You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah salah satu gangguan mental yang paling serius, tingkat
prevalensi sekitar 1,1% dari populasi di atas usia 18. Hal ini ditandai dengan gangguan
besar dalam pemikiran, bahasa, persepsi, dan kesadaran diri. Ini sering mencakup
pengalaman psikotik, seperti mendengar suara-suara dan delusi.
Skizofrenia adalah penyakit kronis yang sangat penting yang membutuhkan
rehabilitasi jangka panjang. Jadi jenis rehabilitasi kelompok sosial telah ditetapkan,
termasuk pelatihan keterampilan sosial, mengatasi stres dengan pelatihan, terapi okupasi,
terapi seni, terapi musik, dan terapi hiburan. Dari jenis terapi ini, terapi musik telah
menunjukkan efek yang signifikan dalam mengobati skizofrenia. Terapi musik adalah
penggunaan musik pada orang-orang untuk membantu integrasi fisiologis, psikologis,
dan emosional mereka selama pengobatan. Terapi musik aktif dan pasif dapat
memperbaiki psikosis dan depresi, termasuk dalam kasus-kasus yang resisten terhadap
pengobatan. Dalam terapi musik aktif, terapis dan pasien secara aktif menciptakan musik,
menggunakan instrumen dan suara mereka. Dalam terapi musik pasif, pasien dan terapis
terletak memainkan musik, dan mengajak pasien untuk memvisualisasikan gambar damai
untuk menghasilkan keadaan rehabilitasi mental. Sejumlah penelitian terapi musik telah
dilakukan oleh tenaga medis profesional, seperti dokter, perawat, psikolog, dan terapis
okupasi. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik relevan dengan berbagai disiplin ilmu
di bidang kedokteran. Terapi musik adalah jenis psikoterapi yang menggunakan interaksi

musik dan komunikasi. Sebuah studi terapi musik untuk skizofrenia mengidentifikasi
empat percobaan terkontrol secara acak yang memenuhi syarat untuk meta-analisis.
Penelitian ini meneliti efek terapi musik selama pendek untuk jangka menengah (1-3
bulan), dengan program pengobatan bervariasi 7-78 sesi. Terapi musik dikombinasikan
dengan perawatan standar lebih unggul perawatan standar saja. Ini membantu orang
dengan skizofrenia meningkatkan status global mereka, dan dapat meningkatkan kondisi
mental mereka dan berfungsi jika sesi terapi musik yang cukup disediakan. Studi
menyimpulkan bahwa penelitian lebih lanjut harus mengeksplorasi efek jangka panjang
dan dosis hubungan respon terapi musik.
Beberapa studi dan meta-analisis telah melaporkan bahwa terapi musik adalah
intervensi yang efektif untuk skizofrenia. Satu studi menggunakan pengobatan intervensi
musik individu, dan 3 digunakan intervensi musik kelompok lain. Pasien dirawat di
rumah sakit pasien skizofrenia. Intervensi musik, seperti mendengarkan, mendiskusikan,
menyanyi, dan memainkan instrumen, berlangsung selama 2-15 minggu. Instrumen
pengukuran yang digunakan dalam studi ini termasuk skala untuk penilaian gejala negatif
(SANS), skala sindrom positif dan negatif (PANSS), dan skala penilaian kejiwaan
singkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi musik secara signifikan dapat
menurunkan gejala skizofrenia, gejala negatif, dan kualitas hidup. Terapi musik dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gangguan kejiwaan, sehingga kami
kelompok tertarik membahas jurnal tentang pemberian terapi kelompok music terhadap
penurunan gejala dan depresi pada pasien dengan skizofrenia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek dari pemberian terapi kelompok music terhadap
penurunan gejala dan depresi pada pasien dengan skizofrenia.
2

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisa jurnal keperawatan jiwa
b. Mampu menganalisa metode dan hasil penelitian
c. Mampu mengimplementasi jurnal keperawatan pada klinik

BAB II
JURNAL ASLI

BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisa Jurnal Keperawatan Jurnal
1. Judul Jurnal Keperawatan Jiwa
Jurnal dengan judul Effects of group music intervention on psychiatric symptoms
and depression in patient with schizophrenia ini mengulas tentang pemberian terapi
grup musik terhadap penurunan gejala kejiwaan dan depresi pada pasien dengan

