengan komputer (Robinson dkk, 1963; Lam, 1969). Karena jumlah garis potong akan
meningkat secara cepat dengan bertambahnya jumlah bidang, maka metoda manual sangat sukar dilakukan untuk bidang yang
lebih dari 25 buah. Gambar 5-16 memperlihatkan dua diagram beta untuk dua daerah yang berbeda di Massachusetts utaratengah.
Gambar 5-16A adalah diagram beta yang dibuat berdasarkan 162 bidang perlapisan-foliasi yang menghasilkan 13.041 titik
potong. Dalam kasus ini, jumlah titik potong pada setiap bagian dicetak dalam bentuk tabel. Data itu kemudian diubah menjadi
bentuk prosentase, dimasukkan kembali pada setiap bagian jaring sama-luas, kemudian dibuat garis konturnya secara manual.
Tunjaman sumbu lipatan, rata-rata, adalah 20 oU, 10oT. Pada gambar 5-16B, 120 bidang (7140 titik potong) yang ada di tempat
itu mengindikasikan sumbu lipatan dengan tunjaman rata-rata 10 o pada arah S10T.
Penggunaan komputer dalam memecahkan masalah geologi struktur yang lain akan dikemukakan pada bab-bab lain.
5.8 PETA KONTUR STRUKTUR
35
Kontur struktur (structure contour), contohnya dapat dilihat pada gambar 5-17, merupakan salah satu cara terbaik untuk
menampilkan lipatan dalam bentuk tiga dimensi. Peta tersebut dapat dibaca seperti kita membaca peta topografi. Kontur itu
didasarkan pada suatu horizon tunggal, misalnya puncak atau dasar beberapa lapisan tertentu. Posisi setiap lapisan diacukan
pada suatu datum, biasanya permukaan air laut rata-rata. Karena horizon kunci dapat menyebar ke daerah yang letaknya lebih
rendah daripada muka air laut rata-rata, maka kontur negatif bukan hal yang jarang ditemukan. Suatu bagian horizon memiliki
kemiringan yang tinggi apabila kontur-kontur yang merepresentasikannya relatif rapat. Pada gambar 5-17, selang kontur adalah
25 kaki, dan setiap 100 kaki kontur diberi tanda. Struktur yang diperlihatkan oleh gambar tersebut adalah suatu antiklin yang
menunjam ke dua arah dan di bagian tenggaranya dibatasi oleh sebuah sinklin yang menunjam ke arah timurlaut. Sayap
tenggara dari antiklin, karena kontur strukturnya relatif rapat, lebih curam dibanding sayap baratlaut yang konturnya lebih
renggang. Tunjaman antiklin di sebelah baratdaya lebih landai dibanding tunjamannya di timurlaut. Apabila seseorang tahu skala
peta itu, maka dia dapat menentukan kemiringan pada suatu tempat. Pada sayap baratlaut antiklin, kontur turun dari 200 kaki
menjadi 100 kaki. Karena kedua kontur itu berjarak lebih kurang 1 mil, maka kemiringan sayap ini lebih kurang 1 o.
Peta kontur struktur secara khusus sangat bermanfaat di daerah-daerah dimana kemiringannya rendah. Sebenarnya peta
tersebut sukar ditafsirkan jika stratanya telah terbalik. Karena itu, kadang-kadang ada ahli yang membuat garis putus-putus
untuk menunjukkan kontur dari strata yang telah terbalik sehingga hal itu diharapkan akan memudahkan proses penafsiran.
Peta kontur struktur didasarkan pada dua jenis data. Di daerah yang tatanan geologinya relatif sederhana, peta itu dapat
dibuat dari hasil pengamatan permukaan saja. Dari data jurus dan kemiringan lapisan dapat diperkirakan ketinggian relatif suatu
lapisan kunci terhadap muka air laut pada suatu lokasi tertentu.
Tidak sedikit peta kontur struktur dibuat berdasarkan data bawah permukaan. Data yang dibutuhkan adalah lokasi sumur
dan ketinggian lapisan kunci dalam setiap sumur, relatif terhadap muka air laut rata-rata. Jenis informasi terakhir ini dapat
diperoleh dengan cara menghitungnya dari ketinggian puncak sumur, kedalaman lapisan kunci, atau mungkin (jika lapisannya
tidak tercapai), dari jarak vertikal lapisan kunci di bawah suatu lapisan yang dapat dikenal.
