You are on page 1of 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN ANGINA PECTORIS

Disusun oleh:
1. Gita Octaviana
2. Qurrotul Ainissallamah

(1301097)
(1301060)

AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA


SIDOARJO
2014

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG


a. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ berotot dengan empat ruang yang terletak
dirongga dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit kesebelah kiri
sternum. Jantung terdapat didalam sebuah kantung longgar berisi cairan
yang disebut pericardium.
b. Fisiologi jantung
1. Fisiologi otot jantung
Terdiri dari tiga otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot
ventrikel dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus
rangsangan.
2. Elektrofisiologi sel otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat dari perubahan
permeabilitas membrane sel yang memungkinkan pergerakan ion-ion
melalui membrane tersebut.
3. Siklus jantung
Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah. Dua pompa primer
atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi
jantung sampai akhir kontraksi berikutnya dinamakan silkus jantung.

B. PENGERTIAN
Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan
episode atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah
koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan
kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Smeltzer dan Bare,
2002 : 779)

Angina pektoris adalah suatu sindrom kronis dimana klien mendapat


serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada
yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul
pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya. (Noer, Sjaifoellah, dkk. IPD, 1999 : 1082)
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah
retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)

C. KLASIFIKASI
a. Angina Pektoris Stabil
Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Nyeri segera hilang dengan
istirahat atau penghentian aktifitas. Durasi nyeri 3 15 menit. Angina
stabil dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Angina Nocturnal
Nyeri terjadi malam hari, biasanya pada saat tidur tetapi ini
dapat di kurangi dengan duduk tegak. Biasanya angina noctural
disebabkan oleh gagal ventrikel kiri.
2. Angina Decubitus
Angina yang terjadi saat berbaring.
3. Iskemia Tersamar
Terdapat bukti objektif iskemia ( seperti tes pada stress ) tetapi
pasien tidak menunjukan gejala.
b. Angina Pektoris Tidak Stabil
Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina
pektoris stabil. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina
pektoris stabil. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada
tigkat aktifitas ringan. Kurang responsif terhadap nitrat. Lebih sering

ditemukan depresi segmen ST. Dapat disebabkan oleh ruptur plak


aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.
c. Angina Prinzmental (Angina Varian)
Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi
hari. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
EKG menunjukkan elevasi segmen ST. Cenderung berkembang menjadi
infaark miokard akut. Dapat terjadi aritmia.

D. ETIOLOGI
a. Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:
1. Riwayat merokok (Baik perokok aktif maupun perokok pasif).
2. Angina disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area
jantung. Keadaan ini paling sering dipicu oleh coronary artery disease
(CAD). Kadang-kadang, jenis penyakit jantung yang lain atau
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan angina.
3. Ateriosklerosis
4. Spasme arteri coroner
5. Anemia berat
6. Artritis
7. Aorta Insufisiensi
b. Faktor resiko antara lain adalah:
1. Dapat diubah (dimodifikasi)
a) Diet (hiperlipidemia)
b) Rokok
c) Hipertensi
d) Stress
e) Obesitas
f) Kurang aktifitas
g) Diabetes Mellitus
h) Pemakaian kontrasepsi oral
2. Tidak dapat diubah
a) Usia
b) Jenis Kelamin
c) Ras
d) Herediter
c. Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
1. Emosi
2. Stress
3. Kerja fisik terlalu berat
4. Hawa terlalu panas dan lembab
5. Terlalu kenyang

6. Banyak merokok
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak
adekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena
kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis
koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab aterosklerosis, namun
jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakir arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat.

Apabila kebutuhan

meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan
mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat aterosklerosis dan
tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan
oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme
yang bersifat aerobik menjadi metabolisme yang anaerobik. Metabolisme
anaerobik dengan perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila
dibandingkan dengan metabolisme aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan
siklus Kreb. Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami penurunan yang
cukup besar. Hasil akhir metabolisme anaerobik ini, yaitu asam laktat, akan
tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri.
Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yang tersedia
serta asidosis menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan
kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang; serabut-serabutnya
memendek sehingga kekuatan dan kecepatannya berkurng. Selain itu, gerakan
dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal; bagian tersebut
akan menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah
hemodinamika. Respon hemodinamika dapat berubah-ubah, sesuai dengan
ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks

