Professional Documents
Culture Documents
Abstrak : Demam tifoid merupakan suatu infeksi bakterial pada manusia yang disebabkan
oleh salmonella thypi gangguan ditandai dengan demam berkepanjangan, nyeri perut, diare,
delirium, spenomegali, serta kadang kadang disertai komplikasi perdarahan dan perforasi
usus. Munculnya penyakit demam tifoid yaitu kurangnya perhatian orang tua mengenai
kebiasaan buruk yaitu jajan sembarangan pada anak. Tujuan Penelitian ini ialah
menganalisa hubungan pengetahuan orang tua tentang demam tifoid dengan kebiasaan jajan
pada anak di wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Mala Kecamatan Melonguane
Kabupaten Kepulauan Talaud. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei
analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitan ini
menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel penelitian sebanyak 30 orang. Hasil
Penelitian menggunakan analisis uji statistik Fisher's Exact chi-square yang mendapatkan
hasil nilai = 0,047 < 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan pengetahauan
orang tua tentang demam tifoid dengan kebiasaan jajan pada anak di wilayah kerja Rumah
Sakit Umum Daerah Mala Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kata Kunci
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi tifus abdominalis atau
demam tifoid ditularkan melalui makanan dan
minuman yang tercemar kuman Salmonella typhi
(WHO, 2008). Demam tifoid ditandai dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran (Soedarmo, 2002).
Kasus demam tifoid di dunia sangat sulit
ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai
gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas.
Menurut laporan WHO (World Health Organization)
tahun (2003), insidensi demam tifoid pada anak
umur 5-15 tahun di Indonesia terjadi 180,3/100.000
kasus pertahun dan dengan prevalensi mencapai
61,4/1000 kasus per tahun. Hingga saat ini penyakit
demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di
negara-negara tropis termasuk Indonesia dengan
angka kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus
pertahun, dan angka kematian 3,1 sampai 10,4%
(WHO, 2004). Sedangkan data World Health
Organization (WHO) tahun (2009), memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh
dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap
tahun.
Demam tifoid ditemukan di masyarakat
Indonesia, yang tinggal di kota maupun desa.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas
perilaku hidup bersih dan sehat, sanitasi dan
lingkungan yang kurang baik. Selain masalah diatas
ada beberapa masalah lain yang akan turut
menambah besaran masalah penyakit demam tifoid di
Indonesia diantaranya adalah angka kemiskinan di
kota dan desa Indonesia yang mencapai 11,66 %
(Susenas 2012) yaitu sekitar 28.594.060 orang.
Pada orang yang miskin bila sakit tidak berobat
kesarana kesehatan medis hal ini dikarenakan
masalah biaya, sehingga bila mereka menjadi
penjamah makanan maka mereka akan menjadi
sumber penularan penyakit kepada masyarakat yang
menjadi pembeli jajanan tersebut. Risiko penularan
melalui penjual makanan di jalanan yang
kebersihannya buruk memperbanyak jumlah kasus
demam tifoid (Anonim, 2013).
Sumber penularan utama demam tifoid adalah
penderita itu sendiri dan carrier, yang mana mereka
dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella
thypi dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi
sumber penularan. Debu yang berasal dari tanah yang
mengering,
membawa
bahan-bahan
yang
mengandung kuman penyakit yang dapat mecemari
makanan yang dijual di pinggir jalan. Debu tersebut
A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Orang Tua Menurut
Usia Di Wilayah Kerja RSUD Mala
tahun 2014
Usia
Jumlah
25-39 tahun
19
63,3
40-54 tahun
30
55-69 tahun
6,7
30
100
Total
SD
SMP
16,7
SMA
16
53,3
S1
6,7
Total
30
100
7
9
3
2
3
6
23,3
30
10
6,7
10
20
30
100
4.Distribusi
Frekuensi
Tingkat
Pengetahuan Orang Tua Tentang
Demam Tifoid Di Wilayah Kerja
RSUD Mala Tahun 2014
Pengetahuan
Jumlah
Baik
22
73,3
Kurang
26,7
Total
30
100
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Jumlah
7-9
16
53,3
10-12
14
46,7
Total
30
100
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja RSUD
Mala Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan
Pendidikan
Jumlah
SD
27
90
SMP
10
sekolah
Total
30
100
dasar
sehingga
demografik seperti
didapatkan
data-data
7.Distribusi
Frekuensi
Responden
Kebiasaan Jajan Pada Anak Di
Wilayah RSUD Tahun 2014
Kebiasaan Jajan
Jumlah
13
43,3
Tidak sering
17
56,7
Total
30
100
Sir
hidup
terutama
dalam
Godfrey
Thomson
menunjukkan
bahwa
individu
untuk
menghasilkan
perubahan-
Kebiasaan Jajan
Tidak
sering
pola
akan
Sering
Total
Baik
4,5
3,5
100
12,5
12
9,5
22
100
mengamati
tanda-tanda
pertumbuhan
dan
17
17,0
13
13,0
30
100
jumlah
terbanyak
19
orang
dengan
sebanyak 10
jalan di
daerah
endemik telah
resonden
pendidikan
orang
tua
yang
memiliki
tingkat
anak
yang
sebagian
seseorang
dapat
besar
tingkat
meningkatkan
termasuk
juga
informasi
kesehatan,
penyediaan
rumah
berarti
mengkonsumsi
nasihat
dari
orang
tuanya,
Lingkungan
yang
cukup
baik
akan
memungkinkan
dominan
mendukung
kembangnya.
tercapainya
dalam
penyediaan
kesehatan
anak
potensi
bawaan,
lingkungan
dan
yang
tumbuh
KESIMPULAN
Kecamatan
memiliki
jajan
dasar.
jajan, dan
kebiasaan
jarang/tidak
pernah
sebelum
makan
dan
memperhatikan
sebelum
Melonguane
Kabupaten
Kepulauan
dapat
menyebabkan
makanan
Perawatan
Anak
Sakit.
Anak.
(2009).
Typhoid Treatment Guidelines,
Including New Recommendation For The Us
Of ORS and Zinc Supplementation For
Clinic-Based Health Workers. (Online),
(http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/a
85500., diakses tanggal 3 Mei 2014, jam
01.00 WITA).