You are on page 1of 3

1.

1 Tujuan
Tujuan dari praktikum Kolom Lambat ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
fraksinasi suatu ekstrak dengan menggunakan kromatografi kolom lambat.
1.2 Dasar Teori
Kromatografi adalah proses pemisahan berdasarkan pada perbedaan distribusi
campuran komponen antara fase gerak dan fase diam. Fase diam dapat berupa
pembentukan kolom dimana fase gerak dibiarkan untuk mengalir (kromatografi kolom)
atau berupa pembentukan lapis tipis dimana fase gerak dibiarkan untuk naik berdasarkan
kapilaritas (kromatografi lapis tipis). Perlu diperhatikan bahwa senyawa yang berbeda
memiliki koefisien partisi yang berbeda antara fase gerak dan diam. Senyawa yang
berinteraksi lemah dengan fase diam akan bergerak lebih cepat melalui sistem
kromatografi. Senyawa dengan interaksi yang kuat dengan fase diam akan bergerak
sangat lambat(Braithwaite and Smith, 1995).
Kromatografi kolom merupakan salah satu jenis kromatografi yang menggunakan
kolom yang berisi fase diam yang berupa padatan, biasanya berupa silica dan
menggunakan suatu pelarut sebagai fase gerak. Pemisahan komponen campuran melalui
kromatografi kolom tergantung pada kesetimbangan adsorpsi antara senyawa yang
teradsorb pada permukaan dari fase diam padatan dan pelarut dalam fase cair. Tingkat
adsorpsi komponen tergantung pada polaritas molekul, aktivitas adsorben, dan polaritas
fase gerak cair. Umumnya, senyawa dengan gugus fungsional lebih polar akan teradsorb
lebih kuat pada permukaan fase padatan. Aktivitas adsorben tergantung komposisi
kimianya, ukuran partikel, dan pori-pori partikel(Skoog, 1998).
Cara pembuatannya ada dua macam :
1.

Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi
kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.

2.

Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan
pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom
melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk
semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat,
setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben
kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan
dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel
dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi
sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta
cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksifraksi(Harborne, 1987).

1.2 Tinjauan Bahan dan Eluen


1.2.1 Jambu Biji
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus: Psidium
Spesies: Psidium guajava L.
Kandungan senyawa kimia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) mengandung
minyak atsiri, senyawa tanin, terpenoid,flavonoid, resin, antosianin, dan alkaloid.
Komponen yang utama yaitu -selinene, -caryophyllene, caryophyllene oksida,
squalene, selin-11-en-4-ol (Meckes et al., 1996), guajavarin, isoquersetin, hyperin,
quersitrin, quersetin-3-O-gentobioksida (Lozoya

et al., 1994), morin-3-O--L-

liksopiranosida dan morin-3-O--L-arabopiranosida (Arima dan Danno, 2002), sitosterol, uvaol, asam oleanolat, dan asam ursolat (Begum et al., 2004).
1.2.2 Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH 3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus
etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun,
dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan
bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu
hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil
asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada
suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian,
senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam (Fessenden, 1986).
1.2.3

Methanol

Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus adalah
senyawa
kimia dengan rumus
kimia CH3OH.
Senyawa
ini
merupakan
bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang

khas (berbau lebih ringan daripada etanol). metanol digunakan sebagai bahan pendingin
anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi industri etanol (Fessenden,
1986).

Berdasarkan hasil percobaan kromatografi kolom lambat, diketahui bahwa pada


fraksi 30 ,40 dan 25 serta 45 pada terdapat noda berwarna ungu setelah diberi
reagen anisaldehid. Rf yang diperoleh yaitu sebesar `0.5. berdasarkan literatur,
terpenoid memiliki sifat non polar sehingga Rf yang dihasilkan akan
menunjukkan nilai Rf yang kecil. Berdasarkan literatur (Yamunadevi et al, 2011)
dengan menggunakan eluen n-heksana dan etil asetat yang bersifat nonpolar,
senyawa terpenoid dapat ditemukan pada Rf sebesar 0,06. Sehingga Rf yang
ditemukan pada percobaan kemungkinan dapat dikatakan sebagai terpenoid.
Selain itu, menurut Wagner, 1996, identifikasi dengan penambahan Anisaldehid
asam sulfat yang menimbulkan warna ungu-merah menunjukkan adanya terpenoid dalam ekstrak.

DAFTAR PUSTAKA
Begum S, Hassan SI, Siddiqui BS., 2004, Two New Triterpenoids From The Fresh
Leaves Of Psidium Guajava, Planta Med.
Braithwaite, A and Smith, F. J., 1995, Chromatographic Methods. Kluwer Academic
Publishers, London.
Harborne, 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan .
Padmawinata, K. & I. Soediro (penerjemah). Penerbit ITB, Bandung.
Skoog, D. A., 1998, Principles of Instrumental Analysis, Fifth Edition.Brooks/coleThomson Learning, USA.
Fessenden, Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta
Yamunandevi, et al. 2011. Phytochemical studies on the terpenoids of medicinally
important plant Aerva lanata L. using HPTLC. Journal of Tropical Biomedicine.
India.
Wagner, H. and S. Bland. 1996. Plant Drug Analysis; A Thin Layer

You might also like