You are on page 1of 2

A.

Asupan Nutrisi
1. Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi penderita sirosis hati penting
dilakukan, selain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sehari-hari,
matabolisme tubuh meningkat dengan adanya penyakit sirosis hati
(Elizabeth, C. 2009). Naiknya metabolisme ini harus diimbangi dengan
ketersediaan energi yang cukup, terutama protein. Kebutuhan energi ini
perlu jika tidak maka akan menyebabkan proses katabolisme protein, atau
pemecahan protein besar-besaran dalam tubuh. Proses katabolisme ini
akan berakibat menjadi malnutrisi. Maka kebutuhan energi yang
dibutuhkan lebih besar.
Kebutuhan nutrisi yang diberikan pada pasien sirosis hati menurut
Almatsier (2007), yaitu sebagai berikut:
a. Kecukupan Energi
Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, diberikan bertahap
sesuai kemampuan pasien, yaiu 40-45 kkal/kg BB.
b. Kecukupan Lemak
Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total dalam bentuk
cairan, lembek dan yang mudah dicerna.
c. Protein
Protein tinggi yaitu 1,25-1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme protein.
Apabila terdapat gejala enfalopati yang disertai peningkatan amoniak
dalam darah, pemberian protein sebanyak 30-40 g/hari sedangkan
pada sirosis hati terkompensasi, protein yang diberikan 1,25g/kg BB.
d. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi.
e. Natrium
Natrium dibatasi sesuai tingakat edema dan ascites. Bila pasien
mendapat diuretika maka garam dapat diberikan lebih leluasa.
f. Bentuk Sediaan Nutrisi
Bentuk sediaan nutrisi yang diberikan pada pasien sirosis hati, yaitu:
1) Porsi diberikan kecil tapi sering.
2) Cairan diberikan lebih banyak kecuali bila ada kontraindikasi.
3) Hindari bahan makanan yang menimbulkan gas.
2. Teknik Pemberian Nutrisi
Penderita sirosis hati memiliki masalah pada bagian
gastrointestinalnya dalam mencerna makanan. Gangguan pencernaan ini
karena enselopati, anoreksia, dan perdarahan gastrointestinal. Penderita
perlu diberikan bantuan teknik asupan nutrisi. Teknik pemberian nutrisi
yang utama digunakan pada kasus sirosis hati adalah teknik enteral
(Almatsier, 2007). Apabila menggunakan teknik enteral tidak memungkin
kana tau faktor lain maka pada sirosis hati, maka juga dapat dipilih teknik
parenteral (Potter,P.A., & Perry, A.G . 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, C. 2009. Buku saku patofisiologi, Ed.3. Jakarta: EGC


Almatsier. 2007. Penuntun diet. Jakarta: Gramedia pustaka
Potter,P.A., & Perry, A.G . 2005. Buku ajar fundamental keperawatan :
konsep, proses & praktek, Ed. 4. Jakarta : EGC

You might also like