skizofrenia yang akan dibandingkan dengan perawatan rutin biasa tanpa pemberian
terapi musik. Selain itu menurut Sugiono (2010) menyatakan bahwa judul yang ideal
untuk sebuah penelitian terdiri dari 12-14 kata.
2. Nama Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh Shiou-Fang Lu, Chi-Hui Kao Lo, Huei-Chuan Sung,
Tsung-Cheng Hsieh, Shun-Chieh Yu dan Shu-Chuan Chang.
3. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah sakit jiwa yang besar di Hualien, sebuah kota di
Taiwan Timur. Namun tidak diketahui tanggal, bulan dan tahun dilaksanakannya
penelitian. Menurut kelompok kami jurnal ini belum baik karena tidak
mencantumkan tanggal, bulan dan tahun dilaksanakannya penelitian. Menurut
Notoadmojo (2010) mengatakan bahwa, sebuah jurnal yang baik harus terdapat
tanggal, bulan dan tahun penelitian.
4. Tujuan Penelitian
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui efek dari pemberian terapi kelompok musik
terhadap penurunan gejala dan depresi pada pasien dengan skizofrenia. Menurut
kelompok kami jurnal ini sudah menjelaskan tujuan dari judul penelitian tersebut.
5. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain randomized controlled trial. Penelitian ini adalah
studi acak yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu eksperimen dan kelompok control.
yaitu dimana penelitian dengan metode eksperimen dilakukan dengan menggunakan
terapi grup musik dan kelompok control yaitu dengan menggunakan perawatan rutin
dari rumah sakit. Menurut kelompok kami design yang digunakan sudah sesuai.
Menurut Sugiyono, (2011) mengatakan bahwa randomize controlled trial dapat

digunakan pada jenis penelitian dengan metode pembagian kelompok intervensi dan
control.
6. Sampel
Jumlah sampel terdiri dari 80 pasien, dibagi sama ke dalam 2 kelompok, kelompok
eksperimen berjumlah 38 orang, kelompok kontrol berjumlah 42 orang. Menurut
kelompok pengambilan sampel menurut peneliti belum baik karena menurut
kelompok seharusnya jumlah peserta intervensi dan control jumlahnya harus sama
walaupun diacak sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Kelemahan peneliti
dalam pengambilan sampel yang berbeda antara intervensi dan control tidak
dijelaskan kenapa berbeda sehingga kelompok tidak memahami secara pasti
perbedaan jumlah sampel. Menurut Sugiyono, (2011) mengatakan bahwa pembagian
kelompok antar kelompok intervensi dan kelompok control harus dengan jumlah yang
sama untuk menghasilkan hasil yang lebih valid.
Kriteria inklusi:
a. Pasien dewasa yang didiagnosis dengan skizofrenia oleh seorang psikiater
b. Mampu duduk diam selama setidaknya 1 jam
Kriteria eksklusi:
a. Pasien dengan defisit pendengaran
b. Kesulitan komunikasi verbal
Menurut kelompok untuk kriteria inklusi dan eksklusi peneliti belum menjelaskan
secara jelas pengambilan sampel berdasarkan usia, dan jenis skizofrenia.
7. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, musik yang digunakan berupa lagu-lagu Taiwan aliran musik
popular yang dipilih berdasarkan survey terbanyak dari responden. Alat perkusi yang
digunakan adalah bel, tamborin, castanet , balok kayu, triangle. Menurut kelompok
6

kami untuk instrumen dalam penelitian ini belum bisa diterapkan dibangsal untuk alat
perkusinya, dilihat dari fasilitas ruangan yang belum tersedia dan keterpapaan klien
dengan alat perkusi.

8. Pengumpulan Data
Data gejala psikotik menggunakan skor PANSS, PANSS berisi 30 item, termasuk
skala positif (7 item), skala negatif (7 item), dan skala psikopatologi umum (16 item).
Item positif termasuk delusi, perilaku halusinasi, kegembiraan, kebesaran,
kecurigaan, penganiayaan, dan permusuhan. Item negatif termasuk efek tumpul,
emosional, hubungan yang buruk, pasif atau apatis sosial, kesulitan berpikir abstrak,
kurangnya spontanitas dan percakapan, dan pemikiran stereotip. Ukuran hasil depresi
menggunakan skala depresi untuk skizofrenia (CDSS). CDSS berisi 9 item yang
dirancang untuk mengukur depresi pada pasien skizofrenia dalam tahap akut dan
tahap lanjut. Wawancara berisi delapan pertanyaan pilihan ganda dan satu pertanyaan
yang jawaban pewawancara di akhir wawancara. Setiap item memiliki skor 0-3 (0
tidak ada, 1 ringan, 2 sedang, dan 3 berat). Hasil menunjukkan bahwa 4-5 poin
mengindikasikan depresi ringan dan 6-7 poin mengindikasikan depresi berat.
9. Intervensi
Baik MIG dan UCG tetap menerima resep obat mereka dan mendapat perawatan
biasa termasuk perawatan 24 jam dengan aktivitas sehari-hari, perawatan dasar,
penyediaan makanan, dan kegiatan sosial (misalnya, menonton TV, kunjungan
keluarga, dan pihak sesekali untuk acara khusus). Para pasien di MIG juga menerima
semua perawatan yang sama dengan UCG. MIG dihadiri selama 60 menit dalam 1
sesi terapi musik selama dua kali dalam seminggu dan berlangsung selama 5 minggu.