Sebenarnya komputer juga dapat digunakan untuk membuat peta kontur struktur. Hasil-hasilnya dapat ditampilkan dalam
salah satu bentuk di bawah ini:
1. Tabel ketinggian lapisan kunci.
2. Titik-titik ketinggian dalam bentuk peta, kemudian dapat dibuat diagram konturnya secara manual.
3. Kontur struktur.
Apabila strukturnya sederhana dan jarak antar sumur relatif dekat, maka peta yang dihasilkan akan sangat akurat.
Trend surface analysis digunakan dalam geologi sebagai metoda statistika untuk menunjukkan variasi sifat batuan dari satu
tempat ke tempat lain. Contohnya adalah variasi besar butir dalam suatu lapisan pasir. Diameter rata-rata dari butiran dapat
berkurang dengan makin jauhnya suatu endapan dari daerah sumber dan juga dapat bertambah ke atas (dalam suatu lapisan).
Dalam geologi struktur, trend surface analysis terutama ditujukan untuk mengetahui variasi bentuk suatu bidang tertentu, misalnya suatu ketidakselarasan atau horizon stratigrafi. Masalahnya adalah menentukan, secara matematis, geometri bidang
tersebut (trend surface-nya) yang paling sesuai dengan bidang aktualnya. Sederetan lipatan dapat terdiri dari dua komponen
yang, secara dua dimensi, dapat ditampilkan sebagai dua kurva sinusoidal (gambar 5-18A). Dalam pandangan tiga dimensi,
struktur tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk kurva sinusoidal tiga komponen (gambar 5-18B).
Salah satu masalah geologi struktur adalah menentukan berbagai komponen tersebut di atas dalam peta kontur struktur
(Robinson & Charlesworth, 1969). Gambar 5-19A adalah suatu peta kontur struktur pada apa yang disebut sebagai ketidakselarasan pra-Kapur di Alberta. Pada gambar 5-19B jurus dan kemiringan regional daerah tersebut telah disaring sedemikian
rupa sehingga hanya gejala-gejala dengan ukuran minimum antara 10-40 mil dan relief lebih dari 100 kaki saja yang diperlihatkan. Dari gambar itu dapat diketahui bahwa bidang datar yang merepresentasikan ketidakselarasan sebenarnya memiliki
kemiringan 0,05o ke arah baratdaya. Daerah-daerah yang diberi tanda hitam merupakan keratan-keratan (bumps) bidang
tersebut, sedangkan daerah yang diberi tanda abu-abu adalah depresinya. Keratan-keratan itu dapat menjadi jebakan minyak.
5.9 PENGHITUNGAN KEDALAMAN PERLIPATAN
Kedalaman perlipatan (the depth of folding) pada kondisi tertentu dapat dihitung. Pada gambar 5-20A diasumsikan bahwa
persegi panjang vertikal dl berubah menjadi persegi panjang b(d + h), tetapi luasnya tetap. Jadi:
dl b(d h)
(5-4)
Dengan beberapa perubahan, konsep yang sama dapat diperluas untuk sabuk-sabuk lipatan. Diasumsikan bahwa tidak terjadi
pemanjangan maupun pemendekan pada arah yang sejajar dengan sumbu lipatan dan bahwa batuan-batuan tidak berubah
volumenya. Tanda b adalah simbol lebar daerah yang terlipat; l adalah lebar awal sebelum terdeformasi, diukur di sepanjang
lapisan tertentu yang ada dalam sabuk lipatan; h adalah jumlah pengangkatan akibat perlipatan.
Pada gambar 5-20B, garis hitam tebal melukiskan suatu lapisan tunggal. Pada ujung kiri penampang ada garis itu datar dan
tidak terlipatkan. Di sabuk lipatan telah terjadi pengangkatan dari posisi semula (posisi semulanya digambarkan sebagai garis
putus-putus). Nilai pengangkatan rata-rata, h, dapat ditentukan dengan beberapa cara. Cara termudah adalah dengan mengukur
36
pengangkatan aktual pada selang-selang jarak tertentu, kemudian dihitung rata-ratanya. Semua faktor dalam persamaan telah
diketahui, kecuali d. Biasanya persamaan yang digunakan adalah:
d
bh
(5-5)
l b
37