Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
1. Gita Octaviana
2. Qurrotul Ainissallamah
(1301097)
(1301060)
B. PENGERTIAN
Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan
episode atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah
koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan
kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Smeltzer dan Bare,
2002 : 779)
C. KLASIFIKASI
a. Angina Pektoris Stabil
Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Nyeri segera hilang dengan
istirahat atau penghentian aktifitas. Durasi nyeri 3 15 menit. Angina
stabil dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Angina Nocturnal
Nyeri terjadi malam hari, biasanya pada saat tidur tetapi ini
dapat di kurangi dengan duduk tegak. Biasanya angina noctural
disebabkan oleh gagal ventrikel kiri.
2. Angina Decubitus
Angina yang terjadi saat berbaring.
3. Iskemia Tersamar
Terdapat bukti objektif iskemia ( seperti tes pada stress ) tetapi
pasien tidak menunjukan gejala.
b. Angina Pektoris Tidak Stabil
Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina
pektoris stabil. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina
pektoris stabil. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada
tigkat aktifitas ringan. Kurang responsif terhadap nitrat. Lebih sering
D. ETIOLOGI
a. Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:
1. Riwayat merokok (Baik perokok aktif maupun perokok pasif).
2. Angina disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area
jantung. Keadaan ini paling sering dipicu oleh coronary artery disease
(CAD). Kadang-kadang, jenis penyakit jantung yang lain atau
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan angina.
3. Ateriosklerosis
4. Spasme arteri coroner
5. Anemia berat
6. Artritis
7. Aorta Insufisiensi
b. Faktor resiko antara lain adalah:
1. Dapat diubah (dimodifikasi)
a) Diet (hiperlipidemia)
b) Rokok
c) Hipertensi
d) Stress
e) Obesitas
f) Kurang aktifitas
g) Diabetes Mellitus
h) Pemakaian kontrasepsi oral
2. Tidak dapat diubah
a) Usia
b) Jenis Kelamin
c) Ras
d) Herediter
c. Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
1. Emosi
2. Stress
3. Kerja fisik terlalu berat
4. Hawa terlalu panas dan lembab
5. Terlalu kenyang
6. Banyak merokok
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak
adekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena
kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis
koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab aterosklerosis, namun
jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakir arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat.
Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan
mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat aterosklerosis dan
tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan
oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme
yang bersifat aerobik menjadi metabolisme yang anaerobik. Metabolisme
anaerobik dengan perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila
dibandingkan dengan metabolisme aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan
siklus Kreb. Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami penurunan yang
cukup besar. Hasil akhir metabolisme anaerobik ini, yaitu asam laktat, akan
tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri.
Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yang tersedia
serta asidosis menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan
kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang; serabut-serabutnya
memendek sehingga kekuatan dan kecepatannya berkurng. Selain itu, gerakan
dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal; bagian tersebut
akan menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah
hemodinamika. Respon hemodinamika dapat berubah-ubah, sesuai dengan
ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah inter skapula atau lengan kiri.
b. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
c. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
d. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
e. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, dizzines.
f. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
g. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG (Elektrokardiogram)
perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti kolesterol dan diabetes
mellitus.
e. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG sering kali masih
normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani
tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan
latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien
mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama
latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di
monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1
mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila
disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada
waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita
angina pectoris. Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan
jasmani dapat dilakukan dengan cara master, yaitu latihan dengan naik
turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah
melakukan latihan tersebut.
f. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan
dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan
diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia
maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia
pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat.
Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita
iskemia.
H. PENATALAKSANAAN
a. Bedah
konstriktif,
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Breathing (B1)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal, dan
mengeluh sesak nafas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya
ditemukan. Sesak nafas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi kerena terdapat
kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat
melakukan kegiatan fisik.
b. Blood (B2)
c.
d.
e.
f.
a.
Brain (B3)
Bladder (B4)
Bowel (B5)
Bone (B6)
Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan
Terbangun bila nyeri dada
Tanda : Dispnea saat kerja
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
Tanda : Takikardia, disritmia
Kulit/ membran mukosa lembab, dingin,
vasokonstriksi
c. Makanan/ cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan
Diet tinggi kolesterol/lemak, kafein, minuman keras
adanya
simpatis
merangsang
untuk
sistem
saraf
mengeluarkan
tidak
menyebabkan
trombokxane
bisa
respon
A2.
ditahan
vasovagal,
menurunkan
Identifikasi
pencetus,
ada:
dan
frekuensi
jantung.
faktor Membantu membedakan nyeri dada
terjadinya
bila
TD
yang sama.
Letakkan pasien pada istirahat total Menurunkan
selama episode angina.
kebutuhan
oksigen
kecepatan
menurunkan
atau
jantung
hipoksia
dan
napas
pendek berulang
irama Pasien angina tidak stabil mengalami
peningkatan
disritmia
yang
sehubungan
dengan
rangsangan
tenang,
jantung dipengaruhi.
lingkungan Stres
mental
atau
emosi
kerja
miokard
Rasional
Menyebutkan
parameter
membantu
mengkaji
di
istirahat;
selama/sesudah
atas
dispnea
frekuensi
atau
aktivitas;
nyeri
dada;
dalam
aktivitas.
tentang
Teknik
menghemat
energi
membantu
suplai
keseimbangan
dan
kebutuhan
oksigen.
c. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman
terhadap status kesehatan.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan
ansietas pasien turun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara
sehat sesuai, pasien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah,
berubah.
sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu
berikan
untuk
membuat
strategi
koping adekuat.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan
pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit
dan pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta
melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi
Rasional
Kaji ulang patofisiologi kondisi. Pasien dengan angina membutuhkan
Tekankan
perlunya
serangan angina.
Dorong
untuk
angina,
emosional,
kerja
contoh:
stress
fisik,
makan
badan,
menghentikan
merokok, memberikan
nadi
aktivitas,
pasien
sendiri
untuk
kesempatan
membuat
kebutuhan.
untuk Membiarkan
perubahan
pasien
untuk
jadwal/aktivitas dimodifikasi
pasien
untuk
menghindari
ambang angina.
Diskusikan langkah yang diambil Menyiapkan pasien pada kejadian
bila terjadi serangan angina, contoh untuk menghilangkan takut yang
menghentikan aktivitas, pemberian mungkin tidak tahu apa yang harus
obat bila perlu, penggunaan teknik dilakukan bila terjadi serangan.
relaksasi.
Kaji ulang obat yang diresepkan Angina adalah kondisi rumit yang
untuk
mengontrol/mencegah sering
serangan angina.
memerlukan
penggunaan
memperbaiki
sirkulasi
pentingnya
serangan.
mengecek Obat yang dijual bebas mempunyai
DAFTAR PUSTAKA
Ariesti, Agung. 2011. Asuhan Keperawatan Angina Pectoris. Diakses pada
tanggal
22
September
2014
pukul
09.00
WIB
melalui
http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-anginapectoris.html.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta:
EGC.
Maydita, Rachel. 2013. Asuhan Keperawatan Angina Pektoris. Diakses pada
tanggal
22
September
2014
pukul
09.00
WIB
melalui
http://rachelmaydita.blogspot.com/2013/10/bab-i-pendahuluan1_8258.html.
Smelzer C, Suzanne. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.