kompensasi oleh system saraf otonom. Berkurangnya fungsi ventrikel kiri


dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Angina pectoris adalah rasa sakit dada yang berkaitan dengan iskemia
miokardium. Mekanismenya yang tepat bagaimana iskemi menimbulkan rasa
sakit masih belum jelas. Agaknya reseptor saraf rasa sakit terangsang oleh
metabolik yang tertimbun atau oleh suatu zat kimia antara yang belum
diketahui atau oleh sters mekanik lokal akibat kontraksi miokardium yang
abnormal. Jadi secara khas rasa sakit digambarkan sebgai suatu tekanan
substernal, kadang-kadang menyebar turun kesisi medial lengan kiri. Tetapi
banyak pasien tak pernah mengalami angina yang pas; rasa sakit angina dapat
menyerupai rasa sakit karena maldigesti atau sakit gigi. Pada dasarnya angina
dipercepat oleh aktivitas yang meningkatkan miokardium akan oksigen,
seperti latihan fisik. Sedangkan angina akan hilang dalam beberapa menit
dengan istirahat atau nitrogliserin.

F. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah inter skapula atau lengan kiri.
b. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
c. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
d. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
e. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, dizzines.
f. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
g. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG (Elektrokardiogram)

EKG ini dapat merekam impuls elektrik jantung. Sehingga dapat


diketahui apakah otot jantung telah menerima supplay oksigen yang cukup
atau kekurangan oksigen (iskemia). Selain itu, EKG ini juga dapat
digunakan untuk menentukan atau mengetahui ritme jantung. Gambaran
EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering masih
normal. 30 % normal, 70 % abnormal pada episode nyeri dada atau
aktifitas, berupa depresi segmen ST, atau gel.T inverted.
b. Arteriografi Coroner
Merupakan satu-satunya teknik yang memungkinkan untuk melihat
penyempitan pada koroner. Suatu kateter dimasukkan lewat arteri
femoralis ataupun brakialis dan diteruskan ke aorta ke dalam muara arteri
koronaria kanan dan kiri. Media kontras radio grafik kemudian
disuntikkan dan cineroentgenogram akan memperlihatkan kontur arteri
serta daerah penyempitan. Kateter ini kemudian didorong lewat katup
aorta untuk masuk ke ventrikel kiri dan disuntikkan lebih banyak media
kontras untuk menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kiri. Bila
ada stenosis aorta, maka derajat keparahannya akan dapat dinilai, demikian
juga kita dapat mengetahui penyakit arteri koroner lain.
c. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang
normal; pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan
kadang-kadang tampak adanya pengapuran pembuluh darah aorta.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis
angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
serangan jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim jantung. Enzim
tersebut akan meningkat kadarnya pada serangan jantung akut sedangkan
pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan profil lemak darah
seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah

perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti kolesterol dan diabetes
mellitus.
e. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG sering kali masih
normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani
tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan
latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien
mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama
latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di
monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1
mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila
disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada
waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita
angina pectoris. Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan
jasmani dapat dilakukan dengan cara master, yaitu latihan dengan naik
turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah
melakukan latihan tersebut.
f. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan
dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan
diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia
maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia
pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat.
Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita
iskemia.

H. PENATALAKSANAAN
a. Bedah

Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai darah


jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasti koroner
transluminal perkuatan (ptca = percutaneous transluminal coronary angio
plasty), (diskusikan dibawah). Biasanya diterapkan kombinasi antara
terapi medis dan pembedahan.
Terdapat beberapa pendekatan yang akhir-akhir ini sering
digunakan untuk revaskularisasi jantung. Tiga teknik utama yang
menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner
mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah,
penggunaan laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner
perkuatan untuk mengangkat obsruksi. Penelitian yang bertujuan untuk
membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau seluruh
teknik di atas, melalui bedah pintas koroner sedang dilakukan.
b. Non Bedah
1. Terapi Farmakologi
Pada waktu mendapat serangan angina obat yang paling baik
adalah preparat nitrogliserin atau derivatnya yang diberikan secara
sublingual. Dosis nitrogliserin untuk serangan akut angina, 0.3 mg
0.6 mg, diulang setiap 5 menit selama 15 menit. Nitrogliserin bersifat
sangat tidak stabil dan harus disimpan dalam botol gelap tertutup rapat.
Nitogliserin tidak dapat disimpan dalam botol plastik atau logam.
Nitrogliserin mudah menguap dan menjadi tidak aktif bila terkena
panas, uap, udara, cahaya dalam waktu lama. Efek samping
nitrogliserin meliputi rasa panas, sakit kepala berdenyut, hipertensi,
dan takikardi. Nitrogliserin jangan diberikan pada pasien hipovolemia
yang tidak terkoreksi (atau dehidrasi) karena risiko menginduksi
hipotensi,

gangguan sirkulasi serebral, perikarditis

konstriktif,

pericardial tamponade. Nitrogliserin harus digunakan hati-hati pada


pasien hipotensi atau hipotensi ortostatik karena obat ini dapat
memperparah hipotensi, menyebabkan bradikardi paradoksikal, atau
memperberat angina.
2. Terapi Non Farmakologi

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan


kebutuhan oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok,
karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah,
sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembuluh darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan
kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Breathing (B1)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal, dan
mengeluh sesak nafas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya
ditemukan. Sesak nafas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi kerena terdapat
kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat
melakukan kegiatan fisik.
b. Blood (B2)
c.
d.
e.
f.
a.