Terapi musik terdiri dari 10 sesi intervensi musik aktif dan pasif termasuk
mendengarkan musik, menyanyikan lagu-lagu populer Taiwan, memainkan alat
perkusi, menonton video musik, dan diskusi. Intervensi terapi musik disampaikan
oleh asisten peneliti yang terlatih dalam terapi musik dalam grup.

10. Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel di atas, tidak ada perbedaan yang signifikan antara MIG (n =
38) dan UCG (n = 42) untuk semua karakteristik demografi termasuk jenis kelamin,
status perkawinan, agama, tingkat pendidikan, usia, tahun diagnosis, lama tinggal,
dan obat-obatan. Di semua sampel, 59 (74%) pasien adalah laki-laki, dan sebagian
besar pasien (80%) tidak menikah. Usia rata-rata dari kedua kelompok adalah 52
tahun, dengan usia berkisar 35-65 tahun. Lebih dari sepertiga pasien yang tidak
beragama (38,8%) atau yang beragama Buddha (41,3%). Sekitar 65% dari pasien

hanya menempuh pendidikan tingkat SMP. Usia rata-rata diagnosis untuk kedua
kelompok adalah 25 tahun.

B. Pembahasan
1. Kesahihan Metode Penelitian
Pada jurnal penelitian ini menggunakan desain randomized controlled trial.
Penelitian ini adalah studi acak yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu eksperimen
dan kelompok control. yaitu dimana penelitian dengan metode eksperimen dilakukan
dengan menggunakan terapi grup musik dan kelompok control yaitu dengan
menggunakan perawatan rutin dari rumah sakit. Jumlah pasien 420 orang,
berdasarkan kriteria 266 orang termasuk ke dalam kriteria eksklusi dan 74 orang
menolak untuk berpartisipasi. Jumlah sampel terdiri dari 80 pasien, dibagi sama ke
dalam 2 kelompok, kelompok eksperimen berjumlah 38 orang, kelompok control
berjumlah 42 orang. Menurut kelompok pengambilan sampel menurut peneliti belum
baik karena menurut kelompok seharusnya jumlah peserta terapi dan control

10

jumlahnya harus sama walaupun diacak sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai. Kelemahan peneliti dalam pengambilan sampel yang berbeda antara terapi
dan control tidak dijelaskan kenapa berbeda sehingga kelompok tidak memahami
secara pasti perbedaan jumlah sampel.
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala skizofrenia untuk mengetahui
peningkatan atau penurunan gejala skizofrenia dan menggunakan sindrom positif
untuk mengetahui peningkatan atau penurunan depresi pada pasien skizofrenia.
Pada penelitian ini data dianalisis menggunakan SPSS for Windows version 17.0.
Menurut kelompok pada desain penelitian ini sudah tepat dengan menggunakan
desain randomized controlled trial dimana desain ini digunakan untuk penelitian
eksperimental yang terdiri dari dua atau lebih pemberian intervensi dan pada
penelitian ini dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok control. Selain itu
metode ini hanya digunakan untuk penelitian pada manusia.
2. Kesahihan hasil Penelitian
Musik memiliki efek mendalam pada tubuh dan jiwa, musik adalah bagian yang
tidak bisa terpisahkan dari pengalaman manusia dan merupakan komponen penting
untuk mencapai hidup berkualitas, sehingga menjadikan terapi musik menjadi alat
yang bermanfaat untuk terapi kesehatan. Terapi musik telah terbukti sehingga
intervensi yang bermanfaat bagi orang yang memiliki penyakit mental. Terapi musik
dapat dianggap sebagai salah satu bentuk rehabilitas psikososial karena dapat
meningkatkan kekompakan sosial, dan dapat mempengaruhi psikososial individu,
seperti fungsi kognitif dan ekspresi emosional. Hal ini didefinisikan sebagai metode
psikoterapi yang menggunakan interaksi musik sebagai sarana komunikasi dan
ekspresi.

