Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Murabahah is a sale and purchase agreement on certain goods, which
the seller said the purchase price of the goods to the buyer then sold to the
purchaser by requiring the expected profit corresponding amount. AlWakalah or Al-Wikalah means Al-Tafwidh (submission, delegation, and
mandate). In language Al-Wakalah is defined as a transaction in which a
person appointed to replace in doing his job. In a Murabaha contract, the
bank as the principal may delegate to customers to buy their own goods
desired by the customer. However, in practice, often give rise to agency
problems such as imbalance of information between the principal and the
agent.
Specifically, the Agency problem that occurs in Al-Wakalah Murabaha
contract is when the agent acts ignore the contractual relationship and push
for action not based on Islamic principles or agreement between the bank
and the customer. Stiglitz (1992) states that the problems between the
pricipal and agent occurs when the relationship has imperfect information.
This article will reveal the agency problem on the contract Murabaha AlWakalah
Keywords: Murabahah, Wakalah, Agency Problem, Islamic Banking
PENDAHULUAN
Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam. Ekonomi
Islam bersifat muamalah, artinya ekonomi Islam selalu berhubungan dengan
manusia. Perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya sebagai bagian dari
roda kehidupan ekonomi dunia. Hal ini ditujukkan dengan banyaknya bank-bank
konvensional yang mulai merambah dan membuka cabang baru dengan nuansa
syariah dengan sistem bagi hasil.
Keunggulan sistem bagi hasil yang diterapkan perbankan syariah ini
membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi di Indonesia, karena
selain memicu lahirnya bank-bank baru dengan sistem syariah, juga banyak
perbankan konvensional yang membuka cabang syariah, bahkan beberapa bank
konvensional melakukan konversi total ke sistem syariah seperti Bank Mandiri,
mempunyai Bank Syariah Mandiri, begitu pula Bank Rakyat Indonesia, Bank
Negara Indonesia, mempunyai divisi syariah ataupun Bank Syariah. Bank-bank
swasta pun telah memperlakukan Dual Banking System, seperti Bank Niaga, Bank
IFI, Bank Permata, BCA maupun bank-bank pemerintah, BUMN, maupun bank
swasta lainnya. Bukti nyata eksistensi perbankan syariah di tengah krisis ekonomi
global adalah pada periode tersebut Bank Muamalat justru berhasil membukukan
laba lebih dari 300 Milyard (Fachrizal, 2009).
PEMBAHASAN
1) Sekilas Tentang Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya
perolehan
ditambah
keuntungan
yang
disepakati
dan
penjual
harus
disepakati oleh penjual dan pembeli dimana pembayaran dapat dilakukan secara
tunai atau tangguh (Warsono dan Jufri : 2011).
Menurut Gozali (2005: 94) mendefinisikan pengertian murabahah adalah
sebagai berikut: Suatu perjanjian yang disepakati antara bank syariah dengan
nasabah dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau
modal kerja lainnya dalam bentuk barang yang dibutuhkan nasabah yang akan
dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin
keuntungan) pada waktu dan mekanisme pembayaran yang ditetapkan
sebelumnya pada awal.
Murabahah menurut Ascarya (2007: 81) menyatakan bahwa: murabahah
adalah istilah dalam fiqih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika
penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biayabiaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan. Khan dalam bukunya Widodo (2010),
Murabahah sebagai metoda (mode) pembiayaan pada awalnya muncul saat
dipergunakan oleh Islamic Development Bank (IDB) dalam operasional usahanya
pada tahun 1975.
Hadis Nabi riwayat Abd Al-Raziq dari Zaid bin Aslam: Rasulullah
ShalallahuAlaihi Wassalam ditanya tentang urban (uang muka) dalam jual beli,
maka belah menghalalkannya.
3)
Ketentuan Murabahah
Dalam aktivitasnya, murabahah pada dasarnya memiliki ketentuan-
(1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
(2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam.
(3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
(4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah da bebas riba.
(5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
(6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus
memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan.
(7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
(8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
(9) Jika bank hendak mewakilkan barang kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang,
secara prinsip menjadi milik bank.
(7) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka,
maka:
(a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal
membayar sisa harga.
(b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal
sebesar kerugian yang ditanggung bank akibat pembatalan tersebut; dan
jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
atau
al-wikalah
atau
at-tahwidh
artinya
penyerahan,
kepada orang lain, pada apa yang boleh diwakilkan menurut syara, agar orang
yang mewakilkan itu dapat melakukan sesuatu yang diserahkan kepadanya selagi
yang menyerahkan itu masih hidup.
