Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati (liver) merupakan organ terbesar kedua setelah kulit.
Fungsinya amat vital bagi berlangsungnya kehidupan manusia, karena
hati merupakan tempat metabolisme utama dalam tubuh. Oleh karena
fungsinya yang begitu penting, hati perlu dijaga agar tidak mengalami
kerusakan yang akhirnya bisa mengancam hidup. Gangguan fungsi
hati sering kali dihubungkan dengan beberapa penyakit hati tertentu
salah
satunya
adalah
penyakit
hepatitis.
Hepatitis
merupakan
hepatitis,
maka
penulis
bermaksud
mengumpulkan
1.2 Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab
utama hepatitis dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu
penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang
BAB I1
PEMBAHASAN
VIRUS HEPATITIS
Hepatitis (Radang Hati) dapat ditimbulkan oleh banyak sebab,
tetapi paling sering terjadi karena infeksi oleh satu virus hepatitis.
Sebab sebab lain hepatitis adalah virus demam kuning dan
penyumbatan saluran empedu(antara lain akibat batu empedu), zatzat kimia, atau obat-obat tertentu, juga karena minum terlalu banyak
alkohol. Hingga kini dikenal 7 jenis, yakni virus hepatitis A,B,C,D,F dan
G. Hepatitis B dan C dianggap paling berbahaya, karena dapat
merusak hati secara permanen.
a. HAV (Hepatitis A Virus) adalah virus RNA dan penyebab
hepatitis yang paling sering terjadi. Penularan terutama
berlangsung melalui jalur tinja-mulut dengan minuman dan
makanan antibodies IgM (Anti-HAV). Masa inkubasinya adalah
antara 2 dan 6 minggu ; Kebanyakan infeksi berlangsung tanpa
keluhan dan tidak kentara. Gejala utama adalah kulit dan putih
mata menjadi kuning pada k.l.50% pengidap, berhubung zat
warna empedu (bilirubin) tidak diuraikan lagi oleh hati dan
dikeluarkan ke dalam darah. Gangguan-gangguan lambung-usus,
demam, rasa letih, nyeri perut, nyeri otot, dan sendi bisa terjadi.
Tinja dapat hilang warnanya dan kemih berwarna gelap. Prevensi
dapat dilakukan dengan imunisasi pasif (imunoglobulin), Tidak
ada obat anti HAV, tetapi infeksi sembuh spontan dengan
istirahat dan pengaturan diet (tanpa lemak) dalam waktu 4-8
minggu. Ada kalanya disusul dengan keadaan lemah-letih selam
beberapa bulan.
b. HBV (Hepatitis B Virus). HBV termasuk penyakit kelamin,
bersama sifilis, gonore, herpes genitalis, trichominiasis,
chlamydiasis dan AIDS. Sama dengan HIV, penularannya khusus
terjadi melalui darah, mani dan cairan vaginal. Penyakit ini
ditemukan di seluruh dunia dengan lebih kurang 200 juta
pengidapnya dan dengan 2 juta kematian setiap tahun, Di Asia
dan Afrika diperkirakan 15% penduduknya adalah pembawa
virus, dibandingkan kurang dari 1% di negara-negara barat.
Potensi penularannya jauh lebih besar daripada AIDS, tetapi
resiko kematiannya sama besar. Pada 10% dari penderita infeksi
menjadi kronis. Virus menetap didarah, khasnya di hati, lalu
pasien menjadi pembawa virus kronis (k.l.5%). Adakalanya hati
mengeras (cirrosis), keluhan menghebat dan bila tidak diobati
akhirnya menjadi fatal. Masa inkubasinya antara 2 dan 6 bulan.
Gejala-gejala dalam garis besar mirip infeksi dengan HAV, tetapi
lebih hebat dan lebih sering menimbulkan warna kulit menjadi
kuning.