Brain (B3)
Bladder (B4)
Bowel (B5)
Bone (B6)
Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan
Terbangun bila nyeri dada
Tanda : Dispnea saat kerja

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
Tanda : Takikardia, disritmia
Kulit/ membran mukosa lembab, dingin,
vasokonstriksi
c. Makanan/ cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan
Diet tinggi kolesterol/lemak, kafein, minuman keras

adanya

Tanda : Distensi gaster


d. Integritas ego
Gejala : Stresor kerja, keluarga
Tanda : Ketakutan, mudah marah
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang,
leher, bahu dan ekstremitas atas kiri. Kualitas ringan sampai sedang,
tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar. Durasi : biasanya kurang dari
15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit)
Tanda : Wajah berkerut, gelisah.
Respons otomatis, contoh takikardi, perubahan tekanan darah.
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke
Penggunaan/ kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi
atau obat yang dijual bebas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot
jantung, berkurangnya curah jantung.
c. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman
terhadap status kesehatan.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri pasien berkurang/ teratasi
Kriteria hasil : Skala nyeri berkurang, wajah pasien tampak rileks, pasien
bisa mempraktekkan cara menghilangkan nyeri.
Intervensi
Rasional
Anjurkan
pasien
untuk Nyeri dan penurunan curah jantung
memberitahu perawat dengan cepat dapat
bila terjadi nyeri dada.

simpatis

merangsang
untuk

sistem

saraf

mengeluarkan

sejumlah besar nor epineprin, yang


meningkatkan agregasi trombosit dan
mengeluarkan
Nyeri

tidak

menyebabkan

trombokxane
bisa
respon

A2.

ditahan
vasovagal,

menurunkan
Identifikasi
pencetus,

ada:

dan

frekuensi

jantung.
faktor Membantu membedakan nyeri dada

terjadinya
bila

TD

frekuensi, dini dan alat evaluasi kemungkinan

durasi, intensitas dan lokasi nyeri.

kemajuan menjadi angina tidak stabil


(angina stabil biasanya berakhir 3
sampai 5 menit sementara angina
tidak stabil lebih lama dan dapat

berakhir lebih dari 45 menit.


Evaluasi laporan nyeri pada rahang, Nyeri jantung dapat menyebar contoh
leher, bahu, tangan atau lengan nyeri sering lebih ke permukaan
(khusunya pada sisi kiri.

dipersarafi oleh tingkat saraf spinal

yang sama.
Letakkan pasien pada istirahat total Menurunkan
selama episode angina.

kebutuhan

oksigen

miokard untuk meminimalkan resiko

cidera jaringan atau nekrosis.


Tinggikan kepala tempat tidur bila Memudahkan pertukaran gas untuk
pasien napas pendek
Pantau

kecepatan

menurunkan
atau

jantung

hipoksia

dan

napas

pendek berulang
irama Pasien angina tidak stabil mengalami
peningkatan

disritmia

yang

mengancam hidup secara akut, yang


terjadi pada respon terhadap iskemia
dan atau stress
Panatau tanda vital tiap 5 menit TD dapat meningkat secara dini
selama serangan angina

sehubungan

dengan

rangsangan

simpatis, kemudian turun bila curah


Pertahankan

tenang,

jantung dipengaruhi.
lingkungan Stres
mental
atau

emosi

nyaman, batasi pengunjung bila meningkatkan kerja miokard


perlu
Berikan makanan lembut. Biarkan Menurunkan

kerja

miokard

pasien istirahat selama 1 jam sehubungan dengan kerja pencernaan,


setelah makan
Kolaborasi:

manurunkan risiko serangan angina


Nitrigliserin mempunyai standar

Berikan antiangina sesuai indikasi: untuk pengobatan dan mencegah


nitrogliserin: sublingual

nyeri angina selam lebih dari 100


tahun

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot


jantung, berkurangnya curah jantung.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi
aktivitas yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam
tanda-tanda intoleransi fisiologis.
Intervensi
Kaji respons klien terhadap

Rasional
Menyebutkan

parameter

aktivitas, perhatikan frekuensi

membantu

mengkaji

nadi lebih dari 20 kali per menit

respons fisiologi terhadap stress

di

istirahat;

aktivitas dan, bila ada merupakan

peningkatan TD yang nyata

indikator dari kelebihan kerja

selama/sesudah

yang berkaitan dengan tingkat

atas

dispnea

frekuensi

atau

aktivitas;
nyeri

dada;

dalam

aktivitas.

keletihan dan kelemahan yang


berlebihan; diaphoresis; pusing
atau pingsan.
Instruksikan pasien

tentang

teknik penghematan energi.