Perwakilan sah dilakukan pada permasalahan jual beli, kawin, thalak,
memberi, menggadai dan suatu barang yang berhubungan dengan muamalah.
Beberapa
ahli,
baik
dari
kalangan
dunia
perbankan
maupun
ulama
dilaksanakan dalam bentuk akad berupa ijab dan qabul. Dengan demikian harus
jelas obyek dan tujuan akad tersebut. Biasanya, wakil memiliki hak untuk
mendapatkan upah.
Helmi Karim memberikan definisi wakalah yaitu perlindungan (al-hifzh),
percukupan (al-kifayah), tanggungan (al-dhaman), atau pendelegasian (altafwidh), yang diartikan pula dengan memberikan kuasa atau mewakilkan.
6) Murabahah Al-Wakalah
Seperti penjelasan diatas murabahah merupakan akad jual beliatas barang
tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli
tersebut dengan dirinya sendiri. Jika muwakkil itu bukan pemiliknya atau
bukan orang yang ahli maka batal. Dalam hal ini maka anak kecil dan orang
gila tidak sah jadi muwakkil karena tidak termasuk orang yang berhak untuk
bertindak.
2) Wakil (orang yang mewakili), syaratnya ialah orang yang barakal. Jika ia
idiot, gila atau belum dewasa maka batal. Tapi menurut hanafiyah anak kecil
yang cerdas (dapat membedakan yang baik dan yang buruk) sah menjadi
wakil alasannya bahwa AmrSayydiyah Ummu Salamah mengawinkan ibunya
kepada Rasullulah, saat itu masih kecil yang belum baliq.
3) Muwakkalfih (sesuatu yang diwakilkan)
a) Pekerjaan atau urusan itu dapat diwakilkan atau digantikan oleh orang lain.
b) Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil sewaktu akad wakalah .oleh karena
itu tidak sah berwakil menjual sesuatu yang belum dimilikinya
c) Pekerjaan itu diketahui secara jelas Maka tidak sah mewakilkan sesuai
yang masih sama seperti aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk
mengawini anakku.
d) Shigat yang diiringi kerelaan dari mewakil saya wakilkan atau serahkan
pekerjaan ini kepada kamu untuk mengerjakan pekerjaan ini kemudian
diterima oleh wakil.seandainya si wakil tidak mengucapkan kabul tetap
dianggap sah.
Jika dilihat dari kasus Murabahah al-wakalah, hal termasuk pembiayaan
multi akad dan diperbolehkan dalam ajaran islam dengan catatan akad-akad
tersebut bersifat independen meskipun memiliki keterkaitan satu sama lain.
Menanggapi hal tersebut, Anas bin Malik mengatakan bahwa jika seseorang
membeli sebuah barang dari orang lain dengan harga beli tunai 15 dinar atau
harga beli 20 dinar kredit, maka transaksi tersebut tidak sah jika kedua akad itu
(yaitu beli tunai dan beli kredit) menyatu dalam satu kesepakatan jual beli yang
sama.sedangkan yang dimaksud dengan akad-akad yang bersifat independen
adalah semua kontrak yang ada ,tidak saling mempersyaratkan antara satu dengan
yang lain, sehingga semuanya sling terpisah (namun saling mendukung)
,misalnya, akad nasabah dengan bank untuk membeli sebuah tanah, dengan
menggunakan skema pembiayaan murabahah al wakalah pada prakteknya ada
dua tahap.
Pertama Bank membeli tanah dari Developer dengan menunjuk nasabah
sebagai wakilnya (akad wakalah), sehingga tanah tersebut biasanya sesuai dengan
keinginan nasabah. Tahap kedua, bank menjual tanah tersebut kepada nasabah
dengan akad Murabahah. Dalam hal ini, wakalah bukan merupakan syarat
terjadinya Murabahah tetapi mendukung Murabahah. Demikian pula dengan
pembiayaan multi akad lainnya. Pada contoh kasus di atas, jika Murabahah
berdiri sendiri tanpa didampingi wakalah, ada kemungkinan tanah yang dibeli
Bank tidak sesuai dengan keinginan nasabah, sehingga rumah tersebutmungkin
tidak terjual.
4) Agency Problem Pada Kontrak Murabahah Al-Wakalah
Agency theory adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan antara
principal dan agen dimana principal mendelegasikan wewenang kepada agen
dalam hal pengelolaan usaha sekaligus pengambilan keputusan dalam peusahaan
(Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan antara agent dan principal disebut
dengan hubungan agensi atau agency relationship, berbagai masalah yang terjadi
dalam hubungan tersebut, biaya-biaya yang terjadi dalam hubungan keagenan dan
berbagai implikasi penting terhadap pemilihan metode-metode akuntansi dibahas
dalam agency theory.