Previnsi dapat dilakukan dengan vaksinasi(HB-vax, terbuat dari
antigen permukaan HBV rekombinasi, 10 dan 40 mcg/ml) tiga
Titik sasaran dari efikasi obat dalam uji klinis infeksi virus
hepatitis B adalah serokonversi HBeAg dake negative dengan supresi
DNA HBV dari positif ke yang tidak dapat terdeteksi. Titik akhir ini
berkorelasi dengan perbaikan penyakit nekroinflamatorik, penurunan
risiko karsinoma hepatoselular dan sirosis, dan penurunan kebutuhan
akan transplantasi hati. Akan tetapi, karena terpai saat ini lebih
menekan replikasi HBV ketimbang mengeradikasinya, respon awalnya
mungkin tidak bertahan lama. DNA sirkular yang tertutup secara
kovalen ( covalently closed circular, ccc) banyak terdapat dalam
bentuk stabilnya dalam sel, menjadi reservoir HBV disepanjang masa
hidup sel dan menimbulkan kemampuan untuk melakukan reaktivasi.
Relaps lebih sering dialami pasien yang mengalami koinfeksi HBV dan
virus hepatitis D.
Mulai 2006, terdapat tiga analog nukleosida/ nukleotida dan dua
obat interferon suntik di Amerika serikat untuk infeksi HBV kronik.
Meskipun tiga antiretroviral NRTI terkini (emtrisitabin, lamivudin, dan
tenovofovir ) memiliki aktivitas kuat terhadap HBV, hanya lamivudin
yang disetujui untuk terapi klinis. Meskipun belum disetujui FDA,
tenofovir dianjurkan oleh panduan consensus terkini untuk terapi pada
pasien
yang
terinfeksi
HBV
sekaligus
HIV-1.
Agen
antiherpes
yang lebih rendah dan pemberian yang lebih jarang. Lamivudin dapat
dengan aman diberikan pada penderita dekompensasi hati.
Lamivudin menghambat DNA polymerase HBV dan reverse
transcriptase HIV melalui kompetisi dengan deoksisitidin trifosfat untuk
bergabung dengan DNA virus, yang menyrbabkan terminasi rantai.
Lamivudin
mengurangi
replikasi
virus
sebesar
3-4
log
pada
kebanyakan pasien dan menekan DNA HBV ke tingkat yang tidak dapat
dideteksi pada sekitar 44% pasien. Serokonversi HBeAg dari positif
menjadi negative terjadi pada sekitar 17% pasien dan bertahap selama
3 tahun pada sekitar 70% responden. Terapi bersinambungan selama
4-8 bulan setelah serokonversi dapat meningkatkan periode ketahanan
respons. Respons pada pasien dengan HBe Ag negative awalnya tinggi
tetapi jarang bertahan lama.
Terapi lamivudin jangka panjang pada penderita hepatitis sangat
dibatasi dengan munculnya isolate HBV yang resisten lamivudin.
(misalnya
akibat
mutasi
YMDD).
Resistensi
dikaitkan
dengan
Tidak
ada
laporan
mengenai
temuan
toksisitas
mitokondrial.
ADENOVIR DIPIVOKSIL
Walaupun awalnya dikembangkan secara tidak sempurna untuk
terapi infeksi HIV , penggunaan adenovir dipivoksil disetujui
dalam
dosis yang lebih rendah dan kurang toksik untuk terapi infeksi terapi
HBV. Adenovir dipivoksil adalah precursor obat diester dari adenovir.,
suatu analog nukleotida adenine terfosfonasi asiklik. Senyawa ini
terfosforilasi oleh kinase sel menjadi metabolit difosfat aktif kemudian
secara
kompetitif
menghambat
DNA
polymerase
HBV
,yang
placebo
terkontrol
ini
menunjukkan
bahwa
adenovir
dan lebih sering terjadi pada pasien dengan dasar insufisiensi ginjal.
Kemungkinan efek samping meliputi nyeri kepala, diare , asthenia dan
nyeri perut. Seperti agen NRTI lain asidosis laktat dan steatosis hepatic
dianggap sebagai resiko akibat disfungsi mitokondria. Adenovir bersifat
embriotoksik pada tikus.
ENTEKAVIR
Entekavir adalah analog nukleosidaguanosin per oral yang
secara kompetitif menghambat DNA polymerase HBV , termasuk base
priming transkripsi terbalik untai negative, dan sintesis untai positive
DNA HBV. Bioavabilitas oralnya mencapai 100% tetapi menurun oleh
makanan ; karena itu entekavir harus diminum dalam keadaan
lambung kosong. Waktu paruh senyawa terfosforilasi aktif dalam sel
selama 15 jam. Senyawa ini diekskresi melalui ginjal, setelah menjalani
filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus.