Teknik

menghemat

energi

mengurangi penggunaan energy,


juga
antara

membantu
suplai

keseimbangan
dan

kebutuhan

oksigen.
c. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman
terhadap status kesehatan.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan
ansietas pasien turun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara
sehat sesuai, pasien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah,

pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.


Intervensi
Rasional
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, Menurunkan cemas dan takut
contoh tes stress.
terhadap diagnose dan prognosis.
Tingkatkan ekspresi perasaan dan Perasaan tidak ekspresikan dapat
takut,contoh menolak, depresi, dan menimbulkan kekacauan internal dan
marah.
efek gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untuk Meyakinkan pasien bahwa peran
menganggap pasien sebelumnya.
Kolaborasi

dalam keluarga dan kerja tidak

berubah.
sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu

berikan

tranquilizer sesuai indikasi

pasien rileks sampai secara fisik


mampu

untuk

membuat

strategi

koping adekuat.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan
pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit
dan pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta
melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi
Rasional
Kaji ulang patofisiologi kondisi. Pasien dengan angina membutuhkan
Tekankan

perlunya

mencegah belajar mengapa hal itu terjadi dan

serangan angina.

apakah dapat dikontrol. Ini adalah


focus manajemen terapeutik supaya

Dorong

untuk

menurunkan infark miokard.


menghindari Dapat menurunkan insiden /beratnya

faktor/situasi yang sebagai pencetus episode iskemik.


episode

angina,

emosional,

kerja

contoh:

stress

fisik,

makan

terlalu banyak/berat, terpajan pada


suhu lingkungan yang ekstrem
Kaji pentingnya control berat Pengetahuan faktor resiko penting

badan,

menghentikan

merokok, memberikan

perubahan diet dan olahraga.


Tunjukkan/dorong
memantau

nadi

aktivitas,

pasien
sendiri

untuk

kesempatan

membuat

kebutuhan.
untuk Membiarkan

perubahan

pasien

untuk

selama mengidentifikasi aktivitas yang dapat

jadwal/aktivitas dimodifikasi

sederhana, hindari regangan.

pasien

untuk

menghindari

stress jantung dan tetap dibawah

ambang angina.
Diskusikan langkah yang diambil Menyiapkan pasien pada kejadian
bila terjadi serangan angina, contoh untuk menghilangkan takut yang
menghentikan aktivitas, pemberian mungkin tidak tahu apa yang harus
obat bila perlu, penggunaan teknik dilakukan bila terjadi serangan.
relaksasi.
Kaji ulang obat yang diresepkan Angina adalah kondisi rumit yang
untuk

mengontrol/mencegah sering

serangan angina.

memerlukan

penggunaan

banyak obat untuk menurunkan kerja


jantung,

memperbaiki

sirkulasi

koroner, dan mengontrol terjadinya


Tekankan

pentingnya

serangan.
mengecek Obat yang dijual bebas mempunyai

dengan dokter kapan menggunakan potensi penyimpangan.


obat-obat yang dijual bebas.
4. Evaluasi
a. Pasien bebas dari nyeri.
b. Peningkatan curah jantung:
1) EKG dan kadar enzim jantung normal.
2) Bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut.
c. Pasien dapat mengontrol aktivitas yang dapat memicu serangan
angina.
d. Menunjukan penurunan kecemasan:
1) Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.
2) Mematuhi semua aturan medis.
3) Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri
menetap atau sifatnya berubah.
4) Menghindari tinggal sendiri saat terjadi episode nyeri.
e. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukan tanda-tanda
bebas dari komplikasi:

1) Menjelaskan proses terjadinya angina.


2) Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ariesti, Agung. 2011. Asuhan Keperawatan Angina Pectoris. Diakses pada

tanggal

22

September

2014

pukul

09.00

WIB

melalui

http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-anginapectoris.html.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta:
EGC.
Maydita, Rachel. 2013. Asuhan Keperawatan Angina Pektoris. Diakses pada
tanggal

22

September

2014

pukul

09.00

WIB

melalui

http://rachelmaydita.blogspot.com/2013/10/bab-i-pendahuluan1_8258.html.
Smelzer C, Suzanne. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.

You might also like