Masalah
yang
timbul
dalam
hubungan
keagenan
dan
menjadi
perhatian agency theory adalah pertama, ketika pihak agent memiliki kepentingan
antara
pihak
bank
dan
nasabah
itu
sendiri.
Asymmetry
Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan
informasinya kepada pemegang saham.
b) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman.
Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang
saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin
tidak layak dilakukan.
Mengenai penjelasan Assymetric Information, dalam akad murabahah alwakalah, dimana pihak pemilik modal (principal)/ bank dan pengelola modal
(agent)/ nasabah, seharusnya dapat mengetahui informasi-informasi terkait
dengan kondisi keuangan dan aktivitas.
Beberapa
dan teori
hazard adalah salah satu elemen utama yang menyebabkan munculnya konflik
keagenan (agency problem) (Mc. Colgan, 2001). Moral hazard dalam ekonomi
adalah suatu tindakan pelaku ekonomi yang menimbulkan kemudharatan baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Untuk mengetahui apakah suatu
tindakan ekonomi merupakan moral hazard ataukah bukan, perlu mempelajari
prinsip-prinsip dari transaksi yang Islami, yang dihalalkan ataupun yang
diharamkan sayriat islam (Hariyanto, 2001). Selain itu Moral hazard dapat
juga diartikan sebagai suatu tindakan penyelewenangan amanah atau tanggung
jawab karena adanya kesempatan untuk melakukan hal tersebut tanpa diketahui
oleh pihak lain (Mishkin, 2001). Susanto (2010) mengatakan moral hazard akan
muncul ketika seseorang atau sebuah lembaga/organisasi yang tidak konsekuen
secara penuh dan tidak bertanggungjawab atas perbuatannya, maka dari itu
cenderung untuk bertindak kurang hati-hati untuk melepas tanggung jawab atas
konsekuensi dari tindakannya kepada pihak lain.
Salah
satu
moral
hazard yang
sering
dilakukan
pada
laporan
pertanggungjawaban
atas
dana
yang
digunakan
dan
pihak nasabah dapat dengan sengaja menggunakan modal tersebut dengan cara
yang tidak sewajarnya. Sehingga pihak bank tidak dapat mengetahui sejauh mana
modal digunakan, dan pihak nasabah enggan dalam memberikan jaminan karena
tidak dapat mengukur dengan pasti risiko terjadinya kerugian yang dilakukan
oleh pihak bank.
Secara spesifik agency problem yang terjadi dalam kontrak Murabahah AlWakalah adalah ketika pihak agen bertindak mengabaikan hubungan kontraktual
dan mendorong untuk bertindak tidak berdasarkan kepentingan pihak bank.
Stiglitz (1992) menyatakan bahwa permasalahan antara pricipal dan agent terjadi
ketika dalam hubungan tersebut memiliki imperfect information. Imperfect
information ini dapat berbentuk penggunaan biaya proyek yang berlebihan untuk
aktivitas yang tidak berkorelasi langsung dengan pengembangan usaha namun
lebih pada kepentingan agen, dan berbagai tindakan kecurangan sehingga
mereduksi laba atau asset yang dimiliki perusahaan. Kepentingan yang berbeda
antara principal dan agent menimbulkan conflict of interest yang selama ini
dipecahkan melalui alternatif kepemilikan saham oleh manajer dan kompensasi.
PENUTUP
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya
perolehan
ditambah
keuntungan
yang
disepakati
dan
penjual
harus
adanya
Agency
problem
seperti
lahirnya
asymmetry
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Al-Hadits
Antonio, Muhammad SyafiI. (2001). Bank Syariah Dari Teori ke Praktek,
Jakarta: Buku Andalan
Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Donaldson, L., dan Davis, J.H. (1991). Stewardship Theory or Agency Theory:
CEO Governance and Shareholder Return, Australian Journal of
Management, 16, 1,
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 04/DSNMUI/IV/2000
http://Akuntansi-Syariah dalam PSAK_Okta Punya Blog.htm
http://Konsep Akad Wakalah dalam Fiqh Muamalah _ Point of View in Islam.htm
http://www.sarjanaku.com/2012/06/bank-syariah-pengertian-prinsip-tujuan.html
Hanafi, Mamduh M. (2008). Manajemen Keuangan, BPFE Yogyakarta