Perbandingannya dengan lamivudin pada penderita infeksi HBV
kronik menunjukkan angka serokonversi HBeAg yang serupa tetapi
angka supresi DNA virus HBV
pada hati tikus dan mencit, tumor vaskuler pada mencit , dan glioma
otak dan fibroma kulit pada tikus telah diamati pada berbagai tingkat
pajanan. Pemberian entekavir bersamaobat yang menurunkan fungsi
ginjal
atau
berkompetisi
dengan
sekresi
tubulus
aktif
dapat
Indikasi
Jalur
pemberian
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Oral
10 mg sekali sehari
Oral
Oral
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Hepatitis
kronik
Subkutan
Subkutan
Oral
Subkutan dan
intramuskular
Subkutan dan
intramuskular
Subkutan dan
intramuskular
Subkutan
C
C
C
RIBAVIRIN
Ribavirin adalah analog guanosin yang difosforilasi dalam sel
oleh enzim sel pejamu. Meskipun mekanisme kerjanya belum
sepenuhnya jelas, ribanvirin tampaknya menggangu sintesis guanosin
trifosfat, menghambat capping RNA perantara virus, dan menghambat
polimerase yang bergantung -RNA pada virus tertentu. Ribanvirin
triffosfat menghambat replikasi sejumlah besar virus DNA dan RNA,
termasuk influenza A dan B, parainfluenza, respiratoty syncytial virus,
paramiksovirus, HCV dan HIV-1.
Bioavailabilias absolut ribavirin oral sekitar 64%, meningkat
dengan makanan tinggi lemak dan menurun jika diberikan bersama
antasid. Eliminasi ribavirin terutama terjadi melalui urine; dngan
demikian, bersihannya menurun pada pasien dengan bersihan
kreatinin kurang dari 30 mL/menit.
Bukti menunjukkan bahwa dosis ribavirin yang lebih tinggi
(>10,6 mg/kg) dan durasi yang lebih lama, dalam bentuk kombinasi
dengan salah satu interferon alfa, dapat meningkatkan respons. Hal
tersebut diimbangi dengan kemungkinan toksisitasnya yang lebih
tinggi. Anemia hemolitik yang bergantung -dosis terjadi pada 10-20%
pasien. Potensi efek simpang lainnya meliputi depresi, kelelahan,
iritabilitas, ruam, batuk, insomnia, mual dan pruritus. Kontraindikasi
terhadap terapi ribavirin meliputi anemia tak terkoreksi, gagal ginjal
tahap akhir, penyakit vaskuler iskemik, dan kehamilan. Ribavirin
bersifat teratogenik dan embriotoksik pada binatang serta bersifat
mutagenik pada sel mamalia. Pasien yang terpajan dengan obat ini
sebaiknya tidak memiliki anak setidaknya 6 bulan setelahnya.
AMANTADIN & RIMANTADIN
Amantadin (1-aminoadamantan hidroklorida) dan turunan metilnya, rimantadin, adalah amin siklik keluarga adamantin yang
menyekat kanal ion proton M2 dari partikel virus dan menghambat
uncoating RNA virus dalam sel pejamu yang terinfeksi, sehingga
mencegah replikasinya. Kedua obat ini hanya aktif terhadap influenza
A. Rimantadin lebih aktif empat hingga lima kali ketimbang amantadin
in vitro. Amantadin diekskresi di urine tanpa mengalami perubahan,
semntara rimantadin menjalani metabolisme yang ekstensif melalui
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati yang disebabkan
oleh virus atau obat-obatan. Penyakit ini dapat menyerang laki-laki
maupun perempuan dengan gejala-gejala klinis seperti lelah, demam,
mual, muntah, diare, mata kuning, dan lain lain atau dapat pula
penyakit ini timbul tanpa gejala sehingga tidak terdeteksi. Penyakit
hepatitis ini merupakan penyakit yang dapat menular melalui air liur,
kontak seksual, transfuse darah, jarum suntik dan alat-alat yang
terkontaminasi oleh virus hepatitis.