11

Terapi musik adalah alat yang efektif untuk perbaikan dan rehabilitasi gejala
skizofrenia bila digunakan sebagai tambahan untuk farmakoterapi. Dalam sebuah
penelitian yang membandingkan perawatan standar ditambah terapi music dengan
perawatan standar saja, hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi music membantu
untuk meningkatkan tingkat keberhasilan (Gold, 2007).
Musik yang didengarkan melalui telinga akan distimulasi ke otak, kemudian
musik tersebut akan diterjemahkan menurut jenis musik dan target yang akan
distimulasi. Menurut Campbell (2005), musik berintegrasi pada suatu tingkat organik
dengan berbagai macam struktur syaraf. Musik menghasilkan rangsangan ritmis yang
kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah melalui system syaraf dan
kelenjar yang selanjutnya mengorganisasika interpretasi bunyi kedalam ritme internal
pendengarannya.
Gelombang suara musik yang dihantarkan ke otak berupa energy listrik memalui
jaringan syaraf akan membangkitkan gelombang tak yang dibedakan atas frekuensi
alfa, beta, theta dan delta. Gelombang alfa membangkitkan relaksasi, gelombang beta
terkait dengan aktifitas mental, gelombang theta dikaitkan dengan situasi stress dan
upaya kreatiftas, sedangkan gelombang delta dihubungkan dengan situasi mengantuk,
suara musik yang didengar, dapat mempengaruhi frekuensi gelombang otak sesuai
dengan jenis musiknya.
Musik sebagai stimulus memasuki system limbik yang mengatur respon
emosi,dari bagian tersebut. Otak memerintahkan tubuh untuk merespon musik
sebagai tafsirannya. Jika musik sebagai penenang, sirkulasi tubuh, degup jantung,
sirkulasi nafas dan peredaran nafas menjadi tenang dan perilaku individupun menjadi
tenang pula.
C. Analisa SWOT
12

: Terapi grup musik ternyata bisa menurunkan gejala kejiwaan dan depresi pada
pasien skizofrenia dalam waktu singkat, dan fasilitas yang dipergunakan dalam

penerapannya tidak sulit untuk didapatkan.


: Penerapan jurnal ini memiliki kendala dalam penyediaan alat-alat perkusi dan
tidak diketahui dengan pasti apakah responden mampu memainkan perkusi.

: Peluang dalam penerapan jurnal ini besar, melihat keadaan pasien di bangsal
Srikandi di RSJ Surakarta yang rata-rata didiagnosa skizofrenia. Dan waktu yang
dibutuhkan dalam penerapannya termasuk singkat.

: Dimana peserta/pasien yang diberikan terapi ini memiliki karakter tersendiri


perindividunya, jadi saat penerapannya harus ada pengawasan terhadap pasien.

D. Implikasi Keperawatan
1. Penerapan hasil penelitian
Hasil penelitian ini bisa diterapkan di klinik karena penelitian ini menggunakan
terapi musik Taiwan atau terapi musik tradisional dari daerah lain. Terapi ini
dilakukan selama 1 jam dalam jangka waktu 5 minggu dimana dalam 1 minggu
dibagi menjadi 2 sesi. Alat musik yang digunakan adalah, bel, triangle, tamborin,
castanet , dan balok kayu. Terapi ini boleh dilakukan oleh semua perawat yang
merawat pasien gangguan jiwa. Sampel yang digunakan adalah orang dewasa.
Penelitian ini dapat diterapkan pada bangsal Srikandi RSJ Surakarta karena rata-rata
pasien dirawat dengan diangnosa Skizoprenia, sehingga terapi musik ini dapat efektif
jika diberikan pada pasien. Namun, masih banyak fasilitas yang belum ada di
ruangan, seperti misalnya alat musik yang akan digunakan termasuk perawat yang
bertugas di Bangsal Srikandi.
2. Rencana tindak lanjut
13

Diharapkan penelitian ini dapat diterapkan di bangsal karena pelaksanaannya dapat


dilakukan kepada semua pasien dengan Skizoprenia.
3. Manfaat Jurnal
a. Bagi Mahasiswa
Mampu menerapkan isi jurnal ini (terapi musik) pada pasien dengan skizofrenia,
guna menurunkan gejala kejawaan pada pasien-pasien skizofrenia.

b. Bagi Instusi Rumah Sakit


Sebagai bahan pertimbangan untuk penerapan terapi pada pasien yang dirawat
RSJ Surakarta khususnya pada pasien skizofrenia dengan pemilihan musik yang
sesuai kesukaan pasien.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa jurnal yang telah dilakukan penulis menyimpulkan
pemberian terapi musik pada penderita skizofrenia efektif untuk penurunan gejala
kejiwaan dan depresi.
B. Saran
1. Bagi rumah sakit atau lahan praktik
Rumah sakit disarankan untuk memilih jenis music yang sesuai dengan karakter
pasien.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa disarankan untuk mampu menemukan terapi baru yang dapat diterapkan
pada pasien skizofren guna mencegah bahkan menurunkan gejala kejiwaan selain
terapi musik.

14

DAFTAR PUSTAKA

Campbell et al. 2008. Biologi Jilid I Edisi kedelapan. Jakarta; Erlangga.


Chanda ML, Levitin DJ. 2013. The Neurochemistry of music. Trends in Cognitive Science.
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga University
Press.
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC
Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&B. Bandung.Alfabeta

15

You might also like